• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM

B. Pembagian warisan

Sebelum harta pewaris dibagi kepada ahli waris, maka ada empat kewajiban ahli waris yang harus dilakukan, yaitu :

1. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai;

2. Menyelesaikan, baik utang-utang berupa pengobatan, perawatan, termasuk kewajiban pewaris maupun penagih piutang;

3. Menyelesaikan wasiat pewaris;

4. Membagikan harta warisan di antara ahli waris yang berhak secara adil (Pasal 175 KHI)

Kewajiban satu sampai dengan ketiga harus diselesaikan lebih dahulu oleh ahli waris. Apabila kewajiban itu telah dilaksanakan dan harta yang dibagi sudah ada, maka menjadi kewajiban yang keempat adalah membagikan warisan tersebut secara adil di antara para ahli waris, sesuai dengan hak masing-masing ahli waris.108

108

Dalam Kompilasi Hukum Islam juga ditentukan secara sistematis besarnya bagian yang diterima dari ahli waris masing-masing. Bagian yang diterima ahli waris ditentukan berikut ini :

1. Anak perempuan

a. Apabila anak perempuan mendapat seorang diri ia mendapat separuh bagian.

b. Apabila terdiri dari dua orang atau lebih anak perempuan, mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian.

c. Apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki, maka bagian anak laki-laki dua berbanding satu dengan perempuan (Pasal 176 KHI).

2. Bagian ayah

a. Apabila pewaris tidak meninggalkan anak, maka ayah mendapat sepertiga bagian.

b. Apabila pewaris meninggalkan anak, ayah mendapat seperenam bagian. (Pasal 177 KHI)

3. Bagian ibu

a. Apabila pewaris ada anak atau dua saudara atau lebih, hak ibu mendapat 1/6 (seperenam) bagian.

b. Apabila pewaris tidak ada anak, maka ibu 1/3 (sepertiga) bagian dari sisa, sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersama-sama dengan ayah. (Pasal 178 KHI)

4. Bagian duda

a. Apabila pewaris tidak meninggalkan anak, hak duda adalah ½ (seperdua) bagian.

b. Apabila pewaris meninggalkan anak, maka duda mendapat hak ¼ (seperempat) bagian. (Pasal 179 KHI)

5. Bagian janda

a. Apabila pewaris tidak meninggalkan anak, hak janda adalah ¼ (seperempat) bagian.

b. Apabila pewaris meninggalkan anak, maka janda mendapat hak 1/8 (seperdelapan) bagian. (Pasal 180 KHI)

6. Bagian saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu

Bagian yang diterima ahli waris saudara laki-laki dan perempuan adalah tidak sama bagiannya, tetapi tergantung jumlah saudara laki-laki dan perempuan.

a. Apabila seorang meninggal dunia tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka hak dari saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu, masing-masing mendapat 1/6 bagian.

b. Bila mereka dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat 1/3 (sepertiga) bagian. (Pasal 181 KHI)

7. Bagian saudara perempuan sekandung dan seayah

Besarnya bagian yang diterima saudara perempuan kandung tergantung kuantitas saudara kandung itu sendiri. Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan ayah dan anak, sedang ia mempunyai :

a. Satu saudara perempuan kandung atau seayah, maka ia mendapat ½ (separuh) bagian

b. Saudara perempuan tersebut bersama-sama mendapat 2/3 (dua pertiga) bagian.

c. Saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara laki-laki kandung atau seayah, maka bagian saudara laki-laki adalah 2:1 dengan saudara perempuan. (Pasal 182 KHI)

Ada dua cara pembagian harta warisan yang ditawarkan Kompilasi Hukum Islam yakni cara biasa sebagaimana yang diatur dirincikan dalam Kompilasi Hukum Islam dan yang kedua sebagai alternatif adalah membaginya dalam bentuk kesepakatan perdamaian. (Pasal 183, 189 KHI)

Perdamaian hanya dapat terjadi jika mereka telah mengetahui saham (bagian fard) mereka masing-masing, terlebih lagi pengetahuan dimaksud didasarkan kepada fakta adanya ketetapan dari pihak Pengadilan Agama. 109

Tujuan yang mendasar pada Pasal 183 Kompilasi Hukum Islam mengenai persyaratan dimaksud adalah agar tidak terjadinya kerugian dari salah satu pihak dari ahli waris tanpa disadarinya atau tidak dalam pengetahuannya. Dengan demikian, ketika ia menyepakati dari suatu pembagian saham berdasarkan perdamaian, ia telah dapat memperhitungkan kerugian atau pun sebaliknya berupa keuntungan dari pembagian berdasar perdamaian tersebut. Tegasnya, perdamaian berarti kerelaan pihak-pihak yang bersepakat dalam pembagian tersebut.110

1) Salah satu pihak dari ahli waris mendapatkan lebih sedikit dari para ahli waris lainnya, padahal ahli waris dimaksud tergolong orang yang memerlukan terhadap harta waris (miskin, biaya pengobatan atau pendidikan lainnya) atau pun orang yang sangat dihormati

Dasar alasan yang memungkinkan bagi KHI untuk membolehkan terjadinya pembagian dengan perdamaian adalah apabila para ahli waris telah mengetahui bagian saham mereka masing-masing secara hukum materil Islam. Apabila perdamaian pembagian terjadi pastilah didasarkan atas pertimbangan tertentu yang komitmen terhadap kondisi hubungan keluarga seperti:

109

Sukris Sarmadi, Op. Cit. h. 33

110

dalam tradisi keluarga, dan memiliki otoritas tertentu dalam mempertahankan hubungan kekeluargaan atau sangat berjasa terhadap pewaris.

2) Harta warisan yang akan dibagi merupakan sumber perekonomian keluarga, bukan hanya menyangkut terhadap kehidupan para ahli waris tetapi juga kerabat lain yang tidak berhak atas harta warisan. Mempertahankannya berarti mempertahankan sumber penghidupan keluarga. Pembagiannya yang mungkin dilakukan hanya dengan mengambil hasil produk sumber perekonomian dimaksud seperti alat jasa tertentu.111

Dalam konteks ini, KHI memberikan contoh sebagaimana yang disebut dalam pasal 189 ayat (1) bahwa apabila harta yang akan dibagi berupa lahan pertanian yang luasnya kurang dari 2 hektar, hendaknya dipertahankan persatuannya, dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama yang bersangkutan. Tujuan agar harta dimaksud tetap terpelihara kesatuannya yang apabila dibagi-bagi berarti harta tersebut tidak dapat lagi mempertahankan atau sebagai sumber perekonomian keluarga secara terus menerus. Pada dasarnya, alasan yang mendasar dalam bagian pertama ini adalah untuk menghindari dari kemiskinan, kemelaratan salah satu pihak ahli waris. Maka dengan mempertahankan tradisi-tradisi tertentu kemeralatan salah satu pihak keluarga dapat dihindari.112

Cara pembagian dengan cara perdamaian, memungkinkan beberapa cara pembagian harta warisan, antara lain :

1) Pembagian sama rata di antara para ahli waris

2) Takharuj (kerelaan) ahli waris

111

Ibid. h. 34

112

3) Pembagian secara kolektif, di mana pokok harta tidak dibagi dan tetap dipertahankan tetapi hasilnya dibagikan sesuai kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud Pasal 189 ayat (1) KHI

4) Memberikan hak waris sesuai dengan perhitungan hak saham kepada ahli waris yang tidak menyetujui pembagian dengan cara perdamaian, yakni ; membayar harganya kepada ahli waris oleh ahli waris lainnya (Pasal 189 ayat (2) KHI). Sisa harta dapat dilakukan pembagian dengan cara perdamaian oleh ahli waris lainnya.

5) Memberikan seluruh harta atau sebagian harta kepada salah satu atau beberapa ahli waris karena mereka dianggap sangat memerlukannya.113

Dokumen terkait