• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Institut Pertanian Bogor

Institut Pertanian Bogor (IPB) berdiri pada tanggal 1 September 1963. Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. IPB telah mengalami 13 pergantian kepemimpinan yang terus mengawal proses panjang dan berkesinambungan untuk mencapai kejayaan institut. IPB dikenal sebagai penentu perkembangan pembangunan di bidang pertanian dalam arti yang seluas luasnya, diantaranya terlihat dengan kehadiran dan atensi dari Pemimpin bangsa.

Presiden RI pertama pernah menggoreskan peristiwa penting, orasi berjudul “Soal Hidup atau Mati” yang disampaikan saat peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian yang mana merupakan cikal bakal IPB. Pada tanggal 27 April 1952, IPB menjadi penggugah kesadaran betapa perlunya peran pertanian bagi bangsa ini, melalui konsep Bimbingan Masyarakat (BIMAS) yang turut membidani lahirnya swasembada beras yang berhasil dicapai Indonesia pada tahun 1984 dan telah memperoleh penghargaan dari FAO. IPB dipercaya sebagai Tim Inti dalam menyusun naskah akademik “Paradigma Pembangunan Pertanian yang Berkebudayaan Industri”, sebuah paradigma pertanian yang mendapat penekanan di era kepemimpinan BJ Habibie. Pada masa pemerintahan tahun 1999, Presiden Abdurahman Wahid, mengembangkan demokratisasi yang merangsang lahirnya Otonomi Perguruan Tinggi. Peraturan Pemerintah Nomor 60 dan 61 tahun 1999 memberikan ruang bagi perguruan tinggi di Indonesia, termasuk IPB untuk memformat dirinya sebagai perguruan tinggi BHMN (Badan Hukum Milik Negara). IPB merupakan Tim Inti yang turut menopang hidupnya “Gerakan Ketahanan Pangan Nasional”.

Pada 6 April 2001, IPB menggelar Gerakan Ketahanan Pangan Nasional dengan mengusung tema “penganekaragaman Bahan Baku dan Pengolahan Tepung Berbasis Inovasi Teknologi dan Pemberdayaan Sumberdaya Lokal” yang bertempat di istana Bogor.

Presiden RI ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya pada Program Studi Ekonomi Pertanian IPB dengan disertasinya berjudul “Pembangunan Pertanian dan Perdesaan sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran : Analisis Ekonomi-Politik Kebijakan Fiskal”. Komitmennya untuk menjadikan pertanian sebagai platform pembangunan ekonomi nasional diwujudkannya dengan Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Pada 11 Juni 2005, IPB diberi amanah sebagai salah satu tumpuan harapan RPPK dari segi penguatan IPTEK.

14

Karakteristik Mahasiswa

Secara umum, karakteristik mahasiswa IPB dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, jalur masuk, usia, sumber dana, penerimaan per bulan dan asal kota. Karakteristik Mahasiswa IPB dapat dilihat secara singkat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik Mahasiswa IPB

NO KARAKTERISTIK JUMLAH

(%) NO KARAKTERISTIK

JUMLAH (%)

1 JENIS KELAMIN 4 USIA

Laki-Laki 49 17-18 42

Perempuan 51 19-20 58

2 JALUR MASUK 5 SUMBER DANA

Sbmptn 41 Orang Tua 82

Snmptn 48 Saudara 2

Mandiri 11 Beasiswa 16 3

PENERIMAANPER

BULAN 6 ASAL PROVINSI

≤Rp. 500.000 8 Jawa Barat 39 Rp. 500.001 - Rp 1.500.000 63 DKI Jakarta 18 Rp. 1.500.001 - Rp 2.500.000 10 Jawa Tengah 7 Rp. 2.500.001 - Rp 3.500.000 7 Sumatera Utara 7 > Rp. 3.500.000 12 Jawa Timur 6 Banten 5 Lampung 5 Sumatera Barat 3 Sumatera Selatan 3 Kalimantan Barat 2 Kalimantan Selatan 1 Sulawesi Selatan 1 Aceh 1 Riau 1 NTB 1

Sumber: Data primer diolah, 2014

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat jumlah Mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, kebanyakan Mahasiswa berjenis kelamin perempuan (51%) dan selebihnya laki-laki ( 49%). Hal ini menjelaskan bahwa dalam penelitian ini, perempuan lebih banyak memilih IPB di banding laki-laki dan berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Administasi Pendidkan IPB, jumlah mahasiswa pada angkatan 50 Tahun Ajaran 2013-2014 memang lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, kemudian untuk jalur masuk IPB, mayoritas Mahasiswa yang lolos seleksi masuk IPB melalui Snmptn (48%), melalui jalur Sbmptn (41%) dan jalur mandiri (11 %), sedangkan untuk penerimaan per bulan, kebanyakan Mahasiswa memperoleh penerimaan perbulan Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000 (63%) , untuk penerimaan perbulan ≤Rp. 500.000 (8%), Penerimaan perbulan Rp. 1.500.001 - Rp 2.500.000 (10%), sebanyak (7%) penerimaan per bulan sebesar

15 Rp. 2.500.001 - Rp 3.500.000 dan penerimaan perbulan > Rp. 3.500.000 (12%), hal ini karena penerimaan Mahasiwa masih bergantung pada orang tua . Usia mahasiswa angkatan 50 usia, mayoritas berusia 19-20 tahun (58%) dan berusia 17- 18 tahun (42%).

Berdasarkan sumber dana, Mahasiswa mayoritas memperoleh sumber dananya dari orang tua (82%) saudara (2%) dan beasiswa (16%) hal ini menunjukan Mahasiswa masih bergantung pada orang tua untuk membiayai kuliahnya di IPB.Berdasarkan asal provinsi, kebanyakan Mahasiswa berasal dari provinsi jawa barat (39%),sedangkan selebihnya dari DKI Jakarta (18%), Jawa Tengah (7%), Sumatera Utara (7%), Jawa timur (6%), Banten (5%), Lampung (5%), Sumatera Barat (3%), Sumatera selatan (3%),Kalimantan Barat (2%), Kalimnatan Selatan (1%), Sulawesi Selatan (1%), Aceh (1%), Riau (1%) dan NTB ( 1 %), jumlah mahasiswa yang berasal dari provinsi jawa barat lebih banyak di bandingkan provinsi lain, hal ini dikarenakan , lokasi kampus IPB sendiri yang berada di kota Bogor Provinsi Jawa Barat.

Proses Keputusan Pembelian

Berdasarkan teori Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan pengaruh-pengaruh terhadapnya (Kotler dan Keller 2009), seluruh tahapan proses pengambilan keputusan dimulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan evaluasi pasca pembelian secara ringkas disajikan pada Tabel 5. Lebih rincinya dapat dilihat pada tabel di Lampiran 4. Tabel 5 Tahapan proses pengambilan keputusan memilih IPB

TAHAP PROSES Persentase

No PENGAMBILAN (%)

KEPUTUSAN

1. Pengenalan 1. Motivasi memilih IPB : Minat dan keinginan sendiri 57 Kebutuhan 2. Manfaat yang di harapkan : Bidang pekerjaan yang luas 58 2. Pencarian 1. Sumber informasi tentang IPB : Diri sendiri 32 Informasi 2. Hal yang menjadi perhatian : Mutu Pendidikan 54 3. Waktu Pencarian informasi : 2-4 minggu 48 3. Evaluasi 1. Pertimbangan memilih IPB : Akreditasi institusi yang baik 37 Alternatif 2. Pilihan perguruan tinggi lain : YA 82 3. Pilihan PTN selain IPB : UI 22 4 Proses 1. Cara memperoleh keputusan : Telah direncanakan 56 Keputusan 2. Pemberi pengaruh keputusan : Diri sendiri 44 3. Waktu mengambil keputusan : 2-4 Minggu 51 5 Pasca 1. Tingkat kepuasan secara umum : Puas 48 Keputusan 2. Menyarankan orang lain kuliah di IPB : Ya 100 Sumber: Data primer diolah, 2014

16

Faktor – faktor Pengambilan Keputusan

Pada penelitian ini, jumlah variabel yang digunakan untuk analisis faktor terdiri dari 14 variabel yaitu budaya, kelas sosial, teman, keluarga, situasi, pendapatan, motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, pemrosesan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap. Langkah pertama yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat digunakan untuk analisis faktor adalah dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin measure of sampling adequacy (KMO). Nilai KMO dikatakan mencukupi kriteria apabila lebih besar atau sama dengan 0,5 sehingga model analisis faktor ini selain sudah terjadi korelasi yang signifikan, juga dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. Nilai KMO awal pada variabel yang diteliti menunjukan nilai sebesar 0,744, proses awal analisis faktor dapat dilihat pada Lampiran 5 dengan demikian nilai KMO measure of sampling adequacy lebih dari 0,5 maka analisis faktor layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

Pada tabel anti-image matrices awal terlihat sejumlah angka yang membentuk diagonal yang menunjukan besarnya MSA (measure of sampling adequacy) sebuah variabel. Besarnya MSA harus lebih besar dari 0,5 sehingga dapat dilakukan proses berikutnya. Jika sebuah variabel mempunyai nilai MSA lebih kecil dari 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemilihan variabel, pada bagian ini variabel kelas sosial memiliki nilai MSA sebesar 0,419, karena nilai MSA kurang dari 0,5 maka variabel kelas sosial harus di eliminasi, kemudian dilakukan pengulangan dalam mendapatkan nilai MSA baru, tanpa mengikutsertakan variabel tersebut, untuk nilai KMO kedua sebesar 0,767, proses kedua analisis faktor dapat dilihat pada Lampiran 6, sehingga hasil akhir yang diperoleh seluruh variabel yang tersisa memiliki nilai MSA lebih dari 0,5. Tahap selanjutnya adalah proses factoring dan rotasi, dimana proses ini dilakukan pada variabel-variabel yang sudah lolos uji MSA sebelumnya. Pada proses rotasi menunjukan variabel budaya dan sikap memiliki nilai kurang dari 0,5 maka perlu dilakukan reduksi kembali, dengan mengeluarkan 2 variabel tersebut, kemudia melakukan tahapan proses yang sama seperti awal, proses akhir analisis faktor dapat dilihat pada Lampiran 7.

Hasil analisis akhir menunjukan bahwa tersisa 11 variabel setelah mengeliminasi variabel kelas sosial di tahap uji pertama, kemudian variabel budaya dan variabel sikap setelah tahap rotasi, maka hasil analisis faktor dapat di kelompokan menjadi 3 Faktor utama hal ini dilihat dari nilai eigen yang berada di atas nilai 1 dan hasil pengelompokan pada proses rotasi. Tiga faktor-faktor baru yang terbentuk dari hasil proses analisis faktor dapat dilihat pada Tabel 6.

17

Tabel 6 Faktor-faktor yang terbentuk hasil Analisis faktor Faktor yang terbentuk % of Variance Variabel Loading Factor Motivasi 0,784 Psiko Demografis 33,29 Pengetahuan 0,717 Pendapatan 0,671 Gaya hidup 0,629 Kepribadian 0,540 Perubahan individu 15,69 Perubahan sikap 0,851 Pembelajaran 0,810 Pemrosesan informasi 0,647 Lingkungan 12,16 Situasi 0,834 Keluarga 0,808

Teman 0,632

Sumber: Data primer diolah, 2014

Faktor Pertama (Psiko Demografis)

Faktor pertama yang terbentuk dari analisis faktor diberi nama psiko demografis yang memiliki 5 variabel yaitu variabel motivasi, pengetahuan, pendapatan, gaya hidup, kepribadian. Faktor ini merupakan faktor terbesar yang terbentuk dari analisis faktor yang memiliki keragaman data sebesar 33,29%, Artinya proses pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih IPB mempertimbangkan faktor psiko demografis sebesar 33,29% dan menjadikannya sebagai faktor paling utama yang dipertimbangkan dalam memilih IPB. Nilai loading factor variabel-variabel dalam faktor psiko demografis berada pada rentang 0,784 sampai 0,540.

Dalam faktor psiko demografis,variabel motivasi memiliki loading factor tertinggi yaitu sebesar 0,784 yang menunjukan bahwa motivasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih IPB, motivasi muncul dari diri mahasiswa, karena adanya kebutuhan yang dirasakan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, selanjutnya dalam faktor psiko demografis terdapat variabel pengetahuan yang memiliki loading factor terbesar kedua yaitu sebesar 0,717, pengetahuan merupakan semua informasi yang diketahui oleh mahasiswa berkaitan dengan seluruh informasi mengenai IPB pada saat proses pengambilan keputusan, variabel ketiga yaitu pendapatan dengan loading factor sebesar 0,671 keputusan mahasiswa untuk memilih kuliah di IPB tentu dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dimiliki dalam hal ini pendapatan orang tua, variabel keempat yaitu gaya hidup dengan loading factor sebesar 0,629, gaya hidup merupakan faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan mahasiswa, menurut jurnal Ilmu keluarga dan konsumen, Gaya hidup mahasiswa IPB berorientasi pendidikan dan olahraga, pola perilaku hidup sederhana dan berorientasi pendidikan yang terwujud di IPB mendorong mahasiswa memilih IPB, variabel kelima yaitu kepribadian dengan loading factor 0,540, kepribadian yang dimiliki oleh setiap mahasiswa berbeda dan hal tersebut mempengaruhi perilakunya dalam memilih perguruan tinggi yang dipilih sesuai dengan kepribadiannya.

18

Faktor Kedua (Perubahan individu)

Faktor kedua yang terbentuk dari analisis faktor diberi nama perubahan individu yang memiliki tiga variabel yaitu perubahan sikap, pembelajaran dan pemrosesan informasi , faktor ini memiliki keragaman data sebesar 15,69 % yang artinya bahwa proses pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih IPB mempertimbangkan faktor perubahan individu sebesar 15,69 %. Nilai loading factor keragaman variabel dalam faktor perubahan individu berada pada rentang 0,851 sampai 0,647.Dalam faktor perubahan individu, variabel perubahan sikap memiliki loading factor tertinggi yaitu sebesar 0,851 yang menunjukan bahwa variabel ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih IPB.

Perubahan sikap merupakan evaluasi tindakan mahasiswa yang merubah sikapnya pada saat proses evaluasi alternatif, perubahan sikap merupakan hal penting yang akan mempengaruhi keputusan, karena perubahan sikap terkait dengan kepercayaan dan perilaku mahasiswa yang meyakini bahwa IPB memiliki atribut yang menjadi keyakinan dan harapan mahasiswa ketika proses pengambilan keputusan berlangsung.

Variabel kedua terbesar yaitu Pembelajaran memiliki loading factor kedua terbesar yaitu 0,810. Pembelajaran merupakan proses mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman, hal tersebut mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku dalam mengambil keputusan, selanjutnya yang memiliki nilai loading factor ketiga adalah variabel pemrosesan informasi dengan loading factor sebesar 0,647, variabel pemrosesan informasi akan membentuk sebuah persepsi, persepsi inilah yang mempengaruhi pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih IPB.

Faktor Ketiga (Lingkungan)

Faktor ketiga yang terbentuk dari analisis faktor diberi nama faktor lingkungan yang memiliki tiga variabel yaitu situasi, keluarga, dan teman, faktor ini memiliki keragaman data sebesar 12,16 % yang artinya bahwa proses pengambilan keputusan mahasiswa dalam memilih IPB mempertimbangkan faktor lingkungan sebesar 12,16 %. Nilai loading factor keragaman variabel dalam faktor pengaruh lingkungan berada pada rentang 0,834 sampai 0,632.

Dalam faktor lingkungan, variabel situasi memiliki nilai loading factor tertinggi yaitu 0,834 yang berarti bahwa variabel ini mempengaruhi proses pengambilan keputusan mahasiswa, situasi yang dihadapi oleh mahasiswa di lingkungannya tentu berbeda-beda pada saat proses pengambilan keputusan berlangsung, sehingga mempengaruhi keputusannya untuk memilih kuliah di IPB.

Selanjutnya variabel keluarga memiliki nilai loading factor tertinggi kedua yaitu sebesar 0,808 hal ini karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dan berinteraksi setiap hari sehingga kelurga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan mahasiswa untuk memilih IPB, kemudian factor loading tertinggi ketiga yaitu variabel teman dengan nilai loading factor sebesar 0,632, pengaruh teman dalam interaksi yang ada di lingkungan dapat memberi pengaruh dalam pengambilan keputusan Mahasiswa dalam memilih IPB.

19

Analisis Sikap Mahasiswa terhadap Multiatribut IPB

Pengukuran sikap mahasiswa terhadap atribut dapat menggunakan model fishbein. Model ini mengemukakan bahwa suatu sikap konsumen terhadap objek tergantung pada atribut yang dimiliki objek tersebut, yaitu evaluasi terhadap atribut dan kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memiliki atribut .

Analisis Evaluasi Atribut

Evaluasi atribut menggambarkan pentingya suatu atribut bagi konsumen. Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Evaluasi atribut diukur dalam skala mulai dari (-2) = sangat tidak penting, (-1) = tidak penting, (0) = netral, (+1) = penting dan (+2) = sangat penting. Skor tiap atribut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Skor analisis evaluasi atribut fishbein

No Atribut Frekuensi tiap nilai skala Total

-2 -1 0 1 2

RELIABILITY

1 Kesesuaian pelayanan dengan janji 4 0 22 40 34 1 2 Informasi jadwal, absen, nilai yang akurat 0 4 11 49 36 1,17 3 Kedisiplinan staf pengajar 0 1 16 39 44 1,26 4 Kemampuan staf administrasi 0 0 15 43 42 1,27

RESPONSIVENESS

1 Staf pengajar : cepat tanggap pada keluhan 0 1 30 38 31 0,99 2 Staf admin : cepat tanggap masalah mendadak 0 18 9 48 25 0,8 3 Staf pengajar : mudah untuk berkonsultasi 0 3 31 28 38 1,01

EMPHATY

1 Tersedia saluran untuk menerima keluhan 0 0 14 50 36 1,22 2

Terjalin hubungan akrab mahasiswa, dosen,

staf 2 1 18 44 35 1,09 3 Pemberian motivasi dari pengajar 0 0 14 49 37 1,23 4

keberadaan dan manfaat lembar evaluasi

KBM 1 0 18 54 27 1,06

TANGIBLE

1 Fasilitas fisik perkuliahan yang memadai 0 0 9 43 48 1,39 2 Sarana pendukung yang memadai 0 2 29 30 39 1,06 3 modul/bahan belajar yang lengkap 0 3 13 41 43 1,24 4 kebersihan, kenyaman lingkungan kampus 2 1 10 56 31 1,13

ASSURANCE

1

Staf pengajar : memiliki keahlian di

bidangnya 0 0 12 40 48 1,36 2 Staf admin : keramahan dalam melayani 0 1 23 50 26 1,01 3 Perasaan aman yang dirasakan mahasiswa 0 0 20 29 51 1,31 4 Citra atau image IPB yang baik 1 0 13 36 50 1,34

20

Berdasarkan hasil riset, semua atribut bernilai positif. Hal ini menunjukan bahwa semua atribut pada IPB adalah penting untuk dievaluasi. Dari 19 atribut, Fasilitas fisik perkuliahan yang memadai memiliki nilai terbesar. Hal ini menunjukan bahwa Mahasiswa menganggap atribut ini adalah atribut terpenting untuk dievaluasi.

Analisis Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan merupakan seberapa besar rasa kepercayaan konsumen terhadap atribut yang melekat pada objek tertentu. Skor tiap atribut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Skor analisis tingkat kepercayaan atribut fishbein

No Atribut Frekuensi tiap nilai skala Total

-2 -1 0 1 2

RELIABILITY

1 Kesesuaian pelayanan dengan janji 0 28 28 35 9 0,25 2 Informasi jadwal, absen, nilai yang akurat 8 1 21 48 22 0,75 3 Kedisiplinan staf pengajar 0 19 39 35 7 0,3 4 Kemampuan staf administrasi 9 1 45 39 6 0,32

RESPONSIVENESS

1 Staf pengajar : cepat tanggap pada keluhan 0 22 42 30 6 0,2 2

Staf admin : cepat tanggap masalah

mendadak 10 17 19 47 7 0,24 3 Staf pengajar : mudah untuk berkonsultasi 1 27 37 32 3 0,09

EMPHATY

1 Tersedia saluran untuk menerima keluhan 0 22 18 31 29 0,67 2

Terjalin hubungan akrab mahasiswa, dosen,

staf 0 1 33 52 14 0,79 3 Pemberian motivasi dari pengajar 1 9 21 25 44 1,02 4

keberadaan dan manfaat lembar evaluasi

KBM 1 11 41 39 8 0,42

TANGIBLE

1 Fasilitas fisik perkuliahan yang memadai 21 10 30 27 12 -0,01 2 Sarana pendukung yang memadai 2 30 31 16 21 0,24 3 modul/bahan belajar yang lengkap 18 20 19 39 4 -0,09 4 kebersihan, kenyaman lingkungan kampus 19 5 16 57 3 0,2

ASSURANCE

1

Staf pengajar : memiliki keahlian di

bidangnya 1 8 9 51 31 1,03 2 Staf admin : keramahan dalam melayani 2 9 40 45 4 0,4 3 Perasaan aman yang dirasakan mahasiswa 1 22 15 54 8 0,46 4 Citra atau image IPB yang baik 1 5 0 66 28 1,15 Berdasarkan hasil riset, terdapat dua atribut yang bernilai negatif yaitu pada atribut tangible dengan indikator atribut berupa fasilitas fisik perkuliahan dengan nilai total sebesar -0,01 dan modul atau bahan belajar yang lengkap dengan nilai total sebesar -0,09, Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa

21 menganggap dua atribut pada IPB tersebut bernilai kurang baik dan berdasarkan hasil kuisioner yang diperoleh dari sembilan fakultas, menunjukan bahwa mahasiswa Fakultas MIPA paling banyak, menilai atribut tangible dengan skala negatif yaitu pada indikator fasilitas fisik perkuliahan dan modul atau bahan belajar yang lengkap, data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Skor analisis tingkat kepercayaan berdasarkan fakultas FAKULTAS

Atribut Tangible 1 Atribut Tangible 3

Fasilitas fisik yang memadai

Modul/bahan belajar yang lengkap

Frekuensi nilai skala Frekuensi nilai skala

(-1) (-2) Mahasiswa (-1) (-2) Mahasiswa FAPERTA 0 2 2 2 1 3 FKH 2 0 2 2 0 2 FPIK 1 2 3 0 1 1 FAPET 2 0 2 0 2 2 FAHUTAN 3 1 4 2 3 5 FATETA 2 2 4 4 2 6 FMIPA 5 1 6 3 6 9 FEM 4 1 5 2 3 5 FEMA 2 3 3 3 2 5 Total 31 Total 38 Sedangkan atribut yang memiliki nilai total evaluasi kepercayaan paling besar terdapat pada atribut assurance dengan indikator berupa citra atau image IPB yang baik. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa meyakini bahwa IPB memiliki citra atau image yang baik pada evaluasi tingkat kepercayaan.

Analisis Sikap Mahasiswa

Analisis sikap Mahasiswa terhadap multiatribut menggunakan analisis fishbein yaitu mengalikan skor tingkat evalusi atribut terhadap skor evaluasi kepercayaan (Ao= ei*bi). Analisis Fishbein dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10 Hasil analisis fishbein

No Atribut

Skor

Evaluasi Skor kekuatan TOTAL atribut (ei) kepercayaan(bi) (ei*bi)

RELIABILITY

1 Kesesuaian pelayanan dengan janji 1 0,25 0,25 2 Informasi jadwal, absen, nilai yang akurat 1,17 0,75 0,8775 3 Kedisiplinan staf pengajar 1,26 0,3 0,378 4 Kemampuan staf administrasi 1,27 0,32 0,4064

RESPONSIVENESS

22

Lanjutan Tabel 10 Hasil analisis fishbein

2 Staf admin : cepat tanggap masalah mendadak 0,8 0,24 0,192 3 Staf pengajar : mudah untuk berkonsultasi 1,01 0,09 0,0909

EMPHATY

1 Tersedia saluran untuk menerima keluhan 1,22 0,67 0,8174 2 Terjalin hubungan akrab mahasiswa, dosen, staf 1,09 0,79 0,8611 3 Pemberian motivasi dari pengajar 1,23 1,02 1,2546 4 keberadaan dan manfaat lembar evaluasi KBM 1,06 0,42 0,4452

TANGIBLE

1 Fasilitas fisik perkuliahan yang memadai 1,39 -0,01 -0,0139 2 Sarana pendukung yang memadai 1,06 0,24 0,2544 3 modul/bahan belajar yang lengkap 1,24 -0,09 -0,1116 4 kebersihan, kenyaman lingkungan kampus 1,13 0,2 0,226

ASSURANCE

1 Staf pengajar : memiliki keahlian di bidangnya 1,36 1,03 1,4008

2 Staf admin : keramahan dalam melayani 1,01 0,4 0,404

3 Perasaan aman yang dirasakan mahasiswa 1,31 0,46 0,6026

4 Citra atau image IPB yang baik 1,34 1,15 1,541

Total 10,0744

Berdasarkan tabel, sikap konsumen secara keseluruhan (Ao) memiliki total skor 10,07. Untuk mengetahui sikap konsumen berada pada skala penilaian yang mana, maka dihitung terlebih dahulu skor maksimum untuk sikap yang dapat dilihat pada Tabel 11

Tabel 11 Skor maksimum sikap untuk fishbein

No Atribut

Skor Evaluasi

Skor

Keyakinan atribut (Ei) ideal (KI) (ei*KI)

RELIABILITY

1 Kesesuaian pelayanan dengan janji 1 2 2 2 Informasi jadwal, absen, nilai yang akurat 1,17 2 2,34 3 Kedisiplinan staf pengajar 1,26 2 2,52 4 Kemampuan staf administrasi 1,27 2 2,54

RESPONSIVENESS

1 Staf pengajar : cepat tanggap pada keluhan 0,99 2 1,98 2 Staf admin : cepat tanggap masalah mendadak 0,8 2 1,6 3 Staf pengajar : mudah untuk berkonsultasi 1,01 2 2,02

EMPHATY

1 Tersedia saluran untuk menerima keluhan 1,22 2 2,44 2 Terjalin hubungan akrab mahasiswa, dosen, staf 1,09 2 2,18 3 Pemberian motivasi dari pengajar 1,23 2 2,46 4 keberadaan dan manfaat lembar evaluasi KBM 1,06 2 2,12

23 Lanjutan Tabel 11 Skor maksimum sikap untuk fishbein

TANGIBLE

1 Fasilitas fisik perkuliahan yang memadai 1,39 2 2,78 2 Sarana pendukung yang memadai 1,06 2 2,12 3 modul/bahan belajar yang lengkap 1,24 2 2,48 4 kebersihan, kenyaman lingkungan kampus 1,13 2 2,26

ASSURANCE

1

Staf pengajar : memiliki keahlian di

bidangnya 1,36 2 2,72

2 Staf admin : keramahan dalam melayani 1,01 2 2,02 3 Perasaan aman yang dirasakan mahasiswa 1,31 2 2,62 4 Citra atau image IPB yang baik 1,34 2 2,68

Total 43,88

Karena rentang skor (+2) sebagai sangat baik dan (-2) sebagai sangat tidak baik, maka rentang nilai sikap maksimum adalah (43,88) dan minimum (-43,88).

(-2) (-1) (1) (2) (-43,88) (-21,94) 0 (21,94) (43,88) x____________x__________ x___________ x_____________x (-29,26) (-14,62) 0 (14,62) (29,26) STB TB KB CB B SB

Berdasarkan skala di atas, maka hasil riset untuk analisis fishbein, sikap mahasiswa terhadap IPB memperoleh nilai sebesar 10,07 masuk ke dalam kategori Cukup baik karena berada pada rentang 0 sampai 14,62.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,penelitian ini terdiri dari proses pengambilan keputusan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan, dan sikap Mahasiswa terhadap atribut yang dimiliki IPB. Pada proses pengambilan keputusan mahasiswa memilih IPB, pada tahap pengenalan kebutuhan, motivasi yang mendorong mahasiswa untuk memilih IPB dikarenakan minat dan keinginan dari mahasiswa sendiri diperoleh sebesar 57 % lalu manfaat yang diharapkan mahasiswa memilih kuliah di IPB karena bidang pekerjaan yang luas yaitu sebesar 58 %, pada tahap pencarian informasi sumber informasi tentang IPB, diperoleh dari pencarian informasi dari diri sendiri yaitu sebesar 32 % , sedangkan hal yang menjadi fokus perhartian pada tahan pencarain informasi yaitu sebesar 54 % adalah mutu pendidikan IPB.

Waktu yang dibutuhkan selama proses pencarian informasi berlangsung selama 2- 4 minggu dengan persentase sebesar 48 %, tahap selanjutnya yaitu evaluasi alternatif yang menjadi pertimbangan mahasiswa untuk memilih IPB karena akreditasi institusi yang baik sebesar 37 %, sebanyak 82 % mahasiswa memiliki pilihan perguruan tinggi negeri lain selain IPB, dan sebesar 22 % mahasiswa memilih universitas indonesia (UI) sebagai PTN pilihan selain IPB. Pada tahap proses keputusan sebesar 56% mahasiswa sebelumnya telah

24

merencanakan untuk kuliah di IPB dan pemberi pengaruh keputusan paling besar adalah dari diri sendiri sebesar 44%, kemudian waktu yang dibutuhkan untuk menentukan memilih IPB yaitu selama 2- 4 minggu sebesar 51 %. Pada tahap pasca keputusan tingkat kepuasan yang dirasakan mahasiswa setelah menjalani perkuliahan di IPB ,mereka merasa puas sebesar 48 % dan akan menyarankan orang lain untuk kuliah di IPB sebesar 100 %.

Implikasi manajerial dibuat berdasarkan hasil penelitian dan dapat menjadi masukan yang dapat dilakukan oleh IPB, keseluruhan implikasi manajerial berupa rekomendasi untuk IPB berdasarkan hasil penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 12 .

Tabel 12 Implikasi manajerial sebagai rekomendasi untuk IPB Pengambilan

Keputusan Memilih IPB

Rekomendasi untuk IPB Berdasarkan Hasil Penelitian Pengambilan Keputusan

Tahap Pengenalan Kebutuhan

Pengaruh minat dan keinginan sendiri dalam memutuskan untuk memilih IPB sangat besar, oleh karena itu IPB dapat mempertahankan dan mengembangkan kegiatan promosi yang langsung berhubungan dengan calon Mahasiswa seperti kunjungan ke sekolah dengan memberikan pemahaman informasi secara lengkap tentang program perkuliahan di IPB dan bidang pekerjaan yang luas setelah lulus dari IPB, melalui kegaiatan tersebut diharapkan peluang pengambilan keputusan calon Mahasiswa untuk memilih IPB dapat meningkat

Dokumen terkait