• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAGIAN WEWENANG PEMERINTAHA FEDERAL 20/03/

By : Aji Maftus

http://admsci.ui.ac.id/files/250920061115211.

Hal yang paling penting dari karakteristik sistem politik Amerika adalah pembagian kewenangan antara pemerintahan federal dan pemerintah negara bagian. Pemerintahan United States yang pertama, berdasarkan Article of Confederation merupakan gabungan dari negara- negara Amerika. Akan tetapi, muncul ketidakpuasan dari beberapa kalangan terhadap Artikel Konfederasi. Hasilnya adalah munculnya system federal pada tahun 1787 yang dibuat di Philadelphia, dimana terdapat dua kedaulatan yakni pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Sistem ini digunakan untuk melindungi negara-negara Amerika yang telah ada sebelumnya dan bermaksud untuk mempertahankan kedaulatan mereka, dan membangun sebuah pemerintahan pusat yang efektif.

Ditinjau dari perkembangan sejarahnya, terdapat 3 era yang menjelaskan perkembangan federalisme ini, dimana masing-masing era memiliki penerjemahan berbeda antara hubungan pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Bentuk awalnya merupakan persatuan (Union) dimana masih belum menemukan titik jelas hubungan keduanya. Mengakibatkan timbulnya banyak permasalahan antara pemerintah nasional (federal) dan pemerintah negara bagian dalam penerjemahan wewenang satu sama lain. Contohnya kasus sengketa Maryland State dengan pemerintah nasional menyangkut didirikannya Second Bank of The United States dengan diberlakukannya pajak oleh Maryland terhadap bank nasional (federal). Isu lain juga yang mengancam eksistensi Union adalah isu perbudakan dan Civil War (perang sipil).

Perkembangan berikutnya adalah dual federalism dan laissez faire Capitalism. Dual federalism adalah doktrin yang berdasar pada ide bahwa diperlukan pemisahan yang tepat antara kekuasaan nasional (federal) dan kekuasaan negara. Doktrin konstitusi menjelaskan bahwa ada area-area tertentu yang menjadi kewenangan masing-masing. Posisi konstitusi ini mengizinkan doktrin laissez faire bahwa bisnis yang besar dan secara luas berada diluar control pemerintah. Juga mengizinkan negara dalam kebijakan publiknya untuk melakukan diskriminasi terhadap kulit hitam. Bentuk federalisme ini muncul pada tahun 1930 lalu.

Didalam area perdagangan, perpajakan, pengeluaran, hak-hak sipil, kebebasan sipil, dan lainnya, pemerintahan federal saat ini memiliki peranan penting, salah satunya adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari meningkatnya kompleksitas masyarakat Amerika dan saling ketergantungan antara masyarakat, negara dan pemerintahan lokal bekerja bersama- sama untuk mengatasi masalah negara, situasi yang demikian disebut sebagai federalisme kooperatif. Adanya bantuan dari Washington kepada negara bagian dan pemerintah lokal telah menjadi instrument utama dari pengaruh nasional (pemerintah federasi). Negara bagian dan pemerintah daerah telah menerima jutaan bantuan federasi, dalam menerima bantuan tersebut, mereka juga telah menerima pembatasan penggunaan kekuasaan federasi dan prioritas kebijakan nasional yang mendasari pemberian bantuan.

ANALISIS

Menurut saya, mengapa pada awal pembentukan federalisme ini banyak sekali menghadapi tantangan dikarenakan kebanyakan orang mengembalikan hal ini kepada dasar terbentuknya negara mereka yakni Liberal, equal dan pursuit of happiness. Pahaman inilah yang mungkin menjadi factor utama mengapa pertentangan tersebut tidak ada habisnya. Negara menginginkan kedaulatan sepenuhnya tanpa campur tangan dari pihak manapun. Dengan dibentuknya negara sebagai sebuah federasi dimana terbagi menjadi dua kedaulatan yakni pemerintah federasi dan pemerintah negara bagian, memang benar ketakutannya adalah adanya indikasi pemerintahan nasional (federasi) yang terlalu kuat sehingga melemahkan posisi bagi negara-negara bagian dan membatasi ruang gerak mereka. Hal ini terlihat dari perdebatan antara para anti federalis dan pro federal. Ketika anti federal mengatakan bahwa hanya pemerintahan di negara sendirilah yang bisa yang bisa melindungi dan mengetahui betul kondisi di negaranya. Ketakutan akan dominasi dan intervensi yang terlalu besar oleh negara federasi ke dalam urusan negara bagian. Sedangkan para pro federalis mengatakan bahwa pemerintahan federal tidak memiliki kepentingan untuk melemahkan negara bagian. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak kebijakan-kebijakan yang

overlap atau saling tumpang tindih dan saling mengklaim kewenangan antara pemerintahan federasi dan pemerintahan negara bagian. Salah satu contoh ketidakpuasan ini terjadi dengan dideklarasikannya doktrin “null and void” sebagai salah satu cara melawan pemerintah federasi. Federasi di Amerika saat ini, dalam prosesnya membawa banyak kebaikan yang bermanfaat bagi para negara bagian. Adanya pemisahan kekuasaan yang jelas antara pemerintah negara bagian

dan federasi membuat perjalanan perpolitikan Amerika Serikat menjadi stabil. Negara bagian juga dengan leluasa melaksanakan kebijakan-kebijakan didalam negerinya sendiri sedangkan urusan diluar pemerintahan nasional ditangani oleh pemerintah federasi. Kekhawatiran bahwa pemerintah federasi yang mendominasi memang terjadi akan tetapi negara bagian tetap diberikan kewenangan sepenuhnya untuk mengatur negaranya berdasar pada pernyataan bahwa negara sendirilah yang mengetahui seluk beluk dan permasalahn rakyatnya. Mereka bebas berkreasi untuk memajukan negaranya dan kemudian tercipta suatu kesatuan (United) yang kuat. Melihat kemajuan dari negara-negara bagian Amerika Serikat saat ini, saya pikir federalisme memang solusi yang tepat untuk satu kesatuan negara yang menganut paham Liberal ini meskipun masih banyak pertentangan yang berlangsung antara berbagai bidang apakah harus ditangani oleh pemerintah federal atau pemerintah negara bagian salah satu contohnya adalah bidang pendidikan.

STUDI KASUS II

Pemikiran Amien Rais Terhadap Federalisme di Indonesia

Pemikiran Amien Rais, tentang kemungkinan pada masa yang akan datang negara Indonesia menjadi negara federasi muncul setelah melihat adanya ancaman disintegrasi yang terjadi akibat dari sistem pemerintahan negara kesatuan yang sentralistis. Selanjutnya dikatakan bahwa dialog negara federasi sebagai alternatif negara kesatuan menunjukkan bahwa sesungguhnya nasionalisme suatu bangsa tidak harus terpecah hanya kerena negara berganti wajah. Untuk menghentikan sentralisasi yang berlebihan, Amien Rais mengajukan sistem federal karena didasarkan pertimbangan bahwa banyak negara demokrasi justru maju adil dan makmur karena sistem federal seperti Malaysia, Kanada, Jerman, Australia bahkan Amerika.

Menurut Amien Rais, untuk mewujudkan negara federal pemerintahan baru harus mempunyai kemauan politik (political will) dalam mewujudkan hal tersebut. Namun demikian, wacana federasi ini masih belum luas serta membutuhkan waktu yang cukup untuk mewujudkannya. Adanya negara federasi sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah fundamental, yaitu ketimpangan dalam bidang sosial, ekonomi, politik serta budaya. Untuk itu wacana negara federasi diperlukan dalam kerangka pemulihan Hak Asasi Manusia (HAM) serta membangun perimbangan antara pusat dan daerah. Pembagian hasil (revenue sharing) antara pusat dan daerah sangat timpang. Kekayaan alam daerah sangat sedikit dirasakan oleh daerah penghasil. Dengan Kolusi Korupsi dan Nepotismenya, daerah Jawa mendapatkan bagian yang terlalu besar dari hasil tersebut’’. Mengenai pembagian kekuasaan, Amien Rais menghendaki kedaulatan diberikan pada tingkat provinsi. Adapun dalam negara federal nantinya tetap ada perimbangan keuangan antara negara bagian dan negara federal namun untuk secara detailnya harus dirumuskan dengan musyawarah bersama antara pemerintah federal dengan negara negara bagian.

Amien Rais mengajukan tiga fundamentals yang harus ditegakkan untuk membagun negara federal. Yaitu keadilan (al-‘adalah), (as-syuro) dalam arti negara harus dibangun dan dikembangkan dengan mekanisme musyawarah, dan yang ketiga adalah penegakkan prinsip persamaan (almusaawah ) sebagaimana Islam dan agamaagama samawi tidak pernah membedabedakan manusia berdasarkan perbedaan jenis kelamin (sex), warna kulit (race), status sosial (class) suku bangsa dan lain-lain. Begitu pula dengan prinsip otonomi harus memiliki ketiga aspek itu.

Federalisme untuk Indonesia masih relevan namun sudah “kebablasan” yaitu otonomi yang melibihi federalisme. Karena desentralisasi saat ini memberikan otonomi sampai ketingkat kabupaten/kota bukan pada provinsi. Jadi merupakan suatu hal yang kuno membicarakan federal jika ditempatkan dalam konteks saat ini di Indonesia, karena jika berbicara federal berarti yang mendapatkan otonomi hanya sampai propinsi. Saat ini sudah tidak relevan membicarakan bentuk negara federal, karena sudah tidak ada gunanya, ini didasarkan karena di dalam undang – undang dasar sudah dikunci tepatnya dalam pasal 37 ayat 5 yang menyatakan bahwa ”Tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.

Untuk mewujudkan penerapan otonomi daerah yang baik diperlukan adalah penegakkan hukum atau the rule of law atau dalam bahasa yang juga umum itu adalah etablishment of in abholding of the rule of law. Jadi dalam hal gagalnya imlementasi undang – undang itu karena pelanggaran the rule of law. Jadi kalau berbicara secara normatif bahwa undang-undang seperti apapun baiknya kalau the man behind the undang-undang itu masih “sontoloyo” tentu tidak sampai kemana-mana. Jadi sambil membangun moralitas penyelenggara negara memang harus ada keharusan yang tidak bisa dihindarkan yaitu tegaknya the rule of lawagar tidak tercipta kesenjangan antara formulasi dan implementasi.

ANALISIS

Gagasan federalisme Amien Rais baru sampai pada tataran gagasan dan belum sampai pada wilayah konsep yang utuh. Gagasan negara federal Amien Rais muncul setelah melihat adanya ancaman disintegrasi yang terjadi akibat dari sistem pemerintahan negara kesatuan yang sentralistis.

Menurut Amien Rais, dalam membangun negara federal, setidaknya ada tiga unsur yang harus menjadi bangunannya yakni; keadilan (al-‘adalah), persamaan (almusawah), dan musyawarah (as-syuro). Mengenai pembagian kekuasaan, Amien Rais menginginkan bentuk yang tidak lebih luas daripada otonomi saat ini yaitu kedaulatan hanya diberikan pada propinsi-propinsi untuk menjadi bagian negara federal, namun untuk mewujudkan negara federal, pemerintahan baru harus mempunyai kemauan politik (political will) dalam mewujudkan hal tersebut. Adapun untuk pembagian keuangan, menurut Amien Rais dalam negara federal masih tetap ada perimbangan keuangan antara negara bagian dengan pemerintah federal, namun mengenai komposisinya/detailnya, harus melalui proses musyawarah antara pemerintah negara federal dengan negaranegara bagian.

Dokumen terkait