• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembagian Peran dan Tanggungjawab Lembaga-lembaga Berikut ini adalah pembagian peran dan tanggungjawab yang dapat diterapkan dalam

KOORDINASI ANTAR LEMBAGA

7.1 Pembagian Peran dan Tanggungjawab Lembaga-lembaga Berikut ini adalah pembagian peran dan tanggungjawab yang dapat diterapkan dalam

program pengelolaan air limbah.

Institusi Peran dan Tanggungjawab

Pemerintah Pusat

Kementerian PU • Ditjen Cipta Karya bekerjasama dengan Sekretariat Kelompok Kerja (Pokja) Pengarusutamaan Gender (PUG) Cipta Karya mempromosikan dan mendorong pelaksanaan panduan integrasi gender di kalangan Kementerian PU dan lembaga terkait di daerah.

• Ditjen Cipta Karya bekerjasama dengan Sekretariat Kelompok Kerja (Pokja) Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Subdit Evaluasi Kinerja Bina Program dalam melakukan pemantauan dan evaluasi upaya integrasi gender dalam program pengelolaan air limbah oleh pemerintah daerah. • Dalam pelaksanaan Hibah Sanitasi dan sAIIG dari IndII –

Pemerintah Australia, CPMU Cipta Karya memeriksa Surat Komitmen dan Rencana Aksi Gender yang diajukan dalam proposal oleh Pemerintah Daerah.

Kementerian Dalam Negeri • Mempromosikan dan mendorong pelaksanaan panduan integrasi gender dalam pengelolaan air limbah melalui Surat Keputusan atau Surat Edaran kepada Pemerintah Daerah. • Mengawasi penyusunan Perda dan memeriksa dokumen

Perda yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah, serta menghimbau pemerintah Kota/Kabupaten agar memasukkan integrasi gender dalam Perda.

2 Pengajuan proposal beserta Surat Komitmen Integrasi Gender dan Rencana Aksi Gender ditujukan khususnya untuk program pengelolaan air limbah yang didukung dengan pendanaan dari pihak donor seperti program sAIIG dan Hibah Sanitasi dari Indonesia Infrastructure Initiative (IndII- proyek yang didanai oleh Pemerintah Australia).

22

Panduan Pengintegrasian Gender; Dalam Program Pengelolaan Air Limbah Berbasis Kelembagaan

Institusi Peran dan Tanggungjawab

Pemerintah Daerah Tingkat I (Propinsi) dan Tingkat II (Kota/Kabupaten) Dinas PU/ PDPAM/

PDPAL/ BLUD PAL sebagai Lembaga Pengelola Air Limbah

• Bekerjasama dengan Bappeda dalam menyusun dan mengajukan proposal Hibah Sanitasi kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dilengkapi dengan Surat Komitmen Integrasi Gender dan Rencana Aksi Gender. 2 • Merencanakan, melaksanakan dan memantau pelayanan

pengelolaan air limbah yang memberikan perhatian pada kesetaraan gender.

• Bekerjasama dengan masyarakat (perempuan dan laki-laki) dalam perencanaan, sosialisasi dan pemeliharaan jaringan air limbah.

• Menyusun standar dan prosedur yang memungkinkan integrasi gender diterapkan dalam pelayanan kepada masyarakat dan dalam kelembagaan (termasuk mengenai pengelolaan sumberdaya manusia).

• Memantau proses dan kualitas pemasangan pipa saluran air limbah yang dilaksanakan oleh kontraktor.

• Memastikan adanya perapihan paska konstruksi, termasuk perbaikan jalan dan fasilitas yang rusak akibat konstruksi. Bappeda • Bekerjasama dengan Dinas PU/PDAM/PDPAL/BLUD PAL

dalam menyusun dan mengajukan proposal Hibah Sanitasi kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dilengkapi dengan Surat Komitmen Integrasi Gender dan Rencana Aksi Gender.

Dinas Kesehatan • Membantu, mendukung dan memberikan pendampingan kepada Dinas PU dan badan pengelola air limbah dalam melakukan sosialisasi tentang perilaku hidup bersih sehat di wilayah program pengelolaan air limbah dan di sekolah-sekolah.

• Melibatkan Puskesmas (khususnya sanitarian) dan posyandu dalam sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air limbah.

• Melibatkan dan melatih kader perempuan dan laki-laki untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

• Memastikan agar laki-laki lebih terlibat dalam penyuluhan tentang perilaku hidup bersih sehat.

23 Kantor/Badan

Pemberdayaan Perempuan • Memberikan pendampingan kepada Dinas PU/PDAM/PDPAL/BLUD PAL dan lembaga terkait yang bergabung dalam Pokja Sanitasi dalam pengenalan konsep gender dan kesetaraan gender, analisis gender, serta Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) dalam program pengelolaan air limbah dan program sanitasi pada umumnya. • Melibatkan kader penyuluh Keluarga Berencana (KB)

sebagai tenaga penyuluh masyarakat di tingkat Kelurahan dan Kecamatan.

Badan Lingkungan Hidup • Mendorong dan memastikan agar pemrakarsa dan konsultan AMDAL melibatkan perempuan dan laki-laki secara setara dalam seluruh tahap AMDAL.

• Membantu, mendukung dan memberikan pendampingan kepada Dinas PU/PDAM/PDPAL/BLUD PAL dalam melakukan sosialisasi tentang bahaya pencemaran lingkungan dan pentingnya pengelolaan air limbah.

• Melibatkan kader lingkungan (perempuan dan laki-laki) dalam kegiatan sosialisasi.

Lembaga Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) • Mengupayakan penyusunan Peraturan Daerah (Perda) mengenai pengelolaan air limbah di daerah. • Menggunakan panduan integrasi gender ini sebagai acuan

menyusun draft Perda.

• Melibatkan masyarakat (perempuan dan laki-laki) dan kelompok masyarakat (termasuk kelompok perempuan) dalam penyusunan Perda.

• Mempertimbangkan dan memutuskan mengenai peningkatan anggaran sosialisasi yang memungkinkan laki-laki dan perempuan memperoleh informasi yang sama mengenai pengelolaan air limbah.

24

Panduan Pengintegrasian Gender; Dalam Program Pengelolaan Air Limbah Berbasis Kelembagaan Lembaga Non Pemerintah

Institusi Peran dan Tanggungjawab

PKK Tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kota/ Kabupaten

• Membantu sosialisasi tentang perilaku hidup bersih sehat dan pengelolaan air limbah kepada masyarakat (laki-laki dan perempuan).

• Membantu memelihara dan mendorong masyarakat (laki-laki dan perempuan) untuk memelihara jaringan pengelolaan air limbah, dengan tidak memasukkan sampah padat dan membersihkan bak kontrol.

Fasilitator Masyarakat dan/ atau Lembaga Swadaya Masyarakat

• Memastikan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat yang melibatkan perempuan dan laki-laki secara setara. • Memastikan agar perempuan dan laki-laki berunding dan

mengambil keputusan bersama-sama dalam pertemuan masyarakat yang difasilitasi.

Unit Pendukung

Tim Konsultan (Pendataan) • Memastikan adanya pengumpulan data dan analisis data terpilah berdasarkan jenis kelamin dalam survei awal (baseline survey) sebelum program hibah sanitasi dilaksanakan. • Menyusun kuesioner survei awal yang membantu mengenali

situasi, permasalahan dan kebutuhan laki-laki dan perempuan.

• Mengumpulkan data kualitatif terpilah yang dapat menjelaskan data kuantitatif terpilah.

• Menggunakan analisis gender dalam interaksi antara data kuantitatif dan kualitatif.

• Memastikan bahwa ada kesempatan yang setara untuk laki-laki dan perempuan menjadi pendata (enumerator).

25

7.2 Koordinasi Antar Lembaga: Kelompok Kerja Sanitasi

• Pemerintah Daerah dan DPRD membuat kebijakan untuk memperkuat keberadaan dan operasionalisasi Pokja Sanitasi serta menjamin penganggarannya.

• Badan Pemberdayaan Perempuan tingkat Kota/Kabupaten harus terlibat aktif dalam Pokja Sanitasi dan memberikan pendampingan mengenai aspek gender dalam program pengelolaan air limbah dan program sanitasi pada umumnya.

• Perlu ada perwakilan organisasi masyarakat, termasuk organisasi perempuan, dalam keanggotaan Pokja Sanitasi.

• Persoalan sosial dan gender dalam sanitasi perlu sering dibahas dalam pertemuan Pokja Sanitasi.

Kontraktor • Melaksanakan konstruksi jaringan air limbah sesuai spesifikasi, standar dan kualitas yang ditetapkan dan meminimalkan dampak negatif yang merugikan rumah tangga dan lingkungan.

• Menyelesaikan konstruksi dengan rapi, misalnya menutup kembali galian tanah secepatnya dan merapikan jalan untuk mengurangi dampak dan kerugian bagi masyarakat.

• Merespon komplain dari pengelola air limbah dalam masa garansi dengan memperbaiki konstruksi sesuai yang ditetapkan.

26

27 Untuk melakukan pemantauan dan evaluasi maka:

• Direktorat Jenderal Cipta Karya melakukan pemantauan dan evaluasi tentang integrasi gender yang dilakukan oleh pemerintah Kota/Kabupaten dalam program pengelolaan air limbah.

• Lembaga pengelola air limbah bertugas mengumpulkan data dan melaporkan upaya integrasi gender dan keberhasilannya kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya.

• Direktorat Jenderal Cipta Karya harus mempertimbangkan indikator kuantitatif dan kualitatif yang sensitif gender untuk melihat partisipasi, akses kontrol dan manfaat program bagi laki-laki dan perempuan.

Dokumen terkait