• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

1. Pengaruh Sinetron terhadap Gaya Hidup

Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan variabel sinetron terhadap gaya hidup. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansinya (probabilitas) lebih besar dari 0,05 yaitu 0,58 ≥ 0,05, serta nilai ≥ yaitu 1,923 ≥ 1,6634. kontribusi dari variabel sinetron terhadap gaya hidup merujuk pada nilai Beta (β) sebesar 0,180 yang artinya

kontribusi variabel sinetron terhadap variabel gaya hidup hanya sebesar (0,180 : 0,561) x 100% = 24,8%.

Walaupun kenyataanya kehadiran sinetron yang menyajikan tontonan serba cepat dan selintas membuat seseorang terperangkap dengan penuh daya pikat sehingga mengalami kesulitan membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting dan mana yang dipikirkan dan yang tidak dipikirkan. Tayangan-tayangan yang serba “wah”, membuat konsumen lupa dengan

dirinya. Tayangan sinetron secara perlahan tapi pasti akan membentuk budaya kawula muda yang berorientasi gaya hidup.

Tetapi, dilihat dari hasil penelitian variabel sinetron dapat dijelaskan bahwa ternyata sinetron hanya memberikan kontribusi yang kecil dan tidak signifikan terhadap gaya hidup mahasiswi. Hal ini dikarenakan mahasiswa pada umumnya telah memiliki pola pikir yang lebih maju dan mereka bisa menilai bahwa sinetron yang ditayangkan ditelevisi itu sebagi hiburan untuk mengisi waktu luang setelah melakukan rutinitas harian mahasiswi. Jadi mahasiswa tidak begitu terpengaruh dengan adanya sinetron yang ditayangkan di televisi, mahasiswi lebih percaya hal-hal yang bersifat fakta.

2. Pengaruh Iklan terhadap Gaya Hidup

Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan antara variabel iklan dengan gaya hidup. Hal ini ditunjukan dengan nilai thitung ≤ ttabel yaitu -1,083 ≤ 1,6634, serta nilai signifikansinya lebih besar

hidup merujuk pada nilai Beta (β) pada variabel iklan sebesar -0,083 yang artinya kontribusi variabel iklan terhadap variabel gaya hidup hanya sebesar (-0,083 : 0,561) x 100% = 11,41%.

Walaupun Iklan yang mulai berkembang sejak abad ke-18 sampai sekarang begitu banyak menawarkan berbagai produk yang membuat konsumenya ikut ambil bagian di dalamnya terutama untuk kelihatan percaya diri tampil di depan publik, kampanye politik dan monopoli kaum kapitalis untuk mendominasi pasar. Permainan periklanan yang didominasi oleh produk-produk murahan seperti: sabun, obat palsu, ramuan awet muda, krim penghalus tubuh, pakaian, dan industri waktu luang, saling serang untuk mendapat posisi di hati konsumen. Tentu saja tidak semua orang atau konsumen percaya dengan iklan tersebut untuk membeli produknya. Tetapi mereka sudah terlibat di dalam rayuan iklan seperti mengagumi model iklan atau membangkitkan rasa humor yang tidak bisa diabaikan dari gaya hidup

terutama konsumenya. Kritikus media terkemuka, “Marshall McLuhan”,

menyebut iklan sebagai karya seni terkemuka abad ke-20. Iklan dianggap sebagai penetu kecendrungan, tren, mode dan dianggap sebagai pembentukan kesadaran manusia modern. Lebih lanjut dijelaskan kritikus periklanan, “Shut

Jally”, menunjukan bagaimana citra periklanan komersial telah menyebar ke wilayah-wilayah populer lainya dan dia membahas dampaknya bagi pembentukan identitas individual dan sosial, (Chaney, 2011:19).

Tetapi dilihat dari hasil penelitian variabel iklan dapat dijelaskan bahwa ternyata iklan hanya memberikan kontribusi yang kecil dan tidak signifikan terhadap gaya hidup mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa pada umumnya telah memiliki pola pikir yang kritis bahwa iklan yang ditayangkan ditelevisi itu sifatnya membujuk konsumen supaya menggunakan produk yang di iklankan walaupun pada kenyataannya mahasiswi menggunakan produk tersebut. Jadi mahasiswa tidak begitu terpengaruh dengan adanya iklan yang ditayangkan di televisi, mereka lebih cenderung percaya dan mengikuti ha-hal yang sudah terbukti kebenarannya.

3. Pengaruh Lingkungan pergulan terhadap Gaya Hidup

Hasil analisis data menunjukan bahwa ada kontribusi yang signifikan antara variabel lingkungan pergaulan terhadap gaya hidup. Hal ini ditunjukan dengan nilai thitung ≥ ttabel yaitu 4,795 ≥ 1,6634, serta nilai signifikansinya (probabilitas) lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 ≥ 0,05. kontribusi dari variabel lingkungan pergaulan terhadap gaya hidup merujuk pada nilai Beta (β) pada

variabel lingkungan pergaulan sebesar 0,464 yang artinya kontribusi variabel lingkungan pergaulan terhadap variabel gaya hidup sebesar (0,464 : 0,561) x 100% = 63,8%

Pada jaman modern ini, mahasiswi cenderung memiliki gaya hidup sesuai dengan lingkungan dimana dia berada karena dengan cara seperti mahasiswa merasa bahwa mereka akan dapat diterima dalam lingkungan

dengan lingkungan masyarakat. Sehingga dalam keputusan mengkonsumsi barang dan jasa seseorang membutuhkan pertimbangan baik dari teman maupun orang tua.

Namun seseorang dalam keputusanya mengkonsumsi suatu barang atau jasa tertentu yang paling besar peranya adalah teman pergaulan dibandingkan dengan orang tuanya. Pendapat teman pergaulan lebih bermakna dari pada orang tua dikarenakan teman pergaulan memiliki kesamaan-kesamaan dengan seseorang dalam hal tertentu. Kesamaan- kesamaan tersebut antara lain, memiliki hobi yang sama, menyukai merk barang dan jasa yang sama, serta memiliki kesamaan dalam menyukai produk gaya hidup tertentu. Sedangkan gaya hidup merupakan bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka membelanjkan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka.

Lingkungan pergaulan mengindikasikan konsumen mengkonsumsi ruang dan tempat, teknologi, mode (fashion), musik pop, dan pola makanan dan minuman menjadi bagian dari gaya hidup. Jadi, ada dugaan bahwa dalam hubungan pergaulan juga mempengaruhi gaya hidup mereka. Seandainya mahasiswa tidak mengikuti perkembangan jaman yang ada dan trend yang berkembang mereka akan dianggap ketinggalan jaman dan terkadang mereka akan tidak diterima dalam pergaulan.

4. Pengaruh Sinetron, Iklan, dan Lingkungan Pergaulan terhadap Gaya Hidup Hasil analisis data menunjukan bahwa ada kontribusi yang signifikan antara variabel Sinetron, Iklan, dan Lingkungan Pergaulan terhadap Gaya Hidup. Hal ini ditunjukan dengan nilai Fhitung sebesar 12,436 lebih besar dari Ftabel pada df (3;82) sebesar 2,72 serta nilai sig (probabilitas) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya Sinetron, Iklan, dan Lingkungan Pergaulan secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap Gaya Hidup.

Sinetron, Iklan, dan Lingkungan Pergaulan secara bersama-sama berkontribusi terhadap Gaya Hidup merujuk pada nilai adjusted R square sebesar 0,288. Hal ini berarti Sinetron, Iklan, dan Lingkungan Pergaulan secara bersama-sama berkontribusi sebesar 28,8% terhadap Gaya Hidup, sedangkan variabel lain di luar model berpengaruh sebesar 71,2%. Variabel tersebut antara lain masih banyak media informasi selain televisi, lingkungan fisik, dan setatus sosial.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Sinetron, Iklan, dan Lingkungan Pergaulan secara bersama-sama berkontribusi terhadap Gaya Hidup. Gaya Hidup yang mewah akan meningkat karena mahasiswi mengikuti gaya hidup artis sinetron dan artis iklan serta lingkungan pergaulan yang sangat mendukung mereka untuk mengikuti gaya hidup tertentu.

mengkonsumsi suatu produk. Melihat iklan di berbagai media massa dan menonton sinetron yang serba cepat dan selintas membuat seseorang terperangkap dengan penuh daya pikat sehingga mengalami kesulitan membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting dan mana yang dipikirkan dan yang tidak dipikirkan. Tayangan-tayangan dengan tokoh yang cantik/ganteng, mobil mewah, glamour, dan lain-lain, membuat konsumen lupa dengan dirinya. Dalam sinetron, semua disajikan serba instan yang ditayangkan 24 jam, tidak ada proses perjuangan seperti yang ada di dunia nyata. Inilah yang disebutkan oleh salah satu penganut teori kritis Herbert Marcuse, sebagai “one dimensional man”, dia mengatakan “kebahagiaan dan

kebebasan itu tidak terwujud, karena ternyata ilmu pengetahuan dan teknologi itu bukannya mengabdi manusia melainkan justru manusia yang dikendalikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia yang gandrung dengan ilmu dan teknologi tanpa disadarinya di telan oleh kekuasaan ilmu dan teknologi sebagai sistem total yang merangkum berbagai bidang kehidupan”.

Dokumen terkait