• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

1. Sikap Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Bimbingan Skripsi Ditinjau dari Jenis Kelamin Mahasiswa

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa. Hal ini didukung hasil perhitungan statistik yang menunjukkan nilai Fhitung = 0,080 < Ftabel = 3,92 atau nilai probabilitas = 0,778 > a = 0,05.

Dari 83 jumlah mahasiswi responden perempuan terdapat 3 mahasiswi/responden bersikap sangat positif, 23 responden bersikap positif, 48 responden bersikap cukup positif, 7 responden negatif, dan ada 2 responden bersikap sangat negatif terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi dosen. Dari deskripsi data tersebut tampak bahwa sebagian besar mahasiswi bersikap cukup positif terhadap kualitas pelayanan bimbingan dosen. Begitu pula dengan responden mahasiswa laki- laki. Dari 45 jumlah responden laki- laki terdapat 4 mahasiswa laki- laki bersikap sangat positif, 26 responden bersikap positif, 7 responden bersikap cukup positif, 6 responden negatif, dan ada 2 responden bersikap sangat negatif terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi dosen. Dari perhitungan di atas jelas tampak bahwa sebagian besar mahasiswa bersikap positif terhadap kualitas pelayanan dosen pembimbing skripsi.

Hasil penelitian ini diduga disebabkan bahwa sebagian besar mahasiswa di Program Studi Pendidikan Akuntansi yang menyusun skripsi adalah perempuan. Mahasiswi cenderung memiliki sifat lembut dan agak takut dengan dosen. Mereka juga lebih memiliki sifat yang rajin melakukan bimbingan dibandingkan mahasiswa yang menganggap bahwa bimbingan merupakan tugas yang santai dan tidak perlu buru- buru..

Hasil penelitian ini tentu tidak sejalan dengan anggapan atau asumsi orang seperti yang diungkapkan Darahim dalam Any Setyaningsih (2004:19) bahwa perempuan belum dapat menjadi mitra sejajar kaun laki- laki, bahkan di dunia pendidikan kaum perempuan dinomorduakan. Ternyata pandangan demikian meleset, dari penelitian di atas menunjukan sikap mahasis wa dan mahasiswi tidak berbeda terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi. Hal ini mengarah pada apa yang diperjuangkan pahlawan Kartini, yaitu mensejajarkan kaum perempuan dengan kaum laki- laki dalam berbagai lembaga kehidupan.

2. Sikap Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Bimbingan Skripsi Ditinjau dari Topik Penelitian

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi ditinjau dari topik penelitian. Hal ini didukung hasil perhitungan statistik yang

menunjukkan nilai Fhitung = 0,609 < Ftabel = 3,92 atau nilai probabilitas = 0,437 > a = 0,05.

Untuk mahasiswa yang mengambil topik penelitian sejurus dengan pendidikan. Dari mahasiswa yang berjumlah 91 dengan topik kependidikan ada sebanyak 4 responden yang bersikap sangat positif, sebanyak 45 responden bersikap positif, ada 32 responden bersikap cukup positif, sejumlah 7 responden yang bersikap negatif dan hanya 3 responden saja yang bersikap sangat negatif. Dari perhitungan di atas terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa dengan topik kependidikan lebih bersikap positif. Sedangkan mahasiswa yang mengambil topik penelitian diluar jurusan kependidikan. Dari mahasiswa sejumlah 37 dengan topik non kependidikan terdapat 3 responden yang bersikap sangat positif, sebanyak 16 responden bersikap positif, ada 12 responden bersikap cukup positif, sejumlah 6 responden yang bersikap negatif dan Tidak ada responden yang bersikap sangat negatif. Dari deskripsi di atas tampak bahwa sebagian besar responden yang terdiri dari mahasiswa dengan skripsi bertopik kependidikan dan non kependidikan cenderung bersikap positif.

Hasil penelitian ini diduga disebabkan mahasiswa yang mengambil topik penelitian sesuai dengan jurusannya lebih mudah mengerjakannya karena mereka sudah mempelajari kasusnya dalam perkuliahan, terlebih mahasiswa dibantu oleh dosen pembimbing yang sudah pasti sangat menguasai materinya. Seperti yang diungkapkan

Nasution (1980:10) bahwa topik penelitian yaitu pokok dari sautu masalah yang sedang atau pernah terjadi dalam kehidupan. Walaupun topik yang diambil mahasiswa tidak sesuai dengan jurusan yang dipelajarinya, tapi dosen akan membimbing mahasiswa sesuai dengan topik yang dipilih mahasiswa, bukan membimbing mahasiswa dengan topik yang harus sesuai dengan jurusannya. Meskipun sebaiknya mahasiswa dalam membuat skripsi itu akan memperdalam mahasiswa dalam bidang yang diselidikinya seperti yang diungkapkan Nasution dalam bukunya.

3. Sikap mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Bimbingan Skripsi Ditinjau dari Lama Waktu Bimbingan

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi ditinjau dari lama waktu bimbingan. Hal ini didukung hasil perhitungan statistik yang menunjukkan nilai Fhitung = 1,455 < Ftabel = 2,68 atau nilai probabilitas = 0,230 > a = 0,05.

Adapun rentang waktu yang dapat ditempuh mahasiswa adalah bimbingan yang < 6 bulan, bimbingan antara 6–12 bulan, bimbingan antara 12–18 bulan, dan yang paling lama adalah > 18 bulan. Dari keempat kategori yang ada dalam deskripstif terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa mengambil dan melakukan bimbingan skripsi sampai

pada bulan keenam dan sampai pada bulan keduabelas waktu yang dirasa cukup bagi sebagian mahasiswa.

Dari mahasiswa sejumlah 43 yang telah bimbingan sampai < 6 bulan ada 1 mahasiswa yang bersikap sangat positif, 16 responden mahasiswa bersikap positif, sejumlah 20 mahasiswa bersikap cukup positif, ada 4 mahasiswa yang bersikap negatif, dan hanya 2 responden mahasiswa yang sikapnya sangat negatif. Tampak bahwa sebagian besar mahasiswa yang bimbingan sampai < 6 bulan bersikap cukup positif terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi. Dari deskripsi di atas tampak bahwa sebagian besar mahasiswa yang bimbingan sampai < 6 bulan bersikap cukup positif. Sejumlah 59 mahasiswa yang sudah bimbingan sampai antara 6– 12 bulan, terdapat 1 mahasiswa yang bersikap sangat positif, 24 responden mahasiswa bersikap positif, sejumlah 17 mahasiswa bersikap cukup positif, ada 15 mahasiswa ya ng bersikap negatif, dan hanya 2 responden mahasiswa yang sikapnya sangat negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa responden bersikap positif terhadap kualitas pelayanan bimbingan skripsi. Kemudian untuk 12 mahasiswa yang telah bimbingan selama 12– 18 bulan terdapat 1 mahasiswa yang bersikap sangat positif, 5 responden mahasiswa bersikap positif, sejumlah 6 mahasiswa bersikap cukup positif, ada tidak ada mahasiswa yang bersikap negatif, dan tidak terdapat responden mahasiswa yang sikapnya sangat negatif. Dari deskripsi di atas terlihat bahwa mahasiswa yang telah bimbingan antara

12–18 bulan sebagian besar bersikap cukup positif. Kategori terakhir, mahasiswa yang paling lama bimbingan yaitu sampai > 18 bulan sebanyak 14 mahasiswa dan terdapat 2 responden bersikap sangat positif, 8 responden bersikap positif, ada 4 responden bersikap cukup positif, dan tidak ada responden yang bersikap negatif, juga tidak terdapat responden yang bersikap sangat negatif.

Hasil penelitian ini diduga disebabkan mahasiswa yang masih pertama kali melakukan bimbingan masih merasa caggung dan bingung apa yang harus mereka lakukan pada saat dan setelah berhadapan dengan dosen pembimbing. Padahal menurut buku Pedoman Program Studi (2007:87), lama waktu bimbingan tergantung dari intensitas pertemuan dosen dengan mahasiswa. Semakin sering bimbingan akan semakin cepat skripsi dikerjakan, dan waktu bimbingan tidak menjadi terlalu lama. Namun semakin lama mahasiswa berinteraksi mengenai skripsi dengan dosen mereka, mahasiswa akan semakin paham dan sadar dengan keadaan mereka yang sebenarnya. Jadi mereka sangat membutuhkan bimbingan dari dosen mereka. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Ahmadi (1977:11) yang menyatakan bahwa tujuan bimbingan adalah memberikan pertolongan kepada individu agar individu yang ditolong dapat mencapai kehidupan yang layak dan bahagia dimanapun ia berada.

Kadang kala jika mahasiswa terlalu lama melakukan bimbingan, maka relasi antara dosen dengan mahasiswa akan mengalami titik

kejenuhan walaupun secara naluri mereka tidak menyadari hanya saja jika mahasiswa lebih giat lagi maka dosen akan sesegera mungkin membantu mahasiswa menyelesaikan skrispinya. Kenyataan ini sejalan dengan ungkapan Ali dan kawan-kawan (1984:15) mengenai hambatan- hambatan dalam bimbingan, kesulitan dalam pelayanan bimbingan akademik pada dasarnya timbul karena kurang siapnya mahasiswa terhadap hasil pekerjaan mereka.

Dari uraian di atas jelas bahwa sebagian besar mahasiswa yang telah la ma bimbingan menjadi bersikap positif dan lebih dewasa, walupun sebenarnya dari kedua pihak sudah sama-sama merasa bosan, dewasa dalam arti dosen dan mahasiswa dapat saling memahami. Atas dasar pemahaman itu bimbingan yang terjadi menjadi semakin lancar sampai pada waktu yang ditentukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ahmadi (1977:110) mengenai pelayanan bimbingan individual, karena bervariasinya permasalahan yang dihadapi mahasiswa sehingga perlu bimbingan secara bertatap muka dan bertahap.

Dokumen terkait