• Tidak ada hasil yang ditemukan

Walaupun mereka sudah bekerja keras, tidak berarti tugas rumah tangga dilimpahkan kepada suami. Tugas rutin rumah tangga adalah kewajiban seorang ibu. Peran ini biasanya dilaku- kan seorang diri, mulai dari masak, mencuci, membersihkan rumah sampai merawat anak-anak. Namun dalam kenyataannya di mana keluarga terbatas dalam penghasilan untuk memenuhi

143

berbagai kebutuhan keluarga, maka tugas rumah tangga yang tadinya harus dilakukan seorang diri, akhirnya juga diberikan dan diserahkan kepada anggota keluarga. Di saat tugas rumah tangga dibagikan sesungguhnya tidak sekedar hanya untuk mengurusi, mengatur dan menyelesaikan pekerjaan saja, tetapi di dalamnya mengandung makna pemberian pengetahuan bagi anggota keluarga lainnya. Pengetahuan ini berhubungan dengan pengalaman hidup sosial dalam unit terkecil yang diharapkan dapat ditindak-lanjuti untuk masa depan anak-anak. Karenanya, sosok ibu sering berhubungan dengan pengaturan internal kehidupan satu keluarga. Mengapa dan bagaimana semestinya melakukan tugas-tugas demikian? ‘mama Rina’ salah satu informan yang dalam kesehariannya dapat menjelaskan hal ini.

Walaupun seharian papalele tetapi pekerjaan rumah tangga tidak lalu diabaikan. Sekalipun harus berjualan, mem- bagi waktu dan mengatur tugas-tugas di rumah tidak dapat dihindari. Itulah yang harus dilakukan sebagai satu pilihan apalagi anak-anak masih kecil dan suami pun harus bekerja di kebun-dusun. Melihat kondisi demikian saya ajukan pertanyaan kepadanya tentang, bagaimana mengatur dan membagi peran dan tugas dengan suami dan anak-anak? Dengan tenang dan senyum disertai sesekali tawa kecil ‘mama Rina16 mengisahkan pengalaman melayani rumah tangga dan berupaya membagi pekerjaan-pekerjaan itu kepada anggota keluarganya.

Setelah anak-anak mulai menanjak remaja dan dianggap sudah cukup waktu untuk membantu orang tua, pembagian kerja pun dilakukan. Dengan dialek bahasa Ambon yang khas ‘mama Rina’ bercerita:

144

…umpama pagi, laeng bangun cuci piring. Laeng mayimpang, untuk mamasa malang, yang parampuang dua, laki-laki satu. Yang parampuang bongso masa voor malang, yang tua masa siang. Kalau dia kuliah pagi brarti baku tukar…. bage tugas par dong, kalau misalnya beta pulang tempo brarti bisa masa malang,… voor makang malam, kalau misalnya samua kaluar pagi brarti beta musti tinggal par masa siang dolo,… sebelum dong tau mamasa, dong cuma bisa manyimpang dalam rumah sa, manyapu kintal ka… sabalong dong kaluar.. artinya yang sakarang ni, ana-ana dong cuci dong pakaian satu- satu. Yang laki-laki, kalau misalnya sapa cuci, kalau misalnya kaka dong pakaian ada dong cuci sama-sama lai… kasempatan itu katong musti cari waktu supaya ada lai.

(misalnya waktu pagi, setelah bangun tidur satu orang mencuci piring, yang lain merapikan, dan masak untuk malam hari. Anak perempuan dua orang, laki-laki satu.Yang perempuan bungsu masak malam, yang sulung masak siang. Kalau dia yang sulung kuliah pagi maka saling bergantian masak. Tugas harus dibagi untuk mereka. Kalau kebetulan saya pulang lebih awal berarti bisa masak untuk makan malam. Tetapi kalau kebetulan saja semuanya harus keluar pagi-pagi, itu berarti saya yang harus tetap tinggal sementara untuk masak makan- an siang. Memang sebelum mereka tahu pekerjaan seperti sekarang, mereka hanya bisa membersihkan rumah seperti membersihkan ruang rumah dan halaman saja. Sekarang ini mereka sudah bisa mencuci pakaian masing-masing. Mereka saling bergantian bertugas, kadang-kadang mereka mencuci pakaian bersama-sama. Saya tetap harus mencari waktu, supaya tetap bisa bersama mereka).

Pekerjaan rumah tangga dilihat sebagai kewajiban. Bagi ‘mama Rina’ pekerjaan di rumah adalah tugas utama sebagai kewajiban. Pekerjaan pokok harus dituntaskan seperti menyiap-

145 kan makanan pagi, makanan siang, menyapu dan membersih- kan ruang rumah dan pekarangan hingga mencuci dan mem- bersihkan peralatan dapur. Termasuk setelah pulang papalele,

makanan untuk makan malam keluarga harus juga disiapkan. Prinsipnya sebelum istirahat tidur malam pun pekerjaan rumah tangga hari itu sudah harus selesai. Ketika anak-anak masih kecil dan belum dapat membantu pekerjaan di rumah, ia merasa terbantu karena ada ibu mertua untuk menjaga dan merawat anak-anak selama ia tidak berada di rumah.

Pembagian kerja dalam rumah tangga mendukung

papalele. Begitulah keseharian ‘mama Rina’, pembagian tugas kepada anggota keluarga telah ditanamkan sejak anak mulai bertumbuh. Pendelegasian tugas-tugas rumah tangga bukan dimaksudkan untuk menambah beban kerja anak, tetapi lebih bertujuan agar seluruh anggota keluarga dapat menerima situasi yang ada, di mana sang ibu memiliki tugas dan peran ganda. Peran sebagai ibu untuk mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada suami dan anak-anak, juga peran yang harus dilakukan di luar rumah tangga sebagai pencari penghasilan tambahan bagi keluarga.

Ada juga suami yang mau terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Kesadaran suami untuk menerima dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga merupakan tanggung jawab bersama. Pada kasus ini ada sembilan informan yang suami mereka bersedia menerima dan mengerjakan pekerjaan rutin di rumah. Umumnya pekerjaan yang diselesaikan di rumah seperti masak, menyapu membersihkan ruang tamu dan halaman rumah serta mengurusi anak. Kalau pun harus juga mencuci pakaian, hanya jenis pakaian berukuran kecil, karena mencuci secara rutin dilakukan oleh sang istri saat sebelum berangkat berjualan atau setelah kembali ke rumah. Pakaian dan bahan kain rumah

146

tangga berukuran besar dan yang sejenis biasanya akan dicuci pada akhir pekan di hari minggu atau hari libur lainnya.

Kesadaran suami muncul setelah melihat istri bekerja keras. Pemahaman bersama terhadap tugas rumah tangga adalah bentuk perhatian kepada keluarga, walaupun keluarga menga- lami kesulitan ekonomi. Suami salah satu infroman misalnya: Elias17 bercerita tentang pengalaman masa lalu, saat ia harus

terima secara sadar dan sukarela semua pengasuhan anak-anak saat istrinya pergi ke kota untuk berjualan. Bagi dia pekerjaan ini harus dilihat sebagai bagian dari tangung jawab bersama. Masa-masa sulit dan terasa menyakitkan saat anak-anak masih kecil dan perlu pendampingan, tetapi setelah anak mulai ber- tumbuh dan masuk sekolah, beban mulai terasa ringan akunya. Setiap hari, sejak sang istri ke pasar untuk berjualan, mengasuh dan merawat anak menjadi pekerjaan pertama. Baru kemudian setelah itu, ia bekerja di kebun mencari kebutuhan makanan dan buah yang akan dijual.

Suami turut terlibat dalam pekerjaan rumah tangga tidak dianggap sebagai beban. Sukacita bekerja menyelesikan peker- jaan di rumah mengganti peran istri menyelesaikan tugas rumah tangga dan mengurusi anak-anak tidak dianggap sebagai beban. Selama sang istri tidak di rumah, Elias mengasuh anak-anak, masak dan harus ke kebun untuk batifar, semua itu tidak pernah dijadikan sebagai alasan menyalahkan nasib. Sebaliknya ia merasa tugas demikian telah menjadi tanggung jawab mereka dalam keluarga. Padahal sebelumnya bisa saja ia menerima pekerjaan lain yang mungkin lebih layak bagi kehidupan keluarganya:

147 Beta dolo tekeng angkatan laut mangkali taong lima puluhan kapa, baru maso balong karja toh, mar beta buang dinas angkatan laut...kalo seng su di pemerintah tuh... tekeng kan di Surabaya dolo tuh....karna beta seng mau kas tinggal dong.

(Saya dulu mendaftar sebagai prajurit Angkatan Laut, mungkin sekitar tahun 1950-an; baru masuk belum bekerja, tapi akhirnya saya tinggalkan dinas Angkatan Laut. Kalau tidak, saya sudah di pemerintahan kerja di Surabaya, karena daftar dulu disana. Sebab saya tidak ingin meninggalkan mereka).

Pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh suami mendorong istri untuk tetap melanjutkan papalele. Penuturan di atas sesungguhnya membuktikan bahwa ada pekerjaan lain yang telah diusahakan. Mendaftar menjadi prajurit Angkatan Laut sudah diterima, tetapi kemudian ditinggalkan. Hal itu terjadi menurut Elias mungkin sekitar tahun 1950-an. Penye- butan tahun mulai tidak diingat menyusul umurnya yang sudah tua. Ketika itu, karena tidak ingin meninggalkan keluarga menjadi alasan penolakan terhadap pekerjaan saat itu. Menurut Elias, kalau saja ia tetap menerima pekerjaan dan berangkat ke Surabaya maka bukan tidak mungkin kehidupan keluarga akan lebih baik atau jika tidak malah sebaliknya.

Selama istri berjualan di pasar, suami harus sedapat mungkin mengurusi pekerjaan rumah tangga. Elias menuturkan bahwa saat-saat di mana istrinya sementara berada di pasar untuk berjualan ia yang menjaga, merawat dan bahkan mema- sak makanan. Ia menceritakan bahwa ketika anak-anak masih kecil, mereka digendong dibawa untuk bermain hingga perti- gaan jalan utama negeri Hatalai – yang jaraknya kira-kira satu kilometer, sambil membawa beberapa potong loyor (popok bayi) untuk mengantisipasi dan mengganti jika sang anak

148

kencing atau buang air. Elias pun masih mengingat ketika salah satu anaknya yang masih menyusui terpaksa harus dicari seorang ibu yang punya anak (seumuran) untuk diminta tolong menyusui sang anak. Setelah bermain dan pulang ke rumah, air putih atau air teh manis seadanya harus disiapkan manakala sang anak menangis ingin minum kembali. Lebih lanjut Elias menuturkan bahwa setelah pulang bermain dengan anak-anak kemudian mereka ditidurkan, baru ia memiliki cukup waktu untuk memasak makanan, itu pun apa adanya. Ia lebih sering membuat bubur – kalau masih ada beras atau kalau tidak sama sekali maka ia membuat papeda18 di sempe19 kecil dilengkapi

dengan kuah ikan kering atau kuah dari buah pohon tomi-tomi. Baginya makanan itu sudah cukup untuknya dan anak-anak, sebelum malam sang istri kembali ke rumah. Saat sore hari istrinya tiba di rumah, barulah dia pergi ke kebun untuk mencari sayuran, buah dan batifar. Rutinitas keseharian Elias dan istrinya ketika itu, ternyata memberikan ciri tersendiri rumah tangga papalele. Laki-laki sebagai kepala keluarga juga dapat menyiapkan makanan untuk keluarga, tidak hanya dilakukan oleh perempuan.

Dokumen terkait