• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

E. Pembahasan

1. Hasil Utama Penelitian

Berdasarkan hasil utama penelitian terhadap 183 subjek yang menjadi partisipan dalam penelitian ini, ditemukan bahwa prasangka terhadap Front Pembela Islam pada mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Dan sesuai dengan hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik prasangka yang mengindikasikan bahwa, secara umum subjek memiliki prasangka yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai

mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif,

afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi.

Hal ini berbeda dengan pendapat Rokeach (dalam Hogg, 2011) yang menyatakan bahwa, kesamaan keyakinan dapat meningkatkan kesukaan dan keharmonisan sosial pada orang-orang, sementara itu ketidaksamaan keyakinan dapat menghasilkan ketidaksukaan dan prasangka. Prasangka sendiri, ditandai dengan adanya kepercayaan, perasaan dan perilaku negatif terhadap kelompok lain (Allport dalam Hogg, 2011). Laura (2010) menyatakan bahwa prasangka merupakan bidang ilmu yang dikaji oleh mahasiswa Psikologi. Artinya bahwa, mahasiswa Psikologi merupakan kelompok yang identik dengan sebutan sebagai

kaum yang memiliki intelektual muda yang diharapkan sanggup bersikap kritis dalam memilih dan memilah persoalan dan secara sosial mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, hubungan sosial, persepsi sosial, kognisi sosial dan sikap sosial.

Hal ini mengindikasikan bahwa, memiliki kesamaan keyakinan belum tentu dapat meningkatkan kesukaan dan keharmonisan sosial tetapi, bisa menimbulkan ketidaksukaan dan prasangka. Artinya bahwa, prasangka pada mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan kepercayaan, perasaan dan perilaku negatif terhadap Front Pembela Islam.

Dimana, kecenderungan kepercayaan negatif terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek kognitif yang menunjukkan bahwa subjek sejak awal sudah cenderung berasumsi negatif terhadap Front Pembela Islam. Kemungkinan hal ini dikarenakan kurang lengkapnya informasi, dimana subjek memiliki interaksi yang terbatas terhadap Front Pembela Islam sehingga menimbulkan pandangan-pandangan yang cenderung negatif.

Selanjutnya, kecenderungan perasaan negatif terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek afektif yang menunjukkan bahwa subjek sudah pernah memiliki pengalaman emosional terhadap Front Pembela Islam. Sehingga, membuat subjek lebih yakin akan asumsi yang cenderung negatif mengenai Front Pembela Islam dan kemungkinan mereka cenderung menggeneralisasikan pemikiran dan keyakinan mereka terhadap semua anggota Front Pembela Islam. Sedangkan, kecenderungan perilaku negatif terhadap Front Pembela Islam

merupakan aspek konatif yang menunjukkan bahwa pemikiran dan perasaan subjek mempengaruhi tingkah laku subjek.

Dengan demikian, mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara merupakan kelompok yang kemungkinan memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya kecenderungan kepercayaan, perasaan dan perilaku negatif terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial kelompok tersebut cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

2. Hasil Tambahan Penelitian

Hasil tambahan penelitian ini ditemukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang berada pada semester I tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi.

Sejalan dengan pendapat (Hogg, 2011) yang menyatakan bahwa prasangka timbul karena adanya atribusi yaitu memahami perilaku orang lain dengan menarik kesimpulan tentang, apa yang mendasari atau melatar belakangi perilaku tersebut. Prasangka juga timbul karena adanya in group bias yaitu perasaan positif dan perlakuan istimewa seseorang kepada orang lain yang dianggap bagian dari

in-groupnya, serta perasaan negatif dan perlakuan yang tidak adil terhadap orang

yang dianggap sebagai bagian dari out-groupnya.

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang berada pada semester I kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan atribusi dan in group bias yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan atribusi yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek kognitif. Sedangkan, kecenderungan in group bias yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek afektif dan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang berada pada semester I merupakan subjek yang kemungkinan ketika berada di semester I memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya kecenderungan atribusi dan in group bias terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang berada pada semester III tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi.

Sejalan dengan pendapat (Hogg, 2011) yang menyatakan bahwa prasangka timbul karena adanya stereotipe yaitu penilaian terhadap seseorang yang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok dimana orang tersebut dapat dikategorikan. Prasangka juga timbul karena adanya perasaan negatif dan in

group favoritism yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasi dalam perlakuan

yang lebih baik atau menguntungkan in group diatas out group (Tajfel, dalam Hertel & Kerr, 2001).

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang berada pada semester III kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan

stereotipe, perasaan negatif dan in group favoritism yang dimiliki subjek terhadap

Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan stereotipe yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek kognitif. Sedangkan, kecenderungan perasaan negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek afektif dan kecenderungan in group favoritism yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang berada pada semester III merupakan subjek yang kemungkinan ketika berada di semester III memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya kecenderungan stereotipe, perasaan negatif dan

in group favoritism terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka

cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang berada pada semester V tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Sejalan dengan pendapat (Hogg, 2011) yang menyatakan bahwa, prasangka selama ini dipercaya didasarkan pada persepsi, sikap intergroup dan penolakan.

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang berada pada semester V kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan persepsi negatif, sikap intergroup dan perilaku penolakan yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan persepsi negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek kognitif. Sedangkan, kecenderungan sikap intergroup yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek afektif dan kecenderungan perilaku penolakan yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang berada pada semester V merupakan subjek yang kemungkinan ketika berada di semester V memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya kecenderungan persepsi negatif, sikap

intergroup dan perilaku penolakan terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara

sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang berada pada semester VII tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Hal ini didukung dari hasil wawancara yang memperkuat bahwa subjek semester VII memiliki penilaian yang ternyata negatif terhadap Front Pembela Islam:

“Sangat setuju sekali sama visi misi mereka, tapi ya gimana mau percaya, dengan mereka yang katanya ingin menjadi pemimpin umat Islam yang berlandaskan pada ajaran Islam, kalau bertindak aja sering melanggar peraturan pemerintah, gimana orang gak menghindar coba, jelaslah jadi kecewa sama mereka”.

(mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang berada pada semester VII, Komunikasi Personal, 13 Oktober 2015).

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang berada pada semester VII kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan kepercayaan negatif, perasaan kecewa, dan perilaku menghindar yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan kepercayaan negatif, perasaan kecewa, dan perilaku menghindar yang dimiliki subjek karena Front Pembela Islam sering melanggar peraturan pemerintah merupakan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang berada pada semester VII merupakan subjek yang kemungkinan ketika berada di semester VII memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya kecenderungan kepercayaan negatif, perasaan kecewa, dan perilaku menghindar terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, mengenai organisasi kerohanian Islam. Adapun penjelasan dari organisasi kerohanian Islam adalah organisasi yang ditugasi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat menjaga toleransi antar umat beragama. Akan tetapi, peneliti menemukan bahwa mean keseluruhan

subjek yang mengikuti organisasi kerohanian Islam tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori cenderung tinggi. Hal ini didukung dari hasil wawancara yang memperkuat bahwa subjek yang mengikuti organisasi kerohanian Islam memiliki penilaian yang negatif terhadap Front Pembela Islam:

“Kelebihan mereka itu organisasi yang mau menegakkan amar ma’ruf

dan nahi munkar,tapi mereka juga organisasi yang banyak ikut terjun dalam perjuangan fisik artinya si mereka sudah melengseng dari tujuan semula, perjuangan fisik mereka yang membuat kecewa,seandainya

mereka masih setia pada tujuan semula , pasti tidak menentang mereka”. (mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang mengikuti organisasi kerohanian Islam, Komunikasi Personal, 09 Oktober 2015).

Sejalan dengan pendapat (Kompasiana, Juni., 2015) yang menyatakan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi kerohanian Islam yang berjilbab lebar dan laki-laki yang rajin ke mesjid sangat mungkin berafiliasi kepada Partai Keadilan Sejahtera karena yang mentarbiyah mereka adalah kebanyakan orang Partai Keadilan Sejahtera, dimana Partai Keadilan Sejahtera memiliki sifat aksi mental di mata masyarakat sedangkan Front Pembela Islam memiliki sifat aksi fisik dimata masyarakat.

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang mengikuti organisasi kerohanian Islam kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya afiliasi terhadap Partai Keadilan Sejahtera yang dimiliki subjek, dan adanya

kecenderungan kepercayaan negatif, perasaan kecewa dan perilaku menentang terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan kepercayaan negatif yang dimiliki subjek karena Front Pembela Islam sudah melengseng dari tujuan semula merupakan aspek kognitif. Sedangkan, kecenderungan perasaan kecewa yang dimiliki subjek karena Front Pembela Islam melakukan tindakan perjuangan fisik merupakan aspek afektif dan kecenderungan perilaku menentang yang dimiliki subjek karena Front Pembela Islam tidak setia dengan tujuan semulanya merupakan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang mengikuti organisasi kerohanian Islam merupakan subjek yang kemungkinan ketika mengikuti organisasi kerohanian Islam memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya afiliasi terhadap Partai Keadilan Sejahtera, dan adanya kecenderungan kepercayaan negatif, perasaan kecewa dan perilaku menentang terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, mengenai organisasi pemerintahan mahasiswa. Adapun penjelasan dari organisasi pemerintahan mahasiswa adalah organisasi yang memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan kegiatan kemahasiswaan yang di tingkat Fakultas. Dimana, peneliti menemukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang mengikuti organisasi pemerintahan mahasiswa tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai

mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif,

afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori cenderung tinggi. Hal ini didukung dari hasil wawancara yang memperkuat bahwa subjek yang mengikuti organisasi pemerintahan mahasiswa memiliki penilaian yang ternyata negatif terhadap Front Pembelam Islam:

“Bagus kalilah kalau mereka mau menegakkan negara Islam di Indonesia

ini, cuma kan UUD ’45 bilang kalau kita bukan negara Islam dan Pancasila juga bilang Ketuhanan yang Maha Esa bukan Islam, jadi kalau mau buat Indonesia negara Islam mereka harus hapuskan Pancasila dan

UUD ’45, dan risih aja sama tindakan anarkisnya mereka, kalau bisa ya ormas-ormas yang anarkis dibubarkan saja.Mau aja si berdiskusi dengan mereka tapi sanksi jadi ikut anarkis juga nanti”.

(mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang mengikuti organisasi pemerintahan mahasiswa, Komunikasi Personal, 14 Oktober 2015).

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang mengikuti organisasi pemerintahan mahasiswa kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya dasar keorganisasian yang berbeda yang dimiliki subjek, dan adanya kecenderungan persepsi negatif, perasaan risih, dan perilaku menghindar terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan persepsi negatif yang dimiliki subjek karena Front Pembela Islam ingin menegakkan Islam di negara Indonesia yang hal tersebut bertentangan dengan UUD ’45 dan Pancasila merupakan aspek kognitif. Sedangkan, kecenderungan perasaan risih yang dimiliki subjek karena Front Pembela Islam melakukan tindakan anarkis merupakan aspek afektif dan kecenderungan perilaku menghindar yang dimiliki subjek jika diadakan forum diskusi dengan Front Pembela Islam merupakan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang mengikuti organisasi pemerintahan mahasiswa merupakan subjek yang kemungkinan ketika mengikuti organisasi pemerintahan mahasiswa memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya dasar keorganisasian yang berbeda, dan adanya kecenderungan persepsi negatif, perasaan risih, dan perilaku menghindar terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, Adapun penjelasan dari organisasi unit kegiatan mahasiswa adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan berdasarkan spesifikasi bidang minat, bakat, dan kegemaran. Dimana, peneliti menemukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang mengikuti organisasi unit kegiatan mahasiswa tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Namun, jika dilihat berdasarkan masing-masing aspek, didapatkan hasil bahwa secara kognitif subjek yang mengikuti organisasi unit kegiatan mahasiswa tergolong pada kategori prasangka yang cenderung rendah.

Sementara itu, secara afektif dan konatif subjek yang mengikuti organisasi unit kegiatan mahasiswa tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Sejalan, dengan pendapat Brown (2005) yang menyatakan bahwa prasangka mengandung keyakinan merendahkan religiusitas, perasaan benci, tindakan permusuhan dan diskriminasi terhadap kelompok lain. Sehingga, apabila diketahui kognisi dan afeksi seseorang terhadap kelompok lain maka akan dapat diketahui pula konatifnya.

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang mengikuti organisasi unit kegiatan mahasiswa kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya dasar keorganisasian yang berbeda yang dimiliki subjek, dan adanya kecenderungan perasaan benci, permusuhan dan diskriminasi terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan perasaan benci yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek afektif. Sedangkan, kecenderungan tindakan permusuhan dan diskriminasi yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek konatif. Artinya bahwa, prasangka subjek yang mengikuti organisasi unit kegiatan mahasiswa secara kognitif kemungkinan cenderung memiliki keyakinan yang tidak merendahkan religiusitas Front Pembela Islam.

Dengan demikian, subjek yang mengikuti organisasi unit kegiatan mahasiswa merupakan subjek yang kemungkinan ketika mengikuti organisasi unit kegiatan mahasiswa memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya dasar keorganisasian yang berbeda, dan adanya kecenderungan perasaan benci, tindakan permusuhan dan diskriminasi terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang tidak mengikuti organisasi tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif

menunjukkan mean yang tergolong pada kategori cenderung tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Pertiwi, Sulistiyawan, Rahmawati & Kaltsum, 2012) yang menyatakan bahwa mahasiswa yang tidak berorganisasi akan memiliki interaksi sosial yang kurang baik dengan orang lain yang berlatar belakang berbeda-beda.

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang tidak mengikuti organisasi kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya interaksi sosial yang kurang baik yang dimiliki subjek, dan adanya kecenderungan kepercayaan, perasaan dan perilaku negatif terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan kepercayaan negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela merupakan aspek kognitif. Sedangkan, kecenderungan perasaan negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek afektif dan kecenderungan perilaku negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang tidak mengikuti organisasi merupakan subjek yang kemungkinan ketika tidak mengikuti organisasi memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya interaksi sosial yang kurang baik, dan adanya kecenderungan kepercayaan negatif, perasaan dan perilaku negatif terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, peneliti memukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang memiliki pengalaman buruk dengan Front Pembela Islam tergolong pada kategori

prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori cenderung tinggi. Menurut Oskamp dan Sargant (dalam Hogg, 2011) yang menyatakan bahwa pengalaman traumatis dan menakutkan dapat menjadi hal yang penting dalam pembentukan sikap.

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang memiliki pengalaman buruk dengan Front Pembela Islam kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya pengalaman traumatis dan menakutkan yang dimiliki subjek, dan adanya kecenderungan kepercayaan, perasaan dan perilaku negatif terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan kepercayaan negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek kognitif. Sedangkan, kecenderungan perasaan negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek afektif dan kecenderungan perilaku negatif yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam merupakan aspek konatif.

Dengan demikian, subjek yang memiliki pengalaman buruk dengan Front Pembela Islam merupakan subjek yang kemungkinan memiliki sikap kritis yang cenderung negatif karena adanya pengalaman traumatis dan menakutkan, dan adanya kecenderungan kepercayaan, perasaan dan perilaku negatif terhadap Front Pembela Islam, sehingga secara sosial mereka cenderung tidak mampu mengatasi hal yang berkaitan dengan persepsi sosial, sikap sosial dan perilaku sosial terhadap Front Pembela Islam.

Selanjutnya, peneliti memukan bahwa mean keseluruhan pada subjek yang memiliki pengalaman baik dengan Front Pembela Islam tergolong pada kategori prasangka yang cenderung tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga dari nilai mean masing-masing ketiga aspek prasangka tersebut, dimana aspek kognitif, afektif dan konatif menunjukkan mean yang tergolong pada kategori cenderung tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hogg (2011) yang menyatakan bahwa, komunikasi secara langsung dapat mempengaruhi sikap terhadap kelompok lain. Dan hasil tersebut juga didukung dari wawancara yang memperkuat bahwa subjek yang memiliki pengalaman baik memiliki penilaian yang ternyata negatif terhadap Front Pembelam Islam:

“Ya gitulah mungkin karena sudah pernah berkonsolidasi jadi taulah baik buruknya mereka, sekarang uda gak pernah konsolidasi sama mereka, soalnya beda pemikiran, jadi sedikit kecewa aja,”.

(mahasiswa Muslim Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang memiliki pengalaman baik dengan Front Pembela Islam, Komunikasi Personal, 11 Oktober 2015).

Hal ini mengindikasikan bahwa, prasangka subjek yang memiliki pengalaman baik dengan Front Pembela Islam kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya pemikiran yang berbeda dalam berkomunikasi, dan adanya kecenderungan kepercayaan negatif, perasaan kecewa dan perilaku menghindar yang dimiliki subjek terhadap Front Pembela Islam. Dimana, kecenderungan

Dokumen terkait