• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Pohon dan Kualitas Kayu (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertumbuhan Pohon dan Kualitas Kayu (1)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU

AGRIAN MAULANA

D1D013059

DOSEN PENGAMPU

Dr.forst. Bambang Irawan S.P,. M.Sc

Ana Agustina S.Hut,. M.Si

Rince Muryunika S.P,. M.Si

PROGRAM STUDIKEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum untuk mata kuliah pertumbuhan pohon dan kualitas kayu.

Laporan praktikum dibuat sebagai bagian dari kegiatan belajar pada mata kuliah pertumbuhan pohon dan kualitas kayu.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen dan asdos serta teman-teman sejawat yang telah banyak memberikan masukan ilmu, masukan dan saran sehingga laporan praktikum ini dapat diselesaikan.

Saya menyadari, laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna menyempurnakan dan pencapaian yang lebih terarah.

Akhirnya, semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Jambi, 21 November 2015

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...4

3.1. Hasil...4

3.2. Pembahasan...4

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...5

PENGARUH SUHU TERHADAP RESPIRASI KECAMBAH...6

BAB I PENDAHULUAN...7

2.3. Prosedur Kerja...8 & 9 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...10

3.1. Hasil...10

3.2. Pembahasan...11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...12

JARINGAN PENGANGKUT AIR...13

2.3. Prosedur Kerja...15 & 16 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...17

3.1. Hasil...17

3.2. Pembahasan...17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...18

(4)

PENETAPAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN...19

2.3. Prosedur Kerja...21 & 22 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...23

3.1. Hasil...23

3.2. Pembahasan...23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...24

PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI HARA TERHADAP ABSORBSI AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN...25

BAB I PENDAHULUAN...26

2.3. Prosedur Kerja...28 & 29 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...30

3.1. Hasil...30

3.2. Pembahasan...30 & 31 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...32

AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN...33

BAB I PENDAHULUAN...34

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...37

3.1. Hasil...37

3.2. Pembahasan...37 & 38 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...39

DAFTAR PUSTAKA...40 LAMPIRAN...41 & 42

(5)

PRAKTIKUM KE-1

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Daun tanaman mempunyai pigmen klorofil yang meru[akan pigmen utama untuk aktivitas fotosintesis. Didalam proses footosintesis akan dihasilkan karbohidrat berupa pati yang untuk sementara disimpan / ditimbun pada adaun. Selanjutnya pada saat gelap akan ditranslokasikan ke organ-organ lain dan digunakan sebagai bahan dasar proses metabolisme lain (baik katabolisme maupun anabolisme). Dengan demikian pada saat pagi harinya timbunan pati pada jaringan daun telah habis.

Pigmen klorofil tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam alkohol. Dengan demikian hejala klorosis sering terjadipada tanaman yang sistem perakarannya mengalami keadaan anaerob ( misalnya tergenang air), karena terjadiproses respirasi anaerob yang menghasilkan alkohol yang diakumulasikan didalam daun. Pati (amilum) memiliki sifat yang khas antara lain apabila ditambahkan dengan larutan yodium akan berwarna biru (ungu).

Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis menjadipolisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah tepung atau amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang sama dengan maltosa.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

(7)

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 6 Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

2.2. ALAT DAN BAHAN

- Alat

Daun tanaman segar yang sebagian besar telah ditutup kertas aluminium foil saat matahari belum terbit dan siang hari.

Alkohol 95% dan larutan J-KJ - Bahan

- Daun yang terkena cahaya matahari sebagian ditutup dengan kertas timah dan dijepit rapat sehingga tidaka ada kemungkinan ada cahaya yang masuk kedalam lalu biarkan selama beberapa jam disinari matahari

- Daun tersebut kemudian dipotong, masukkan kedalam alkohol panas (ditangas didalam waterbath) selama kurang lebih 20 menit

- Cuci daun tersebut kedalam ait panas , masukkan kedalam larutan J-KJ pada petridisk selama beberapa menit

- Cuci dengan air dingin agar J-KJ yang menempel pada bagian permukaan daun larut lalu bentangkan. Adanya warna ungu tua menunjukkan adanya amilum didalam daun (warna yang terdapat pada bagian yang ditutup berwarna pucat, bagian yang terkena cahaya matahari berwarna ungu tua).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:

(8)

Hasil yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan terhadap daun tanaman yang telah diberi perlakuan dengan penutupan oleh amilum dibagian daun pada pagi dan malam hari, diperoleh hasil sebagai berikut:

Pada umumnya daun sawit dan daun mahoni berwarna kecoklatan dan keungu-unguan pada daun yang dilapisi aluminium foil. Dengan hal itu kita dapat mengetahui simpanan amilum dalam daun.

Disaat daun dicelupkan alkohiol 95% warna daun menjadicoklat kepucat-pucatan. Setelah dicelupkan larutan J-KJ warna daun kecoklatan.

3.2. PEMBAHASAN

Daun yang telah ditutupi dengan aluminium foil pada malam dan pagi hari menunjukkan adanya perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan seperti pada warna hijau daun tidak mengalami perubahan hanya saja daun terlihat pada bagian daun yang ditutupi dengan aluminium foil menjadilebih pucat dan menunjukkan adanya bercak berwarna abu-abu.

Pada bagian yang tidak tertutup tidak mengalami perubahan warna yang terlalu besar setelah direndam didalam alkohl hal ini bisa jadikarena faktor cuaca yang dapat mempengaruhi karena disaat proses praktikum berlangsung kondisi cuaca berasap dengan sedikit sekali adanya cahaya matahari sehingga menyebabkan tanaman yang membutuhkan cahaya matahari yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna seperti menerima cahaya matahari penuh dan tidak berjalan dengan sempurna nya aktivitas-aktivitas biologis tanaman yang dapat mengganggu aktivitas dan proses lainnya didalam jaringan tumbuhan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

(9)
(10)

PRAKTIKUM KE-2

PENGARUH SUHU TERHADAP RESPIRASI KECAMBAH

BAB I

PENDAHULUAN

(11)

Proses respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa-senyawa organik menjadisenywa anorganik. Proses respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadididalam sel dan berlangsung secara aerobik dan anaerbik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondioksida seperti alkohol, asam asetat dan sedikit energi.

Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi.

Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk kedalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel.

Salah satu faktor yang menajdipengaruh terhadap proses respirasi adalah suhu. Suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi biokimia didalam tanaman. Dengan semakin meningkatnya suhu maka reaksi akan berlangsung lebih cepat. Sebagai contoh fotosintesis akan meningkat aktifitasnya sampai dengan suhu tertentu (sekitar 30 derajat) dan setelah itu akan menurun lagi. Pada saat aktifitas biosintesis menurun akibat peningkatan respirasi (perombakan). Jadihasil fotosintesis dapat merupakan substrat untuk respirasi. Dalam suatu bahan tanaman aktifitas respirasi dapat dideteksi dengan jumlah CO2 yang dihasilkan.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengamati pengaruh suhu terhadap kecapatan respirasi kecambah.

BAB II

METODE PRAKTIKUM

(12)

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 6 Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

2.2. ALAT DAN BAHAN

- Alat

Kecambah kacang hijau (phaseolus radiatus) NaOH 0,5 N

- Kecambah ditimbang seberat 10 gram, kemudian dibungkus kain kasa - Isi masing-masing 2 botol sebanyak 30 ml dengan larutan NaOH 0,5 N - Gantungkan bungkusan kain kasa berisi kecambah tersebut kedalam botol

yang telah berisi larutan NaOH dengan bantuan benang lalu ditutup rapat dan diisolasi sehingga tidak ada udara keluar masuk kedalam botol.

- Simpanlah botol tersebut dan kontrolnya ( botol berisi larutan NaOH tanpa kecambah) pada suhu kamar

- Setelah 24 jam larutan NaOh dalam botol diambil 5ml, masukkan kedalam erlemeyer dan tambahkan 2,5 ml larutan BaCl2. Tetesi 2 tetes phenolptalin dan selanjutnya lakukan titrasi dengan HCl 0,05 N. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hiolang. Ulangi titrasi 3x dan ambil hasil rata-ratanya

- Dari hasil titrasi tersebut hitunglah banyaknya CO2 yang dibebaskan pada respirasi kecambah tersebut pada temperature yang berbeda

(13)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:

3.1. HASIL

Hasil yang diperoleh dari perhitungan terhadap suhu blanko, suku kamar dan suhu kulkas, maka:

Diketahui suhu blanko = 44,6 sebagai standar perhitungan bagi suhu kamar dan suhu kulkas.

(14)

Mol HCL blanko – ml HCL kecambah = Δ0 ml HCL

Untuk suhu kulkas dengan rumus:

Mol HCL blanko – ml HCL kecambah = Δ0 ml HCL

(15)

dengan diberikan perlakuan dengan kecambah diperoleh hasil gr CO2 = 59,84 , Δ0

ml HCL = 13,6 , mol HCL = 0,68 dan mol CO2 1,36.

Untuk suhu kulkas yang diberi perlakuan sama dengan suhu kamar, hanya saja pada suhu kulkas diberi perlakuan, selama 24 jam diletakan dilemari es, lalu ketiga perlakuan ini dilakukan titrasi dan diperoleh hasil untuk suhu kulkas, Δ0 mol HCL = 10,1

Mol HCL = 0,505 Mol CO2 = 1,01

gram CO2 = 1,01 x 44

= 44,44

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Jadi, dari ketiga perlakuan yang dilakukan sesuai prosedur praktikum, untuk mengamati dan mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah sesuai hasil yang diperoleh yaitu:

Suhu blanko = suhu kamar = suhu kulkas gram CO2 = gram CO2 = gram CO2

(16)
(17)

PRAKTIKUM KE-4

JARINGAN PENGANGKUT AIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

(18)

sel yang asallnya sama namun berbeda bentuk, struktur dinding, serta isi sel nya. Kedua kelompok sel tersebut adalah :

- Xylem fungsi utamanya adalah mengangkut air dari tanah serta zat yang terlarut didlaamnya ke bagian tumbuhan.

- Floem fungsi utamanya adalah mengangkut zat makanan hasil fotosintesis. Baik kelompok sel xylem maupun kelompok sel floem membentuk berkasi dalam tubuh tumbuhan dan biasanya sejajar dengan sumbu organ yang menjaditempatnya. Pada batang, berkas xylem umumnya bergabung dengan berkasi floem dalmam satu ikatan berkas pembuluh. Kombinasi xylem dan floem itu membentuk sistem jaringan pembuluh yang sinambung diseluruh tubuh tumbuhan, termasuk semua cabang dan akar.

Xylem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks dan terdiri dari berbagai macam bentuk sel.

Pada umumnya sel-sel penyusun xylem merupakan sel-sel yang telah mati dengan dinding sel yang sangat tebal dan tersusun dari lignin yang juga berfungsi sebagai penguat.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengamati jaringan pengangkut air pada tumbuhan tingkat tinggi.

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

(19)

- Alat jumlah ruas, jumlah daun dan umur yang sama).

Aquades Vaselin

Gabus penutup botol

2.2. PROSEDUR KERJA

- Isi botol dengan air ¾ dari volumenya.

- Pilih ujung tanaman yang sama ; panjangnya, diameternya, jumlah ruas, jumlah daun dan umurnya.

- Kupas kulit dan kambiumnya kira-kira 2 cm dari pangkalnya.

- Siapkan gabus penutup botol dan di lubangi ditengahnya untuk memasukan tanaman dan perkirakan pangkal tanaman tersebut masuk kedalam botol kira-kira 1cm dari dasar botol.

- Setelah tanaman dimasukan ke lubang gabus, bagian xylem ditutup dengan vaselin (dari floem di biarkan terbuka) dan segera dimasukan ke dalam botol yang telah diisi dengan air.

- Olesi dengan vaselin gabus penutup botol hingga tidak terjadi kebocoran (penguapan air melalui celah botol)

- Seperti perlakuan (e), tetapi yang ditutup floemnya (sedangkan xylem dibiarkan terbuka).

(20)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL

No .

Perlakuan Jumlah penambahan Keadaan tanaman Tinggi Jumlah daun

1 Xylem 3/4 14 8

2 Floem 3/4 14 8

3 Kontrol 3/4 14 8

4 Xylem/floem 3/4 14 8

No .

Perlakuan Jumlah penambahan Keadaan tanaman Tinggi Jumlah daun

1 Xylem 5,2 - 6

2 Floem 13,2 - 8

(21)

4 Xylem/floem 5,4 - 3

3.2. PEMBAHASAN

Jadi, dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa perlakuan xilem/ floem ditutup terdapat 3 jumlah daun dengan penambahan air 5 ml dengan tinggi awal dari bahan Alamanda 14cm. Pada perlakuan xilem mengalami penambahan air yang significan dengan hasil 13,2 ml dengan jumlah 8 daun. Pada perlakuan control dengan tinggi 14 cm tanaman Alamanda layu dan mati dengan 4 daun layu menghitam. Pada perlakuan floem dengan tinggi 14 cm mengalami 5,2 ml dengan jumlah 6 daun.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Jadi, dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan pada bahan Alamanda mengalami perubahan dan keadaan tumbuh pada bentuk semula. Maka dapat dilihat sistem jaringan pembuluh ditubuh tumbuhan terbentuk dari kombinasi xilem dan floem.

(22)

PRAKTIKUM KE-5

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Keadaan fisiologi aktif dalam satu individu sel dan seluruh sel-sel dalam tumbuhan bergantung pada beberapa keadaan yang relatif konstan, salah satunya adalah keseimbangan air. Potensial kimia air atau biasanya dinyatakan sebagai potensial air (ψ = Psi) pentingnya untuk diketahui agar dapat mengerti pergerakan air di dalam sistem tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air adalah perbedaan dalam energi bebas atau potensial kimia per satuan molal volume antara air murni pada tekanan atmosfer adalah nol, dan potensial air di dalam sel dan larutan kurang dari nol atau negatif.

Komponen-komponen potensial air sel atau jaringan adalah sebagai berikut: Dimana : ψw = ψs+ψp+ψm

Ψw= potensial air suatu sel tumbuhan Ψs = potensial osmotik

(24)

Ψm= potensia matriks

Potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut, tandanya selalu negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel, penilainyanya selalu di tandai dengan bilangan positif atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan (terbentuk tekanan turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengukur nilai potensial air larutan umbi kentang

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

2.2. ALAT DAN BAHAN

(25)

- Tahap-tahap ini harus dilakukan dengan cepat. Buatlah 12 balok umbi kentang dalam pisau silet dengan panjang 4 cm, hilangkan bagian kulitnya. Letakkan di dalam sebuah wadah tertutup.

- Dengan pisau silet, potonglah setiap balok kentangmenjadi insan-insan tipis dengan tebal 1-2 mm.

- Bilas irisan kentang dengan air destilata dengan cepat, keringkan dengan kertas dan kemudian di timbang. Selanjutnya masukkan kedalam salah satu larutan sukrosa yang telah dipisahkan. Lakukan ini pada tiap-tiap silinder kentang untuk masing-masing larutan sukrosa berikutnya.

- Setelah tepat 30 jam direndam, keluarkan irisan-irisan tersebut dari masing-masing tabung, lalu keringkan dengan kertas dan timbang. Lakukan ini untuk semua contoh percobaan.

Untuk menghitung perubahan berat, gunakan rumus :

(26)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL

No .

Perlakuan Berat awal Berak akhir Persen (%)

1 Aquades 0,4 0,5 25

(27)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam perlakuan terhadap pengukuran nilai potensial air larutan umbi kentang dapat dipengaruhi dengan konsentrasi larutan dari tingkat molar larutan sukrosa yang berbeda-beda. Dan dari hasil yang diperoleh kita dapat mengetahui presentase perubahan awal dan berat akhir berdasarkan konsentrasi larutan sukrosa yang diberikan terhadap perlakuan pada bahan yang digunakan yaitu umbi kentang.

(28)

PRAKTIKUM KE-6

PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA

TERHADAP ABSORBSI AIR DAN PERTUMBUHAN

(29)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Oleh karena itu absorbsi air oleh tanaman mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan dimana akar itu berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam sistem akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka masuknya air ke dalam akar akan menjadilebih lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.

Apabila potensial air larutan luar sangat rendah sehingga menghambat absorbsi air oleh akar maka akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Mengembangnya sel selama proses pembesaran terjadiakibat tekana air yang masuk sebagai respon terhadap potensial air. Air yang masuk ini akan menekan dinding sel ke arah luar, sehingga dinding sel merentang menjadilebih besar.

(30)

dijadikan tanah pertanian, maka diperlukan langkah-langkah untuk menetralisir kandungan garam ya tinggi terlebih dahulu sebelum ditanami.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

(31)

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

2.2. ALAT DAN BAHAN

- Alat

7 buah botol kultur dengan penyumbat yang telah dilubangi sebanyak 2 lubang.

Kapas

Aquades 1 botol Tissue

- Bahan

14 kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang berumur 10 hari (Media pasir)

1000 ml larutan kalsium klorida 0,5 m

2.3. PROSEDUR KERJA

- Dari larutan baku CaCl 0,5 m buatlah masing-masing 150 ml larutan 0,01; 0,02; 0,03; 0,05; 0,1; 0,2; dan 0,5.

- Masukan masing-masing larutan ke dalam botol kultur dan beri label. Stu botol dipakai sebagai kontrol isilah dengan air destilata saja.

- Ambil 14 kecambah kacang hijau berumur ± 10 hari. Pilih yang sehat dan baik pertumbuhannya.

- Kedua lubang pada tutup botol masing-masing dimasukan 1 kecambah kacang hijau. Untuk mengganjal tanaman agar tegak dengan akar terendam dalam larutan pergunakan kapas. Jaga agar kapas tidak mengenai larutan. Lakukan hal ini untuk semua botol kultur.

- Ukur dan catat panjang batang diatas kotiledon dengan penggaris milimeter.

- Berilah tanda tingginya cairan pada tiap botol kultur.

- Setiap 2 hari lihat keadaan cairan. Tambahkan larutan baku CaCl2 sesuai

(32)

- Setelah 1 minggu keluarkan tanaman dan tentukan panjang batang diatas kotiledon, amati keadaan tanaman dan tentukan juga total larutan yang ditambahkan. Buatlah tabel yang menunjukan hubungan antara pertumbuhan batang dan banyaknya larutan yang terserap pada masing-masing perlakuan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

(33)

3.1. HASIL

No .

Larutan Tanaman Tinggi Awal Tinggi Akhir

1. Aquades 1 kacang hijau yang diletakan pada larutan aquades mengalami penambahan tinggi dari tanaman 1 = 4,8 cm menjadi 9,6 cm dan tanaman 2 = 4,6 cm menjadi 10,7 cm. Begitu pula pada kecambah yang diletakan pada larutan CaCl2 0,01 m

mengalami peningkatan dari tanaman 1 = 10 cm menjadi 10,4 cm dan tanaman 2 tidak mengalami peningkatan. Sama halnya dengan CaCl2 0,05 m juga mengalami

penambahan tinggi namun kecambah ini mengalami peningkatan yang begitu significan yaitu tanaman 1 = 2,8 cm menjadi 11,4 cm dan tanaman 2 = 7,5 cm. Namun berbeda halnya dengan kecambah yang diberi perlakuan dengan larutan CaCl2 0,03 ; 0,06 ; 0,1 m ; dan 0,2 m tidak mengalami penambahan tinggi

(34)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

(35)
(36)

PRAKTIKUM KE-7

AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN

BAB I

(37)

1.1. LATAR BELAKANG

Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (Keguguran) misalnya daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses ini berada dibawah pengaruh auksin.

Absisi daun (daun bagian tumbuhan lainnya) terjadikarena berlangsungnya diferensiasi pada suatu lapisan sel tertentu (daerah absisi) pada pangkal petiol, disusul dengan larutnya (hilangnya) senyawa-senyawa pektat sehingga sel-sel terpisah satu dengan lainnya, kecuali sel-sel jaringan pembuluh. Selanjutnya daun akan gugur secara mekanis, baik karena gaya berat maupun karena angin, hujan dan lain-lain.

Pembentukan daerah absisi dipengaruhi oleh aliran (suplai) auksin dari helai daun ke batang. Selama suplai auksin cukup, daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi jika suplai auksin ini berkurang atau hilang karena berbagai sebab (daun menua, helaian daun rusak atau mati secara berangsur-angsur) maka daerah absisi mulai terbentuk.

Kenyataan bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga dan buah. Apakah suatu perlakuan dengan suatu zat pengatur tumbuh tertentu efektif untuk mengontrol absisi bergantung pada jenis tumbuhan, waktu, konsentrasi, bentuk auksin yang diberikan dan sebagainya. Belum ada cara yang baik untuk semua keperluan. Prosedur yang baik haruslah dibuat untuk tujuan yang hendak dicapai pada keadaan yang berlaku. Selain itu, perlu pula diingat bahwa auksin termasuk senyawa yang sangat kuat (efektif pada konsentrasi rendah), sehingga perlu dihindarkan kemungkinan pencemaran yang akan berpengaruh terhadap tumbuhan lain.

(38)

untuk mengurangi kandungan auksin dalam organ, sehingga absisi dipercepat. Misalnya untuk memudahkan panen kapas secara mekanis, menjelang panen tanaman kapas disemprot dengan senyawa tertentu yang dapat mematikan helai daun. Lain halnya lagi dengan tanaman buah-buahan yang berbuah terlalu lebat. Untuk mengusahakan produksi buah yang optimum (agar tanaman tidak merana). Tanaman dapat disemprot NAA 10-20 ppm pada saat bunga meka. Diduga, bahwa dengan perlakuan ini gugur buah muda yang normal tertunda, sehingga kemudian terjadiabsisi buah yang lebih banyak tindakan penjarangan menjadilebih efektif.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Meneliti pengaruh auksin terhadap absisi daun.

BAB II

METODE PRAKTIKUM

(39)

Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 Oktober 2015 diLab. Klimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

2.2. ALAT DAN BAHAN

Tanaman Coleus sp dalam pot Pasta 1AA 1000 ppm

Pasta lanolin

2.3. PROSEDUR KERJA

- Pilih 3 pasang daun (enam daun) dan potong dengan pisau silet pada pangkal helai daunnya, serta biarkan petiolnya.

- Bubuhkan pasta lanolin pada ujung 3 petiol, dan pasta 1AA pada ujung 3 petiollannya. Dengan demikian maka salah satu petiol dari setiap pasangan mendapat perlakuan 1AA, sedangkan yang lainnya tidak mendapat

perlakuan.

- Setiap petiol pada label sesuai dengan perlakuannya

- Ukur panjang petiol pada saat percobaan dimulai, dan setiap minggu sekali selama 3 minggu.

- Catat kapan petiol gugur. Untuk ini diperlukan diadakan pengamatan setiap 2 hari sekali.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:

3.1. HASIL

an 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 Tinggi awal

Pengukur

an 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3

(40)

cm cm

(41)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

(42)

pengguguran daun lebih lama. Diharapkan dalam praktikum ini dilaksanakan dengan serius dan melaksanakannya sesuai dengan buku panduan dan prosedur kerja yang telah diarahkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,___2015 http://blogtaria.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-zat-pengatur-tumbuh-terhadap.html

Anonim,_____2012 http://elfajr24.blogspot.co.id/2012/08/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan_3871.html

(43)

Anonim,____ http://dokumen.tips/documents/pengaruh-suhu-terhadap-kecepatan-respirasi-kecambah.html

Wordpress,_____2012 https://yuerna25.wordpress.com/2012/12/22/penentuan-potensial-air-jaringan-tumbuhan/

Wordpress,_2010 https://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/28/penetapan-potensial-air-jaringan-tumbuhan/

Anonim,______2012http://hbwhiteningoriginalindonesia.blogspot.co.id/2012/03/l aporan-praktikum-pengaruh-osmotik.html

Anonim,__________2014 http://andialdiempe.blogspot.co.id/2014/01/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan_12.html

Anonim,___2015 http://andyfahreza.blogspot.co.id/2015/03/laporan-pratikkun-fisiologi-tumbuhan_80.html

(44)
(45)

Referensi

Dokumen terkait

Produksi IAA yang terlalu tinggi juga dapat menstimulasi kerentanan tanaman terhadap patogen (Agrios 1997). Perlakuan agen antagonis pada perakaran tanaman dengan bakteri kelompok

Pupuk kandang hasil perlakuan zeolit meningkatkan bobot kering, tinggi tanaman,. panjang daun dan lebar daun tanaman

Sedangkan pengukuran tinggi badan pada Atlit Adios Track and Field UTP Surakarata, pada kelompok perlakuan, range pertama menunjukan tinggi badan mulai 168-172 cm

Produksi IAA yang terlalu tinggi juga dapat menstimulasi kerentanan tanaman terhadap patogen (Agrios 1997). Perlakuan agen antagonis pada perakaran tanaman dengan bakteri kelompok

Pada perlakuan jumlah tanaman adalah 1 tanaman/pot, maka peningkatan dosis pupuk tidak meningkatkan tinggi tanaman (Gambar 3), justru pertumbuhan tanaman tampak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan beberapa Varietas tanaman Bawang Merah memberikan pengaruh sangat nyata terhadap semua parameter tinggi tanaman cm, jumlah daun helai,

Tinggi Tanaman Hasil pengukuran terhadap tinggi tanaman kayu putih setelah dilakukan analisis menunjukan bahwa interaksi perlakuan media tanam dan konsentrasi pupuk organik cair POC

Data Rerata Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Umur 2 Minggu Setelah Tanam cm .... Daftar Sidik Ragam 1'inggi Tanaman Pada Umur 2 Minggu Setelah