BIOGRAFI, PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
C. Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab
1. Pembaharuan Bidang Keagamaan
29
1. Pembaharuan Bidang Keagamaan
Pencemaran terhadap ajaran Islam yang murni bermula dari masa pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ketika itu membawa kaum muslimin untuk ikut andil dalam menyebarluaskan ajaran filsafat Yunani dan Romawi. Di samping itu, pengaruh mistik platonik dari budaya Rusia yang juga merusak ajaran Islam. Hal ini dilihat dari berbagai macam kebatilan dan takhayul yang telah dipraktikkan kaum Hindu, yang kemudian diikuti oleh orang-orang Islam. Ketika wilayah Arab mengalami kemunduran di berbagai aspek kehidupan, yang mana orang-orang Arab terpecah-belah karena banyaknya perselisihan dan persaingan antar suku. Kemudian muncullah Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai seorang tokoh pembaharu yang menghapus unsur-unsur yang merusak kemurnian Islam.65
Selain itu, adanya berbagai tarekat yang masuk dan pengaruhnya telah merasuki pemikiran kaum muslim saat itu membuat munculnya berbagai tindakan yang dikatakan telah mempersekutukan Allah Subhanahu wa ta‟ala. Hal ini dilihat dari permohonan dan doa yang tidak lagi langsung dipanjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta‟ala, melainkan melalui perantara Syekh atau wali tarekat tersebut. Kemudian Muhammad bin Abdul Wahhab melihat bahwa kemurnian tauhid telah dirusak bukan hanya karena pemujaan terhadap para wali dan syekh, tetapi juga terdapat paham animisme yang mempengaruhi keyakinan umat Islam ketika itu. Seperti pemujaan terhadap batu-batu besar, pohon kurma yang dianggap mempunyai kekuatan gaib, guna meminta pertolongan dalam berbagai persoalan hidup mereka. Muhammad bin
65
Herry Muhammad et al, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Cet. I (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), 244.
30 Abdul Wahhab melihat keyakinan yang seperti ini merupakan syirik atau politeisme, yang merupakan dosa besar dan tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta‟ala.66 Ini berdasarkan firman AllahSubhanahu wa ta‟ala.,
َِّٔإ ٱ غٌَ َلاٌٍََّٙ طٍَُٔأ ُشِف ِِٗبَو َش ۦ غٌَ َٚ َزَُٔٚدبَِ ُشِف بَطٍٍَََِّٕىٌِ هُء طٍَُِٕ َٚ و ِش ِبٱ ِذَمَفٌٍَِّٙ ٱ ف ى َشَح ثِئ بًٍِّظَعبًّ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan ia mengampuni segala dosa selain syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (Qs. An-Nisa‟:48).67
Syirik dikategorikan menjadi dua, yaitu syirik akbar dan syirik asgar. Syirik akbar artinya syirik yang nyata, contohnya menyekutukan Allah Subhanahu wa ta‟ala., atau beribadah kepada sekutu-Nya, dan mengharapkan ataupun mencintai sekutu-sekutu AllahSubhanahu wa ta‟ala. Sedangkan syirik asgar yaitu syirik yang tidak tampak, seperti berbuat berlebihan terhadap makhluk yang seharusnya tidak disembah hingga bersumpah kepada selain Allah Subhanahu wa ta‟ala.,68 dan perbuatan riya‟69Yang dianggap sebagai syirik yang paling kecil.
Nabi Ibrahim as berdoa, seperti yang disebut dalam Alquran:
َّ ََبَٕ ص َ لٱ َذُب عََّٕٔإٍََِّٔب ٍَِٕٛ بُٕ جٱ َٚب ٕ ِِاَءَذٍََبٱ ٌاَز َٙ ٍَع جٱ ِّب َشٍُِّ٘ َش ب ِ َلَبَل رِإ َٚ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala”. (Qs. Ibrahim:35).
66
Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, 24-25.
67
Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Ayat Pojok Bergaris), Departemen Agama RI (Semarang: CV. Asyifa‟), 207.Qs. An-Nisa‟:48.
68
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Cet. I (Jakarta: Logos, 1997), 154.
69Riya‟ (ingin dipuji) berarti perbuatan atau bertindak sesuatu semata-mata hanya ingin mendapat pujian orang
31 Diriwayatkan dalamhadis yang ditafsirkan dalam karya Abdul Wahhab, bahwa Rasulullah Saw., bersabda,
ٍََع ُفبَخَأ بَِ ُف َْٛخأ ٍْ
ِّشٌا: َيبَمَف َُْٕٙع ًَِئُسَف ُشَغْصَ ْلَا ُن ْس ِّصٌا ُُْى ٌَ
ُءب
“Yang paling aku khawatirkan terhadap kalian adalah terjadinya satu bentuk syirik kecil. Ketika ditanya mengenai hal tersebut (apakah syirik kecil itu), beliau saw menjawab,‟Riya‟ (pamer)”.70
Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab berziarah kubur dibolehkan dalam Islam, bahkan disunahkan oleh Nabi saw., tetapi jika ziarah tersebut dijadikan sebagai jalan menuju syirik, seperti menyiram kubur dengan air yang telah dicampurkan sesuatu atau memohon kepada Allah dengan perantara ahli kubur bahkan hingga melakukan salat di atas kuburan, memperindah kuburan dengan hiasan yang berlebihan maka itu dilarang dalam Islam, karena semua ini termasuk kedalam syirik akbar.71Ibn Mas‟ud ra meriwatkan bahwa Nabi Muhammad saw., pernah bersabda,
َُٛ٘ َٚ َتبَِ َِْٓ ٌَ
ِْ ُْٚد ِِْٓ ُْٛعْذ ِالله
َسا ٌَّٓا ًََخَد اًّذِٔ
“Barangsiapa meninggal ketika menyekutukan Allah (memohon (berdoa) kepada selain Allah), maka dia akan masuk neraka”.72
Tauhid merupakan ajaran yang paling dasar dalam agama Islam, oleh karena itu Muhammad bin Abdul Wahhab memusatkan perhatiannya pada persoalan tauhid. Ia berpendapat:73
a. Hanya AllahSubhanahu wa ta‟ala yang wajib disembah, sedangkan orang yang menyembah selain Allah Subhanahu wa ta‟ala maka dia telah termasuk orang musyrik dan boleh dibunuh.
70 Mufrodi, Islam, 154.
71 Ibid.,154.
72
Abdul Wahhab, Tegakkan Tauhid, 32.
73
32 b. Kebanyakan umat Islam tidak lagi menganut paham tauhid yang sebenarnya, karena mereka telah menjadi musyrik dengan menyembah para wali atau syekh. Orang-orang yang belum memenuhi syarat-syarat tauhid adalah orang yang tidak menyembah AllahSubhanahu wa ta‟ala. Ini sesuai dengan firman AllahSubhanahu wa ta‟ala: َلَ َٚ ُّحَٔأ َع بََُّٔٚذِب عَأ ُذُب
“Dan kamu sekalian tidak akan menjadi penyembah (Dzat) yang aku sembah”, (Qs. Al-Kafirun: 3)
c. Menyebutkan nama nabi, syekh atau malaikat dalam do‟a juga dikatakan syirik. Ini sesuai firman Allah yang menjelaskan tentang pegangan yang terlalu berlebihan kepada orang saleh adalah akar dari ketidaktaatan terhadap agama yang benar, sebagai berikut: ٌَ َ٘أ َلَ ٌ َحِى غَج َلاِب ُّىٌِِٕذٍِفْاٍُٛ ىٍََعْاٌُُٛٛمَج َلَ َٛ ٱ َّلَِئٌٍَِّٙ ٱ ٌ َّكَح
“Hai Ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah Subhanahu wa ta‟alakecuali yang benar”. (Qs. an-Nisa‟: 171) d. Meminta syafaat selain dari Allah Subhanahu wa ta‟ala., itu
dikatakan syirik.Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa ta‟ala.,: سِزَٔأ َٚ ِِٙب ٱ حٍَُٔأَُٔٛفبَخٌٍََِٕزٌَّ ٚ ُشَط ىٌَِإْا ِِّّٙب َش ٍٍَ ُِِٗٔٚذٍََُِّّّٕٙس ۦ ٌٍِّ َٚ عٍِفَض َلَ َٛ ٍََُّّٙعٍَّ َُْٛمَّحٍَ
“Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Allah Subhanahu wa ta‟ala (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun selain daripada AllahSubhanahu wa ta‟ala, agar mereka bertakwa”.
33 e. Bernazar selain kepada Allah itu adalah syirik. Dalam hal ini
Allah Subhanahu wa ta‟ala., berfirman:
ِبَُٔٛفٌُٛ ٱ زٌَّٕ ٍََُٛٔٛفبَخٌَ َٚ ِس ِ ُٖ ُّشَطَٔبَوب ۥ سُِ شٍ ِطَح ا
“Mereka menunaikan nadzar atau sumpah dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana”.(Qs. Al-Insan: 7)
f. Memperoleh pengetahuan selain dari Alquran, hadis dan qiyas (analogi) adalah sebuah kekufuran.
g. Tidak menyakini adanya qadha dan qadar74 Allah Subhanahu wa ta‟ala., adalah kekufuran.
h. Penafsiran yang bebas terhadap Alquran dengan takwil (interpretasi yang bebas) adalah kufur.Untuk ketiga pernyataan mengenai kekufuran di atas, sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa ta‟ala.,:75
ۡ عَي
ۡ عِنَنوُف ِر
َۡتَم
ٱ
ۡ كَأ َواَهَنو ُرِكنُيَّمُثِهَّلل
ُۡمُه ُرَث
ٱۡ ل
ۡ َك
َۡنو ُرِف
“Mereka mengetahui nikmat AllahSubhanahu wa ta‟ala, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir”. (Qs.An-Nahl: 83).
Semua yang telah dipaparkan di atas, ia anggap sebagai bidah, dan bidah adalah kesesatan.76 Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa kelemahan
74
Qadha adalah ketetapan atau ketentuan AllahSubhanahu wa ta‟ala yang sudah dibuat dari masa azali, yaitu
masa yang tidak ada batas waktunya. Sesuatu kejadian yang terjadi adalah sesuain dengan pengetahuan Allah tersebut dan inilah yang disebut dengan Qadha Allah Sedangkan Qadar yaitu perwujudan qadha Tuhan bagi manusia setelah berusaha (ikhtiar), juga diartikan sebagai penentuan atau pembatasan ukuran segala sesuatu sebelum terjadinya dan menulisnya di lauhil mahfudz. Lauh mahfudz adalah tempat yang dijaga oleh malaikat, tertulis tentang ajalnya, rizkinya, untung dan ruginya atau celakanya semua makhluk
Dikutip dari http://id.scribd.com/2019/06/qadha-dan-qadar.html, 7 Maret 2007. 75
Abdul Wahhab,Tegakkan Tauhid, 234.
76
34 atau kemunduran dan kejatuhan umat Islam itu disebabkan kerena rusaknya tauhid, dengan berbagai macam bidah dan memusyrikkan Allah Subhanahu wa ta‟ala. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa antara iman, Islam dan Ihsan mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Satu-satunya jalan dalam pemurnian tauhid adalah dengan kembali kepada ajaran Alquran dan Hadis.
Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab, bahwasannya iman itu harus diyakini didalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dinyatakan dalam bentuk amal. Jika dalam kenyataannya tidak sejalan secara bersamaan maka akan berakibat pada kadar iman seseorang, apakah itu bertambah ataupun berkurang.77 Itban ra mengemukakan suatu riwayat bahwa Nabi saw.,bersabda:78
َف َّْ ِأ َالله َّلَِأ ٌََِٙأَلَ: َيبَل َِْٓ ِسا ٌَّٓا ىٍََع ََ َّشَح َالله ٌَ َْٙج َٚ َهٌَِزِب ىِغَبْٕ الله
“Sesungguhnya AllahSubhanahu wa ta‟ala telah mengharamkan (masuk) neraka bagi orang yang mengatakan (bersaksi), Tidak ada Tuhan (yang pantas disembah)selain AllahSubhanahu wa ta‟ala,” lalu dengan kesaksian tersebut dia hanya mencari keridhaan Allah semata”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
2. Pembaharuan Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, ulama‟ Wahhabi memegang penuh kebijakan, sehingga pengaruh pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab, terutama dalam program purifikasi dan konsepnya tentang tauhid dijadikan landasan
77
Mughni, Dirasat, 175.
78
35 penting dalam pendidikan keagamaan di Saudi. Ulama Wahhabi juga mengatur penuh kurikulum pendidikan, sehingga pengaruh pemikiran teologi dalam kurikulum itu menyebabkan terjadinya diskriminasi terhadap kelompok syiah, karena dalam kurikulum Saudi Arabia, ulama Wahabi menganggap Syiah sebagai kelompok ahlu bid‟ah, baik di bidang peribadatan maupun di bidang Aqidah.
Reformasi di bidang pendidikan juga relative sulit dilakukan, mengingat kuatnya pengaruh ulama Saudi dalam hal menentukan arah kurikulum di Saudi Arabia. Meski demikian, pengaruh itu mulai berkurang saat raja Fahd di ikuti dengan Raja Abdullah melakukan reformasi di bidang pendidikan, terutama pendidikan agama dengan membentuk dewan khusus yang ditugaskan untuk melakukan seleksi terhadap pendidikan agama yang sekiranya dapat berpotensi membentuk karakter radikal. Kebijakan tersebut ditempuh untuk mencegah bahaya radikalisasi sekelompok orang Arab Saudi, sekaligus untuk merealisasikan tekanan Barat.79
Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab, pemurnian akidah merupakan pondasi utama dalam pendidikan Islam. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan melalui teladan atau contoh merupakan metode pendidikan yang paling efektif. Hal ini sejalan dengan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab agar umat manusia kembali kepada ajaran Rasulullah dan para sahabatnya sebagai suri tauladan yang sangat baik bagi manusia.
79
Huda, Mukhamad Syamsul, Pengaruh Pemikiran Teologi Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap