• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembagian Batang Perseksi

5.2.1. Sebaran Diameter dan Panjang Jati A. Batang Utama

Tabel 3 menyajikan sebaran kelas diameter kayu bundar jati yang dapat dihasilkan dari batang utama. Berdasarkan kelas sortimen kayu bundar jati, bagian batang utama yang memiliki diameter ≥30 cm (sortimen AIII) merupakan sortimen yang terbanyak, dengan persentase sebesar 37,86%. Sortimen terbesar kedua adalah sortimen kelas diameter 20,0-29,9 cm (sortimen AII) dengan persentase sebesar 33,01%. Sedangkan untuk kelas diameter 10,0- 19,9 cm (sortimen AI) memiliki persentase sebesar 29,12%.

Tabel 3. Distribusi batang utama berdasarkan kelas diameter

Kelas Diameter (cm) Volume (m3) Jumlah seksi % jumlah seksi

10,0 - 19,9 1,367 30 29,12%

20,0 - 29,9 4,067 34 33,01%

≥ 30 15, 071 39 37,86%

Jumlah 20,505 103 100%

B. Cabang dan Ranting

Tabel 4 menyajikan sebaran kelas diameter kayu bundar jati yang dapat dihasilkan dari cabang dan ranting. Berdasarkan kelas sortimen kayu bundar jati, bagian cabang dan ranting yang memiliki diameter 10,0-19,9 cm (sortimen AI) merupakan sortimen yang terbanyak, dengan pesentase sebesar 94,87%. Sortimen terbesar kedua adalah sortimen kelas diameter 20,0-29,9 cm (sortimen AII) dengan persentase sebesar 5,12%. Sedangkan untuk kelas diameter ≥ 30 cm (sortimen AIII) tidak ada sortimen pada kelompok cabang dan ranting. Tabel 4. Distribusi cabang dan ranting berdasarkan diameter

Kelas Diameter (cm) Volume (m3) Jumlah seksi Persentase jumlah seksi (%)

10 - 19,9 2,874 74 94,87

20,0 - 29,9 0,327 4 5,12

≥ 30 0 0 0

Jumlah 3,201 78 100,0

5.2.2. Jenis Cacat Kayu Jati A. Batang Utama

Berdasarkan standar pengujian SNI 01-5007.17-2001 diperoleh bahwa cacat kayu jati perseksi pada bagian batang utama adalah cacat bentuk seperti cacat kesilindrisan, kebundaran, kelengkungan, dan alur. Cacat badan seperti pecah belah, pecah banting, pecah sempler/lepas, lubang gerek, buncak-buncak, lengar dan cacat mata kayu. Untuk cacat bontos adalah gerowong/teras rapuh, pecah hati, pecah gelang, gabeng dan kunus. Contoh gambar cacat kayu bundar jati disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20. Contoh cacat gerowong dan alur pada batang kayu jati.

Dari cacat yang ditemukan, persentase cacat terbesar untuk cacat bentuk adalah cacat kesilindrisan dan kebundaran dengan persentase sebesar 22,13%. Sementara pada cacat badan, persentase cacat terbesar yang ditemukan adalah cacat mata kayu dengan persentase 8,72% . Sedangkan pada cacat bontos, cacat pecah hati merupakan cacat terbesar yaitu sebesar 4,04%. Rekapitulasi jenis cacat kayu yang ditemukan pada batang pohon yang ditebang disajikan pada Gambar 21.

Gambar 21. Persentase cacat kayu pada pohon yang ditebang

B. Cabang dan Ranting

Pengujian kualitas kayu dari bagian cabang dan ranting, cacat kayu jati yang ditemukan adalah seperti kesilindrisan, kebundaran, dan kelengkungan. Sedangkan untuk cacat badan, jenis cacat yang ditemukan adalah pecah belah, pecah banting, pecah sempler/lepas, lubang gerek, buncak-buncak, Lengar dan cacat mata kayu. Untuk cacat bontos, cacat yang ditemukan adalah gerowong/teras rapuh, pecah hati, pecah gelang, gabeng dan kunus.

Persentase cacat terbesar untuk cacat bentuk adalah cacat bentuk kesilindrisan dan kebundaran dengan persentase sebesar 26,07%, sedangkan pada cacat badan persentase cacat terbesar yang ditemukan adalah cacat mata kayu dengan persentase 6,60%. Pada cacat bontos cacat kunus merupakan cacat terbesar dengan persentase 2,31%. Rekapitulasi jenis cacat kayu yang ditemukan pada cabang pohon yang ditebang disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22. Persentase cacat pada simulasi cabang dan ranting

5.3. Pembagian Batang di Lapangan 5.3.1. Sebaran Diameter Jati

Kebijakan pembagian batang di Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) terbagi dalam 3 (tiga) kelas diameter AIII (≥30 cm), AII (20,0-29,9 cm), dan AI (14,0-19,9 cm). Keseluruhan sortimen yang diambil berasal dari batang utama, pihak KHJL hanya memanfaatkan sortimen kayu yang berasal dari batang utama, sedangkan cabang dan ranting tidak dimanfaatkan meskipun diameternya cukup besar, hal tersebut dilakukan karena KHJL beranggapan kayu yang diambil dari batang memiliki kualitas kayu yang lebih baik atau lebih kuat.

Dari 33 pohon yang ditebang, total volume pembagian batang adalah sebesar 22,20 m3 dengan rata-rata volume perpohon sebesar 0,63 m3 perpohon. Distribusi diameter terbesar pada pembagian sortimen di lapangan adalah kelas diameter AIII sebanyak 65 sortimen (42,48%) dan volume kayu 17,018 m3. Sedangkan sortimen AII sebanyak 48 sortimen (31,37%) dengan volume kayu

4,49 m3. Sebaran diameter terkecil pada pembagian sortimen di lapangan adalah kelas diameter AI dengan jumlah 40 sortimen (26,14%) volume total kayunya sebesar 1,054 m3. Rekapitulasi sebaran diameter pembagian batang di lapangan disajikan pada Tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Sebaran diameter pada pembagian batang di lapangan.

Kelas Diameter (cm) Volume (m3) Jumlah sortimen

Persentase jumlah sortimen (%) AIII (≥30 cm) 17,018 65 42,48 AII (20,0-29,9cm) 4,49 48 31,37 AI (10,0-19,9cm) 1,054 40 26,14 Jumlah 22,207 153 100

5.3.2. Cacat Kayu pada pembagian batang aktual

Pengujian cacat kayu hasil pembagian batang di lapangan menemukan cacat kayu berupa cacat bentuk seperti kesilindrisan, kebundaran, alur dan kelengkungan. Cacat badan yang ditemukan berupa pecah belah, pecah banting, pecah sempler/lepas, lubang gerek, buncak-buncak, lengar dan cacat mata kayu. Untuk cacat bontos, cacat yang ditemukan adalah gerowong/teras rapuh, pecah hati, pecah gelang, gabeng,gubal, pecah bontos, pakah dan kunus.

Persentase cacat terbesar untuk cacat bentuk adalah cacat bentuk adalah cacat kesilindrisan dan kebundaran dengan persentase sebesar 19,92%. Sedangkan pada cacat badan, persentase cacat terbesar yang ditemukan adalah cacat mata kayu dengan persentase 7,16%. Pada cacat bontos, cacat pecah bontos merupakan cacat terbesar dengan persentase 12,24%. Rekapitulasi cacat pada pembagian batang di lapangan disajikan pada Gambar 23 sebagai berikut.

Gambar 23. Persentase cacat pada pembagian batang aktual

5.4. Kualitas Kayu Bundar Jati

5.4.1. Kualitas Kayu Bundar Jati pada Simulasi Pembagian Batang

Pada pengujian simulasi batang diperoleh bahwa kelas mutu terbesar adalah mutu P dengan jumlah sortimen sebanyak 34 atau dengan persentase sebesar 33,01%. Selanjutnya diikuti oleh kelas mutu U dengan persentase sebesar 24,27% (25 sortimen). Kelas mutu D sebesar 20,38% (21 sortimen). Kelas mutu M dan T berturut-turut sebesar 11,65% (12 sortimen) dan 10,67% (11 sortimen). Rekapitulasi kualitas kayu pada pembagian batang di lapangan disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Kualitas kayu pada uji simulasi pembagian batang

Sortimen

Jumlah sortimen berdasarkan kelas mutu kayu

U P D T M

AI 0 16 6 4 4

AII 0 15 7 6 6

AIII 25 3 8 1 2

Jumlah sortimen 25 34 21 11 12

Pada kelas diameter AI, kelas mutu P merupakan kelompok dengan persentase terbesar dengan jumlah sortimen sebesar 16 seksi (53,33%). Berturut-turut kemudian yaitu kelas mutu D dengan 6 seksi (20,0%), kelas mutu T dan M masing-masing dengan 4 seksi (13,0%).

Pada kelas diameter AII, kelas mutu P merupakan kelompok dengan persentase terbesar dengan jumlah sortimen sebesar 15 seksi (44,11%). Berturut-turut kemudian yaitu kelas mutu D dengan 8 seksi (23,52%), kelas mutu T dan M dengan 6 seksi (17,64%),

Pada kelas diameter AIII, kelas mutu U merupakan kelompok dengan persentase terbesar dengan jumlah sortimen sebesar 25 seksi (64,10%). Berturut-turut kemudian yaitu kelas mutu D dengan 8 seksi (20,51%), kelas mutu P dengan 3 seksi (7,69%), kelas mutu M dengan 2 seksi (5,12%), dan kelas mutu T dengan jumlah sortimen 1 (2,56%).

5.4.2. Kualitas Kayu pada Simulasi Cabang dan Ranting

Pada pengujian simulasi cabang dan ranting, kelas mutu P menunjukkan persentase terbesar dengan 33,0% (25 seksi), dimana keseluruhannya merupakan sortimen kelas diameter AI. Kelas mutu U (kelas mutu utama) menunjukkan persentase sebesar 0%. Kelas mutu D, T, dan M berturut-turut menunjukkan persentase 22,0% (17 seksi), 27,0% (20 seksi), dan 18,0% (16 seksi). Rekapitulasi kualitas kayu pada uji simulasi batang disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 7. Kualitas kayu pada uji simulasi cabang dan ranting

Sortimen

Jumlah sortimen berdasarkan kelas mutu kayu

U P D T M

AI 0 25 16 17 16

AII 0 0 1 3 0

AIII 0 0 0 0 0

Jumlah sortimen 0 25 17 20 16

Berdasarkan kelas diameter pada simulasi cabang dan ranting yang diukur, kelas diameter AI menunjukkan persentase terbesar dengan 94,87%, kelas diameter AII dengan persentase sebesar 5,12% dan kelas diameter AIII sebesar nol persen (0%) atau tidak ada sortimen dengan diameter diatas 30 cm.

5.4.3. Kualitas Kayu Bundar Jati pada Pembagian Sortimen KHJL di Lapangan

Pada pengujian sortimen pada pembagian batang menurut kebijakan KHJL, kelas mutu D menunjukkan persentase terbesar dengan 25,0% (39 sortimen). Kelas mutu U (kelas mutu utama) menunjukkan persentase sebesar 15%. Kelas mutu P, T, dan M berturut-turut menunjukkan persentase jumlah sortimen sebesar 35 sortimen (23,0%), 24 sortimen (16,0%), dan 32 sortimen (21,0%).

Tabel 8. Kualitas kayu bundar jati pada pembagian batang aktual

Sortimen Jumlah sortimen berdasarkan kelas mutu kayu

U P D T M

AI O 8 8 10 14

AII 2 13 10 13 10

AIII 21 14 21 1 8

Jumlah 23 35 39 24 32

5.5. Perbandingan Total Hasil Uji Simulasi Pembagian Batang dan Pembagian Batang Aktual KHJL

A. Perbandingan Berdasarkan Jumlah Sortimen Kayu

Persentase total pada pengujian simulasi ini, kelas diameter AI menunjukkan persentase terbesar dengan 104 sortimen (57,45%), kelas diameter AII dengan 38 sortimen (20,99%), dan kelas diameter AIII dengan 39 sortimen (21,54%).

Untuk persentase total pada pengujian sortimen menurut kebijakan KHJL ini, kelas diameter AIII menunjukkan persentase terbesar dengan 65 sortimen (43,0%), kelas diameter AII dengan 48 sortimen (31%), dan kelas diameter AI dengan 40 sortimen (26%).

Tabel 9. Perbandingan uji simulasi dengan pembagian batang aktual berdasarkan jumlah sortimen

Pada uji simulasi pembagian batang perseksi jumlah sortimen yang dapat dimanfaatkan sebesar 181 sortimen, sedangkan pada pembagian batang yang dilakukan KHJL hanya sebesar 153 sortimen. Selisih yang besar tersebut karena pihak KHJL hanya memanfaatkan batang utama sedangkan cabang dan ranting tidak dimanfaatkan sama sekali. Dan pihak koperasi hanya menjual sortimen kayu jati diatas 10 cm yang berasal dari potongan sortimen batang utama.

Diperlukan kebijakan optimalisasi pemanfaatan kayu oleh pihak Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) agar kayu-kayu yang terbuang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga nilai ekonomis kayu lebih meningkat dibanding pemanfaatan yang ada sekarang.

B. Perbandingan Kualitas Mutu Kayu yang dimanfaatkan

Pada perbandingan mutu kayu antara pengujian kualitas melalui simulasi pembagian batang dan pembagian batang aktual, pada pengujian simulasi memiliki kualitas kayu yang lebih baik dibanding pada pembagian batang aktual, seperti jumlah sortimen dengan kualitas mutu U (utama) dan P (pertama) pada uji simulasi lebih tinggi dibanding pembagian batang aktual

Kualitas mutu kayu melalui pengujian simulasi sedikit lebih baik dibanding pada pembagian batang aktual KHJL, artinya diperlukan

Kelas Diameter

Jumlah Sortimen

Uji Simulasi Pembagian Sortimen KHJL

AI 104 40

AII 38 48

AIII 39 65

perencanaan pembagian batang agar pihak KHJL dapat meningkatkan kualitas mutu kayunya.

Tabel 10. Perbandingan uji simulasi dan pembagian batang aktual berdasarkan kualitas kayu

Cukup tingginya jumlah angka kayu sortimen dengan kualitas mutu rendah disebabkan karena beberapa faktor, baik alami Cukup Cukup tingginya jumlah angka kayu sortimen dengan kualitas mutu rendah disebabkan karena beberapa faktor, baik alami maupun karena faktor

human error seperti kesalahan teknis di lapangan. Faktor alami antara lain disebabkan oleh cacat kayu secara alami serta faktor pohon jati yang ditebang berasal dari pohon-pohon trubusan dimana pohon-pohon jati tersebut merupakan pohon anakan dari induk terdahulu yang sudah ditebang. Selain itu kesalahan teknis dalam penebangan seperti kesalahan arah rebah pohon, mengakibatkan pohon pecah dan belah karena menimpa pohon lainnya merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas mutu kayu jati karena faktor teknis di lapangan (human error).

Kualitas kayu Perbandingan kualitas kayu

Simulasi KHJL U 25 23 P 59 35 D 38 39 T 31 24 M 28 32 Total 181 153

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait