BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
3.2. Pembahasan................................................................................37 & 38
Daun yang telah ditutupi dengan aluminium foil pada malam dan pagi hari menunjukkan adanya perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan seperti pada warna hijau daun tidak mengalami perubahan hanya saja daun terlihat pada bagian daun yang ditutupi dengan aluminium foil menjadilebih pucat dan menunjukkan adanya bercak berwarna abu-abu.
Pada bagian yang tidak tertutup tidak mengalami perubahan warna yang terlalu besar setelah direndam didalam alkohl hal ini bisa jadikarena faktor cuaca yang dapat mempengaruhi karena disaat proses praktikum berlangsung kondisi cuaca berasap dengan sedikit sekali adanya cahaya matahari sehingga menyebabkan tanaman yang membutuhkan cahaya matahari yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna seperti menerima cahaya matahari penuh dan tidak berjalan dengan sempurna nya aktivitas-aktivitas biologis tanaman yang dapat mengganggu aktivitas dan proses lainnya didalam jaringan tumbuhan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan dengan perubahan warna yang terjadipada daun yang ditutupi aluminium foil maka tersimpan amilum yang ada pada daun yang ditutupi. Pati yang terkandung didalam daun pada tumbuhan
apabila ditambahkan dengan yodium akan berubha menjadiwarna biru/ ungu. Namun faktor-faktor lain juga dapat mempengaruhi seperti suhu dan cahaya yang dapat menjadisalah satu faktor didalam berjalannya proses fotosintesis yang berpengaruh terhadap proses lainnya pada tumbuhan seperti yang telah dilakukan pada praktikum kandungan pati yang terkandung pada daun tanaman. Pada saat praktikum sebaiknya dengan hati-hati dan dilakukan sesuai dengan prosedur.
PRAKTIKUM KE-2
PENGARUH SUHU TERHADAP RESPIRASI KECAMBAH
BAB I
PENDAHULUAN
Proses respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa-senyawa organik menjadisenywa anorganik. Proses respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadididalam sel dan berlangsung secara aerobik dan anaerbik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondioksida seperti alkohol, asam asetat dan sedikit energi.
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi.
Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk kedalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel.
Salah satu faktor yang menajdipengaruh terhadap proses respirasi adalah suhu. Suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi biokimia didalam tanaman. Dengan semakin meningkatnya suhu maka reaksi akan berlangsung lebih cepat. Sebagai contoh fotosintesis akan meningkat aktifitasnya sampai dengan suhu tertentu (sekitar 30 derajat) dan setelah itu akan menurun lagi. Pada saat aktifitas biosintesis menurun akibat peningkatan respirasi (perombakan). Jadihasil fotosintesis dapat merupakan substrat untuk respirasi. Dalam suatu bahan tanaman aktifitas respirasi dapat dideteksi dengan jumlah CO2 yang dihasilkan.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengamati pengaruh suhu terhadap kecapatan respirasi kecambah.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 6 Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
2.2. ALAT DAN BAHAN
- Alat
Kecambah kacang hijau (phaseolus radiatus) NaOH 0,5 N HCl 0,5 N Phenolptalin - Bahan Botol ukuran 200ml Kain kasa Benang 2.3. PROSEDUR KERJA
- Kecambah ditimbang seberat 10 gram, kemudian dibungkus kain kasa - Isi masing-masing 2 botol sebanyak 30 ml dengan larutan NaOH 0,5 N - Gantungkan bungkusan kain kasa berisi kecambah tersebut kedalam botol
yang telah berisi larutan NaOH dengan bantuan benang lalu ditutup rapat dan diisolasi sehingga tidak ada udara keluar masuk kedalam botol.
- Simpanlah botol tersebut dan kontrolnya ( botol berisi larutan NaOH tanpa kecambah) pada suhu kamar
- Setelah 24 jam larutan NaOh dalam botol diambil 5ml, masukkan kedalam erlemeyer dan tambahkan 2,5 ml larutan BaCl2. Tetesi 2 tetes phenolptalin dan selanjutnya lakukan titrasi dengan HCl 0,05 N. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hiolang. Ulangi titrasi 3x dan ambil hasil rata-ratanya
- Dari hasil titrasi tersebut hitunglah banyaknya CO2 yang dibebaskan pada respirasi kecambah tersebut pada temperature yang berbeda
- Lakukan nuga titrasi dengan menggunakan larutan NaOH blanko (tanpa kecambah/ kontrol)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:
3.1. HASIL
Hasil yang diperoleh dari perhitungan terhadap suhu blanko, suku kamar dan suhu kulkas, maka:
Diketahui suhu blanko = 44,6 sebagai standar perhitungan bagi suhu kamar dan suhu kulkas.
Mol HCL blanko – ml HCL kecambah = Δ0 ml HCL Mol HCL = Δml HCL x kHCL (0,05) Mol CO2 x Bm CO2 (44) 44,6 – 31 = 13,6 Mol HCL = 13,6 x 0,05 = 0,68 Mol CO2 = 2 (0,68) = 1,36 gr CO2 = 1,36 x 44 = 59,84
Untuk suhu kulkas dengan rumus:
Mol HCL blanko – ml HCL kecambah = Δ0 ml HCL Mol HCL = Δml HCL x kHCL (0,05 N) Mol CO2 = 2 mol HCL gr CO2 = mol CO2 x Bm CO2 (44) Δ Mol HCL = 44,6 – 34,5 = 10,1 Mol CO2 = 2 (0,505) = 1,01 gram CO2 = 1,01 x 44 = 44,44 3.2. PEMBAHASAN
Jadi, dari hasil yang diperoleh dapat diketahui suhu blanko tanpa diberi perlakuan dengan kecambah, suhu diperoleh sebesar 44,6. Untuk suhu kamar
dengan diberikan perlakuan dengan kecambah diperoleh hasil gr CO2 = 59,84 , Δ0
ml HCL = 13,6 , mol HCL = 0,68 dan mol CO2 1,36.
Untuk suhu kulkas yang diberi perlakuan sama dengan suhu kamar, hanya saja pada suhu kulkas diberi perlakuan, selama 24 jam diletakan dilemari es, lalu ketiga perlakuan ini dilakukan titrasi dan diperoleh hasil untuk suhu kulkas, Δ0 mol HCL = 10,1 Mol HCL = 0,505 Mol CO2 = 1,01 gram CO2 = 1,01 x 44 = 44,44
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Jadi, dari ketiga perlakuan yang dilakukan sesuai prosedur praktikum, untuk mengamati dan mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah sesuai hasil yang diperoleh yaitu:
Suhu blanko = suhu kamar = suhu kulkas gram CO2 = gram CO2 = gram CO2
Diharapkan pada praktikum yang selanjutnya dapat dilengkapi dengan alat dan bahan yang lengkap, sehingga setiap masing-masing kelompok dapat menggunakan alat yang dibutuhkan sehingga tidak menghambat jalannya praktikum, terutama untuk kebutuhan air yang terbatas, karena air sangat dibutuhkan untuk membersihkan peralatan laboratorium yang digunakan
PRAKTIKUM KE-4
JARINGAN PENGANGKUT AIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada tumbuhan berpembuluh, pengangkutan air serta garam tanah maupun hasil fotosintesi dilakukan oleh jaringan pembuluh yang terdiri dari dua kelompok
sel yang asallnya sama namun berbeda bentuk, struktur dinding, serta isi sel nya. Kedua kelompok sel tersebut adalah :
- Xylem fungsi utamanya adalah mengangkut air dari tanah serta zat yang terlarut didlaamnya ke bagian tumbuhan.
- Floem fungsi utamanya adalah mengangkut zat makanan hasil fotosintesis. Baik kelompok sel xylem maupun kelompok sel floem membentuk berkasi dalam tubuh tumbuhan dan biasanya sejajar dengan sumbu organ yang menjaditempatnya. Pada batang, berkas xylem umumnya bergabung dengan berkasi floem dalmam satu ikatan berkas pembuluh. Kombinasi xylem dan floem itu membentuk sistem jaringan pembuluh yang sinambung diseluruh tubuh tumbuhan, termasuk semua cabang dan akar.
Xylem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks dan terdiri dari berbagai macam bentuk sel.
Pada umumnya sel-sel penyusun xylem merupakan sel-sel yang telah mati dengan dinding sel yang sangat tebal dan tersusun dari lignin yang juga berfungsi sebagai penguat.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengamati jaringan pengangkut air pada tumbuhan tingkat tinggi.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
- Alat
Pisau potong
Botol bening (5 botol) Gelas ukur
Spidol permanen - Bahan
Cabang tanaman allamanda catartica (bagian ujung dengan diameter, jumlah ruas, jumlah daun dan umur yang sama).
Aquades Vaselin
Gabus penutup botol
2.2. PROSEDUR KERJA
- Isi botol dengan air ¾ dari volumenya.
- Pilih ujung tanaman yang sama ; panjangnya, diameternya, jumlah ruas, jumlah daun dan umurnya.
- Kupas kulit dan kambiumnya kira-kira 2 cm dari pangkalnya.
- Siapkan gabus penutup botol dan di lubangi ditengahnya untuk memasukan tanaman dan perkirakan pangkal tanaman tersebut masuk kedalam botol kira-kira 1cm dari dasar botol.
- Setelah tanaman dimasukan ke lubang gabus, bagian xylem ditutup dengan vaselin (dari floem di biarkan terbuka) dan segera dimasukan ke dalam botol yang telah diisi dengan air.
- Olesi dengan vaselin gabus penutup botol hingga tidak terjadi kebocoran (penguapan air melalui celah botol)
- Seperti perlakuan (e), tetapi yang ditutup floemnya (sedangkan xylem dibiarkan terbuka).
- Tandai permukaan tinggi air pada botol dengan spidol. Bila airnya berkurang, tambahakan air dengan mengunakan gelas ukur sampai ketinggian semula. Catatlah jumlah air yang ditambahkan, selain itu juga perhatikan keadaan morfologi tanaman pada setiap pengamatan (misalnya, terbentuk akar, layu, dan lain-lain).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
No .
Perlakuan Jumlah penambahan Keadaan tanaman Tinggi Jumlah daun
1 Xylem 3/4 14 8 2 Floem 3/4 14 8 3 Kontrol 3/4 14 8 4 Xylem/floem 3/4 14 8 No .
Perlakuan Jumlah penambahan Keadaan tanaman Tinggi Jumlah daun
1 Xylem 5,2 - 6
2 Floem 13,2 - 8
4 Xylem/floem 5,4 - 3
3.2. PEMBAHASAN
Jadi, dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa perlakuan xilem/ floem ditutup terdapat 3 jumlah daun dengan penambahan air 5 ml dengan tinggi awal dari bahan Alamanda 14cm. Pada perlakuan xilem mengalami penambahan air yang significan dengan hasil 13,2 ml dengan jumlah 8 daun. Pada perlakuan control dengan tinggi 14 cm tanaman Alamanda layu dan mati dengan 4 daun layu menghitam. Pada perlakuan floem dengan tinggi 14 cm mengalami 5,2 ml dengan jumlah 6 daun.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Jadi, dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan pada bahan Alamanda mengalami perubahan dan keadaan tumbuh pada bentuk semula. Maka dapat dilihat sistem jaringan pembuluh ditubuh tumbuhan terbentuk dari kombinasi xilem dan floem.
Diharapkan praktikum yang dilaksanakan dapat dilakukan dengan hati-hati dan sesuai prosedur.
PRAKTIKUM KE-5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Keadaan fisiologi aktif dalam satu individu sel dan seluruh sel-sel dalam tumbuhan bergantung pada beberapa keadaan yang relatif konstan, salah satunya adalah keseimbangan air. Potensial kimia air atau biasanya dinyatakan sebagai potensial air (ψ = Psi) pentingnya untuk diketahui agar dapat mengerti pergerakan air di dalam sistem tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air adalah perbedaan dalam energi bebas atau potensial kimia per satuan molal volume antara air murni pada tekanan atmosfer adalah nol, dan potensial air di dalam sel dan larutan kurang dari nol atau negatif.
Komponen-komponen potensial air sel atau jaringan adalah sebagai berikut: Dimana : ψw = ψs+ψp+ψm
Ψw= potensial air suatu sel tumbuhan Ψs = potensial osmotik
Ψm= potensia matriks
Potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut, tandanya selalu negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel, penilainyanya selalu di tandai dengan bilangan positif atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan (terbentuk tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengukur nilai potensial air larutan umbi kentang
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
2.2. ALAT DAN BAHAN - Alat
Pisau silet
Timbagan analitik 12 buah gelas piala Tissue
- Bahan
Umbi kentang (solanum tuberosum) Larutan sukrosa
2.3. PROSEDUR KERJA
- Siapkan 12 tabung reaksi/gela piala (150 atau 250 ml), masing-masing diisi 100 ml dan larutan berikut : air destilata; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25; 0,30; 0,40;
- Tahap-tahap ini harus dilakukan dengan cepat. Buatlah 12 balok umbi kentang dalam pisau silet dengan panjang 4 cm, hilangkan bagian kulitnya. Letakkan di dalam sebuah wadah tertutup.
- Dengan pisau silet, potonglah setiap balok kentangmenjadi insan-insan tipis dengan tebal 1-2 mm.
- Bilas irisan kentang dengan air destilata dengan cepat, keringkan dengan kertas dan kemudian di timbang. Selanjutnya masukkan kedalam salah satu larutan sukrosa yang telah dipisahkan. Lakukan ini pada tiap-tiap silinder kentang untuk masing-masing larutan sukrosa berikutnya.
- Setelah tepat 30 jam direndam, keluarkan irisan-irisan tersebut dari masing-masing tabung, lalu keringkan dengan kertas dan timbang. Lakukan ini untuk semua contoh percobaan.
Untuk menghitung perubahan berat, gunakan rumus :
perubahan berat=berat akhir−bera t awal berak awal x100
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
No .
Perlakuan Berat awal Berak akhir Persen (%)
1 Aquades 0,4 0,5 25 2 Sukrosa 0,05 0,4 0,4 0 3 Sukrosa 0,10 0,3 0,3 0 4 Sukrosa 0,20 0,3 0,2 -33 5 Sukrosa 0,25 0,3 0,3 0 6 Sukrosa 0,30 0,6 0,6 0 7 Sukrosa 0,50 0,5 0,4 -33 8 Sukrosa 0,40 0,4 0,4 0 9 Sukrosa 0,45 0,6 0,6 0 10 D3 0,6 0,6 0 11 A3 0,5 0,3 -40 3.2. PEMBAHASAN
Jadi, dari hasil diperoleh dapat diketahui bahwa dengan perlakuan diatas seperti pemberian dan perendaman didalam aquades selama 30 menit terjadi perubahan dari berat awal 0,4 menjadi 0,5. Pada pemberian dan perendaman sukrosa 0,05; 0,10; 0,25; 0,6; 0,40; 0,45; D3 tidak terjadi perubahan berat pada bahan yang digunakan yaitu irisan dari umbi kentang. Sedangkan pada pemberian dan perendaman pada sukrosa 0,20; 0,50; A3 mengalami penurunan berat pada bahan yang digunakan dari berat awal saat ditimbang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam perlakuan terhadap pengukuran nilai potensial air larutan umbi kentang dapat dipengaruhi dengan konsentrasi larutan dari tingkat molar larutan sukrosa yang berbeda-beda. Dan dari hasil yang diperoleh kita dapat mengetahui presentase perubahan awal dan berat akhir berdasarkan konsentrasi larutan sukrosa yang diberikan terhadap perlakuan pada bahan yang digunakan yaitu umbi kentang.
Diharapkan pada saat praktikum berlangsung untuk setiap kelompok diawasi dan dituntun apabila ada kesulitan ditengah berlangsungnya praktikum.
PRAKTIKUM KE-6
PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA
TERHADAP ABSORBSI AIR DAN PERTUMBUHAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Oleh karena itu absorbsi air oleh tanaman mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan dimana akar itu berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam sistem akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka masuknya air ke dalam akar akan menjadilebih lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.
Apabila potensial air larutan luar sangat rendah sehingga menghambat absorbsi air oleh akar maka akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Mengembangnya sel selama proses pembesaran terjadiakibat tekana air yang masuk sebagai respon terhadap potensial air. Air yang masuk ini akan menekan dinding sel ke arah luar, sehingga dinding sel merentang menjadilebih besar.
Pada percobaan 3 ini, walaupun akar terendam dalam larutan, tanaman tidak mampu menyerap cukup air, karena beda potensial air tidak cukup besar antara larutan diluar dengan didalam akar. Keadaan ini disebut kekeringan fisiologis. Berbeda dengan kekeringan karena kehabisan air, kekeringan ini disebabkan oleh ketidak mampuan akar mengabsorbsi air karena keadaan osmotik meskipun air tersedia cukup. Keadaan ini sering dijumpai pada tanah-tanah dengan kadar garam tinggi dan tanah-tanah basa. Biasanya potensial osmotik larutan tanah dari tanah-tanah pertanian baik yang irigainya sekitar 0,5 bar atau kurang. Pada tanah-tanah beragam tinggi atau basa, konsentrasi solut sangat tinggi sehingga potensial airnya menjadirendah. Apabila tanah-tanah seperti ini akan
dijadikan tanah pertanian, maka diperlukan langkah-langkah untuk menetralisir kandungan garam ya tinggi terlebih dahulu sebelum ditanami.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Melihat pengaruh osmotik dari konsentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan pertumbuhan tanaman.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
2.2. ALAT DAN BAHAN
- Alat
7 buah botol kultur dengan penyumbat yang telah dilubangi sebanyak 2 lubang.
Kapas
Aquades 1 botol Tissue
- Bahan
14 kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang berumur 10 hari (Media pasir)
1000 ml larutan kalsium klorida 0,5 m
2.3. PROSEDUR KERJA
- Dari larutan baku CaCl 0,5 m buatlah masing-masing 150 ml larutan 0,01; 0,02; 0,03; 0,05; 0,1; 0,2; dan 0,5.
- Masukan masing-masing larutan ke dalam botol kultur dan beri label. Stu botol dipakai sebagai kontrol isilah dengan air destilata saja.
- Ambil 14 kecambah kacang hijau berumur ± 10 hari. Pilih yang sehat dan baik pertumbuhannya.
- Kedua lubang pada tutup botol masing-masing dimasukan 1 kecambah kacang hijau. Untuk mengganjal tanaman agar tegak dengan akar terendam dalam larutan pergunakan kapas. Jaga agar kapas tidak mengenai larutan. Lakukan hal ini untuk semua botol kultur.
- Ukur dan catat panjang batang diatas kotiledon dengan penggaris milimeter.
- Berilah tanda tingginya cairan pada tiap botol kultur.
- Setiap 2 hari lihat keadaan cairan. Tambahkan larutan baku CaCl2 sesuai konsentrasi perlakuan sampai pada tingkat semula. Catatlah volume larutan yang ditambahkan. Amati penampilan tanaman.
- Setelah 1 minggu keluarkan tanaman dan tentukan panjang batang diatas kotiledon, amati keadaan tanaman dan tentukan juga total larutan yang ditambahkan. Buatlah tabel yang menunjukan hubungan antara pertumbuhan batang dan banyaknya larutan yang terserap pada masing-masing perlakuan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
No .
Larutan Tanaman Tinggi Awal Tinggi Akhir
1. Aquades 1 2 4,8 cm 4,6 cm 9,6 cm 10,7 cm 2. CaCl2 0,01m 1 2 10 cm 9,5 cm 10, 4 cm 9,5 cm 3. CaCl2 0,03m 1 2 10,4 cm 9,1 cm 11,4 cm 7,5 cm 4. CaCl2 0,05m 1 2 2,8 cm 5,6 cm 11,4 cm 7, 5 cm 5. CaCl2 0,06m 1 2 4 cm 3,8 cm Mati Mati 6. CaCl2 0,1m 1 2 7,1 cm 7,1 cm Mati Mati 7. CaCl2 0,2m 1 2 4,5 cm 6,6 cm Mati Mati 3.2. PEMBAHASAN
Jadi, dapat dilihat dari perlakuan yang dilakukan terhadap kecambah kacang hijau yang diletakan pada larutan aquades mengalami penambahan tinggi dari tanaman 1 = 4,8 cm menjadi 9,6 cm dan tanaman 2 = 4,6 cm menjadi 10,7 cm. Begitu pula pada kecambah yang diletakan pada larutan CaCl2 0,01 m mengalami peningkatan dari tanaman 1 = 10 cm menjadi 10,4 cm dan tanaman 2 tidak mengalami peningkatan. Sama halnya dengan CaCl2 0,05 m juga mengalami penambahan tinggi namun kecambah ini mengalami peningkatan yang begitu significan yaitu tanaman 1 = 2,8 cm menjadi 11,4 cm dan tanaman 2 = 7,5 cm. Namun berbeda halnya dengan kecambah yang diberi perlakuan dengan larutan CaCl2 0,03 ; 0,06 ; 0,1 m ; dan 0,2 m tidak mengalami penambahan tinggi disebabkan kecambah kayu dan mati.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh osmotik dari konsentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dari jenis
larutan dan konsentrasi larutan yang dapat memberikan pengaruh khusus terhadap pertumbuhan tanaman seperti yang dilakukan pada praktikum terhadap pertumbuhan kecambah kacang hijau. Apabila potensial air larutan sangat rendah maka dapat menghambat absorbsi air oleh akar yang akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Dari percobaan ini akar yang terendam didalam larutan tanaman tidak mampu menyerap cukup air karena beda potensial air tidak cukup besar antara larutan diluar dan didalam akar.
PRAKTIKUM KE-7
AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN
BAB I
1.1. LATAR BELAKANG
Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (Keguguran) misalnya daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses ini berada dibawah pengaruh auksin.
Absisi daun (daun bagian tumbuhan lainnya) terjadikarena berlangsungnya diferensiasi pada suatu lapisan sel tertentu (daerah absisi) pada pangkal petiol, disusul dengan larutnya (hilangnya) senyawa-senyawa pektat sehingga sel-sel terpisah satu dengan lainnya, kecuali sel-sel jaringan pembuluh. Selanjutnya daun akan gugur secara mekanis, baik karena gaya berat maupun karena angin, hujan dan lain-lain.
Pembentukan daerah absisi dipengaruhi oleh aliran (suplai) auksin dari helai daun ke batang. Selama suplai auksin cukup, daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi jika suplai auksin ini berkurang atau hilang karena berbagai sebab (daun menua, helaian daun rusak atau mati secara berangsur-angsur) maka daerah absisi mulai terbentuk.
Kenyataan bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga dan buah. Apakah suatu perlakuan dengan suatu zat pengatur tumbuh tertentu efektif untuk mengontrol absisi bergantung pada jenis tumbuhan, waktu, konsentrasi, bentuk auksin yang diberikan dan sebagainya. Belum ada cara yang baik untuk semua keperluan. Prosedur yang baik haruslah dibuat untuk tujuan yang hendak dicapai pada keadaan yang berlaku. Selain itu, perlu pula diingat bahwa auksin termasuk senyawa yang sangat kuat (efektif pada konsentrasi rendah), sehingga perlu dihindarkan kemungkinan pencemaran yang akan berpengaruh terhadap tumbuhan lain.
Kini berbagai cara telah banyak digunakan pada tanaman budidaya, baik untuk merangsang maupun menghambat absisi. Untuk mencegah absisi dau kol pada masa panen, dapat digunakan penyemprotan 2,4-D dengan konsentrasi 25 ppm. Gugur buah apel yang sedang mengalami pematangan dapat dihambat dengan penyemprotan NAA 5-10 ppm. Selain itu beberapa tindakan dilakukan
untuk mengurangi kandungan auksin dalam organ, sehingga absisi dipercepat. Misalnya untuk memudahkan panen kapas secara mekanis, menjelang panen tanaman kapas disemprot dengan senyawa tertentu yang dapat mematikan helai daun. Lain halnya lagi dengan tanaman buah-buahan yang berbuah terlalu lebat. Untuk mengusahakan produksi buah yang optimum (agar tanaman tidak merana). Tanaman dapat disemprot NAA 10-20 ppm pada saat bunga meka. Diduga, bahwa dengan perlakuan ini gugur buah muda yang normal tertunda, sehingga kemudian terjadiabsisi buah yang lebih banyak tindakan penjarangan menjadilebih efektif.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Meneliti pengaruh auksin terhadap absisi daun.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
2.2. ALAT DAN BAHAN
- Alat