• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Negara yang Memindahkan Ibukotanya

Sejak Perang Dunia ke-2 berakhir, terdapat belasan negara yang telah memindahkan ibukotanya. Pemindahan ibukota yang terjadi dilakukan dengan berbagai alasan, tapi secara umum terdapat tiga alasan utama negara memindahkan ibukotanya yaitu pertimbangan sosial ekonomi, pertimbangan politik, dan pertimbangan geografis. Pemindahan ibukota ke kota baru yang

dirancang dan dieksekusi dengan baik (well-designed and well-executed) dianggap dapat menjadi solusi berbagai permasalahan dalam skala regional maupun skala nasional.

Negara yang telah memindahkan ibukotanya termasuk dalam tipe relocated capitals atau constructed capitals. Relocated atau constructed capitals

menunjukkan bahwa negara tersebut telah memindahkan ibukota lama dan dan membangun ibukota baru. Berikut adalah gambar contoh negara yang telah memindahkan ibukotanya.

Sumber: Rawat, 2010 (diolah)

Gambar 3 Unifikasi ibukota Jerman dan Vietnam

Gambar 3 menunjukkan dua negara yaitu Jerman dan Vietnam yang memindahkan ibukotanya setelah konflik selesai. Jerman memindahkan ibukotanya dari Bonn ke Berlin sebagai hasil dari unifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun 1990. Vietnam menyatukan ibukotanya ke Hanoi setelah konflik Vietnam Utara dan Vietnam Selatan pada tahun 1975. Berlin merupakan ibukota yang juga merupakan kota terbesar di Jerman, sedangkan Vietnam memiliki ibukota (Hanoi) yang bukan merupakan kota terbesar di negaranya (Ho Chi Minh City yang dahulu bernama Saigon).

Gambar 4 menunjukkan contoh negara yang memindahkan ibukotanya dari kota lama ke kota yang baru. Terlihat dalam gambar bahwa kota yang menjadi ibukota baru bukanlah kota terbesar dalam negara tersebut. Turki memindahkan ibukotanya dari Istanbul ke Ankara pada 1923, Brasil memindahkan ibukotanya dari Rio De Janeiro ke Brasilia pada tahun 1960. Malawi memindahkan ibukotanya dari Blantyre ke Lilongwe pada tahun 1975, Nigeria memindahkan ibukotanya dari Lagos ke Abuja pada tahun 1991, dan Kazakhstan memindahkan ibukotanya dari Almaty ke Astana pada tahun 1998.

Sumber: Rawat, 2010 (diolah)

Gambar 4 Contoh negara yang memindahkan ibukotanya

Berikut pada Table 4 adalah daftar tabel negara yang telah memindahkan ibukotanya setelah Perang Dunia ke-2. Tabel 4 menunjukkan setidaknya terdapat tiga belas negara yang telah memindahkan ibukotanya sejak Perang Dunia ke-2 berakhir. Ketiga belas negara tersebut adalah negara yang memindahkan ibukotanya sehingga ibukotanya masuk kedalam kategori relocated capitals atau

constructed capitals. Tabel 4 tidak memasukkan negara-negara yang tidak memindahkan ibukotanya (hanya memisahkan antara kota eksekutif dan legislatif (split capitals)). Contoh ibukota yang termasuk kategori split capitals adalah Amsterdam - The Hague (Belanda) dan Kuala Lumpur - Putrajaya (Malaysia).

Negara dalam Tabel 4 adalah negara-negara yang akan dimasukkan dalam model analisis sebagai negara yang telah memindahkan ibukotanya. Dalam tiga dasawarsa pertama sejak Perang Dunia ke-2 berakhir terdapat enam negara yang memindahkan ibukotanya. Kemudian dalam tiga dasawarsa selanjutnya terdapat tujuh negara yang memindahkan ibukotanya. Negara terbaru yang memindahkan ibukotanya adalah Myanmar. Negara dari Asia Tenggara ini memindahkan ibukotanya dari Rangoon ke Naypyidaw pada tahun 2005.

Tabel 4 Negara yang memindahkan ibukotanya sejak Perang Dunia ke-2

No. Negara Ibukota Lama Ibukota Baru Tahun

Relokasi

1 Montenegro Cetinje Podgorica 1946

2 Brasil Rio de Janeiro Brasilia 1960

3 Pakistan Rawalpindi Islamabad 1967

4 Belize Belize City Belmopan 1970

5 Guinea Bissau Boe Bissau 1974

6 Malawi Zomba Lilongwe 1974

7 Filipina Quezon City Manila 1976

8 Sri Lanka Colombo Sri Jayawardenapura Kotte 1982

9 Pantai Gading Abidjan Yamoussoukro 1983

10 Nigeria Lagos Abuja 1991

11 Tanzania Dodoma Dar Es Salaam 1996

12 Kazakhstan Almaty Astana 1997

13 Myanmar Rangoon Naypyidaw 2005

Gambar 5 Negara yang menjadi sampel dalam penelitian

Karakteristik Negara Berdasarkan GDP per Kapita

Untuk tujuan penelitian dan analisis, Bank Dunia mengklasifikasikan negara dalam empat klasifikasi pendapatan, yaitu:

 Pendapatan rendah, yaitu negara yang memiliki pendapatan $1.005 atau kurang.

 Pendapatan menengah bawah, yaitu negara yang memiliki pendapatan antara $1.006 sampai $3.975.

 Pendapatan menengah atas, yaitu negara yang memiliki pendapatan antara $3.976 sampai $12.275.

 Pendapatan tinggi, yaitu negara yang memiliki pendapatan lebih dari $12.275

 Negara pendapatan rendah dan menengah adalah negara yang disebut juga sebagai kelompok negara berkembang. Sementara itu negara dengan pendapatan tinggi adalah golongan yang disebut juga sebagai kelompok negara maju.

 Hubungan antara pemindahan ibukota dengan GDP per kapita bisa dilihat pada Tabel 5. Tabel dibuat berdasarkan tahun, keterangan pemindahan ibukota serta kategori GDP per kapita negara yang diteliti. Terlihat bahwa negara yang memiliki GPD tinggi relatif tidak memindahkan ibukotanya jika dibandingkan dengan negara yang memiliki GDP menengah dan rendah.

Tabel 5 Hubungan GDP per kapita dengan pemindahan ibukota

Tahun Keterangan

GDP per kapita

Rendah Menengah Menengah Tinggi

Bawah Atas 1990 Pindah 9 4 0 0 Tidak Pindah 5 3 2 3 2000 Pindah 8 5 0 0 Tidak Pindah 4 2 4 3 2010 Pindah 4 5 4 0 Tidak Pindah 1 4 3 5

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun negara yang memindahkan ibukotanya termasuk dalam kategori GPD per kapita tinggi di tahun 1990, 2000, maupun 2010. Walaupun tidak ada yang termasuk kategori GPD per kapita tinggi, dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah negara yang naik dari GDP per kapita lebih rendah ke GDP per kapita lebih tinggi. Untuk negara yang memindahkan ibukotanya, pada tahun 1990 terdapat sembilan negara di kategori GDP per kapita rendah, lalu pada tahun 2000 berkurang menjadi delapan negara, dan berkurang lagi secara signifikan menjadi hanya empat negara pada tahun 2010. Di kategori GDP per kapita menengah kebawah terjadi peningkatan jumlah negara yang memindahkan ibukotanya. Jumlah ini meningkat karena adanya perpindahan status negara dari kategori GDP per kapita rendah ke menengah kebawah. Untuk kategori GDP per kapita menengah atas, jika pada tahun 1990 dan 2000 tidak ada satu pun negara yang memindahkan ibukotanya yang masuk dalam kategori tersebut, pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebanyak empat negara. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara yang

memindahkan ibukotanya terus mengalami peningkatan GDP per kapita dari tahun ke tahun.

Karakteristik Negara Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam penelitian World Bank (2004), pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dalam rata-rata lebih tinggi dibandingkan negera maju. Dalam rentang waktu 1965 – 1999, pertumbuhan rata-rata di negara pendapatan rendah adalah sebesar 4,1%, negara pendapatan menengah sebesar 4,2%, dan negara pendapatan tinggi sebesar 3,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan status perkembangan suatu negara.

Tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang dianalisis dalam penelitian ini memiliki nilai yang bervariasi. Pada tahun 1990 negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar adalah Belize dengan 10,6% dan negara dengan pertumbuhan ekonomi terkecil adalah Kazakhstan dengan -8,2%. Pada tahun 2000 Myanmar menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar dengan 13,7% dan Pantai Gading menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terkecil dengan -3,7%. Selanjutnya pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi terendah adalah Portugal dengan 1,4% dan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Cina dengan 10,4%.

Tabel 6 Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pemindahan ibukota

Tahun Keterangan Pertumbuhan Ekonomi negatif 1% - 4% 4% - 7% ≥7% 1990 Pindah 4 2 4 3 Tidak Pindah 3 4 5 1 2000 Pindah 1 2 6 4 Tidak Pindah 1 6 4 2 2010 Pindah 0 5 2 6 Tidak Pindah 0 4 6 3

Hubungan antara pemindahan ibukota dengan pertumbuhan ekonomi bisa dilihat pada Tabel 6. Di tahun 1990 keadaan antara negara yang memindahkan ibukotanya dengan negara yang tidak memindahkan ibukotanya relatif berimbang. Perbedaan terbesar ada di kategori 1% - 4% dan diatas 7% dimana terdapat perbedaan sebanyak dua negara. Di tahun 2000 dan 2010 terlihat bahwa negara yang memindahkan ibukotanya memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dimana negara banyak yang masuk dalam kategori pertumbuhan ekonomi 4% - 7% dan diatas 7%. Hal ini menunjukkan bahwa negara yang memindahkan ibukotanya banyak memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Terlihat bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, negara cenderung untuk memindahkan ibukotanya. Secara umum ekonomi dunia berjalan dengan lebih baik dilihat dari

menurunnya jumlah negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang negatif dari tahun 1990 – 2010.

Karakteristik Negara Berdasarkan Luas Wilayah

Luas wilayah dari negara yang diteliti memiliki nilai yang bervariasi. Luas wilayah dihitung berdasarkan land area sebuah negara. Land area adalah wilayah yang berupa daratan yang dapat ditinggali oleh penduduk. Negara dengan luas wilayah terkecil adalah Montenegro dengan luas wilayah 13.450 km2 dan negara dengan luas terbesar adalah Cina dengan luas wilayah 9.327.480 km2.

Gambar 6 Distribusi negara berdasarkan luas wilayah

Dalam Gambar 6 dapat dilihat bahwa kelompok minoritas adalah negara- negara yang memiliki luas antara 10.000 – 100.000 km2 dengan frekuensi sebanyak delapan negara. Kelompok dengan rentang 100.000 – 1000.000 km2 memiliki frekuensi sebanyak sembilan negara. Jumlah ini sama dengan jumlah negara dalam kelompok negara yang memiliki luas diatas 1000.000 km2.

Tabel 7 Hubungan luas wilayah dengan pemindahan ibukota

Respon Luas Wilayah Total 10ribu – 100ribu km2 100ribu – 1juta km2 ≥ 1juta km 2 Pindah 5 5 3 13 Tidak Pindah 3 4 6 13 Total 8 9 9 26

Dalam Tabel 7 dapat dilihat hubungan antara luas wilayah dengan pemindahan ibukota. Dalam rentang 10.000 – 100.000 km2 terdapat lima negara

7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2

10ribu - 100ribu 100ribu - 1juta ≥ 1juta

yang memindahkan ibukotanya dan tiga negara yang tidak memindahkan ibukotanya. Dalam rentang 100.000 – 1000.000 km2 terdapat lima negara yang memindahkan ibukotanya dan empat negara yang tidak memindahkan ibukotanya, sedangkan hanya tiga negara yang memindahkan ibukotanya dalam kelompok yang memiliki luas wilayah diatas 1000.000 km2 dengan enam negara yang tidak memindahkan ibukotanya.

Karakteristik Negara Berdasarkan Jumlah Penduduk

World Bank (2004) menyatakan bahwa dinamika populasi adalah satu dari faktor kunci yang harus dipertimbangkan dalam penelitian tentang perkembangan (development). Dalam skala global, negara berkembang memiliki share paling besar dalam kontribusi terhadap jumlah penduduk dunia. Dalam perkembangan kedepan, pertumbuhan dan jumlah penduduk yang semakin besar akan memengaruhi tren dan kebijakan ekonomi negara-negara dunia khususnya negara berkembang yang belum memiliki pondasi dan kebijakan yang kuat dalam struktur ekonominya.

Tabel 8 Hubungan jumlah penduduk dengan pemindahan ibukota

Tahun Keterangan Jumlah Penduduk ≤ 25 juta 25 juta – 50 juta 50 juta – 100 juta ≥ 100 juta 1990 Pindah 7 2 2 2 Tidak Pindah 7 1 3 2 2000 Pindah 7 2 1 3 Tidak Pindah 7 1 3 2 2010 Pindah 7 2 1 3 Tidak Pindah 7 1 1 4

Hubungan jumlah penduduk dengan pemindahan ibukota dapat dilihat dalam Tabel 8. Negara lebih banyak terkonsentrasi dalam kategori negara dengan jumlah penduduk dibawah 25 juta orang dengan jumlah yang sama antara negara yang memindahkan ibukotanya dengan yang tidak memindahkan ibukotanya yaitu tujuh. Jumlah ini tetap konstan sejak tahun 1990 hingga tahun 2010. Dari tahun ke tahun dapat dilihat bahwa jumlah negara dalam masing-masing kategori relatif konstan, kategori dibawah 25 juta dan 25 – 50 juta tidak ada yang berubah sejak 1990 hingga 2010. Terjadi sedikit perubahan di kategori 50 – 100 juta dan diatas 100 juta dengan perbandingan yang tidak terlalu berbeda antara negara yang memindahkan ibukotanya dengan yang tidak memindahkan ibukotanya. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa diatas rentang 25 juta, banyak negara yang memindahkan ibukotanya adalah negara dengan jumlah penduduk menengah antara 25 – 50 juta.

Karakteristik Negara Berdasarkan Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah salah faktor penting yang dianalisis sebagai bagian dari perumusan kebijakan ekonomi regional. Negara-negara yang dianalisis dalam penelitian ini memiliki jumlah kepadatan penduduk yang bervariasi. Negara yang memiliki jumlah kepadatan penduduk terkecil adalah Mongolia dengan kepadatan penduduk 1 jiwa/ km2 pada tahun 1990, sedangkan negara yang memiliki jumlah kepadatan penduduk terbesar adalah Belanda dengan kepadatan penduduk 493 jiwa/ km2 pada tahun 2010.

Tabel 9 Hubungan kepadatan penduduk dengan pemindahan ibukota

Tahun Keterangan Jumlah Penduduk ≤ 50 jiwa 50 – 100 jiwa 101 – 150 jiwa ≥ 151 jiwa 1990 Pindah 7 2 2 2 Tidak Pindah 5 2 4 2 2000 Pindah 6 2 2 3 Tidak Pindah 4 3 4 2 2010 Pindah 4 4 0 5 Tidak Pindah 4 3 4 2

Hubungan kepadatan penduduk dengan pemindahan ibukota dapat dilihat dalam Tabel 9. Negara lebih banyak terkonsentrasi dalam kategori negara dengan kepadatan penduduk dibawah 50 jiwa/ km2. Di tahun 1990 dan 2000 terdapat perbedaan perbandingan antara negara yang memindahkan ibukotanya dengan yang tidak memindahkan ibukotanya dalam kategori kepadatan penduduk dibawah 50 jiwa/ km2. Jika dibandingkan dalam kategori tersebut maka lebih banyak negara yang memindahkan ibukotanya dibandingkan dengan negara yang tidak memindahkan ibukotanya. Pada tahun 2010 jumlah masing-masing negara dalam kategori tersebut sama banyak dengan jumlah empat negara.

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa negara yang memindahkan ibukotanya memiliki kepadatan penduduk yang terus naik dibandingkan dengan negara yang tidak memindahkan ibukotanya. Negara yang tidak memindahkan ibukotanya bahkan jumlahnya konstan dalam tiap kategori di tahun 2000 dan 2010. Kepadatan penduduk di negara yang memindahkan ibukotanya terus naik hingga pada tahun 2010 terdapat lima negara yang memindahkan ibukotanya dalam kategori kepadatan penduduk diatas 150 jiwa/ km2. Hal ini menunjukkan bahwa semakin padat sebuah negara maka negara tersebut cenderung memindahkan ibukotanya.

Karakteristik Negara Berdasarkan Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan yang dianalisis dalam penelitian ini membagi negara dalam dua kategori yaitu republik dan non-republik. Dalam Gambar 7 dapat dilihat distribusi negara berdasarkan bentuk pemerintahan. Terdapat delapan belas negara yang memiliki bentuk pemerintahan republik dan sisanya yaitu delapan negara memiliki bentuk pemerintahan non-republik.

Gambar 7 Distribusi negara berdasarkan bentuk pemerintahan

Tabel 10 Hubungan bentuk pemerintahan dengan pemindahan ibukota Keterangan Bentuk Pemerintahan Total Republik Non-Republik Pindah 9 4 13 Tidak Pindah 9 4 13 Total 18 8 26

Hubungan antara pemindahan ibukota dengan bentuk pemerintahan dapat dilihat dalam Tabel 10. Terdapat masing-masing sembilan negara dengan bentuk pemerintahan republik yang memindahkan dan tidak memindahkan ibukotanya. Selanjutnya terdapat masing-masing empat negara dengan bentuk pemerintahan non-republik yang memindahkan dan tidak memindahkan ibukotanya. Hasil dalam tabel menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan hubungan antara bentuk pemerintahan republik dan non-republik. Jumlah antara negara yang pindah dan tidak pindah tepat sama yaitu sembilan untuk bentuk pemerintahan republik dan empat untuk bentuk pemerintahan non-republik. Berdasarkan tabel dapat dilihat

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

bahwa negara yang memindahkan ibukotanya lebih banyak memiliki bentuk pemerintahan republik yaitu sebanyak sembilan negara dibandingkan dengan yang memiliki bentuk pemerintahan non-republik sebanyak empat negara.

Karakteristik Negara Berdasarkan Bentuk Wilayah

Bentuk wilayah yang dianalisis dalam penelitian ini membagi negara dalam dua kategori yaitu negara kepulauan dan negara non-kepulauan. Dalam Gambar 8 dapat dilihat bahwa terdapat lima negara dengan bentuk wilayah kepulauan dan terdapat 21 negara dengan bentuk wilayah non-kepulauan.

Gambar 8 Distribusi negara berdasarkan bentuk wilayah

Hubungan antara pemindahan ibukota dengan bentuk pemerintahan dapat dilihat dalam Tabel 11. Terdapat tiga negara kepulauan yang memindahkan ibukotanya dan dua negara kepulauan yang tidak memindahkan ibukotanya. Selanjutnya terdapat sepuluh negara non-kepulauan yang memindahkan ibukotanya dan sebelas negara non-kepulauan yang tidak memindahkan ibukotanya. Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa lebih banyak negara non- kepulauan yang memindahkan ibukotanya dibandingkan dengan negara kepulauan. Perbedaan jumlah cukup besar dengan sepuluh negara non-kepulauan yang pindah dan tiga negara kepulauan yang pindah. Hal ini menunjukkan bahwa negara non- kepulauan lebih cenderung untuk memindahkan ibukotaya dibandingkan dengan negara kepulauan. 0 5 10 15 20 25

Tabel 11 Hubungan bentuk wilayah dengan pemindahan ibukota Keterangan Bentuk Wilayah Total Kepulauan Non-Kepulauan Pindah 3 10 13 Tidak Pindah 2 11 13 Total 5 21 26

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemindahan Ibukota dengan Menggunakan Model Logistik

Uji regresi logistik yang dilakukan adalah uji binomial dengan dua kategori variabel dependen, yakni memindahkan ibukota dan tidak memindahkan ibukota. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistik dengan dua pilihan (binnary logistic regression) yaitu regresi logistik dengan dua kategori atau binomial pada variabel dependennya (1 = jika memindahkan ibukota, 0 = jika tidak memindahkan ibukota). Variabel-variabel penjelas yang digunakan dalam model ini terdiri dari lima variabel yaitu GDP per kapita, pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan tiga dummy yaitu bentuk pemerintahan, bentuk wilayah, dan tipe ibukota.

Tabel 12 dan Tabel 13 menyajikan hasil dari pengujian untuk model logit yang diperoleh, maka interpretasi dari nilai-nilai adalah sebagai berikut :

1. Hasil Hosmer and Lemeshow Test dapat dilihat nilai dari p-value yaitu sebesar 0,82 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,05) maka tolak H0 yang artinya model logit fit dan dapat diterima serta pengujian hipotesis dapat dilakukan.

2. Nilai Overall Precentage sebesar 78,2 yang artinya model logit mampu mengklasifikasikan secara tepat sebesar 78,2 persen.

Tabel 12 Hasil Hosmer and Lemeshow Test dan Overall Percentage Hasil Pengujian Model Nilai yang Diperoleh

Hosmer and Lemeshow Test 0,82

Tabel 13 Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pemindahan ibukota negara

Variabel Koefisien P-value Odd Ratio

GDP per kapita -39,373 0,001* 0,0001 Pertumbuhan Ekonomi 0,072 0,381 1,074 Luas Wilayah 0,074 0,021* 1,077 Jumlah Penduduk -0,001 0,067** 0,999 Kepadatan Penduduk 0,014 0,017* 1,014 Bentuk Pemerintahan -0,849 0,428 0,428 Bentuk Wilayah -0,383 0,702 1,467 Tipe Ibukota 1,566 0,040* 4,786 Konstanta -0,136 0,885 0,873

Keterangan: * signifikan pada taraf nyata 5% ** signifikan pada taraf nyata 10%

Berdasarkan hasil output pada Tabel 8 maka model logit yang diperoleh adalah:

Tabel 13 menunjukkan hasil dari analisis dengan mengunakan model logistik. Dapat dilihat dalam tabel bahwa terdapat empat variabel yang signifikan yaitu GDP per kapita, luas wilayah, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk. Penjelasan untuk masing-masing varibel akan dijelaskan sebagai berikut:

1. GDP per kapita

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,001 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0,05), yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen sehingga tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa GDP per kapita berpengaruh nyata terhadap peluang pemindahan ibukota. GDP per kapita memiliki koefisien negatif sehingga semakin tinggi GDP maka negara akan semakin tidak memindahkan ibukotanya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa GDP per kapita berhubungan negatif terhadap pemindahan ibukota. Variabel GDP per kapita memiliki nilai odd ratio

sebesar 0,0001 yang artinya semakin tinggi nilai GDP maka peluang untuk tidak memindahkan ibukotanya adalah 0,0001 kalinya dibandingkan dengan memindahkan ibukotanya.

Kesimpulan yang didapat adalah semakin tinggi GDP per kapita suatu negara maka negara tersebut cenderung tidak memindahkan ibukotanya, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju dengan GDP per kapita yang lebih besar biasanya memiliki tata kota yang lebih baik sehingga lebih sedikit mengalami masalah demografi dan perkotaan.

Selain itu banyak negara yang memindahkan ibukotanya dengan tujuan pemerataan dan peningkatan ekonomi nasional, sehingga negara-negara dengan GDP per kapita rendah lebih memiliki kecenderungan untuk memindahkan ibukotanya dengan harapan mendapatkan keuntungan dalam sisi ekonomi.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,381 yang nilainya lebih besar dari taraf nyata 5 persen (0,05) yang artinya terima H0. Hal ini memiliki arti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh nyata terhadap peluang pemindahan ibukota. Variabel pertumbuhan ekonomi juga memiliki nilai

odd ratio sebesar 1,074 yang artinya semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi maka peluang untuk tidak memindahkan ibukotanya adalah 1,074 kalinya dibandingkan dengan memindahkan ibukotanya.

Hasil ini berbeda dengan hipotesis awal bahwa pertumbuhan ekonomi berhubungan negatif terhadap pemindahan ibukota. Pertumbuhan ekonomi berhubungan positif terhadap pemindahan ibukota karena pertumbuhan ekonomi tidak selalu mencerminkan kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi seringkali dipengaruhi oleh situasi ekonomi lokal dan global sebuah negara yang tidak dapat menunjukkan status maju atau tidaknya sebuah negara. Banyak negara maju yang ternyata memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara berkembang, dan sebaliknya.

3. Luas Wilayah

Luas wilayah adalah bagian penting dalam tata wilayah dalam wilayah perkembangan urban. Dalam penelitian didapatkan hasil model logit p-value

sebesar 0,074 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (0,05), yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen sehingga tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa luas wilayah berpengaruh nyata terhadap peluang pemindahan ibukota. Variabel luas wilayah berbeda dengan hipotesis awal karena ternyata luas wilayah memiliki koefisien positif sehingga semakin luas wilayah sebuah negara maka negara akan cenderung memindahkan ibukotanya.

Semakin luas wilayah maka semakin luas pula berbagai kemungkinan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas wilayah sebuah negara, negara tersebut akan memiliki lebih banyak pilihan untuk mengatasi masalah demografi dan kependudukan. Salah satu pilihan dan solusi yang bisa diambil oleh negara adalah memindahkan ibukotanya. Solusi pemindahan ibukota memerlukan banyak pilihan dalam hal spasial, dan dengan semakin luas wilayah sebuah negara maka negara tersebut akan semakin memiliki banyak pilihan dalam kebijakan spasialnya. Variabel luas wilayah juga memiliki nilai odd ratio

sebesar 1,077 yang artinya semakin tinggi luas wilayah maka peluang untuk memindahkan ibukotanya adalah 1,077 kalinya dibandingkan dengan tidak memindahkan ibukotanya.

4. Jumlah Penduduk

Faktor penduduk adalah salah satu hal utama yang memengaruhi perkembangan suatu kota. Bertambahnya jumlah penduduk karena adanya penambahan alami maupun karena migrasi berpengaruh dalam kebijakan

suatu kota karena termasuk dalam hal yang memengaruhi masalah demografi. Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,067 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 10 persen (0,1) yang artinya tolak H0. Hal ini memiliki arti bahwa jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap peluang pemindahan ibukota. Jumlah penduduk memiliki koefisien negatif yaitu - 0,001 yang berbeda dengan hipotesis awal. Jumlah penduduk memiliki koefisien negatif yang artinya semakin tinggi jumlah penduduk maka negara cenderung untuk tidak memindahkan ibukotanya. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk tidak selalu berbanding lurus dengan kepadatan. Banyak masalah perkotaan yang disebabkan bukan hanya oleh jumlah penduduk, tapi juga lonjakan kepadatan. Jumlah penduduk yang besar tidak langsung menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki masalah perkotaan pada

Dokumen terkait