• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan .1 Analisis Deskriptif .1 Analisis Deskriptif

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan .1 Analisis Deskriptif .1 Analisis Deskriptif

Variabel Intellectual Capital memiliki kisaran hasil statistik sebesar -13.16 -10.41. Nilai statistik minimum -13.16 yang diperoleh Bank of India Indonesia Tbk mencerminkan bahwa perusahaan melakukan investasi berupa physical capital yang berasal dari aset lancar dan aset tetap, segala pengeluaran bagi karyawan dan dan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang produktivitas karyawan, lebih rendah dibandingkan dengan variabel independen lainnya yaitu struktur modal. Struktur modal merupakan investasi perusahaan, dimana investasinya hanya berfokus pada modal finansial, dengan perolehan nilai minimum -7.79 yang diperoleh Bank J Trust Indonesia Tbk pada tahun 2013.

Berbeda hal nya dengan nilai statistik maksimum, nilai tertinggi pada Intellectual Capital sebesar 10.41 yang diperoleh Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk pada tahun 2013 yang mengindikasikan bahwa perusahaan melakukan investasi berupa physical capital yang berasal dari aset lancar dan aset tetap, segala pengeluaran bagi karyawan dan dan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang produktivitas karyawan, lebih tinggi dibandingkan dengan Struktur Modal yang sebesar 0.96 yaitu yang dimiliki oleh Bank J Trust Indonesia Tbk pada tahun 2012. Sehingga nilai rata-rata Intellectual Capital lebih tinggi dibandingkan dengan Struktur modal yaitu 2.4810 ≥ 0.7086.

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba keseluruhan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi

bank tersebut dari penggunaan aset. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, bahwa rata-rata Return on Aset Bank (ROA) mencapai 1.2131. Hal ini mencerminkan rata-rata ROA yang dicapai masih belum sehat karena Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan angka Return On Asset (ROA) 2% agar bank tersebut dapat dikatakan dalam kondisi sehat. Return on Aset Bank (ROA) memiliki kisaran hasil statistik sebesar -11.04 – 3.41. Nilai statistik minimum -11.04 yang di peroleh Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2016 mencerminkan bahwa rendahnya tingkat keuntungannya dari penggunaan aset yang dimiliki, atau bahkan mengalami kerugian. Sementara nilai statistik maksimum 3.41 yang diperoleh Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk mencerminkan kemampuan manajemen bank ini dalam memperoleh keuntungan atau laba keseluruhan dari penggunaan aset sangat baik dan bank tersebut dikategorikan bank sehat.

Untuk variabel dependen pada penelitian ini yaitu Nilai Perusahaan memiliki nilai rata statistik (mean) sebesar 1.4394 mencerminkan bahwa rata-rata nilai perusahaan sehat karena sewajarnya sebuah perusahaan yang sehat mempunyai PBV di atas satu. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Bringham Gapensi,1999).

4.2.2 Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa modal Intelektual memiliki pengaruh yang positif (ρ1= 0,824) dan signifikan (P-value= 0.0000) dalam mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Jika terjadi peningkatan modal

intelektual maka kinerja keuangan perusahaan juga akan meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu oleh peneliti Mahfoudh dan Ismail (2014) dengan menggunakan intelektual bernilai tambah koefisien (VAIC), dan menyelidiki dampak Intellectual Capital (IC) terhadap kinerja keuangan dengan sampel semua bank di Arab Saudi yang terdaftar selama tahun 2008 sampai 2010, menunjukkan bahwa kinerja intellectual capital bank Saudi rendah dan berhubungan positif dengan kinerja keuangan.

Hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian Firer dan Williams (2003) yang melakukan penelitian untuk menguji penciptaan nilai tambah melalui komponen physical capital, human capital dan structural capital terhadap profitabilitas, dan produktivitas. Data diambil dari 75 perusahaan publik di afrika Selatan. Penelitian ini menggunakan kinerja perusahaan sebagai salah satu variabel dependennya, yaitu profitabilitas yang digambarkan dengan Return On Asset (ROA), hasilnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan. Penilitian Chen et al. (2005), Ulum (2009) dan Rhoma (2015) juga mendukung hasil penelitian ini yaitu menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hermawan dan Wahyuaji (2013) yang memberikan bukti empiris bahwa modal intelektual berpengaruh negatif terhadap kemampuan laba (profitabilitas) perusahaan yang diproksikan dengan ROA dan ROE. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuryanto dan Syarifuddin (2008) menyatakan bahwa IC tidak berhungan

positif dan tidak memiliki hubungan yang sangat erat dengan kinerja perusahaan.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Putri (2016) yang menyatakan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat dikarenakan besarnya modal intelektual yang dinilai berdasarkan beban karyawan tidak menjadi jaminan atas besarnya kinerja dari para tenaga kerja, sehingga beban karyawan akan bertambah tetapi net profit tidak menunjukkan perubahan yang berarti, selain itu dapat disebabkan oleh adanya perbedaan kebutuhan akan modal intelektual dan profitabilitas untuk setiap jenis perusahaan.

4.2.3 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa struktur modal berpengaruh negatif (ρ2= -0.216) dan signifikan (P-value= 0.0001) dalam mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Peningkatan struktur modal yang di ukur dengan membandingkan total liabilities dengan total aset tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Pengaruh negatif struktur modal terhadap Return on Asset (ROA) menunjukkan berlakunya teori trade-off dimana penggunaan utang akan memunculkan risiko terjadinya kesulitan keuangan dan biaya keagenan. Hal ini perlu diwaspadai, terutama oleh perusahaan pada subsektor perbankan, mengingat karakteristik dasarnya yang sarat risiko. Hasil pengujian tersebut mendukung hasil studi sebelumnya yang dilakukan oleh Fadhillah, dkk (2011) menyatakan struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan pada ROA dan di dukung oleh penelitian lainnya seperti Rao, Al-Yahyaee, dan Syed (2007); Tian dan Rami (2007); serta Gleason, Komara, dkk (2016) dan Mathur (2000) juga menyatakan

bahwa struktur modal perusahaan mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

Pengaruh negatif Debt to Asset Ratio (DAR) ini disebabkan kenaikan porsi debt akan meningkatkan beban finansial berupa beban bunga dan keuangan yang mengurangi pendapatan untuk memperoleh laba bersih yang berasal pengelolaan aset perusahaan. Debt to assets ratio (DAR) menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didanai oleh utang. Semakin tinggi nilai rasio ini maka akan semakin besar risiko keuangan, berbeda dengan kinerja keuangan ya n g diwakili oleh rasio profitabilitas dengan indikator return on assets (ROA), semakin besar rasio ROA, makin tinggi tingkat return-nya hal ini berarti usaha bank tersebut berkembang secara sehat.

4.2.4 Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa modal intelektual berpengaruh positif (ρ3= 0,386) dan signifikan (P-value= 0.0006) dalam mempengaruhi nilai perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Jika terjadi peningkatan modal intelektual maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Hasil hipotesis ini berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh langsung pada nilai perusahaan.

Dengan diterimanya hipotesis ketiga ini artinya pasar telah memberikan penilaian yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki modal intelektual yang lebih tinggi. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa penghargaan pasar pada suatu perusahaan tidak hanya didasarkan pada sumber daya fisik yang dimiliki saja tetapi juga Modal intelektual yang dimiliki perusahaan, investor juga menitikberatkan pada sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan

(Sunarsih dan Mendra, 2012). Oleh karena itu, ketika modal intelektual dikelola dengan maksimal dapat menghantarkan perusahaan pada performa yang baik. Dan dengan adanya performa baik yang ditunjukkan oleh perusahaan maka akan menarik banyak investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga nilai pasar perusahaan pun akan mengalami peningkatan (Yunita, 2012)

Modal intelektual telah diidentifikasi sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Bontis, 1998). Stewart (1997) mendefinsikan intellectual capital sebagai total saham atas kolektif pengetahuan, informasi, teknologi, hak properti intelektual, pengalaman, pembelajaran organisasi dan kompetensi, sistem komunikasi tim, hubungan pelanggan, dan merek yang mampu untuk menciptakan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tan et al. (2007) Belkaoui (2003), Chen et. al. (2005) dan Rubhyanti (2008) yang membuktikan bahwa Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai pasar perusahaan.

Secara teori, kekayaan intelektual yang dikelola secara efisien oleh perusahaan akan meningkatkan apresiasi pasar terhadap nilai pasar perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pengelolaan dan penggunaan modal intelektual secara efektif terbukti mampu meningkatkan nilai perusahaan yang dalam penelitian ini diukur dengan rasio Price to Book Value (PBV).

Sebelum memberikan apresiasi terhadap nilai pasar terhadap perusahaan, investor terlebih dahulu mempertimbangkan adanya pengaruh kekayaan intelektual yang dimiliki perusahaan tersebut. Jadi investor tidak hanya melihat dari harga saham

perusahaan saja. Semakin tinggi harga saham, investor akan menempatkan nilai yang tinggi terhadap perusahaan tersebut.

4.2.5 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa struktur modal berpengaruh negatif (ρ4= -0.083) dan tidak signifikan (P-value= 0.2891) dalam mempengaruhi nilai perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2016. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Eli (2008) mengenai pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Struktur modal berkaitan dengan jumlah utang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Pengaruh negatif Struktur modal terhadap nilai perusahaan ini menunjukkan berlakunya teori Trade-off. Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada dibawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, jika posisi struktur modal berada diatas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan dimana penggunaan utang akan memunculkan risiko terjadinya kesulitan keuangan dan biaya keagenan.

Pengaruh negatif Debt to Asset Ratio (DAR) ini disebabkan kenaikan porsi debt akan meningkatkan beban finansial berupa beban bunga dan keuangan yang mengurangi pendapatan untuk memperoleh laba bersih yang berasal pengelolaan aset perusahaan. Debt to assets ratio (DAR) menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didanai oleh utang. Semakin tinggi nilai rasio ini maka akan

semakin besar risiko keuangan yang akan berdampak pada nilai perusahaan karena kebijakan struktur modal perusahaan yang lebih banyak menggunakan utang maka akan terjadi penurunan harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2010) juga membuktikan bahwa kebijakan utang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya utang perusahaan akan kewajiban-kewajiban yang harus ditanggung perusahaan seperti beban bunga.

Bunga utang tersebut meningkat lebih besar daripada penghematan pajak yang dapat meningkatkan probabilitas kebangkrutan sehingga menyebabkan persepsi negatif investor. Hal ini akan menurunkan harga saham yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan. Penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Chisti et al. (2013) yang menyatakan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

4.2.6 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif (ρ5= 0,305) dan signifikan (P-value= 0.0092) dalam mempengaruhi nilai perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Rasio keuangan bagi kreditur berguna untuk memprediksi risiko yang terjadi terhadap kelangsungan pengendalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga, sementara bagi investor bermanfaat dalam mengevaluasi nilai saham dan evaluasi jaminan keamanan

saham yang diinvestasikan pada perusahaan.

Hasil penelitian ini memperoleh nilai positif dan signifikan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yang membuktikan bahwa semakin baik kinerja tiap perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016, akan membaik pula nilai perusahaan di mata investor karena saham yang mereka investasikan terjamin. Semakin besar kinerja keuangan ya n g diwakili oleh rasio profitabilitas dengan indikator return on assets (ROA), makin tinggi tingkat return-nya hal ini berarti usaha bank tersebut berkembang secara sehat.

Gilbert (Syofyan, 2003) menyatakan ukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampaun perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukannya, sebagaimana umumnya tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk mencapai nilai (value) yang tinggi, dimana untuk mencapai value tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif dalam mengelola berbagai macam kegiatannya. Salah satu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh keefisienan dan keefektifan yang dicapai adalah dengan melihat profitabilitas perusahaan, semakin tinggi profitabilitas maka semakin efektif dan efisien juga pengelolaan kegiatan perusahaan. Lebih khusus menurut Gilbert (Syofyan, 2003) ukuran profitabilitas yang tepat dalam menilai kinerja industri perbankan adalah ROA.

Nilai perusahaan akan bergantung pada banyak faktor eksternal dan internal yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Jika kinerja perusahaan baik, maka investor akan turut menikmati laba perusahaan yang di bagikan dalam bentuk deviden, yang biasanya akan di ikuti oleh kenaikan harga

saham tersebut karena permintaan saham meningkat. Sebaliknya, jika di prediksi kinerja perusahaan menurun, maka investor akan menjual saham nya ke bursa untuk menghindari kerugian, sehingga menyebabkan harga saham menurun di bursa. Oleh karena penting sekali bagi perusahaan untuk menjaga kinerja perusahaan yang diprediksi akan berdampak pada nilai perusahaan di mata para investor.

4.2.7 Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa kinerja keuangan sebagai variabel intervening mampu memediasi hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan dimana nilai koefisien nya adalah 0,251. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan dugaan peneliti mengenai adanya pengaruh kinerja keuangan yang memediasi hubungan modal intelektual dan nilai perusahaan, meskipun nilai tersebut lebih kecil dari koefisien hubungan langsung antara modal intelektual terhadap nilai perusahaan yaitu 0,386. Investor tetap akan memberikan penilaian yang lebih tinggi kepada perusahaan ya ng memiliki kinerja keuangan yang lebih tinggi. Kinerja keuangan yang meningkat akan direspon positif oleh pasar sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

Karena nilai pengaruh langsung (X1 ke Y) lebih besar, maka dalam hal ini lebih baik menggunakan pengaruh langsung antara modal intelektual terhadap nilai perusahaan. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan maupun penurunan material intelektual pengetahuan, informasi, properti intelektual, pengalaman yang dapat diambil untuk digunakan dalam menciptakan kesejahteraan perusahaan mampu mempengaruhi nilai perusahaan dengan atau tanpa melalui

kinerja keuangan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Penghargaan pasar pada suatu perusahaan tidak hanya didasarkan pada sumber daya fisik yang dimiliki saja tetapi juga menitikberatkan pada sumber daya intelektual yang dimiliki perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012). Oleh karena itu, ketika modal intelektual dikelola dengan maksimal dapat menghantarkan perusahaan pada performa yang baik.

4.2.8 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan

Pengaruh tidak langsung struktur modal yang diwakilkan oleh DAR (Debt to Asset Ratio) terhadap nilai perusahaan yang diwakilkan oleh PBV (Price Book Value) melalui kinerja keuangan yang di proksikan dengan ROA (Return on Asset) sebagai variabel intervening adalah berpengaruh negatif (ρ7= -0,066) dan signifikan (P-value= 0.0280). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai statistik pengaruh langsung X2 ke Y berpengaruh negatif yaitu -0.083 dengan nilai signifikansi 0.2891>0,05. Hal ini membuktikan bahwa kinerja keuangan bukan merupakan variabel intervening yang mampu memediasi pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2016.

Struktur modal adalah perimbangan atau perpaduan antara modal asing dengan modal sendiri (Husnan, 2004), dengan kata lain struktur modal merupakan proporsi dalam pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal.

Dari hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan ataupun penurunan jumlah proporsi sumber pendanaan jangka panjang baik yang berasal dari dana

internal maupun dana eksternal tidak mampu mempengaruhi nilai perusahaan dengan atau tidak melalui kinerja keuangan yang di proksikan dengan ROA (Return on Asset) pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016.

BAB V

Dokumen terkait