• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Proses Perencanaan Konversi Minyak Tanah Ke Gas Dalam Beberapa Sektor.

Sistem Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke Gas Pada PT. Pertamina (Persero) Tbk yaitu bagaimana Pertamina melakukan suatu perencanaan konversi minyak tanah ke gas dalam beberapa sektor yang terdiri atas sektor Industri, sektor Transportasi, sektor rumah tangga. Rencana pertamina dan pemerintah sesungguhnya tidak membebaskan rakyat indonesia dari minyak tanah, tetapi mengurangi dan mensubsitusi minyak tanah dengan gas secara bertahap (gradually). Sebab minyak tanah masih diperlukan masyarakat kecil untuk memasak. Apalagi negara maju seperti Jepang pun masih menggunakan minyak tanah, khususnya untuk pemanas. Sebelumnya gas bumi hanya digunakan secara terbatas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk operasi pertambangan minyak dan bahan baku beberapa industri seperti semen, peleburan logam, bahan baku pada industri petrokimia, dan besi baja.

Indonesia telah menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar bagi beberapa unit pembangkit listrik, seperi PLN di Pulau Sumatera dan Jawa. Sementara, penggunaan gas bumi di untuk sektor industri dan rumah tangga juga semakin berkembang akhir-akhir ini, seperti yang terjadi di Jawa Timur dan Jawa Barat. Dorongan penggunaan gas bumi sebagai sumber energi, baik untuk industri, pembakit listrik, dan rumah tangga, tidak terlepas dari penemuan cadangan gas

bumi berskala besar di Arun dan Badak tahun 1971. Penemuan cadangan gas ini kemudian diikuti dengan penemuan cadangan gas bumi lainnya yang berskala sedang seperti di lepas pantai Jawa Barat, lepas pantai Bali (Kangean) dan Kalimantan Timur. Cadangan gas bumi yang tidak kalah besarnya juga ditemukan di Wiriagar di Papua, Belanak dan Anoa di Natuna Barat, Grissik di Sumatera Selatan dan kompleks Donggi-Sonoro di Sulawesi Tengah. Dari keseluruhan penemuan cadangan gas bumi ini, pada tahun 2002, Indonesia tercatat memiliki cadangan gas bumi sebesar 165 TCF. Jumlah cadangan gas bumi yang tergolong besar ini memberi kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkannya menjadi sumber energi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun menjadi komoditi impor.

Dalam melakukan pemasaran pertamina melakukan suatu konsep dan komponen sebuah sistem informasi pemasaran. Menurut Kotler ( 2000 ; 158 ) adalah suatu sistem informasi pemasaran (SIP) terdiri dari orang-orang, peralatan, dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, menyortir, menganalisis, mengevaluasi, mendistribusikan informasi yang tepat waktu, akurat, dan dibutuhkan kepada pembuat keputusan pemasaran.

Pertamina dalam program konversi energi dari minyak ke gas banyak membutuhkan suatu sistem informasi pemasaran, sebagai langkah-langkah optimalisasi pemanfaatan gas bumi sekaligus penghematan penggunaan BBM. Pertamina diupayakan untuk mendorong berlangsungnya konservasi energi di seluruh sektor ekonomi yang ada agar menggunakan gas ini merupakan market

plan pertamina. Seperti sektor transportasi, industri, rumah tangga, maupun sektor pembangkit tenaga listrik.

1. Konversi Bahan Bakar Minyak Ke Gas Di Sektor Industri

Dari keseluruhan pengguna BBM, sektor industri dan pembangkit listrik merupakan sektor yang relatif mudah didorong untuk melakukan konversi BBM ke gas bumi. Selama ini, kebutuhan BBM sektor industri mencapai sebesar 12,5 juta kilo liter atau setara dengan 1.278 MMCFD. Sementara pembangkit listrik menggunakan 5 juta kilo liter atau setara 513,1 MMCFD.

Jika sektor industri mampu mengkonversi kebutuhan BBM-nya hingga 40%, maka akan dapat menghemat hingga 5 juta kilo liter BBM dan mengoptimalisasi pemanfaatan gas sebesar 0,5112 MMCFD gas bumi. Oleh karena itu, pertamina menghimbau agar masyarakat dan kalangan pengusaha untuk beralih ke gas, Jika dilihat dari komposi pengguna gas bumi di sektor industri, dari total pasokan gas bumi untuk industri, sebesar 32,3% di antaranya dikonsumsi industri keramik, diikuti industri chemical sebesar 13,6%, industri tekstil sebesar 13,6%, dan industri kertas sebesar 11,3%.

Namun demikian, langkah-langkah untuk terus mendorong konversi energi di sektor industri ini masih terkendala dengan kelancaran pasokan gas itu sendiri. “Hal ini disebabkan jarak yang jauh antara lapangan-lapangan gas dengan daerah pemasaran gas itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa UU No. 22 Tahun 2001, secara khusus memberi tugas kepada BPH MIGAS untuk mengembangkan

pengangkutan gas melalui pipa untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri. Pembangunan jaringan pipa pengangkutan gas, sudah dimulai dari ke Jawa Timur, melalui Gresik, Semarang, hingga Cirebon. Dalam waktu dekat, BPH Migas akan melelang pembangunan jaringan pipa dari Cirebon ke Bekasi. Kalau sudah sampai di Bekasi, maka sudah dapat tersambung ke Sumatera. Saat ini sedang dilakukan penyambungan pipa gas dari Kalimantan Timur ke Jawa Tengah. “Ini kita lakukan dalam rangka memenuhi rencana induk yang dibuat pemerintah”.

2. Konversi Bahan Bakar Minyak Tanah Ke Gas Di Sektor Rumah Tangga.

Sementara langkah-langkah konversi energi ini dari BBM ke gas untuk kebutuhan sektor rumah tangga, pertamina dan pemerintah mendorong masyarakat menggunakan elpiji. “Secara ekonomis, energi yang dihasilkan elpiji dibanding minyak tanah, sesungguhnya lebih murah. Kalau untuk 2 (dua) satuan energi minyak tanah, elpiji hanya 1 (satu) atau 1,5 (satu setengah) satuan energi. Di samping itu, gas merupakan energi yang bersih (untuk lingkungan). Langkah-langkah konversi minyak tanah ke gas untuk sektor rumah tangga, merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan, mengingat besarnya subsidi yang dialokasikan pemerintah utuk minyak tanah. Ini menjadi problem besar yang dihadapi pemerintah. Oleh karena itu, BPH Migas mendorong masyarakat untuk menggunakan energi yang lain, terutama gas.

Keadaan yang menimbulkan masalah-masalah ekonomi menurut Sukirno (2005 ; 51 ) adalah masalah ekonomi timbul sebagai akibat dari ketidak seimbangan di antara keinginan manusia untuk mendapat barang dan jasa dengan kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kemampuan faktor-faktor produksi yang tersedia untuk memenuhinya.

Di pihak lain, BPH MIGAS akan membangun daerah-daerah cluster bebas minyak tanah melalui pembangunan jaringan pipa gas dari lapangan-lapangan gas langsung ke rumah-rumah penduduk. Namun tidak semua daerah cocok menjadi daerah cluster bebas minyak tanah. Suatu daerah dapat dijadikan menjadi cluster bebas minyak tanah, bila dekat dengan lapangan gas. Sementara menyangkut rencana pemerintah yang sebelumnya memprogramkan Kota-kota besar sebagai daerah bebas minyak tanah, ketidakmungkinan hal itu dapat diwujudkan. Rencana pertamina dan pemerintah sesungguhnya tidak membebaskan kota-kota besar seperti Medan dari minyak tanah, tetapi mengurangi dan mensubsitusi minyak tanah dengan gas.

Minyak tanah masih diperlukan masyarakat kecil untuk memasak. Bahkan kebutuhan minyak tanah di Jakarta cukup tinggi. Kita tidak bisa melihat masyarakat yang ada di Simprung dan perumahan-perumahan elit yang menggunakan elpiji. Di samping itu, di balik keberadaan minyak tanah di masyarakat, ada industri-industri kecil seperti usaha pembuatan kompor, pembuat sumbu kompor, dan juga ada tukang dorong, yang kesemuanya adalah masyarakat kecil yang menggantungkan hidupnya pada minyak tanah.

Jadi, untuk menggantikan minyak tanah harus dilakukan secara bertahap (gradually). Yang mungkin kita lakukan adalah, bagaimana secara lambat laun minyak tanah ini tidak disubsidi. Saat ini, masyarakat Jepang, juga masih menggunakan minyak tanah, khususnya untuk pemanas. Tetapi, masyarakat di negara-negara maju seperti Jepang, membeli minyak tanah di pompa bensin, jadi sistem distribusinya berbeda.

Di Indonesia, sistem distribusi minyak tanah berantai, ada agen, ada pangkalan, ada pengecer. Pengecer itu ada yang bergerak keliling dan ada yang tetap seperti warung. Jadi tidak mudah untuk menghilangkan itu. Dalam rangka itu, BPH Migas merencanakan untuk melakukan sensus, yang sudah barang tentu membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal, untuk mengetahui berapa sesungguhnya kebutuhan minyak tanah di suatu daerah. Selama ini, kita hanya mengandalkan hitung-hitungan yang diberikan PT. Pertamina, namun ke depan akan didata.

Sensus yang dilakukan untuk tahap awal ini masih terbatas pada beberapa provinsi, namun secara bertahap akan meliputi seluruh Indonesia. Nantinya akan kita tahu berapa kebutuhan minyak tanah, baik di setiap daerah maupun secara nasional. Ini menjadi penting mengingat posisi minyak tanah sangat rawan karena erat dengan kehidupan masyarakat bawah. Persoalannya, kita tidak dapat melarang penggunaan minyak tanah oleh orang-orang yang sesungguhnya tidak berhak. Kalau dari sisi aturannya, yang namanya restoran tidak boleh pakai minyak tanah, bahkan Warung Tegal juga tidak boleh menggunakannya. Minyak

tanah hanya diperuntukkan bagi rumah tangga, untuk penerangan dan memasak. Tetapi tidak mungkin dilarang untuk membeli minyak tanah.

Jika diperbandingkan biaya penggunaan gas elpiji dengan minyak tanah, sesungguhnya gas jauh lebih murah dan lebih ramah lingkungan, namun masyarakat tetap menggunakan minyak tanah. Kendala subsitusi minyak tanah ke gas, memang cukup besar. Gas tidak mudah di handle seperti minyak tanah, tetapi harus dicairkan dalam bentuk elpiji, yang tentunya membutuhkan tabung gas. Bagi masyarakat kelas bawah, konversi minyak tanah ke gas, terkendala dengan kemampuan ekonomi untuk membeli tabung dan kompor gas. Hal ini disebabkan karena investasi awal penggunaan gas cukup mahal. Selain kompor dan tabung gas yang hampir mencapai Rp500 ribu, juga gas elpiji tidak bisa dibeli satu atau dua liter seperti minyak tanah, tetapi harus membeli 12 kilo sekaligus. Untuk itulah pertamina berencana membuat tabung dengan gas yang hanya 3 kilo, sehingga konsumen tidak merasa mahal membelinya. Untuk ini, BPH Migas sudah berbagi tugas dengan Departemen Perindustrian, Departemen Koperasi dan UKM, Kementerian Peranan Wanita, Departemen Perhubungan untuk menangani masalah ini, disamping PT. Pertamina yang ditugasi untuk pendistribusiannya.

Sesungguhnya, pengadaan tabung gas bisa dibiayai dari subsidi BBM yang sebelumnya dialokasikan untuk minyak tanah. Ke depan, seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang beralih dari minyak tanah ke gas, maka jumlah subsidi minyak tanah dalam APBN akan berkurang. Selanjutnya, jumlah dana subsidi minyak tanah yang berhasil dihemat ini, dapat direlokasi untuk membantu

peangadaan tabung dan kompor gas bagi masyarakat kurang mampu. Indonesia mengimpor avtur dan kemudian diolah menjadi minyak tanah, sehinga biaya per liternya mencapai Rp 5000, yang kemudian dijual kepada masyarakat hanya dengan harga Rp2000. per liter “Biarlah minyak tanah kita buat menjadi avtur, yang harga jualnya lebih tinggi.

Pembahasan yang dilakukan oleh penulis akan dilakukan terfokus kepada konversi minyak tanah ke gas di sektor rumah tangga, karena hal ini sangat menjadi bahan utama pembicaraan masyarakat pada umunya. Bagaimana pertamina melakukan suatu tindakan pemasaran koversi minyak tanah ke gas dalam beberapa cara dengan memberikan secara gratis paket konversi minyak tanah ke gas.

II. B. Tujuan Pelatihan Penggunaan Paket Konversi Gas Upaya Dalam Kegiatan Pemasaran Gas Dalam Sektor Rumah Tangga Oleh PT. Pertamina (Persero) Tbk.

Tujuan pertamina dalam pelatihan penggunaan paket konversi gas yaitu menurut Kotler ( 2000 ; 23) Perusahaan berkewajiban untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu produk gas dan membuat orang yang memakai minyak tanah suka produk tersebut tidak lagi memakainya sebab minyak tanah sudah dikonversi ke gas dengan cara-cara menaikan harga dan mengurangi penyediaan. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi,

maka konsumen harus bisa menggunakan dan mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Dengan hal tersebut tentunya konsumen tertarik untuk menggunakan gas dan konversi minyak tanah ke gas dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya, informasi yang melekat dimasyarakat dapat meningkatkan rasa kepercayaan bahwa penggunaan gas lebih aman dan irit di bandingkan dengan menggunakan minyak tanah, maka akan terjadi peningkatan penggunaan gas pada masyarakat.

Pertamina dalam melakukan pemasaran secara langsung gas dengan melakukan pelatihan penggunaan paket konversi gas dengan mengundang Sekitar 200 orang kaum ibu mengikuti pelatihan tata cara penggunaan paket konversi LPG 3 kg yang benar. Acara dilaksanakan 2 (dua) kali, yaitu di Gedung Marina – Jl. Serma Hanafiah, Medan Belawan (Kamis, 23/7), dan di Gedung Yayasan Ampek Angkek – Jl. Bakti Gg. Pertama No. 22, Medan Area (Selasa, 28/07). Acara ini digagas BBM Watch bekerja sama dengan PT Pertamina Region I Medan.

Konversi minyak tanah ke gas memiliki banyak tahapan. Mulai dari proses pencacahan hingga distribusi paket perdana produk kepada masyarakat kurang mampu. Dalam penggunaan produk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sisi keamanan. Jika penggunaannya benar, maka tidak akan ada masalah. Tetapi jika salah, maka tentu akan ada masalah. Itu sebabnya masyarakat harus mengetahui dengan baik tata cara penggunaan kompor dan tabung elpiji tersebut. Program konversi merupakan program pemerintah yang dilaksanakan untuk

mengurangi beban subsidi minyak tanah yang jauh lebih besar. Sedangkan menggunakan elpiji jauh lebih hemat dibanding menggunakan minyak tanah.

Tim kosultan konversi Pertamina, memperagakan bagaimana cara menggunakan kompor elpiji 3 kg yang baik dan benar. Mulai dari cara pemasangan regulator, selang penghubung, sampai ke penggunaan dasar kompor elpiji, yaitu bagaimana cara menghidupkan dan mematikan kompor secara benar agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat berakibat fatal.

C. Kebijakan Upaya Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke Gas Dengan Pembagian Paket Perdana Tabung Gas Secara Gratis.

Dengan pembagian paket perdana tabung gas secara gratis program yang digunakan perusahaan untuk mengikat para pelanggannya, dimana perusahaan memberi keuntungan-keuntungan yang menarik. Dengan membagikan paket perdana tabung gas secara gratis ini banyak memberi keuntungan pada masyarakat agar menggunakan gas, sehingga masyarakat nantinya terus menggunakan gas dan tidak lagi menggunakan minyak tanah, ini merupakan strategi pertamina dalam melakukan pemasaran. Sehingga akan timbul kesetiaan masyarakat untuk tetap menggunakan gas tidak kembali lagi menggunakan minyak tanah.

Paket perdana yang akan dibagikan berupa tabung gas 3 kg beserta isi perdana dan kompor gas 1 tungku, beserta kelengkapannya (selang, klem, dan regulator) secara gratis. Apabila ada masyarakat yang diminta untuk membayar, baik saat survey, sosialisasi, maupun distribusi, dapat melaporkan ke Contact

Pertamina nomor 500-000 (melalui PSTN/Flexy) atau ke 061-455 8436 (melalui GSM/CDMA lain), atau langsung kepada aparat keamanan. Kriteria penerima paket perdana tabung gas sebagai berikut :

1. Rumah Tangga

Rumah tangga yang berhak menerima paket Elpiji 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut:

a) Ibu rumah tangga

b) Pengguna minyak tanah murni

c) Kelas social C1 kebawah (pengeluaran<1,5 juta/bulan)

d) Penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP atau KK atau surat Keterangan dari Kelurahan setempat

2. Penduduk Musiman

Apabila dalam proses distribusi Elpiji 3 kg secara gratis kepada masyarakat terdapat anggota masyarakat (Rumah Tangga atau Usaha Mikro) yang tidak memenuhi persyaratan diatas, akan tetapi sesuai kriteria berhak mendapatkan paket Elpiji 3 kg secara gratis (contoh: penduduk musiman yang tidak memiliki KTP/ KK / Surat Keterangan dari kelurahan setempat), maka dapat diberikan paket Elpiji 3 kg dengan melampirkan:

a) Surat Keterangan dari Kelurahan setempat, atau b) Surat Keterangan RT/RW setempat, atau

c) Berita Acara serah terima distribusi antara konsultan dengan penerima paket dilampiri dengan foto copy kartu identitas yang bersangkutan.

3. Usaha Mikro

Usaha Mikro yang berhak menerima paket Elpiji 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut:

a) Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan bakar memasak dalam usahanya.

b) Penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP arau KK atau surat Keterangan dari Kelurahan setempat.

c) Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan setempa

III. D. Persentase Keuntungan Konsumen Dalam Konversi Minyak Tanah Ke Gas Oleh PT. Pertamina (Persero) Tbk.

Walaupun tidak bisa dibeli secara eceran seperti minyak tanah namun harus dibeli dalam tabung per 3 kg, namun telah terbukti 3 kali lebihnya. Yang pertama adalah lebih mudah dan hemat dibandingkan dengan minyak tanah yang lebih merepotkan penggunanya. Selain hemat biaya, penggunaan elpiji dapat menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak.

Apabila setiap keluarga memakai 1 liter minyak tanah, maka dalam sebulan 30 liter minyak tanah dikonsumsi. Jika harga minyak tanah Rp 2.500 – Rp 3.000 per liter (sesuai HET), maka dalam sebulan dibelanjakan Rp 75.000 – Rp 90.000. Berdasar nilai energi, 1 liter minyak tanah setara dengan 0.4 kg elpiji. Artinya, untuk menggantikan 30 liter minyak tanah per bulan, cukup dengan 12 kg elpiji (4 tabung 3 kg). Jika 1 kg elpiji harganya Rp 4.250 (Rp 12.750 per tabung), dalam sebulan hanya diperlukan Rp 51.000. Artinya ada penghematan sebesar Rp 24.000 – Rp 39.000 per bulan. Kelebihan yang kedua, adalah lebih aman. Apabila digunakan dengan baik dan benar, resiko bahaya kebakaran yang

disebabkan elpiji, jauh lebih kecil dari pada bahaya akibat arus pendek atau pun minyak tanah. Selain aman dalam penggunaan, gas juga lebih aman dalam potensi penyalahgunaan. Hal ini karena minyak tanah mudah dioplos dengan BBM lain, sedangkan elpiji tidak bisa dioplos. Kelebihan yang ketiga, adalah lebih bersih, karena elpiji tidak menyebabkan asap hitam, sehingga mengurangi kerepotan membersihkan dapur, kompor, dan peralatan memasak.

E. Keputusan Pembelian Konsumen Dalam Strategi Konversi PT. Pertamina (Persero) Tbk.

Sumber : PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan (Diolah) Tahun 2009.

Faktor yang pertama adalah sikap orang lain. Bagaimana sikap bagaimana masyarakat dalam kelompok dapat menerima dengan adanya konversi minyak tanah ke gas, bagaimana perusahaan dapat menyakinkan sejumlah kelompok masyarakat untuk menerima konversi minyak tanah ke gas, Sehingga kelompok tersebut dapat mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Niat pembeli juga

Evaluasi Alternative Niat Pembelian Sikap Orang Lain Faktor Situasional Yang Tidak Diharapkan Keputusan Pembelian

Struktur Keputusan Pembelian Konsumen Gambar 3.1

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor situasional yang tidak diharapkan seperti kelangkaan, naiknya harga, pendapatan keluarga, sehingga dengan situasional yang seperti itu dapat menimbulkan keputusan membeli barang pengganti untuk digunakan manfaatnya yang sama.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pada akhir bab ini di kemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan pada PT. Pertamina (Persero) Tbk Medan diantaranya sebagai berikut :

1. Kenaikan harga minyak dunia menjadi salah satu penyebab bagi pertamina dalam menaikkan harga BBM termaksud minyak tanah. Dimana kenaikan harga itu merupakan tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Menurut pertamian empat penyebab kenaikan harga minyak dunia, yaitu (1) karena permintaan naik dengan mengejutkan terulama karena konsumsi di daerah Asia Pasifik yang berasal dan negara Cina, India dan juga Jepang, (2) tidak lagi ditemukan cadangan-cadangan baru di dunia ini. Situasi ini berbeda dengan tahun 1980-an dimana waktu itu permintaan juga naik namun ditemukan cadangan baru di wilayah Alaska, Teluk Meksiko, Laut Utara. Sekarang ini cadangan baru tidak ditemukan sehingga menyebabkan kenaikan minyak di dunia, (3) persediaan minyak dunia yang menipis, dan (4) serangan teroris. Dari beberapa penyebab di atas, penyebab utama yang menyebabkan harga minyak dunia naik adalah tidak lagi ditemukan cadangan-cadangan minyak baru atau ketersediaan sumber daya alam yang makin menipis.

2. Sistem Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke Gas Pada PT. Pertamina (Persero) Tbk yaitu bagaimana Pertamina melakukan suatu perencanaan konversi minyak tanah ke gas dalam beberapa sektor yang terdiri atas sektor Industri, sektor Transportasi, sektor rumah tangga. Rencana pertamia dan pemerintah sesungguhnya tidak membebaskan rakyat indonesia dari minyak tanah, tetapi mengurangi dan mensubsitusi minyak tanah dengan gas secara bertahap (gradually).

B. Saran.

Adapun saran yang dapat disampaikan pada PT. Pertamina (Persero) Tbk Medan. sebagai masukan sebagai berikut :

1. Konversi minyak tanah ke gas memiliki banyak tahapan. Mulai dari proses pencacahan hingga distribusi paket perdana produk kepada masyarakat kurang mampu diharapkan Pertamina dapat melakukan pemasaran dan penyuluhan konversi minyak tersebut dengan baik sehingga tidak terjadi penyimpangan.

2. Bagaimana pemerintah dapat melakukan pendistribusian gas secara meratah kepada masyarakat, agar terjadinya kemerataan pemakaian di masyarakat sehingga konversi minyak tanah ke gas dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip.2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Salemba Empat. Sukirno, Sadono.2005. Mikro Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sjahrial, Dermawan,M.M.Drs.2007. Manajemen Keuangan. Jakarta :Mitra Wancana Media.

Diana, Irene SW,SE.,MM.2008. Manajemen. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Nugroho, Widjajanto.1985. Pemeriksaan Operasional Perusahaan. Jakarta:

Dokumen terkait