• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Prosedur Penelitian

Adapun persiapan yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut : 1. Pembuatan Alat Ukur

Pada tahap ini, peneliti membuat alat ukur berupa skala penerimaan diri berdasarkan teori. Peneliti membuat 68 aitem untuk skala penerimaan diri. Skala di buat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4. Setiap pernyatan memiliki 5 alternatif jawaban.

2. Permohonan Izin

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti mengurus surat permohonan izin mengambil data ke Fakultas Psikologi USU. Selanjutnya, surat tersebut akan diberikan kepada instansi terkait .

3. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas skala penerimaan diri pada penderita gagal ginjal terminal.

4. Revisi Alat Ukur

Setelah melakukan uji coba validitas dan reliabilitas skala gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal, peneliti

41

akan menemukan aitem-aitem yang valid dan reliabel. Ditemukan 52 aitem yang valid dan reliabel, setelah melakukan revisi kemudian peneliti melakukan pengambilan data yang sesungguhnya kepada responden yang sebenarnya. 5. Pengolahan Data

Skor skala penerimaan diri yang telah peneliti dapatkan dari responden yang sebenarnya maka selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan data. Pengolahan data ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0 for windows.

I. Metode Analisa Data

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal. Azwar (1999) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan.

Data yang diperoleh akan diolah dengan analisis statistik. Alasan yang mendasari digunakannya analisis statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan atau generalisasi penelitian. Pertimbangan lain adalah : (a) statistik bekerja dengan angka; (b) statistik bersifat objektif; dan (c) statistik bersifat universal (Hadi, 2000).

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu statistik deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran atau memberikan deskripsi mengenai subjek

42

penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh untuk kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.

Data yang diperoleh akan diolah dengan metode statistik. lebih jelasnya pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 18.0 for windows.

43

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisa data penelitian yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang akan di jawab pada penelitian ini maupun pada analisa tambahan terhadap data yang ada.

A.Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Pada penelitian ini di dapatkan gambaran mengenai karakteristik subjek yang meliputi : usia, jenis kelamin, status pernikahan dan pendidikan.

A.1 Usia Subjek Penelitian

Peneliti memilih usia 40-55 tahun, karena berdasarkan data unit hemodialisis menunjukkan pasien terbanyak yang menderita gagal ginjal terminal ada pada kelompok usia madya antara 40-55 tahun yaitu sebanyak 27% (Indonesian Renal Registry, 2011).

Tabel 4. Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia

Usia N Persentase (%) 40-43 Tahun 19 19% 44-47 Tahun 19 19% 48-51 Tahun 29 29% 52-55 Tahun 33 33% Total 100 100%

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang berusia antara 40-43 tahun yaitu berjumlah 19 (19%), subjek berusia 44-47 tahun, yaitu

44

berjumlah 19 (19%), subjek berusia 48-51 tahun yaitu berjumlah 29 (29%) , dan subjek berusia 52-55 tahun yaitu berjumlah 33 (33%).

A.2 Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Tabel 5. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N Persentase (%)

Perempuan 38 38%

Laki-Laki 62 62%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 38 (38%) dan jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 62 (62%).

A.3 Status Pernikahan Subjek Penelitian

Tabel 6. Gambaran subjek penelitian berdasarkan status pernikahan

Status Pernikahan N Persentase (%)

Menikah 96 96%

Belum Menikah 4 4%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang menikah ada sebanyak 96 orang (96%) dan jumlah subjek yang belum menikah ada sebanyak 4 orang (4%).

A.4 Pendidikan Subjek Penelitian

Tabel 7. Gambaran subjek penelitian berdasarkan pendidikan

Pendidikan N Persentase (%) SD 4 4% SMP 12 12% SMA 40 40% Sarjana 44 44% Total 100 100%

45

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah subjek yang berpendidikan SD ada sebanyak 4 (4%), jumlah subjek yang berpendidikan SMP ada sebanyak 12 (12%), jumlah subjek yang berpendidikan SMA ada sebanyak 40 (40%), dan jumlah subjek yang berpendidikan Sarjana ada sebanyak 44 (44 %).

B.Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal. Analisa gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal dapat dilakukan dengan menggunakan mean, nilai maks dan nilai min yang dimiliki subjek penelitian.

Setelah dilakukan uji reliabilitas, ditemukan 52 aitem telah memenuhi persyaratan untuk dianalisa menjadi penelitian dengan rentang skor 1-5 dan dihasilkan skor minimum 52, skor maksimum 260, mean 156 dengan standar deviasi 35. Hasil perhitungan skor empirik dan skor hipotetik penerimaan diri dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Gambaran skor Penerimaan Diri

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Penerimaan Diri

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

161 255 200,62 16,853 52 260 156 35 Berdasarkan tabel 8, diperoleh mean empirik 200,62 dengan standar deviasi 16,853 dan mean hipotetik 156 dengan standar deviasi 35. Jika dibandingkan antara mean empirik dan mean hipotetik, maka skor mean empirik pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal lebih tinggi yang berarti

46

bahwa kenyataan di lapangan penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal adalah tinggi.

Hasil dari data penelitian selanjutnya digunakan oleh peneliti untuk mengkategorisasikan gambaran penerimaan diri dalam tingkatan-tingkatan untuk menggolongkan berdasarkan norma. Hasil penelitian dapat dikategorisasikan berdasarkan kriteria yang didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi secara normal, penggolongannya terbagi atas tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Penggolongan penerimaan diri dilakukan dengan rumus kategorisasi dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Norma kategorisasi data penelitian

Rentang Nilai Kategori

Mean + 1 (SD) ≤ X Tinggi

Mean - 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Sedang X < Mean – 1 (SD) Rendah

Hasil mean empirik penerimaan diri 200,62 dan standar deviasi 16,853 maka kriteria kategorisasi penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal dengan persentasi subjek dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Kategorisasi skor penerimaan diri

Variabel Rentang nilai Kategori Frekuensi Persentase Penerimaan

Diri

217,473 ≤ X Tinggi 11 11 %

183,767 ≤ X < 217,473 Sedang 71 71%

X < 183,767 Rendah 18 18%

Berdasarkan kategorisasi skor penerimaan diri pada tabel 10, menggambarkan sebanyak 11 orang (11%) termasuk dalam kategori penerimaan diri yang tinggi, 71 orang (71%) termasuk dalam kategori penerimaan diri yang sedang dan 18 orang (18%) termasuk dalam kategori penerimaan diri yang

47

rendah. Hasil kategorisasi menunjukkan sebagian besar subjek memiliki penerimaan diri yang cukup baik.

C.Hasil Tambahan Penelitian

Penelitian ini juga mendapatkan beberapa hasil tambahan yang dapat memperkaya penelitian, yaitu gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal berdasarkan jenis kelamin subjek, status pernikahan subjek dan pendidikan subjek.

C.1 Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Tabel 11. Gambaran Penerimaan Diri berdasarkan jenis kelamin subjek

Jenis Kelamin Min Maks N Mean SD

Perempuan 170 255 38 212,5 70,83

Laki-laki 161 236 62 198,5 66,16

Pada tabel 11 terlihat bahwa nilai mean penerimaan diri pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan 212,5 dan nilai mean subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki 198,5. Nilai mean penerimaan diri berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, perempuan dan laki-laki bila dibandingkan dengan nilai kategori skor penerimaan diri pada tabel 10 tergolong pada kategori sedang.

C.2 Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Status Pernikahan Subjek Tabel 12. Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Status

Pernikahan Subjek

Status Pernikahan Min Maks N Mean SD

Menikah 161 255 96 208 69,3

48

Pada tabel 12 terlihat bahwa nilai mean penerimaan diri pada subjek penelitian yang memiliki status pernikahan menikah 208 dan nilai mean subjek penelitian yang memiliki status pernikahan belum menikah 200. Nilai mean

penerimaan diri berdasarkan status pernikahan subjek penelitian, menikah dan belum menikah bila dibandingkan dengan nilai skor penerimaan diri pada tabel 10 tergolong pada kategori sedang.

C.3 Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Pendidikan Subjek Tabel 13. Gambaran Penerimaan Diri Berdasarkan Pendidikan

Subjek

Pendidikan Min Maks N Mean SD

SD 170 214 4 192 64

SMP 171 215 12 193 64,3

SMA 161 235 40 198 66

Sarjana 215 229 44 222 74

Pada tabel 13 terlihat bahwa nilai mean penerimaan diri pada subjek penelitian dengan tingkat pendidikan SD 192, nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan SMP 193, nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan SMA 198 dan nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan S1 222. Nilai mean penerimaan diri berdasarkan tingkat pendidikan subjek penelitian, SD, SMP, SMA dan Sarjana bila dibandingkan dengan nilai skor penerimaan diri pada tabel 10 tergolong pada kategori sedang.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa mean empirik pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal lebih tinggi di bandingkan dengan mean

49

hipotetiknya, yang berarti bahwa kenyataan di lapangan penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal adalah tinggi. Berdasarkan kategorisasi skor penerimaan diri menggambarkan sebanyak 71 orang (71%) subjek memiliki penerimaan diri yang cukup baik. Penerimaan diri subjek penelitian yang masuk dalam kategori sedang (cukup baik) ini juga dapat dikaitkan dengan masalah usia, Individu yang telah memasuki usia dewasa madya dalam cara berpikir dan tindakannya berbeda. Ia akan berpikir secara logis, pandai mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka, dapat menilai semua pengalaman hidup dengan baik dan mampu menghadapi berbagai persoalan hidup dengan kemampuan yang ada pada dirinya (Jahja, 2011).

Menurut Djadi (2015) seiring dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal juga mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena pada usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa nefron. Semakin meningkatnya usia disertai dengan adanya penyakit kronis seperti darah tinggi atau diabetes, ginjal akan menjadi rusak dan tidak dapat di pulihkan kembali. Usia dewasa madya, individu mengalami banyak perubahan peran, mendapatkan tugas dan tanggung jawab. Individu akan mendapatkan tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik, perubahan minat, penyesuaian juruan dan tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga (Hurlock, 2002).

Kemampuan penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal didasarkan pada peran, tugas dan tanggung jawab yang positif mengenai diri dan kehidupannya. Penerimaan diri yang baik pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal terjadi karena adanya penilaian positif terhadap keadaan

50

fisiknya dan hal tersebut sangat membantu perkembangan sikap penerimaan diri ke arah yang positif. Hal ini disebabkan penilaian positif akan membuat rasa puas terhadap keadaan diri, dan rasa puas ini merupakan awal sikap positif terhadap dirinya dan diri orang lain (Walgito, 1994). Penerimaan diri yang baik pada dewasa madya juga dipengaruhi oleh cara menguasai, mengendalikan emosi dan mentalnya. Individu yang dapat mengendalikan dirinya akan menuju kehidupan yang bahagia dikarenakan selalu bersifat terbuka dalam menghadapi berbagai kenyataan-kenyataan hidup, tabah dalam menghadapi setiap kesulitan dan persoalan hidup, dapat merasa puas serta sanggup menerima segala sesuatunya dengan lapang dada (Jahja, 2011).

Menurut Hurlock (2002) Penerimaan diri yang baik hanya akan terjadi bila individu yang bersangkutan mau dan mampu memahami keadaan diri sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diinginkannya, dan memiliki harapan yang realistis yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian dewasa madya penderita gagal ginjal terminal yang memiliki konsep menyenangkan dan rasional mengenai dirinya, maka dapat dikatakan penderita gagal ginjal tersebut dapat menyukai dan menerima dirinya.

Ditinjau dari jenis kelamin subjek penelitian, nilai mean penerimaan diri pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan lebih banyak menerima dukungan sosial daripada laki-laki. Menurut Lian (dalam Purnama, 2016) perempuan lebih sering membagi cerita pribadinya kepada orang lain sehingga mendapatkan dukungan sosial yang mereka butuhkan.

51

Perempuan juga lebih mengutamakan apa yang terjadi pada dirinya dan lebih memperlihatkan usahanya untuk meningkatkan kesehatan sedangkan laki-laki sangat kecil untuk mencari bantuan (Papalia, 2009). Penerimaan diri yang tinggi pada perempuan dipengaruhi karena lingkungan di sekitar individu memberikan sikap yang baik dan hal tersebut memungkinkan berkembangnya sikap positif terhadap dirinya serta mempengaruhi caranya berprilaku. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik pada individu, maka individu akan cenderung untuk senang dan menerima dirinya (Hurlock, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian menurut jenis kelamin subjek, diperoleh data 62% laki-laki lebih banyak menderita gagal ginjal terminal daripada perempuan. Pada penelitian Rustina (2012), menyatakan bahwa berdasarkan karakteristik subjek menurut jenis kelamin terbanyak penderita gagal ginjal yang menjalani haemodialisa adalah laki-laki 56,72 % sedangkan perempuan sebanyak 43, 28 %, prevelensi ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Banyaknya responden laki-laki yang menderita penyakit disebabkan karena faktor gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, alkohol, obat terlarang, tekanan darah yang tinggi, kolestrol yang disebabkan makanan cepat saji dan diabetes (Agarwal, 2005).

Bila di tinjau dari status pernikahan subjek penelitian, nilai mean

penerimaan diri pada subjek penelitian dengan status penikahan sudah menikah lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian dengan status belum menikah. Subjek yang menderita gagal ginjal terminal dengan status pernikahan sudah menikah, tingkat stres dan depresi yang di akibatkan oleh penyakit gagal ginjal

52

akan menurun seiring dengan adanya dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga terutama pasangan hidup (Lubis, 2006). Menurut Hurlock (2002) dengan adanya dukungan dan tidak adanya tekanan yang berarti pada individu, akan memungkinkan individu untuk bersikap santai pada saat tegang. Kondisi yang demikian akan memberikan kontribusi bagi terwujudnya penerimaan diri.

Bila di tinjau dari tingkat pendidikan subjek penelitian, nilai mean

penerimaan diri pada subjek penelitian dengan tingkat pendidikan Sarjana lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan lainnya. Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan sesorang diharapkan semakin banyak pengalaman yang dimiliki, dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan tidak menutup diri dari kemajuan zaman seperti: sering membaca buku, surat kabar atau majalah tentu akan memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, sehingga semakin tinggi kepuasan diri yang diraih. Seseorang yang merasa puas akan dirinya, tentu dapat menerima dirinya secara realistis (Jersild, 1963).

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang didapatkan dari penelitian. Pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian, dilanjutkan dengan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna untuk penelitian berikutnya dengan topik yang sama. A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dalam penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu :

1. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa mean empirik pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal lebih tinggi yaitu di bandingkan dengan mean hipotetiknya, yang berarti bahwa kenyataan di lapangan penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal adalah tinggi.

2. Berdasarkan kategorisasi skor penerimaan diri didapatkan bahwa penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal berada pada kategori sedang, yaitu cukup baik.

3. Hasil penelitian menurut jenis kelamin subjek penelitian diperoleh nilai mean

penerimaan diri pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki. 4. Hasil penelitian menurut status pernikahan subjek penelitian diperoleh nilai

mean penerimaan diri pada subjek penelitian dengan status penikahan sudah menikah lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian dengan status pernikahan belum menikah.

54

5. Hasil penelitian menurut tingkat pendidikan subjek penelitian diperoleh nilai

mean penerimaan diri pada subjek penelitian dengan tingkat pendidikan Sarjana lebih tinggi daripada nilai mean subjek penelitian dengan tingkat pendidikan lainnya.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal.

B1. Saran Metodologis

Untuk peneliti berikutnya yang ingin membuat penelitian sejenis, masalah penerimaan diri merupakan topik yang menarik untuk diteliti terutama dengan subjek yang menderita penyakit kronis seperti gagal ginjal. Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah penerimaan diri dapat meneliti pada perkembangan masa usia lainnya, karena kenyataan dilapangan subjek penelitian dengan perkembangan masa usia lainnya banyak. Peneliti selanjutnya juga dapat melihat gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal berdasarkan urutan kelahiran subjek, lamanya menjalani hemodialisa dan mengkhususkan meneliti subjek dari sudut pandang salah satu budaya secara lebih mendalam. Hal tersebut mendukung pengembangan ilmu psikologi khususnya di Indonesia, indogeneus psychology.

55

B.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian, gambaran penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal berada pada kategori sedang. Walaupun demikian, diharapkan penderita gagal ginjal terminal dewasa madya untuk dapat meningkatkan penerimaan dirinya dengan cara lebih terbuka dengan orang terdekat dan lingkungannya, baik pada subjek berjenis kelamin perempuan dan laki-laki, berstatus sudah menikah dan belum menikah serta subjek dengan tingkat pendidikan tertentu agar memiliki harapan yang positif terhadap keadaan yang di alami, yakin dan percaya pada diri serta menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri (Jersild, dalam hurlock 2002). Menurut Azahra (2012) Sangat penting bagi penderita gagal ginjal terminal memiliki konsep diri positif karena dapat membantu individu memiliki penerimaan diri yang tinggi dan akan membuat individu tidak mudah merasa putus asa, sedih dan bersikap pesimis dengan keadaan yang dialaminya serta menjauhkan individu dari gangguan depresi, karena individu yang memiliki penerimaan diri yang tinggi mereka akan menganggap dirinya berharga dan menerima diri sendiri sebagaimana adanya.

Bagi keluarga dan lingkungan sekitar dewasa madya penderita gagal ginjal terminal diharapkan untuk memberikan dukungan sosial dengan cara memberikan perlakuan yang baik dan menyenangkan agar proses penerimaan diri pada dewasa madya penderita gagal ginjal terminal akan lebih mudah (Jersild, 1963).

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penerimaan Diri

A.1 Pengertian Penerimaan Diri

Penerimaan diri merupakan suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Hurlock, 2002).

Menurut Jersild (dalam Hurlock, 2002) mengatakan penerimaan diri adalah individu menerima dirinya sendiri dan yakin akan standar-standar serta pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain dan memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya serta tidak melihat dirinya sendiri secara irasional. Individu yang menerima dirinya menyadari asset diri yang di milikinya, merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginanya, serta menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.

Menurut Santrock (2002) penerimaan diri adalah suatu keadaan yang disadari oleh diri sendiri untuk menerima begitu saja kondisi diri tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut. Seperti yang dikemukakan Cooper (2003) penerimaan diri merupakan suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik pribadinya dan mempunyai kemauan untuk hidup dengan keadaan tersebut.

12

Chaplin (2004) berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan rasa puas terhadap kualitas, bakat yang dimiliki serta pengakuan terhadap keterbatasan diri. Pengakuan terhadap keterbatasan diri ini tidak disertai dengan perasaan malu dan bersalah. Individu tersebut akan menerima keadaan mereka apa adanya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan kelebihan dan kekurangan yang di miliki tanpa menyalahkan diri sendiri.

A.2 Aspek-aspek Pengukuran Penerimaan diri

Menurut Jersild (1958) aspek-aspek penerimaan diri sebagai berikut : a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan

Individu yang memiliki penerimaan diri berpikir lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana ia terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan berarti individu tersebut mempunyai gambaran sempurna tentang dirinya, melainkan individu tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya.

b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain Individu yang memiliki penerimaan diri memandang kelemahan dan kekuatan dalam dirinya lebih baik daripada individu yang tidak memiliki penerimaan diri. Individu tersebut kurang menyukai jika harus menyia-nyiakan energinya untuk menjadi hal

13

yang tidak mungkin, atau berusaha menyembunyikan kelemahan dari dirinya sendiri maupun orang lain. Ia pun tidak berdiam diri dengan tidak memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya, ia akan menggunakan bakat yang di milikinya dengan lebih leluasa. Individu yang bersikap baik dalam menilai kelemahan dan kekuatan dirinya akan bersikap baik pula dalam menilai kelemahan dan kekuatan orang lain.

c. Perasaan rendah diri sebagai gejala penolakan diri

Individu yang terkadang merasakan rendah diri (inferiority complex) adalah individu yang tidak memiliki sikap penerimaan diri dan hal tersebut akan mengganggu penilaian yang realistik atas dirinya. Individu yang memiliki penerimaan diri maka ia akan mampu menyesuaikan dirinya dengan baik dan tidak merasa bahwa ia akan di tolak oleh orang lain.

d. Respon atas penolakan dan kritikan

Individu yang memiliki penerimaan diri tidak menyukai kritikan, namum demikian ia mempunyai kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat mengambil hikmah dari kritikan tersebut. Ia berusaha untuk melakukan koreksi atas dirinya sendiri, ini

Dokumen terkait