4.9 Tulang Rahang Bawah (Mandibula)
1. Tulang Rawan
4.13 Pembagian Tulang Berdasarkan Bentuknya
Pembagian tulang menurut bentuknya dibedakan menjadi:
1. ) Tulang pipa (tulang panjang)
Tulang pipa mempunyai bagian-bagian:
- Epiphyse : Berupa bonggol, tulang bunga karang yang dilapisi tulang kompak tipis.
- Diaphyse : Bagian tengah tulang, dibangun oleh tulang kompak yang dilapisi periosteum.
- Rawan Epiphyseal : Diantara epiphyse dan diaphyse, berupa keping rawan, hanya terdapat
pada tulang yang masih dapat tumbuh. 2. ) Tulang-tulang pendek (irreguler)
Bagian dalam dibangun oleh tulang bunga karang dan bagian luar terdiri dari tulang kompak yang tipis.
Contohnya pada tulang-tulang karpalia, tarsalia, phalanges dan lain-lain.
3. ) Tulang-tulang pipih
Komposisinya seperti tulang pendek, bagian tengah berupa tulang bunga karang yang dilapisi tulang kompak hanya bentuknya pipih.
Contohnya pada tulang rusuk dan tulang tengkorak (Nurhayati,2004).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum sistem rangka ini ialah bahwa sistem rangka secara anatomi pada vertebrata dibagi menjadi 2 yaitu skeleton axial yang terdiri dari cranium, columna vertebra, costae dan sternum. Pembagian rangka yang kedua adalah rangka appendiculare yang terdiri dari anggota tubuh bagian depan, anggota tubuh bagian belakang, anggota tubuh bagian atas, anggota tubuh bagian bawah. Kemudian. Secara histolginya tulang dibedakan menjadi tulang rawan yang terdiri dari rawan hialin, rawan elastis dan rawan fibrosa kedua yaitu tulang keras yang terdiri dari tulang kompak dan tulang spo
BAB I
PENDAHULUAN
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua organisme makhluk hidup. Sedangkan histologi berasal dari kata histon, yang artinya kumpulan beberapa sel yang mempunyai satu atau lebih
kekhususan fungsi yang membentuk jaringan. Jadi
histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan tubuh.
menunjang mata kuliah Anatomi dan Histologi. Adanya praktikum ini dapat menjadikan mahasiswa mengetahui anatomi dan histologi hewan ternak secara nyata.
Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum Anatomi dan Histologi ini terdiri dari pengamatan kerangka dan otot pada ayam, pengamatan kerangka dan otot pada domba, dan pengamatan jaringan kulit, jaringan ikat, jaringan usus halus, jaringan otot, dan jaringan tulang. Pengetahuan tentang anatomi dan histologi dapat menjadikan
mahasiswa mengetahui dan mengerti bentuk dan struktur semua organisme serta jaringan tubuh.
BAB II
Anatomi Ayam Kerangka ayam
Ayam memiliki tulang yang kuat dengan susunan partikel yang padat dan timbangan berat yang ringan. Timbangan yang ringan tetapi berat ini memungkinkan bangsa burung memiliki kemampuan untuk terbang atau berenang bagi unggas air. Tulang punggung di daerah leher dan otot dapat digerakkan. Tulang punggung tersebut membentuk suatu susunan kaku yang memberikan kekuatan terhadap tubuh yang cukup kuat untuk menopang gerakan dan
aktivitas sayap (Akoso, 1993).
Tulang-tulang hampir semua jenis unggas adalah bersifat pneumatik (berongga). Ruang berongga ini berhubungan dengan sistem pernafasan yang memungkinkan seekor burung dengan satu sayap yang patah untuk bernafas melalui sayap. Hal ini merupakan suatu fenomena yang telah diperhatikan sejak lama pada burung-burung yang luka oleh para pemburu. Dua belas persen struktur tulang pada ayam adalah tipe tulang meduler yang unik. Ini
merupakan suatu jaringan tulang yang kecil sekali yang mengikat struktur berongga bersama-sama dengan sumsum tulang dan bagi unggas liar berguna sebagai suatu substansi untuk pembentukan telur bila kadar kalsium dalam pakannya rendah (Blakely and Bade, 1991).
yang diliputi garam mineral. Kalsium fosfat menyusun sekitar 80% bahan mineral dan sisanya sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium fosfat
(Frandson, 1992).
Rongga sunsum tulang ayam betina selama masa bertelur disusupi oleh sistem tulang sunsum yang terdiri atas
kalsium tulang. Bagian ini mengisi ruang sunsum dengan anyaman tulang yang lembut kecil dan berfungsi untuk membentuk kulit telur bila kalsium yang tersedia dalam pakan rendah. Tulang sunsum ini terdapat pada ayam betina yang secara fisiologis normal, tetapi tidak terdapat pada ayam jantan (Akoso, 1993).
Sunsum tulang terdapat dalam tulang kering, tulang paha, tulang pinggul, tulang dada, tulang iga, tulang hasta,
tulang belikat dan kuku. Anak ayam sewaktu tumbuh dewasa, yakni sekitar 10 hari menjelang pembentukan telur yang pertama, mulai menampung tulang sunsum. Pada ayam liar, tulang-tulang ini menghasilkan kalsium yang cukup untuk membentuk kerabang bila kadar
kalsium yang dimakan selama bertelur rendah (Akoso, 1993).
Timbunan kalsium tulang ayam betina piaraan hanya
dapat mencukupi pembentukan beberapa kerabang telur. Apabila kandungan kalsium rendah, maka setelah ayam bertelur kurang lebih 6 butir, akan kehilangan sekitar 40% dari total kalsium tulang (Akoso, 1993).
Perototan ayam
Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur dan
mempunyai fungsi utama sebagai penggerak. Ciri suatu otot mempunyai hubungan yang erat dengan fungsinya. Karena fungsinya, maka jumlah jaringan ikat berbeda diantara otot. Jaringan ikat ini berhubungan dengan
kealotan daging. Otot-otot yang berasosiasi dengan tulang yaitu otot-otot yang berhubungan dengan tulang, sering disebut otot skeletal (Soeparno, 1994).
Jaringan otot ayam merupakan satu kesatuan kelompok organ yang bertindak selaku anggota gerak. Ada 3 macam otot dasar, yaitu otot polos, otot jantung, dan otot rangka. Otot polos dijumpai di dalam pembuluh darah, usus, dan organ lain yang tidak berada di bawah perintah otak. Otot rangka melekat pada tulang dan bertanggung jawab
terhadap gerak yang berada di bawah perintah seperti otot dada, paha, dan kaki.
Otot skeletal adalah yang paling penting bagi ternak
unggas meskipun terdapat otot polos pada usus dan otot kardiak pada jantung. Dada merupakan otot skeletal
terbesar karena dibutuhkan untuk terbang, misalnya pada bangsa ayam liar. Otot ini telah dikembangkan secara genetis oleh para ahli pemuliaan spesies-spesies
domestik. Ayam memiliki otot merah dan putih, yang dapat disamakan dengan daging gelap dan terang. Perbedaan ini disebabkan kandungan myoglobin pada otot merah. Myoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen
pada otot ayam (Blakely and Bade, 1991).
Musculus pectoralis major berfungsi untuk menutup sayap, berorigo pada carnia sterni dan berinsertio pada facies ventralis humeri. Musculus pectoralis minor baru tampak bila musculus pectoralis major diangkat. Musculus ini berorigo pada carnia sterni, kemudian masuk ke dalam foramen triosseum yang berinsertio pada facies dorsalis humeri. Fungsinya adalah untuk menurunkan sayap (Radiopoetra, 1991).
Sesaat setelah mati, otot mengalami proses patologis
yang disebut rigormortis. Dalam keadaan ini, otot berubah menjadi kaku karena kenaikan tegangan otot sehingga kehilangan elastisitas atau disebut juga kaku bangkai. Kaku bangkai ini dimulai dari tubuh bagian depan melanjut ke belakang dan biasanya hilang dengan urutan yang
sama (Akoso, 1993). Jaringan
Jaringan otot. Jaringan otot secara langsung mampu menghasilkan gerakan. Sel-sel jaringan lain dapat pula bergerak, tetapi gerakannya kurang terintegrasi. Hanya kumpulan sel-sel yang mampu menciptakan gerakan kuat melalui progres kontraksi dengan gerakan searah
dilaksanakan oleh otot (Dellmann and Brown, 1989).
Sel-sel khusus jaringan otot memiliki bangun khusus yang dikaitkan dengan aktivitas kontraksi. Bentuknya
Berdasarkan bentuk serta bangunnya, sel otot disebut serabut otot (myofibers) (Dellmann and Brown, 1989). Serabut otot ada tiga bentuk dasar, yaitu otot polos yang merupakan bagian kontraktil dinding alat jeroan, otot kerangka yang melekat pada tubuh, beroriginasi dan insersio pada bungkul tulang dan otot jantung yang
merupakan dinding jantung (Dellmann and Brown, 1989). Tiga macam jaringan otot pada mamalia dapat dibedakan menurut susunan (structure), inervasi dan kontrol,
fungsinya (Kustono, 1997).
Otot kerangka adalah otot yang melekat pada rangka (skeleton). Otot ini terdapat paling banyak, yaitu sekitar 40% total berat badan. Otot ini bekerja secara sadar atau dibawah kontrol syaraf (voluntary). Otot kerangka kadang disebut otot bergaris-garis (striated muscle) karena terlihat bagian-bagian yang gelap dan terang (perbedaan indeks bias dari berbagai bagian serabut otot). Bila dilihat dengan mikroskop akan terlihat garis-garis berselang (cross
striated) (Kustono, 1997).
Serabut otot kerangka yang ekstra panjang, panjangnya dapat mencapai seluruh panjang otot dengan diameter 10 – 120 μm. Serabut yang panjang ini berasal dari
gabungan dari sel-sel mononuklear (myoblast) ke dalam satu serabut. Jadi satu serabut tampak memiliki banyak inti yang mengambil posisi di tepi dengan letak
subsarkolema pada mamalia (Dellmann and Brown, 1989).
Otot polos (smooth muscle) memiliki bentuk serabut
seperti kincir atau gelendong (spindle), berdiameter tidak lebih dari 10 μm. Panjangnya bervariasi antara 20 – 500 μm, tergantung pada organ yang memilikinya. Posisi inti sentral dan tidak tampak garis-garis melintang. Semua serabut otot membentuk berkas dan terikat ketat oleh
jalinan serabut elastik dan retikuler antara tiap serabut otot polos (Dellmann and Brown, 1989).
Otot polos terdapat pada macam-macam organ mamalia, yaitu pada dinding pembuluh darah dan limfe, dinding saluran pencernaan, kencing, reproduksi, pernafasan, dinding perototan uterus dan lapisan dermal pada kulit. Pada ayam dan kalkun, gizzardnya hampir semua
terdapat otot polos. Otot polos bekerja dibawah kontrol syaraf tak sadar (involuntary) (Kustono, 1997).
Otot jantung (cardiac muscle) hanya ditemukan pada
jantung dan nampak sama dengan otot rangka bila dilihat dibawah mikroskop. Otot jantung bekerjanya tidak berada di bawah kontrol syaraf secara sadar (involuntary)
(Kustono, 1997). Serabut otot jantung mempunyai susunan khusus untuk memenuhi fungsinya sebagai pompa jantung. Otot ini berbentuk silinder, bergaris
melintang mirip otot kerangka, tetapi berbentuk sebagai sel-sel yang bercabang yang saling mengadakan
anastomose dan bukan berbentuk sinsisium. Inti tunggal lazimnya terletak di tengah serabut otot (Dellmann and Brown, 1989).
Komponen sel otot terdiri dari sel membran bagian luar (sarkolema), mitokondria, apparatus golgi, endoplasmik retikulum, peroxisomes, lysosomes dan ribosomes
(seperti pada sel-sel lain). Myofibrils adalah organela di dalam serabut otot yang mempunyai fungsi spesial untuk berkontraksi. Myofibrils ini berupa benang-benang protein yang memanjang. Otot kerangka bagian dalamnya
ditempati oleh ± 80 – 87% myofibril (50% pada otot jantung). Otot mengandung protein miosin, aktin,
tropomiosin dan troponin. Troponin terdiri dari sub unit I, T dan C (Kustono, 1997).
Jaringan tulang. Tulang tergolong jaringan ikat yang memiliki sel dan serabut, terkurung dalam bahan yang keras, sehingga cocok dengan fungsinya sebagai
penunjang serta pelindung. Tulang merupakan kerangka tubuh serta merupakan pertautan otot serta tendon yang merupakan alat gerak. Tulang melindungi otak dan alat tubuh yang penting dalam rongga dada, juga merupakan tempat bagi sumsum tulang. Tulang dianggap sebagai gudang garam kalsium yang melalui metabolisme
mempertahankan kadar kalsium dalam plasma darah (Dellmann and Brown, 1989).
Lamel tulang ada tiga jenis, yaitu lamel khusus (concentric lamellae) yang mengitari saluran Haver yang membentuk osteon (haversian system); lamel interstisial (interstitial lamellae) yang mengisi ruang antara osteon satu dengan yang lain, dan lamel umum (circumferential lamellae) yang
membalut tulang, langsung di bawah periosteum (lamel umum luar), dan di bawah endosteum (lamel umum
dalam). Garis pemisah (cement line) jelas terdapat antara komponen osteon dengan bahan interstisial. Garis ini
tampak tidak teratur bila tulang mengalami proses perombakan yang disebut garis balik (reversal lines). Bagian yang memiliki garis bentuk halus disebut garis tahan (arrest lines) sebagai akibat pertumbuhan tulang yang terjadi setelah periode selang (interruption period) (Dellmann and Brown, 1989).
Permukaan luar serta dalam pada substansi padat pada hewan dewasa terdiri dari lamel tulang konsentris yang mengitari tubuh tulang. Bagian ini disebut lamel umum luar dan lamel umum dalam. Lamel-lamel tampak sebagai jalinan pita yang tersusun paralel terhadap sumbu tulang pada penampang tulang memanjang (Dellmann and
Brown, 1989).
Osteon tersusun dengan pola longitudinal mengitari saluran Haver (central canals) yang berisi pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf tanpa selubung mielin yang ditunjang oleh jaringan ikat. Saluran Haver saling berhubungan melalui saluran Volkman (perforating canals) secara horizontal atau transversal. Saluran Haver
digambarkan sebagai saluran vertikal atau tegak lurus dan saluran Volkman sebagai saluran horizontal. Osteon
dikenal dapat bercabang dan beranastomose dengan
saluran Haver (central canals) dapat terpancang miring, beraspek seperti saluran Volkman (perforating canals). Saluran Haver selalu dikitari oleh lamel khusus sedangkan saluran Volkman tidak (Dellmann and Brown, 1989).
Tulang umumnya dibalut jaringan ikat kuat yang disebut periosteum dan terdiri dari dua lapis, yaitu lapis dalam atau lapis osteogenik yang menumbuhkan sel-sel
pembentuk tulang; lapis luar atau lapis fibrosa terdiri dari jalinan serabut kolagen dengan pembuluh darah.
Pembuluh darah bercabang-cabang dan masuk melalui saluran penembus (perforating canals) mencapai osteon. Lapis osteogenik pada hewan muda lebih banyak
mengandung sel-sel daripada yang tua. Pertautan periosteum pada tulang cukup kuat melalui serabut
kolagen yang menyusup ke dalam lamel umum luar dan lamel interstisial tulang. Serabut penembus ini menyatu dengan matriks dengan membentuk lamel permukaan (Dellmann and Brown, 1989).
Jaringan ikat. Secara embriologis, jaringan ikat berasal dari mesoderm, meskipun ektoderm daerah kepala ikut membentuk jaringan ikat. Jaringan ikat embrionik disebut mesenkim (mesenchyme), berkembang dari somit
mesoderm somatik dan splanknik. Berdasarkan perkembangannya, jaringan ikat dibagi dalam dua kelompok besar dan beberapa subkelompok. Semua
bentuk jaringan ikat (penghubung dan penunjang) memiliki tiga unsur pokok, yakni sel-sel, serabut, dan matriks atau
bahan dasar, yang secara proporsional berbeda untuk tiap jenis, tetapi pada mesenkim belum tampak adanya
serabut (Dellmann and Brown, 1989).
Jaringan ikat dibagi menjadi dua, yaitu jaringan ikat embrionik dan jaringan ikat dewasa. Jaringan ikat
embrionik terdiri dari mesenkim dan jaringan ikat gelatin. Jaringan ikat dewasa terbagi menjadi jaringan
penghubung dewasa dan jaringan penunjang dewasa. Jaringan penghubung dewasa terbagi menjadi jaringan ikat longgar, jaringan ikat pekat tidak teratur, jaringan ikat teratur yang terdiri dari kolagen dan elastik, jaringan ikat retikuler dan jaringan lemak yang terdiri dari jaringan lemak putih dan jaringan lemak coklat. Jaringan
penunjang dewasa terbagi menjadi tulang rawan yang terdiri dari tulang rawan hialin, tulang rawan elastik dan tulang rawan fibrosa, tulang, notokord, somentum dan dentin (Dellmann and Brown, 1989).
Ada tiga macam serabut jaringan ikat, yaitu serabut kolagen, serabut retikuler, dan serabut elastik. Jaringan ikat dari hewan dewasa paling banyak terdapat dalam bentuk jaringan ikat longgar yang tidak teratur atau areolar (Dellmann and Brown, 1989). Sel-sel jaringan ikat dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sel tetap dan sel pengembara. Sel tetap meliputi fibroblast, sel-sel
mesencim dan sel-sel adipose khusus. Sel-sel
pengembara meliputi eosinofil, sel plasma, sel mast, sel limfe dan makrofag bebas. Substansi dasar dan serabut
ekstraseluler diproduksi oleh fibroblast (Soeparno, 1994). Menurut Swatland (1984) dalam Soeparno (1994),
serabut-serabut kolagen pada jaringan ikat mempunyai diameter antara 1 – 12 µm, sedangkan ikatan-ikatan paralel fibril penyusun serabut kolagen tersebut
berdiameter antara 20 – 100 nm. Kolagen merupakan protein yang paling luas terdapat dalam tubuh hewan, meliputi 20 – 25 % dari total protein tubuh mamalia.
Kolagen merupakan protein struktursl pokok pada jaringan ikat, dan mempunyai pengaruh besar terhadap kealotan daging. Jumlah dan kekuatan kolagen meningkat sesuai dengan umur (Soeparno, 1994).
Jaringan pada sistema digestiva. Sistem digesti berfungsi sebagai saluran pencernaan (Kustono, 1997). Usus halus tersusun dari epitel silindris sebaris. Epitel silindris sebaris terdiri dari sebaris sel-sel berbentuk silinder, berdiri pada membran basal. Pada penampang melintang selnya
tinggi, inti lonjong terletak agak basal dengan sumbu tegak lurus terhadap membran basal, penampang atas tampak poligonal. Tipe epitel ini juga membalut lambung kelenjar (Dellmann and Brown, 1989).
Jaringan epitel ada yang berfungsi sebagai kelenjar dalam arti mempu menghasilkan sekreta. Sebagian besar organ tubuh bagian dalam berisi kelenjar dalam satu atau bentuk lain dan hasil pemisahan itu mungkin didistribusikan
secara luas. Kelenjar dapat bersifat endokrin atau eksokrin (Dellmann and Brown, 1989).
Jaringan kulit. Jaringan kulit merupakan jenis jaringan epitel. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel sejenis yang membalut permukaan luar dan dalam organ tubuh yang berbentuk saluran atau rongga. Selain itu juga membalut permukaan tubuh. Sel-sel epitel mampu berproliferasi menumbuhkan kelenjar folikel rambut (Dellmann and Brown, 1989).
Secara embriologis, ketiga daun kecambah berperan dalam menumbuhkan berbagai bentuk epitel, misalnya : ektoderm menumbuhkan epitel permukaan tubuh dan derivatnya, entoderm menumbuhkan epitel saluran pencernaan dan pernapasan, dan mesoderm
menumbuhkan epitel saluran kardiovaskular, saluran urogenital, dan rongga tubuh yang tidak berhubungan dengan dunia luar, misalnya rongga dada dan rongga perut. Jaringan epitel dengan ciri khasnya mampu
melaksanakan beberapa fungsi tertentu, misalnya sebagai pelindung, penyerap, sekresi dan ekskresi, reseptor
rangsangan dan membentuk barier untuk proses permeabilitas selektif (Dellmann and Brown, 1989).
Klasifikasi jaringan epitel berdasarkan pada bentuk sel-sel dan jumlah lapisannya, misalnya : epitel selapis yang
terdiri dari satu lapis sel di atas membran basal dan epitel banyak lapis yang terdiri dari dua atau lebih lapis sel di atas membran basal. Penamaan epitel banyak lapis lazimnya didasarkan pada bentuk sel-sel permukaan
Epitel pipih banyak lapis lazimnya terdapat tiga sampai lima lapis sel. Lapisan ini terdiri dari stratum basale,
stratum spinosum, stratum germinativum, stratum lucidum dan stratum corneum (Dellmann and Brown, 1989).
Anatomi Domba Kerangka domba
Tengkorak (kranin). Bagian skeleton yang membentuk kerangka dasar kepala disebut kranium. Fungsi tengkorak yaitu sebagai pelindung otak, penyokong berbagai organ dan membentuk awal saluran sistema digestoria dan sistema respiratoria. Tengkorak terdiri dari nasal, mandibula, maksila, lakrima, coranoid process dan occipital. Atap bagian atas dibentuk oleh maksila dan
premaksila, yang membentuk dentis dan oleh as palatina. Bagian ventrolateral, oral dilengkapi oleh mandibula.
Mandibula berporos pada bagian as temporale, di depan lubang telinga. Semua dentis bagian bawah pada
mandibula merupakan tempat perekatan otot yang berperan dalam proses pengunyahan dan penelanan (Frandson, 1992).
Ujung medial skapula bersendi dengan manubrium. Ujung lateral clavicula bersendi dengan acromion. Acromion adalah sudut di sebelah caudal dan dua sudut di sebelah cranial pada sudut cranial lateral dataran sendi, yang bersendi dengan humerus (Radiopoetro, 1991).
tidak mempunyai processus spinous dan carpus menjadi satu dengan aksis, penggunaan seperti gigi. Vertebralis cervicalis yang kedua disebut aksis. Aksis mempunyai spinosum processus yang lebar, tetapi tidak tinggi
(Frandson, 1992). Vertebrae thoracales, costae dan sternum membentuk thorax. Sternum terdiri atas manubrium sterni, carpus dan processus xipoideus
(Radiopoetro, 1991). Vertebrae thoracalis ditandai dengan processus spinous yang sangat berkembang. Processus spinous membentuk pangkal pada prominesia dorsalia yang dikenal sebagai “wither” pada bagian bawah bahu (Frandson, 1992).
Humerus, ulna, radius, ossa metacarpallia dan palanges merupakan tulang panjang, sedangkan tulang assa
carpallia merupakan tulang pendek. Ujung proximal
humerus yang berbentuk bulat bersendi dengan ulna. Ada dua dataran sendi pada ujung distal humerus, yang satu merupakan bulatan dan yang lain menyerupai roda
korekan yang merupakan satu kesatuan. Dataran sendi yang berupa bulatan, bersendi dengan ujung proximal radius, sedangkan yang menyerupai roda korekan bersendi dengan ujung proximal ulna. Radius dapat diputar sehingga dapat saling disilangkan. Gerakan ini disebut pronasi. Gerakan pemutaran kembali sehingga radius dan ulna terletak sejajar disebut ordonansi
(Radiopoetro, 1991).
tergantung pada spesies hewan. Processus olecanon terdapat pada semua hewan, menonjol di atas dan di bawah persendian siku. Processus tersebut membentuk sebuah pengungkit untuk perlekatan otot yang berfungsi meluruskan otot siku (Frandson, 1992).
Pada semua mamalia, karpus merupakan daerah yang komplek yang terdiri dari dua deret tulang kecil. Deretan proximal disebut radial (profundial ke lateral), intermediet dan ulnar. Metakarpus merupakan daerah disebelah distal karpus. Pada sapi dan domba, karpus merupakan hasil tulang metakarpus yang ke tiga dan ke empat. Suatu alur vertikal pada metakarpus menunjukkan fusi kedua tulang tersebut (Frandson, 1992).
Ujung proximal femur yang berbentuk bulat bersendi dengan os coxae. Ujung distal femur bersendi dengan ujung proximal tibia. Daerah ventral ujung kedua tulang yang bertemu ini terdapat patella. Ujung proximal fibula bersendi dengan ujung proximal tibia. Distal fibula
menempel pada ujung distal tibia. Kedua ujung distal ini merupakan persendian dengan trchlea tali. Trchlea tali ialah bangunan berupa kerekan pada talus. Talus ialah salah satu dari ossa tarsalia. Ossa tarsalia bersendi satu dengan yang lain. Ossa tarsalia terdiri atas talus,
proteulus, os cuboideum, os naviculare (os scapoideum) dan tiga ossa cuneiforinia. Talus bersendi dengan
calcaneus dan raviculare calcaneus bersendi juga dengan os cuboideum. Os raviculare bersendi juga dengan ketiga
ossa coneiformia. Os cuboideum juga ossa cuneiformia di ujung distal bersendi dengan ujung proximal 5 ossa
metatarsalia. Di sebelah os metatarsalia berturut-turut terdapat dua palanges. Di sebelah os metatarsale yang lain berturut-turut terdapat tiga palanges. Waktu berdiri, yang menapak tanah ialah tuber calcanei (tonjolan ke
planter pada calcaneus) dan capita osseum metatarsalium (distal ossa metatarsalia). Pada kaki ada lengkung
longitudinal dan lengkung transversal. Jari pertama kaki tidak dapat disisikan (Radiopoetro, 1991).
Profundingulum membri inferiotis terdiri atas sepasang os coxae. Satu os coxae ialah hasil tumbuh melekatnya
tulang, yaitu os illium, os ischii dan os pubis. Sepasang os