• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Kajian Solidaritas Sosial

3. Pembagian Solidaritas Sosial

Dalam pembahasan di depan dijelaskan bagaimana solidaritas sosial itu terbagi menjadi solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Emile Durkheim, sebagai bapak solidaritas sosial, menaruh solidaritas ini dalam paradigma Fakta Sosial. Dalam penjelasan fakta sosial yang memiliki indikator material maupun non-material, indikasi tersebut bisa muncul dalam masyarakat yang berlainan tipikal soldaritas berupa pembagian pos kerja, bagian ahli dalam

22

Dalam wujudnya hukuman represif menganut kesepakatan lokal atau kesepakatan tetua adat, oleh karena masyarakat yang masih sederhana ragam pelanggaran sosial di masyarakat tersebut tidak tertera secara jelas, namun lebih banyak dituturkan dengan warisan lisan secara turun temurun, sehingga jika ada pelanggaran dari suatu individu hukuman represif ini langsung menimpa kepada pelaku dan memiliki muatan wujud kemarahan secara bersama.

41

aspek kebutuhan memiliki implikasi besar bagi struktur masyarakat, Durkheim menjelaskan sebagai berikut;

“Durkheim paling tertarik pada cara yang berubah yang menghasikan solidaritas sosial, dengan kata lain, cara yang berubah yang mempersatukan masyarakat dan bagaimana para anggotanya melihat dirinya sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Untuk menangkap perbedaan tersebut Emile Durkheim mengacu kepada dua tipe Solidaritas yaitu mekanik dan organik. Suatu masyarakat yang dicirikan oleh mekanik bersatu karena semua orang adalah generalis. Ikatan diantara orang – orang itu adalah karena mereka semua terlibat dalam kegiatan – kegiatan yang mirip dan memiliki tanggung jawab – tanggung jawab yang mirip. Sebaliknya, suatu masyarakat yang dicirikan oleh solidaritas organik dipersatukan oleh perbedaan diantara orang – orang, oleh fakta bahwa semuanya mempunyai tugas – tugas dan tanggung jawab yang berbeda.”23

Dari keterangan diatas, Durkheim memberikan sumbangsih besar dalam dunia keilmuan sosioologi, yaitu dengan cara baca masyarakat dengan tipikal masyarakat solidaritas mekanik dengan masyarakat solidaritas organik. Argumen lain yang dibangun oleh Durkheim adalah:

“masyarakat – masyarakat yang tidak modern memunyai nurani kolektif yang lebih kuat, yakni, pengertian – pengertian, norma – norma, dan kepercayaan – kepercayaan yang lebih banyak dianut bersama. Sedangkan pembagian kerja yang bertambah telah menyebabkan kurangnya nurani kolektif. Namun kolektif jauh kurang berarti dalam masyarakat dengan solidaritas organik dalam masyarakat mekanik.”24

Sudut pandang yang diambil oleh Durkheim untuk melihat masyarakat adalah bagaimana sistem solidaritas yang berlaku didalamnya. Karena bentuk solidaritas suatu masyarakat mengindikasikan bentuk dan perkembangan masyarakat dalam melewati perubahan zaman,

23

James N Henselin, Sosiologi dengan pendekatan membumi,(Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2006),58

24

42

“masyarakat sederhana memilki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaitas sosial pada masyarakat modern. Perbedaan antara solidaritas sosial mekanik dan organik merupakan salah satu sumbangan Durkheim yang paling terkenal. Jadi berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat dibedakan menjadi solidarias sosial mekanik dan soidaritas sosial organik”25

Dari penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa fakta sosial berada di luar faktor individu, sementara bentuk dari fakta sosial menurut Durkheim mengikat dan muncul dari masyarakat sehingga membentuk karakter individu. Menurut Durkheim, adanya fakta sosial akan menumbuhkan kesadaran kolektif pada masyarakat. Kesadaran kolektif ini juga berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Adapun istilah kesadaran kelompok yang muncul dalam Durkheim adalah Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik.26 Lebih rinci tentang apa itu solidaritas mekanik dan solidaritas organik sebagai berikut;

a. Soldaritas Mekanik

Solidaritas mekanik merupakan kesadaran kolektif yang muncul di dalam tumbuhnya masyarakat, solidaritas mekanik memiliki wewenang memerintah atas bagian mayoritas suatu masyarakat. Keyakinan yang hidup secara bersamaan dalam tubuh masyarakat, kemudian perasaan yang sama, tingkah laku yang sama mempersatukan orang menjadi sekelompok masyarakat.27 Kondisi demikian menjadikan sebuah mentalitas kelompok yang memilikii dampak jika dicela satu maka itu sama dengan mencela

25

Paul Johnson Doyle, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1994), 181 – 186.

26

George Ritzer, Teori Sosiologi; dari sosiologi kasik sampai perkembangan terakhir postmodern, terj. Saut Parasibu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) 147

27

43

kepada segenap kelompok yang ada. Kondisi inilah yang membuat sosial masyarakat dengan istilah “mekanik”, persatuan antar anggota begitu terlihat, sehingga reaksi spontak dan muncul secara alami atas apa yang menimpa satu anggota akan secara bersamaan tumbuh di benak segenap anggota. Ada perasaan persatuan antar anggota.

Oleh karena ikatan yang menjadi karakter Solidaritas Mekanik adalah sebuah simbol – simbol yang menyatukan seluruh anggota. Baik itu berupa persatuan cita – cita, visi, tujuan hidup.28 Maka adanya beberapa simbol yang mengikat antar anggota baik berupa simbol dewa, benda, atau hal yang mereka sakralkan menjadi indikator masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik adalah karakter masyarakat sederhana.29

Masyarakat sederhana memiliki pola interaksi yang masing anggota bisa mencukupi kebutuhannya, dalam masyarakat sederhana ini intensitas serta komunikasi yang terjadi sangat sering. Dalam masyarakat sederhana juga tidak ada pembagian tugas antar individu yang spesifik, sehingga segala kebutuhan sudah tersedia di dalam tubuh masyarakat sederhana ini. Jika ada satu individu dalam masyarakat ini yang berhalangan untuk memenuhi kebutuhan kelompok maka posisi yang dia miliki bisa dengan mudah diganti oleh anggota yang lain.

28

Ibid, 146. 29

Analisis yang Dukheim berikan adalah adanya wujud simbol dan perwujudan dewa, pada satu kasus masyarakat kriteria ini bisa berlaku, akan tetapi untuk beberapa tipikal masyarakat tidak bisa dipaksakan untuk menerima kriteria demikian. Namun, meski tidak menerima kriteria yang Durkheim tentukan bukan lantas masyarakat tersebut tidak menganut paham solidaritas mekanik, bisa juga masyarakat tersebut juga menganut solidaritas mekanik. lihat Emile Durkheim, The Elementary Forms of The Religious life (Sejarah bentuk – bentuk agama yang paling mendasar), terj. Inyiak Ridwan Muzir, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2011) 434 – 435.

44

Dalam masyarakat sederhana inilah Durkheim melihat adanya kesadaran kolektif, kerjasama yang kuat, gotong royong, kontribusi yang total, memliki kepercayaan yang sama, memiiki tujuan serta impian dalam membentuk cita – cita yang sama, serta memiliki ikatan yang berdasarkan moral yang sama.30

Yang menjadi ciri khas dari pada masyarakat solidaritas mekanik adalah adanya solidaritas yang diasarkan pada ragam homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan lainnya.

“menurut Durkheim, solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama (collective conciousness/conscience), yang menunjuk pada “totalitas kepercayaan – kepercayaan dan sentimen – sentimen bersama yang rata – rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Itu merupakan suatu solidaritas yang tergantung pada individu – individu yang memiliki sifat – sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama juga. Karena itulah individualitas tidak berkembang, individualitas terus menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas.”31

Dalam pandangan Durkheim juga dikemukakan bahwa solidaritas mekanik dikendalikan oleh hukum yang bersifat dan berlaku kesepahaman anggota masyarakat tersebut. Sehingga wujud pelanggaran atas suatu hukuman menjadi tekanan bersama kepada pelaku yang melanggar peraturan atau kesepakatan umum.32

Sikap masyarakat yang memiiki solidaritas sosial mekanik terhadap kelompok yang melawan atau mengancam eksistensi lebih banyak

30

George Ritzer, Teori Sosiologi; dari sosiologi kasik sampai perkembangan terakhir postmodern, terj. Saut Parasibu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) 146.

31

Ibid, 183 32

45

pertimbangan stablitas masyarakat yang berjalan disana. Sehingga pertimbangan ini mengesampingkan aspek rasionalitas atau dampak yang terjadi setelah konsekuensi itu ditunaikan.

b. Solidaritas Organik

Meski memiliki nilai dasar sama yaitu solidaritas sosial, akan tetapi solidaritas organik berbeda dengan solidaritas mekanik. Secara sekilas solidaritas organik lebih pada kompleksifitas anggota masyarakat, sedangkan menurut prosesnya apa yang terjadi dalam solidaritas organik merupakan lompatan dari solidaritas mekanik. karena untuk mengkomparasikan antara solidaritas mekanik dan organik maka solidaritas organik memiliki kompoenen masyarakat yang maju, modern, dan majemuk. Untuk melihat seperti apakah potret masyarakat dengan solidaritas organik, definisi Johnson bisa menjadi sebuah tawaran:

“Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dan pembagian pekerjaan yang memungkinkan dan juga menggairahkan bertambahnya perbedaan dikalangan individu”33

Munculnya masyarakat dengan karakter solidaritas organik bukan serta merta ada keruntuhan dalam diri masyarakat tersebut, atau ada indikasi bahwa masyarakat itu mengalami kemunduran. Meski memiliki indikator – indikator semisal; adanya ketergantungan antar individu

33

46

dengan individu lain, ragamnya kepercayaan dan keyakinan, ragam pekerjaan yang hidup di dalam masyarakat, munculnya berbagai ragam perbedaan, adanya gaya hidup yang bermacam – macam, tidak menandai bahwa masyarakat tersebut mengalami kemunduran.

Durkheim memberikan catatan bahwa kuatnya solidaritas yang mereka bangun juga dilandasi dengan pola hukum restitutif (pemulihan) adalah bentuk kesepakatan masyarakat yang majemuk dengan tujuan untuk memulihkan suasana, dalam penerapan hukum restitutif tidak mengandung umpatan atau ungkapan secara masif seperi halnya yang terjadi di kelompok masyarakat mekanik.34

Struktur masyarakat demikian sudah terbangun dari kelompok terkecil masyarakat yaitu keluarga. Dimana pada masyarakat solidaritas mekanik kelompok kecil dari mereka memiliki homogenitas dengan keluarga lainnya. Satu kelompok dengan mata pencaharian yang sama semisal petani, nelayan, berkebun, dan mata pencaharian yang relatif sama. Sementara dalam komponen masyarakat yang memiliki solidaritas organik, kelompok kecil masyarakat berupa keluarga mereka lebih didominasi profesi yang ragam sesuai dengan perkembangan sosial yang mengiringinya.35

34

George Ritzer, Teori Sosiologi; dari sosiologi kasik sampai perkembangan terakhir postmodern, terj. Saut Parasibu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)

35

Nutani Soyomukti, Pengantar Sosiologi; dasar analisis, teori, dan pendekatan menuju analisis masalah – masalah sosial, perubahan sosial, dan kajian – kajian strategis. (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2016) 295 – 297.

47

Menurut Durkheim, pengisian setiap profesi kerja yang terjadi pada masyarakat dengan soldaritas sosial organik tidak bisa dipenuhi dengan dasar kolektif. Adanya saling membutuhkan yang berasas pada aspek fungsional ini mengantarkan masyarakat pada keberadan otonom masing individu.36

Proses demikian membentuk masyarakat dengan latar belakang heterogensi tinggi, kondisi masyarakat yang plural dan majemuk. Masyarakat lebih menjunjung tinggi apa itu bakat pribadi, masyarakat juga memahami apa itu hak dan kewajiban masing – masing individu, profesi masing – masing individu juga berbeda – beda menyesuaikan kebutuhan masyarakat luas. Oleh karena jangkauan yang luas itulah maka komposisi masyarakat kian plural.

Sebagai pemungkas dari karakter solidaritas organik, bahwa apa yang terjadi pada kompleksitas serta ketergantungan yang tidak diindikasikan oleh homogenitas bukanlah suatu kemunduran, justru dengan adanya saling membutuhkan dengan ragam pekerjaan akan semakin membentuk masyarakat yang kuat dan memiliki rasa solidaritas untuk kesatuan. Namun adanya fungsi hukum yang restitutif adalah untuk mengembalikan suatu keadaan kepada kondisi yang normal. Dalam konsekuensi kepada yang merusak tatanan masyarakat yang memiliki solidaritas organik juga memuat kemarahan yang bersifat kolektif.

36

48

Dari uraian dua solidaritas yang ditawarkan oleh Emile Durkheim, pendekatan solidaritas mekanik memiliki kedekatan untuk membaca kasus dalam objek kajian.

Dokumen terkait