• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

3.5 Perancangan Sampel

3.5.1. Pembagian Teknik Sampling

Secara garis besar, metode sampling dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu probability sampling dan non probability sampling.

3.5.1.1. Probability Sampling

Probability Sampling adalah metode sampling yang setiap anggota

populasinya memiliki peluang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Peluangnya tersebut dapat sama, dapat pula tidak sama besarnya denga anggota populasi lainnya. Ada beberapa jenis probability sampling yang banyak

digunakan, antara lain sampling acak sederhana (simple random sampling),

sampling acak stratifikasi (stratified random sampling), cluster sampling,

sampling sistematis (systematic/quasi random sampling) dan sampling bertahap (multistage sampling).

1. Sampling Acak Sederhana

Suatu sampel dikatakan random apabila setiap unsur atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, untuk itu dapat digunakan metode undian dan metode bilangan random.

2. Sampling Acak Stratifikasi

Apabila unsur-unsur populasi tidak homogen, proses pengambilan sampel dengan menggunakan metode sampling acak sederhana akan menimbulkan bias karena masing-masing anggota populasi tidak

mempunya kesempatan yang sama dan ada kemungkinan tidak mewakili semua unsur yang ada dalam populasi. Untuk mengurangi pengaruh faktor heterogenitas itu, dapat dilakukan pembagian unsur-unsur atau anggota-anggota populasi ke dalam subkelompok yang disebut strata. Stratifikasi atau pembagian ini dapat dilakukan berdasarkan ciri tertentu dari populasi untuk keperluan penelitian.

3. Cluster Sampling

Pada metode ini unsur-unsur populasi dibagi dalam subkelompok yang disebut klaster (kelompok). Pembagian unsur-unsur populasi ke dalam klaster ini dapat dilakukan dengan menggunakan dasar wilayah administrasi pemerintahan maupun batas-batas alam (seperti jalan, sungai, gunung dan lain-lain). Selanjutnya setelah unsur-unsur populasi dibagi ke dalam klaster ,maka dari beberapa klaster ini dipilih salah satu klaster secara acak. Dari klaster yang terpilih ini, baru kemudian dipilih sampelnya secara acak pula. Perbedaan metode ini dengan sampel acak stratifikasi adalah pada pengambilan sampelnya. Pada sampling acak stratifikasi, sampel dipilih dari seluruh strata, sedangkan pada cluster sampling, sampel hanya diambil dari salah satu klaster saja. Oleh karena masing-masing klaster ini mempunya sifat homogen, maka tidak perlu seluruh klaster diambil sampelnya.

4. Sampling Sistematis

Dalam sampling sistematis, unsur-unsur populasi dipilih dengan jarak interval yang sama. Sebelum kita memilih sampel secara sistematis, kita

memilih titik awal secara acak, lalu dipilih sampelnya setiap jarak interval tertentu. Perbedaan antara sampling sistematis dengan sampling acak sederhana adalah bahwa pada sampling sistematis, unsur-unsur populasi itu tidak mempunyai kesempatan yang sama setelah ditentukan jarak interval dan titik awal untuk memilih sampel. Meskipun demikian, sampling sistematis mengandung keuntungan yaitu proses pemilihan sampelnya dapat lebih cepat dilakukan, sehingga dapat menghemat biaya.

5. Sampling Bertahap

Biasanya sampel dipilih hanya satu kali, yaitu sebelum proses pengumpulan data dilakukan. Cara ini memiliki kelemahan apabila sampel tersebut ditentukan terlampau kecil. Oleh sebab itu apabila kita menggunakan sampel yang kecil, sebaiknya sampel tersebut dipilih secara bertahap (beberapa kali) sampai pada keadaan dimana dipandang telah cukup untuk mengambil suatu kesimpulan. Proses seperti ini disebut

sampling bertahap (multistage sampling). Variasi lain dari sampling

bertahap adalah mengkombinasikan dua atau lebih teknik sampling probabilitas lainnya.

3.5.1.2. Non Probability Sampling

Dalam non probability sampling, setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Dalam non probability sampling, pemilihan unit sampling didasarkan pada pertimbangan atau

penilaian subjektif dan tidak pada pnggunaan teori probabilitas. Lagi pula, tidak ada teknik statistika yang tepat untuk mengukur random sampling error dari non probability sampling. Walaupun begitu ada situasi-situasi tertentu dimana non probability sampling lebih cocok dengan tujuan peneliti. Beberapa jenis non probability sampling yang sering dijumpai adalah quota sampling, accidental sampling, purposive sampling dan snowball sampling.

1. Quota Sampling

Quota Sampling merupakan metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. Tujuannya adalah memastikan bahwa berbagai sub kelompok dari suatu populasi akan terwakilkan pada karakteristik sampel yang relevan dalam jumlah yang diharapkan peneliti. Sampling stratifikasi juga memiliki tujuan seperti ini, namun cara penentuan jumlah kuotanya berbeda, Dalam sampling kuota, peneliti menentukan sendiri jumlah kuota yang ingin dicapai. Keuntungan metode ini adalah mudah, murah dan relatif cepat melaksanakannya. Akan tetapi, hasilnya hanyalah berupa kesan-kesan umum yang masih bersifat “kasar” dan tidak dapat digenerelasisasikan. Dalam sampel kita dapat dengan sengaja memasukkan orang-orang yang memiliki ciri-ciri yang kita inginkan. Salah satu kelemahan yang perlu diperhitungkan adalah kecenderungan memilih orang yang mudah didekati bahkan dekat dengan kita, yang mungkin ada biasnya dan memiliki ciri yang tidak dimiliki populasi secara keseluruhan.

2. Accidental Sampling

Metode ini merupakan prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses. Oleh karena itu jelas tidak mungkin kita menarik kesimpulan yang bersifat generalisasi. Meskipun demikian, metode ini sangat murah, cepat dan mudah untuk dilaksanakan. Teknik ini paling cocok digunakan untuk riset eksploratoris guna menghasilkan gagasan, wawasan atau hipotesis yang selanjutnya bakal diikuti dengan riset tambahan menggunakan sampling probabilitas. 3. Purposive Sampling (Judgmental Sampling)

Teknik ini memilih orangorang yang terseleksi oleh peneliti berpengalaman berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel tersebut terdapat wakil-wakil segala lapisan populasi. Dengan demikian perlu diusahakan agar sampel memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif, dimana penentuan ciri-ciri tersebut sangat tergantung pada pertimbangan atau penilaian subjektif dari peneliti.

4. Snowball Sampling

Snowball Sampling merupakan prosedur sampling dimana responden awal dipilih berdasarkan metode-metode probabilitas, kemudian mereka diminta untuk memberikan informasi mengenai rekan-rekan lainnya sehingga diperoleh lagi responden tambahan. Dengan demikian, semakin lama

kelompok semakin besar bagaikan bola salju yang menggelinding dari puncak bukit ke bawah. Meskipun awalnya menggunakan sampling probabilitas untuk memilih responden pertama, namun sampel akhirnya adalah sampel non probabilitas. Sampel yang direkomendasikan cenderung memiliki kesamaan dalam hal karakteristik demografis dan psikografis dengan orang yang merekomendasikannya.

Dokumen terkait