Proses Pengolahan Minyak Goreng Sawit
Proses pengolahan minyak goreng sawit dengan menggunakan bahan baku minyak sawit kasar (CPO) dapat dibagi dalam beberapa proses yaitu :
a. Proses pendahuluan
Penyaringan bahan padatan dan pencucian. Proses ini bertujuan agar minyak sawit mudah diproses lebih lanjut dan mengurangi beban proses berikutnya.
Penyaringan dari benda-benda padat dilakukan pada waktu pengaliran CPO ke tangki penyimpanan CPO. Tangki penyimpanan CPO memiliki beberapa tingkat saringan sehingga CPO yang masuk ke tangki lewat bagian atas akan melewati saringan terlebih dahulu sebelum masuk ke dasar tangki. Benda-benda padat dan kasar yang tersaring jika sudah cukup banyak akan dibuang.
Pencucian dilakukan pada CPO yang ada di tangki penyimpanan sebelum memasuki proses kristalisasi (fraksinasi). Pencucian CPO dilakukan dengan menggunakan air panas yang bercampur dengan CPO secara langsung sehingga kotoran-kotoran yang terdapat di dalam CPO terlarut di dalam air panas lalu dipisahkan dari CPO untuk dibuang ke sistem penangan limbah.
b. Refinery
Bahan baku berupa CPO diproses dengan system physical refinery yang
1. Degumming
CPO yang akan diproses dipanaskan sampai tempratur 40-50ºC kemudian ditambahkan H3PO4 dan CaCO3 untuk mengikat atau memisahkan gum (lendir) yang ada didalam CPO. Hasi dari proses ini disebut DPO (Degummed Palm Oil).
2. Bleacing
Proses bleaching bertujuan untuk memucatkan warna minyak dan mengikat logam-logam berat yang ada didalam minyak dengan bleaching earth
0.4%-1%. Kemudian dipanaskan sampai tempratur 100 ºC dan disaring untuk memisahkan minyak dan blotong (spent earth). Hasil dari proses ini disebut DB
PO (Degumming bleached Palm Oil).
3. Deodorizing
Proses deodorizing bertujuan untuk menghilangkan bau yang ada didalam
minyak dengan proses penyulingan/destilasi. DB PO dipompa masuk ke deodorizer yang bertekanan vacuum dan didalamnya minyak dipanaskan sampai tempratur 260-270 ºC untuk memisahkan asam lemak bebas. Hasil dari proses ini adalah RBD PO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang selanjutnya
melalui proses fractionation.
c. Fractionation
Proses fractionation ini bertujuan untuk memisahkan fraksi cair dan fraksi
padat dari RBD PO dengan cara proses kristalisasi yang dilakukan dengan cara pendinginan dan diaduk secara perlahan-lahan didalam tangki crystallizer. Lalu
RBD PO dicampur dengan citric acid untuk menghilangkan jamur yang ada
didalam minyak. Proses kristalisasi berlangsung selama 24-30 jam per crystallizer
padat. Fraksi cair disebut RBD Olein (minyak goreng) dan fraksi padat disebut RBD stearin.
Dengan proses diatas hasil yang didapat sekitar 75-78% RBD Olein, 16-
19% RBD stearin dan 2.4-3% fatty acid dari 1 liter CPO yang diolah.
Sarana Produksi (Input) Dalam Pembuatan Minyak Goreng
Sarana produksi (input) yang digunakan dalam pembuatan minyak goreng
yaitu :
1. Crude Palm Oil (CPO)
Crude Palm Oil (CPO) atau disebut juga minyak sawit kasar merupakan
hasil olahan dari buah kelapa sawit (exocarp). Crude Palm Oil (CPO) merupakan
salah satu input yang penting dalam pembuatan minyak goreng sebab 80% biaya
pembuatan minyak goreng adalah biaya untuk CPO. Dan kualitas dari CPO menentukan besarnya RBD Olein (minyak goreng) yang dihasilkan. Semakin
tinggi nilai Iodium Value (IV) atau jumlah kandungan asam lemak tidak jenuh
didalam CPO maka semakin besar jumlah RBD Olein (minyak goreng) yang
dihasilkan.
2. Bleaching Earth
Bleaching earth merupakan merek dagang dari bahan kimia CaCO3 yang berbentuk tanah liat putih. Dalam pembuatan RBD Olein (minyak goreng),
bleaching earth berguna untuk merubah warna CPO menjadi kuning dan merubah
rasa CPO menjadi rasa minyak goreng. Bleaching earth ini dibutuhkan sekitar
3. Phosporic Acid
Phosporic acid merupakan merek dagang dari bahan kimia H3PO4 yang
berbentuk cairan. Dalam pembuatan RBD Olein (minyak goreng), phosporic acid
berguna untuk memisahkan gum (lendir) yang ada di CPO dan setelah dipanaskan akan membentuk kristal putih yang akan disaring dan dibuang. Phosporic acid ini
dibutuhkan sekitar 0.03%-0.05% dari 1 liter CPO yang diolah, tergantung banyaknya getah atau lendir dari CPO.
4. Citric Acid
Citric acid merupakan merek dagang dari bahan kimia asam sitrat yang
berbentu cairan. Dalam pembuatan RBD Olein (minyak goreng), citric acid
berguna untuk anti oksidan, mencegah jamur, menjaga agar rasa minyak goreng tidak berubah (tidak tengik). Citric acid ini dibutuhkan sekitar 0.001%-0.002%
dari 1 liter CPO yang diolah.
Tingkat Efisiensi Ekonomis Dari PT. SATU
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006 adalah 0.45 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.3,728.50 dan harga jual RBD Olein
sebesar Rp.3,870.59 (lampiran 7) atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu (0.45 < 1) artinya penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini
disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang rendah.
Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau perusahaan harus meningkatkan kualitas
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2007 adalah 5.55dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.5,910.64 dan harga jual RBD Olein
sebesar Rp.6,249.03 (lampiran 8) atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih besar dari satu (5.55 > 1) artinya penggunaan CPO belum efisien dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan
meningkatnya permintaan RBD olein untuk ekspor dan lokal yang diikuti dengan
meningkatnya harga RBD Olein tetapi produksi Tandan Buah Segar kelapa sawit
tidak meningkat (tetap) baik dari perusahaan sendiri maupun daripihak ketiga. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan kualitas dari CPO agar menghasilkan RBD Olein dalam jumlah
yang besar.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2008 adalah 1.32 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.6,863.38 dan harga jual RBD Olein
sebesar Rp.9,730.89 (lampiran 9) atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih besar dari satu (1.32 > 1) artinya penggunaan CPO belum efisien dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan
meningkatnya permintaan RBD olein untuk ekspor dan lokal yang diikuti dengan
meningkatnya harga RBD Olein tetapi produksi Tandan Buah Segar kelapa sawit
tidak meningkat (tetap) baik dari perusahaan sendiri maupun dari pihak ketiga. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan kualitas dari CPO agar menghasilkan RBD Olein dalam jumlah
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006, 2007, dan 2008 adalah 2.44 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.5,500.84 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,616.84 (lampiran10) atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih besar dari satu (2.44 > 1) artinya penggunaan CPO belum efisien dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu : meningkatnya permintaan RBD olein untuk ekspor
dan lokal yang diikuti dengan meningkatnya harga RBD Olein tetapi produksi
Tandan Buah Segar kelapa sawit tidak meningkat (tetap) baik dari perusahaan sendiri maupun dari pihak ketiga, adanya masa trek atau masa penurunan produksi Tandan Buah Segar kelapa sawit sehingga produksi CPO ikut menurun, rendahnya harga RBD Olein sebab diluar negeri RBD Olein adalah intermediate
product (produk setengah jadi) yang akan diolah menjadi minyak goreng. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan
kualitas dari CPO agar menghasilkan RBD Olein dalam jumlah yang besar.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2006 adalah 159.17 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.2,765 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,870.59 (lampiran 7) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
(159.17 > 1) artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein .
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2007 adalah 182.14 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.3,350 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,249.03 (lampiran 8) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu (159.17 > 1) artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain
perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2008 adalah 452.86 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.4,000 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.9,730.89 (lampiran 9) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu (452.86 > 1) artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah dan harga dari Bleaching Earth yang cendrung naik setiap tahun. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching
Earth dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2006, 2007, dan 2008 adalah 264.72 dengan harga rata-rata Bleaching Earth
atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu (264.72 > 1) artinya penggunaan Bleaching Earth belum
efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan
penggunaan Bleaching Earth tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar
0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah dan harga dari Bleaching Earth yang
cendrung naik setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein atau
dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun
2006 adalah 1,112.01dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.9,880 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,870.59 (lampiran 7) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar dari satu
(1,112.01 > 1) artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic Acid
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain
perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun
2007 adalah 974.81 dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.10,680 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,249.03 (lampiran 8) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu (974.81 > 1) artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara ekonomis
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah dan harga Phosporic Acid yang cendrung meningkat setiap tahun. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic
Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun
2008 adalah 2,292.11dengan harga rata-rata Phosporic Acid sebesar Rp.11,500
dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.9,730.89 (lampiran 9) atau rasio
perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid lebih besar
dari satu (2,292 > 1) artinya penggunaan Phosporic Acid belum efisien secara
ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Phosporic
Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO
yang diolah dan harga dari Phosporic Acid yang cendrung naik setiap tahun.
Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah
Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan
harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Phosporic Acid pada tahun
2006, 2007, dan 2008 adalah 1,459.64 dengan harga rata-rata Phosporic Acid
sebesar Rp.10,686 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,616.84 (lampiran10)
atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Phosporic Acid
lebih besar dari satu (1,459.64 > 1) artinya penggunaan Phosporic Acid belum
efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan
penggunaan Phosporic Acid tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar
cendrung naik setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Phosporic Acid dalam memproduksi RBD Olein atau
dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2006
adalah 16,812.24 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar Rp.11,275 dan harga
jual RBD Olein sebesar Rp.3,870.59 (lampiran 7) atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari satu (16,812.24 > 1)
artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi
RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid tergantung dari
penggunaan CPO yaitu sekitar 0.001%-0.002% dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric
Acid dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2007
adalah 16,454.81 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar Rp.11,950 dan harga
jual RBD Olein sebesar Rp.6,249.03 (lampiran 8) atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari satu (16,454.81 > 1)
artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi
RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid tergantung dari
penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah dan harga
Citric Acid yang cendrung meningkat setiap tahun. Untuk mencapai tingkat
efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric Acid dalam
memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2008
adalah 17,724.78 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar Rp.12,700 dan harga
jual RBD Olein sebesar Rp.9,730.89 (lampiran 9) atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari satu (17,724.78 > 1)
artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara ekonomis dalam produksi
RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid tergantung dari
penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah dan harga
Citric Acid yang cendrung meningkat setiap tahun. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric Acid dalam
memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus meningkatkan
jumlah CPO yang diolah.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Citric Acid pada tahun 2006,
2007, dan 2008 adalah 16,997.28 dengan harga rata-rata Citric Acid sebesar
Rp.11,975 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.6,616.84 (lampiran10) atau rasio
perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya Citric Acid lebih besar dari
satu (16,997.28 > 1) artinya penggunaan Citric Acid belum efisien secara
ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Citric Acid
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah dan harga dari Citric Acid yang cendrung naik setiap tahun. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Citric Acid
dalam memproduksi RBD Olein atau dengan kata lain perusahaan harus
meningkatkan jumlah CPO yang diolah.
Dengan demikian setelah melihat Nilai Produk Marjinal (NPM) dari CPO,
produksi RBD Olein dari PT. SATU belum efisien secara ekonomis. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata NPM CPO, NPM Bleaching Earth, NPM Phosporic Acid,
NPM Citric Acid yang nilainya tidak sama dan lebih besar dari satu (NPM CPO =
2.44 ; NPM Bleaching Earth = 264.72 ; NPM Phosporic Acid = 1,459.64 ; NPM
Citric Acid = 16,997.28)
Tingkat Efisiensi Ekonomis Dari PT. DUA
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006 adalah 0.75 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.3,728.50 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,866.05 (lampiran 17) atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu (0.75 < 1) artinya penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal
ini disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang
rendah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein ataumeningkatkan kualitas dari
CPO agar produksi dari RBD Olein meningkat.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2007 adalah 0.39 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.5,910.64 dan harga jual RBD Olein
sebesar Rp.5,603.35 (lampiran 18) atau rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu (0.39 < 1) artinya penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini
disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang rendah.
Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau meningkatkan kualitas dari CPO agar
CPO pada tahun 2008 adalah 0.95 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.6,863.38 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.7,907.49 (lampiran19) atau
rasio perbandingan nilai produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu (0.95 < 1) artinya penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga
jual RBD Olein yang rendah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan
perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein atau
meningkatkan kualitas dari CPO agar produksi dari RBD Olein meningkat.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari CPO pada tahun 2006, 2007, dan 2008 adalah 0.71 dengan harga rata-rata CPO sebesar Rp.6,863.38 dan harga jual RBD Olein sebesar Rp.7,907.49 (lampiran 19) atau rasio perbandingan nilai
produk marjinalnya dengan biaya CPO lebih kecil dari satu (0.71 < 1) artinya penggunaan CPO tidak efisien secara ekonomis dalam produksi RBD Olein. Hal
ini disebabkan biaya CPO yang begitu tinggi dan harga jual RBD Olein yang
rendah sebab RBD Olein adalah minyak goreng curah berkualitas rendah. Untuk
mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu mengurangi jumlah CPO dalam memproduksi RBD Olein ataumeningkatkan kualitas dari CPO agar produksi dari
RBD Olein meningkat.
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2006 adalah 104.87 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.2,765 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.3,866.05 (lampiran 17) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
(104.87 > 1) artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein .
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2007 adalah 68.55 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.3,350 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.5,603.35 (lampiran 18) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
(68.55 > 1) artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah jumlah Bleaching Earth dalam memproduksi RBD Olein .
Untuk nilai produksi marjinal rata-rata dari Bleaching Earth pada tahun
2008 adalah 148.27 dengan harga rata-rata Bleaching Earth sebesar Rp.4000 dan
harga jual RBD Olein sebesar Rp.7,907.49 (lampiran 19) atau rasio perbandingan
nilai produk marjinalnya dengan biaya Bleaching Earth lebih besar dari satu
(148.27 > 1) artinya penggunaan Bleaching Earth belum efisien secara ekonomis
dalam produksi RBD Olein. Hal ini disebabkan penggunaan Bleaching Earth
tergantung dari penggunaan CPO yaitu sekitar 0.05%-1% dari 1 liter CPO yang diolah. Untuk mencapai tingkat efisiensi maka perusahaan perlu menambah