• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke gas pada pt. Pertamina (persero) tbk. Wilayah Pemasaran I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke gas pada pt. Pertamina (persero) tbk. Wilayah Pemasaran I Medan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMASARAN KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS PADA PT. PERTAMINA (PERSERO) TBK.

WILAYAH PEMASARAN I MEDAN

TUGAS AKHIR Diajukan oleh:

062101173

ROMMY FRIDOLIN BANGUN

DIPLOMA III KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang sederhana ini guna memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam rangka menyelesaikan pendidikan Pendidikan D III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir ini penulis menyadari bahwa penyajianya masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis telah berusaha dengan sungguh sungguh agar tugas akhir ini dapat disajikan dengan baik. Oleh karena itu dengan segalahormat dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi masukan yang berarti bagi tugas tugas selanjutnya.

Dari awal sampai selesai penulisan tugas akhir ini telah banyak menerima bimbingan moril maupun material dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan trima kasih yang setulusnya kepada :

1. Terima kasih Ku kepada kedua Orang tua Ku Bapak Ir. T Bangun dan Mom ku Dina M Surbakti Yang telah memberikan semangat dan Do`anya buat Rommy. Your the best, love you so Mom, Dad

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Paham Ginting, SE,Ms selaku Ketua Program Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Sumatra Utara.

(4)

5. Ibu Dra. Fepty Aniar selaku Kepala Bidang Pendidikan Fakultas Ekonomi Unifersitas Sumatra Utara.

6. Bapak Dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

7. Bapak Khazali Nst yang telah banyak membantu penulis dan PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan dan seluruh Karyawan / i , selaku pihak yang telah memberikan kesempatan riset seluas-luasnya kepada penulis

8. Buat my big brother ^^ TEDDY ^^, my sister Joice a.k.a Girik Love you so all. Buat itink thxz doa nya.

9. Buat my girl ???? Pearly thxz 4 all

10. Teman teman semua. Terutama my great friend Alex andrio si Perkutut.ahahahhahha thxz brada ( kita pasti sukses ) okay. Best Friend Yogi, Yudi, yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini beserta rekan-rekan mahasiswa / i Jurusan Keuangan stambuk 2006 yang telah membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Terakhir penulis mengharapkan kiranya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, November 2009 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vs BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAA A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan ... 5

B. Kegiatan PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan ... 9

C. Struktur Organisasi ... 14

D. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... 16

E. Kinerja Usaha Terkini ... 19

F. Rencana Kegiatan... 21

BAB III PEMBAHASAN A. Proses Perencanaan Konversi Minyak Tanah Ke Gas Dalam Beberapa Sektor ... 22

1. Konversi Bahan Bakar Minyak Tanah Ke Gas Di Sektor Industri ... 24

(6)

B. Tujuan Pelati Tujuan Pelatihan Penggunaan Paket Konversi Gas Upaya Dalam Kegiatan Pemasaran Gas Dalam Sektor

Rumah Tangga Oleh PT. Pertamina (Persero) Tbk. ... 29 C. Kebijakan Upaya Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke Gas

Dengan Pembagian Paket Perdana Tabung Gas Secara Gratis ... 31 D. Persentase Keuntungan Konsumen Dalam Konversi

Minyak Tanah Ke Gas Oleh PT. Pertamina (Persero) Tbk ... 33 E. Keputusan Pembelian Konsumen Dalam Strategi PT. Pertamina

(Persero) Tbk. ... 34

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 36 B. Saran ... 37

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termaksud minyak tanah di Indonesia. Minyak tanah di negara berkembang seperti Indonesia banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, Namun seiring dengan kenaikan harga minyak dunia, pemerintah berencana menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) termasuk minyak tanah secara hertahap sehingga nantinya harga minyak tanah di Indonesia mengikuti perkembangan harga minyak dunia.

(9)

lagi ditemukan cadangan-cadangan minyak baru atau ketersediaan sumber daya alam yang makin menipis".

Dalam mewujudkan bahan bakar alternatif tersebut maka Pertamina meluncurkan program nasional konversi minyak tanah ke gas, sehingga dengan adanya program ini diharapkan masyarakat yang selama ini menggunakan minyak tanah dapat beralih uniuk menggunakan gas sebagai bahan bakar alternatif. Penggunaan elpiji (liquijied petroleum gas / LPG) di Indonesia sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dan industri masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga.

(10)

B. Perumusan Masalah.

Sistem pemasaran konversi minyak tanah ke gas amat penting bagi penunjang program pemerintah untuk itu PT. Pertamina (Persero) Tbk. Melaksanakan tugas dan kewajiban dapat berjalan dengan baik sesuai dengan jalur yang ditentukan pemerintah tanpa ada salah satu pihak yang mengambil keutungan sendiri yang tanpa ia sadari telah merugikan pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan uraian latar belakang di, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelilian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke gas agar masyarakat dapat menerimanya, dan menggunakan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat dapa menerima kebijakan tersebut

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian pada penyusunan tugas akhir ini ada 2 macam yang bersifat umum dan yang bersifat khusus yaitu :

C.1. Tujuan Umum

a) Meningkatkan kepedulian dan partisipasi perusahaan dalam memberikan kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.

b) Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmunya di dunia kerja pada umumnya serta mampu menyerap dan berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh.

(11)

c) Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di lapangan yang sebenarnya sekaligus melakukan pendekatan masalah secara utuh dan terstruktur.

d) Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir yang lebih berwawasan bagi mahasiswa.

C.2. Tujuan Khusus

a) Dari rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya. maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Sumatera Utara mengenai kebijakan Pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke gas.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa di dapat dari penelitian ini melalui tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat akademis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah koleksi kepustakaan mahasiswa lain yang mengadakan penelitian.sehingga mendukung terjadinya suatu pembelajaran yang baik.

2. Manfaat praktis

(12)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan.

Pada tahun 1945, Jepang, dengan disaksikan pihak Sekutu, menyerahkan Tambang Minyak Sumatera Utara kepada Indonesia. Daerah perminyakan ini adalah bekas daerah konsesi sebelum Perang Dunia Kedua. Pada masa revolusi fisik, tambang minyak ini hancur total. Lapangan-lapangan minyak di daerah lain di Indonesia dapat dikuasai kembali oleh Belanda dan pihak asing berdasarkan hak konsesi, namun lapangan minyak di Sumatera Utara dan Aceh dapat dipertahankan bangsa Indonesia.

(13)

Pertamina memiliki jaringan distribusi BBM dan non-BBM yang kuat, tersebar di seluruh sudut negeri. Untuk menunjang penyaluran BBM dan Bahan Bakar Khusus (BBK) di seluruh Indonesia dilakukan melalui jalur distribusi yang meliputi: Transit Terminal, Depot, Instalasi dan DPPU. Jenis-jenis produk BBM terdiri atas: premium, kerosine, autogas (solar), minyak diesel, dan minyak bakar. Sedangkan yang dimaksud BBK adalah bahan bakar untuk penerbangan (aviasi), yaitu avtur dan avigas, serta gasoline dengan nilai oktan tinggi, yaitu Pertamax dan Pertamax Plus. Sedangkan BBK jenis Premix dan Super TT sudah tidak dipasarkan lagi.

Suplai avtur dan avigas terus meningkat sejalan dengan permintaan yang juga meningkat akibat peningkatan lalu-lintas penerbangan dalam negeri. Produk avtur dan avigas, menurut Laporan Tahunan Pertamina 1999-2000, sejak Februari 1999 telah dikeluarkan dari BBM bersubsidi dan harganya diserahkan kepada mekanisme pasar. Berikut ini sekilas perjalanan Pertamina melayani bahan bakar untuk pesawat, pemasaran bahan bakar untuk pesawat terbang secara modern tak bisa dilepaskan dari dinamika makro organisasi pemasaran di Pertamina. Khususnya untuk pemasaran dalam negeri. Pada masa Hindia Belanda terdapat dua perusahaan minyak yang beroperasi dalam penyediaan dan pemasaran BBM.

(14)

Agresi I Belanda tahun 1947 maupun Agresi II Belanda tahun 1948. Hingga periode 1950-1960, pembekalan BBM untuk keperluan dalam negeri sepenuhnya dilaksanakan Shell, Stanvac, dan Caltex. Sedangkan perusahaan nasional baru memenuhi sekitar 4,2 persen dari seluruh konsumsi BBM dalam negeri yang saat itu (1960) mencapai 3,3 juta kiloliter. Sebagian besar Shell dan Stanvac yang memasok.Walaupun tingkat konsumsi terus meningkat, tetapi sejak 1950 sampai 1960 tidak ada penambahan investasi pada sarana distribusi dan pemasaran. Dengan melihat kondisi politik saat itu, perusahaan-perusahaan asing mengalami keraguan untuk melanjutkan usahanya di Indonesia. Saat itu ada 740 stasiun pompa bensin, 125 truk tangki dengan daya angkut 1.000 kiloliter. Keadaan tersebut mempersulit masyarakat untuk mendapatkan pelayanan BBM.

Organisasi pemasaran Pertamina sepanjang catatan yang diperoleh mulai dibenahi tahun 1960-an yaitu pada masa Pertamin. Dimulai dengan membangun pusat administrasi kecil di setiap pusat pemasaran di Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Medan. Faisal Abdaoe boleh dicatat sebagai salah seorang pembangun jaringan pemasaran. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini ditugaskan menciptakan suatu kebijakan pemasaran untuk Pertamina. Pertamina saat itu mulai melakukan pemasaran langsung. Walaupun pada awalnya masih ditopang oleh Shell. Ketika Kontrak Karya dengan Tiga Besar Shell, Stanvac, dan Caltex diratifikasi November 1963, Pertamin telah membangun sebuah organisasi pemasaran yang lancar dan fungsional. Saleh Siregar pimpinan Pertamin mencoba meyakinkan Pemerintah melalui Wakil PM III Chairul Saleh bahwa Pertamin

(15)

adalah perusahaan yang pantas mengambilalih pemasaran dalam negeri setelah diserahkan oleh kelompok Tiga Besar.

Maka 11 Desember 1963 Pertamina ditunjuk untuk menerima semua kekayaan pemasaran dari kelompok Tiga Besar. Lalu Saleh Siregar mengajukan usulan baru, agar pempercepat pemindahan aset pemasaran. Hal ini menguntungkan Indonesia dibandingkan harus membayar distribusi sebanyak 0,10 dolar per barel. Chaerul Saleh setuju dan Tiga Besar pun setuju. Pemindahan aset Shell berikut personalia dilakukan atas dasar satu area ke area lain selesai pada Juli 1965.

(16)

Tahun 1965 meletus G30S/PKI. Keadaan politik mewarnai keadaan ekonomi. Perundingan dengan SHELL dan STANVAC masih berlangsung, tetapi distribusi dalam negeri masih menderita kacau, krisis keuangan meningkat, dan pasar gelap minyak tanah dan bensin tidak terawasi. Ibnu Sutowo mendapat mandat penuh dari Chairul Saleh untuk mengurusi semua keadaan sehari-hari masalah migas. Pompa bensi biasanya kehabisan persediaan dan pemakai terpaksa membayar harga pasar gelap. Pada dasarnya harga itu naik, tapi kenaikan itu pergi ke pasar gelap, bukan kepada Pemerintah dan maskapai minyak.

Ibnu Sutowo meneruskan perundingan. Stanvac ragu. Sebaliknya Shell memilih meneruskan pembicaraan penjualan anak perusahaannya yang ada di Indonesia. Dicapai persetujuan dengan harga 110 juta dolar AS, dan persetujuan itu ditandatangani 1 Desember 1965 dan berlaku dari tanggal 1 Januari 1966. Pembayarannya sendiri dilakukan dalam waktu lima tahun dari lapangan dan kilang bekas Shell sendiri. Sementara Caltex dan Stanvac membatalkan penjualan asetnya kepada Permina. Mereka meneruskan Kontrak Karya. Tahun 1968 Permina dan Pertamin melakukan merger menjadi PN Pertamina.

B. Kegiatan PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan.

Adapun kegiatan perusahaan PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan yaitu sebagai berikut :

1. BBM (Bahan Bakar Minyak) Retail

Pemasaran BBM Retail merupakan salah satu fungsi di Direktorat Pemasaran dan Niaga yang menangani pemasaran BBM retail untuk sektor

(17)

transportasi dan rumah tangga. Pertamina melakukan pemasaran BBM Retail melalui lembaga penyalur Retail BBM/BBK yang saat ini tersebar diseluruh Indonesia, seperti SPBU (Statiun Pengisian BBM Untuk Umum), Agen Minyak Tanah (AMT), Agen Premium & Minyak Solar (APMS), serta Premium Solar Packed Dealer (PSPD). Saat ini Pertamina sedang berbenah untuk melakukan transformasi di segala bidang, termasuk di fungsi Retail Outlet SPBU. Upaya yang dilakukan dalam perubahan tersebut adalah pemberian standarisasi pelayanan SPBU Pertamina. Pertamina berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan istilah Pertamina Way. Penjabaran Pertamina Way adalah staf, kualitas dan kuantitas, peralatan dan fasilitas, format fisik dan produk dan pelayanan.

2. BBM Marine

(18)

kami fokus dalam meningkatkan volume penjualan. Dan memperluas area dan lokasi layanan BBM Pertamina di semua Pelabuhan penting di Indonesia. Kelebihan utama BBM Pertamina adalah adanya jaminan ketersediaan dan supply BBM.

Pertamina memiliki jaringan yang luas diseluruh daerah dan pelosok di Indonesia yang didukung oleh dan 7 kilang milik Pertamina maupun sumber dari luar negeri, sarana dan prasarana angkutan BBM yang lengkap, serta lebih dari 120 lokasi Depot, Terminal Transit dan Instalasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Mutu produk BBM dan kualitas serta kuantitas layanan yang terjamin serta memenuhi standard Internasional . Merupakan satu Divisi di Direktorat Pemasaran dan Niaga, Divisi Pemasaran BBM dengan tugas pokok menangani semua usaha marketing dan layanan jual Bahan Bakar Minyak kepada konsumen Industri dan Marine. BBM yang tersedia meliputi Minyak Solar (High Speed Diesel), Minyak Diesel (Industrial/Marine Diesel Oil), dan Minyak Bakar (Industrial/Marine Fuel Oil). Saat ini konsumen BBM Pertamina di sector Industri dan marine mencapai lebih dari 4500 konsumen, tersebar diseluruh daerah di Indonesia. Beberapa Pelanggan utama kami adalah PT. PLN (Persero), TNI/POLRI, Industri Pertambangan, Industri Besi Baja, Industri Kertas, Industri Makanan, Industri Semen, Industri Pupuk, Kontraktor Kontrak Kerja Sama, transportasi lair dan industri lainnya Di bidang Marine, kami fokus dalam meningkatkan volume penjualan.

(19)

3. Pelumas

Bisnis pelumas adalah usaha yang prospektif mengingat Pertamina merupakan Market Leader pasar pelumas dalam negeri selama lebih dari 30 tahun. Bisnis Pelumas Pertamina terdiri atas bisnis dalam negeri untuk segmen retail maupun segmen industri, dan bisnis pelumas luar negeri. Di samping produk jadi, Pelumas Pertamina juga melayani kebutuhan Base Oil Group I dan Base Oil Group III (mulai medio 2008). Pangsa pasar kami saat ini mencapai 54% di segmen retail dan 58% di segmen industri.Untuk segmen retail di dalam negeri, Pelumas Pertamina memasarkan lebih dari 17 Brand, sementara untuk segmen industri sebanyak 18 Brand. Untuk pasar luar negeri, Pertamina memasarkan 3 Brand yang merupakan extension dari Brand di dalam negeri. Untuk Lube Base Oil, Pertamina memasarkan 5 jenis kekentalan untuk LBO Group I, dan 2 jenis kekentalan untuk LBO Group III. Pemasaran Pelumas Pertamina di dalam negeri, didukung oleh 7 Sales Region, 180 Agen Pelumas, dan 45 OliMart, tersebar dari Sabang sampai Merauke.

4. Gas Domestik

(20)

ekonomis, efisien dan ramah lingkungan dibanding Minyak Tanah. Dalam era "Langit Biru", Unit Gas Domestik memegang peranan penting dalam menyukseskan program ini. Disamping Elpiji, sejak tahun 1987 Unit Gas Domestik juga telah mensuplai bahan bakar gas dengan menggunakan CNG (Compressed Natural Gas), dibawah brand "BBG". "Musicool", hidrokarbon refrigerant yang ramah lingkungan, yang telah diluncurkan pada tahun 2004, menjadi satu bukti dari komitmen kami untuk mewujudkan lingkungan hidup yang lebih baik dengan menjaga lapisan ozon dari kerusakan dan Efek Pemanasan Global.

5. Niaga

Divisi Niaga adalah divisi yang bernaung dibawah Direktorat Pemasaran & Niaga dengan bisnis inti melakukan ekspor-impor dan penjualan domestik untuk Minyak mentah, BBM, dan produk Petrokimia, dengan nilai uang atau revenue yang dikelola sekitar 135 trilyun rupiah pertahun. Bisnis ekspor-impor dan penjualan domestik tersebut dikelola melalui 3 (tiga) Fungsi dibawahnya, yakni Unit Usaha Minyak Mentah & BBM, Unit Usaha Niaga Non BBM, dan fungsi perencanaan, evaluasi dan pengembangan serta koordinasi yakni Fungsi Reneval Niaga.

6. Viasi

Sebagai salah satu unit bisnis Pertamina perusahan nasional yang bergerak di bidang energi, minyak, gas dan petrokimia - yang melakukan usaha pemasaran serta penyediaan produk dan layanan bahan bakar penerbangan di Indonesia dan Timor Leste, Pertamina Aviasi memiliki aspirasi untuk

(21)

menjadi pemasar dan penyedia layanan bahan bakar penerbangan kelas dunia dengan jaringan global. Hal ini tertuang pada Visi Pertamina Aviasi, dan telah menjadi komitmen dan tujuan kami untuk senantiasa mengembangkan value propositions perusahaan bagi pelanggan dan stakeholders lainnya.

7. Perkapalan

Pertamina Perkapalan hadir melayani dengan menjunjung tinggi dan mengunggulkan nilai budaya dan citra perusahaan. Merupakan suatu kebanggaan bagi Pertamina untuk memberikan pelayanan di bidang pelayaran, menjadi perusahaan perkapalan yang maju dan terpandang di era baru. Keunggulan kami terletak pada pengalaman luas dan keahlian yang tinggi dalam distribusi minyak mentah, gas, petrokimia, dan produk lain sejenisnya melalui jalur laut di negara kepulauan. Berkantor pusat di Tanjung Priok, Jakarta, kami akan senantiasa memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan di seluruh pelosok tanah air Indonesia.

C. Struktur Organisasi

(22)

tangga-tangga jabatan yang telah ditetapkan. Atasan dapat berkomunikasi langsung dengan bawahan, sehingga bawahan dapat melakukan pekerjaaan dengan baik.

Dalam kegiatan ini Kepala/pimpinan akan menentukan jenis-jenis kerja yang harus dilakukan dan menetukan orang yang akan yang melakukan masing-masing pekerjaan. langkah ini dilakukan dalam spesialisasi kerja (Job Specialization) menentukan pembagian kerja. Dengan struktur organisasi yang baik akan tercipta kelancaran dan keberhasilan setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan, mendorong terciptanya kepada peningkatan efisiensi kegiatan usaha merupakan suatu fungsi penting yang perlu dilaksanakan

Dalam situasi seperti ini kewajiban dan wewenang masing-masing pegawai pada setiap jenjang jabatan dapat dimengerti dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setiap jenjang jabatan yang menerima perintah dapat membuat inisiatif agar perintah tersebut dapat dievaluasi pada akhir masa perolehan yang merupakan prestasi kerja si penerima tersebut.

Dengan organisasi garis dan staf ini, jalur pertanggung jawaban kepada atasan juga merupakan garis vertikal yaitu mendapat perintah dari satu orang dan bertanggung jawab kepada satu orang pula. Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanakan pencapaian tujuan organisasi pemerintahan. Adapun struktur organisasi PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan sabagai berikut :

(23)

Sumber : PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan (Diolah) Tahun 2009.

[image:23.595.100.572.108.352.2]

Struktur Organisasi Gambar 2.1

D. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab.

Secara umum setiap jajaran pada struktur organisasi pada PT Pertamina (Persero) Tbk.. Wilayah pemasaran I Medan sebagai berikut :

1. Direktur Utama

(24)

2. SPI (Satuan Pengawas Intern)

Tugas dan tanggung jawab SPI yaitu yakni menemukan pelaku kecurangan dan mulai berani mencoba fokus baru yakni menjadi assurance (memberikan keyakinan) terhadap jalannya pengendalian, manajemen resiko, dan corporate governance.

3. Sekretaris Diireksi

Sekretaris Perusahaan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut mengelola dan menyimpan dokumen yang terkait dengan kegiatan Perusahaan meliputi dokumen RUPS, risalah rapat Direksi, risalah rapat gabungan antara Direksi dengan Komisaris, dan dokumen-dokumen Perusahaan yang penting lainnya.

4. Direktur Keuangan

Direksi Keuangan mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai penegelolah segalah sesuatu kegiatan yang mecakup seluruh teransaksi keuangan yang terjadi di pertamina.

5. Direktur Operasional

Direksi Operasional mempunyai tugas dan tanggung jawab atas seluruh kegiatan perusahaan agar terciptanya kelancaran kegiatan pemasaran perusahaan.

6. Manajer Keuangan

Manajer Keuangan mempunyai tugas dan tanggung jawab menata keuangan perusahaan agar terciptanya laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada pemegang sahan.

(25)

7. Manajer Umum

Manajer Umum mempunyai tugas dan tanggung jawab mengatur kegiatan perusahaan secara umumnya, bagaimana perusahaan melakukan aktivitas pemasaran dan pengolaan.

8. Manajer Operasi

Manajer Operasi mempunyai tugas dan tanggung jawab mengatur operasi kegiatan perusahaan agar berjalan menurut sistem yang telah dibuat perusahaan agar tidak menyimpang.

9. Manajer Teknik

Manajer Teknik mempunyai tugas dan tanggung jawab mengatur pengeloaan sumber daya perusahaan seperti pengelolaan sumber daya minyak bagaimana mendapat kualitas minyak yang baik.

10. Manajer Non Fuel Retail

Manajer Non Fuel Retail mempunyai tugas dan tanggung jawab mengatur kegiatan Non Fuel Retail yaitu seluruh kegiatan diluar penjualan atau pemasaran bahan bakar eceran contohny

11. Manajer Brigh

Manajer Brigh mempunyai tugas dan tanggung jawab lebih kepada

(26)

E. Kinerja Usaha Terkini.

Penilaian faktor-faktor yang digunakan dalam penilaian kinerja usaha terkini merupakan hal yang paling komplek dan memerlukan pertimbangan yang mendalam dari pihak manajemen. Semakin banyak faktor-faktor yang dinilai maka akan semakin teliti penilaian tersebut, tetapi yang penting adalah faktor-faktor tersebut cukup mewakili persyaratan kerja yang dinilai.Dalam hal ini unsur penilaian perusahaan dibedakan untuk karyawan dan pimpinan. Unsur penilaian karyawan adalah kemampuan kerja, kerajinan, kualitas pekerjaan, produktivitas, kepatuhan kerja, hubungan kerjasama, kepemimpinan dan tanggung jawab. Unsur penilaian untuk pimpinan adalah kesetiaan, disiplin, tanggungjawab, pengetahuan kerja, prestasi kerja, kreativitas, dan kepemimpinan. Syarat-syarat faktor penilaian tersebut adalah memang benar-benar berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas tersebut, karena dengan demikian hal ini akan membantu pimpinan atau team penilai khusus dapat melaksanakan penilaian aktivitas perusahaan dalam kinerja secara benar dalam melakukan koversi minyak tanah ke gas.

Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Pertamina Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu

(27)

juga memiliki usaha di bidang pemboran minyak dan gas.Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik didalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut. Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.

(28)

F. Rencana Kegiatan.

I. Untuk mencapai tujuan perusahaan, menjadi perusahaan berkelas Nasional dan Internasional perusahaan mempunyai rencana kegiatan di dalam bidangnya sebagai berikut :

1. Mengadakan aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest), serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panasbumi berbentuk JOC (Joint Operating Contract).

2. Menyelengarakan dan mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui pemboran serta anak perusahaan pemboran. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.

3. Dari kedua bidang tersebut merupakan pendukung agar terciptanya kebijakan pertamian dan pemerintah untuk menkonversikan minyak tanah ke gas.

(29)

BAB III PEMBAHASAN

A. Proses Perencanaan Konversi Minyak Tanah Ke Gas Dalam Beberapa Sektor.

Sistem Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke Gas Pada PT. Pertamina (Persero) Tbk yaitu bagaimana Pertamina melakukan suatu perencanaan konversi minyak tanah ke gas dalam beberapa sektor yang terdiri atas sektor Industri, sektor Transportasi, sektor rumah tangga. Rencana pertamina dan pemerintah sesungguhnya tidak membebaskan rakyat indonesia dari minyak tanah, tetapi mengurangi dan mensubsitusi minyak tanah dengan gas secara bertahap (gradually). Sebab minyak tanah masih diperlukan masyarakat kecil untuk memasak. Apalagi negara maju seperti Jepang pun masih menggunakan minyak tanah, khususnya untuk pemanas. Sebelumnya gas bumi hanya digunakan secara terbatas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk operasi pertambangan minyak dan bahan baku beberapa industri seperti semen, peleburan logam, bahan baku pada industri petrokimia, dan besi baja.

(30)

bumi berskala besar di Arun dan Badak tahun 1971. Penemuan cadangan gas ini kemudian diikuti dengan penemuan cadangan gas bumi lainnya yang berskala sedang seperti di lepas pantai Jawa Barat, lepas pantai Bali (Kangean) dan Kalimantan Timur. Cadangan gas bumi yang tidak kalah besarnya juga ditemukan di Wiriagar di Papua, Belanak dan Anoa di Natuna Barat, Grissik di Sumatera Selatan dan kompleks Donggi-Sonoro di Sulawesi Tengah. Dari keseluruhan penemuan cadangan gas bumi ini, pada tahun 2002, Indonesia tercatat memiliki cadangan gas bumi sebesar 165 TCF. Jumlah cadangan gas bumi yang tergolong besar ini memberi kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkannya menjadi sumber energi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun menjadi komoditi impor.

Dalam melakukan pemasaran pertamina melakukan suatu konsep dan komponen sebuah sistem informasi pemasaran. Menurut Kotler ( 2000 ; 158 ) adalah suatu sistem informasi pemasaran (SIP) terdiri dari orang-orang, peralatan, dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, menyortir, menganalisis, mengevaluasi, mendistribusikan informasi yang tepat waktu, akurat, dan dibutuhkan kepada pembuat keputusan pemasaran.

Pertamina dalam program konversi energi dari minyak ke gas banyak membutuhkan suatu sistem informasi pemasaran, sebagai langkah-langkah optimalisasi pemanfaatan gas bumi sekaligus penghematan penggunaan BBM. Pertamina diupayakan untuk mendorong berlangsungnya konservasi energi di seluruh sektor ekonomi yang ada agar menggunakan gas ini merupakan market

(31)

plan pertamina. Seperti sektor transportasi, industri, rumah tangga, maupun sektor pembangkit tenaga listrik.

1. Konversi Bahan Bakar Minyak Ke Gas Di Sektor Industri

Dari keseluruhan pengguna BBM, sektor industri dan pembangkit listrik merupakan sektor yang relatif mudah didorong untuk melakukan konversi BBM ke gas bumi. Selama ini, kebutuhan BBM sektor industri mencapai sebesar 12,5 juta kilo liter atau setara dengan 1.278 MMCFD. Sementara pembangkit listrik menggunakan 5 juta kilo liter atau setara 513,1 MMCFD.

Jika sektor industri mampu mengkonversi kebutuhan BBM-nya hingga 40%, maka akan dapat menghemat hingga 5 juta kilo liter BBM dan mengoptimalisasi pemanfaatan gas sebesar 0,5112 MMCFD gas bumi. Oleh karena itu, pertamina menghimbau agar masyarakat dan kalangan pengusaha untuk beralih ke gas, Jika dilihat dari komposi pengguna gas bumi di sektor industri, dari total pasokan gas bumi untuk industri, sebesar 32,3% di antaranya dikonsumsi industri keramik, diikuti industri chemical sebesar 13,6%, industri tekstil sebesar 13,6%, dan industri kertas sebesar 11,3%.

(32)

pengangkutan gas melalui pipa untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri. Pembangunan jaringan pipa pengangkutan gas, sudah dimulai dari ke Jawa Timur, melalui Gresik, Semarang, hingga Cirebon. Dalam waktu dekat, BPH Migas akan melelang pembangunan jaringan pipa dari Cirebon ke Bekasi. Kalau sudah sampai di Bekasi, maka sudah dapat tersambung ke Sumatera. Saat ini sedang dilakukan penyambungan pipa gas dari Kalimantan Timur ke Jawa Tengah. “Ini kita lakukan dalam rangka memenuhi rencana induk yang dibuat pemerintah”.

2. Konversi Bahan Bakar Minyak Tanah Ke Gas Di Sektor Rumah Tangga.

Sementara langkah-langkah konversi energi ini dari BBM ke gas untuk kebutuhan sektor rumah tangga, pertamina dan pemerintah mendorong masyarakat menggunakan elpiji. “Secara ekonomis, energi yang dihasilkan elpiji dibanding minyak tanah, sesungguhnya lebih murah. Kalau untuk 2 (dua) satuan energi minyak tanah, elpiji hanya 1 (satu) atau 1,5 (satu setengah) satuan energi. Di samping itu, gas merupakan energi yang bersih (untuk lingkungan). Langkah-langkah konversi minyak tanah ke gas untuk sektor rumah tangga, merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan, mengingat besarnya subsidi yang dialokasikan pemerintah utuk minyak tanah. Ini menjadi problem besar yang dihadapi pemerintah. Oleh karena itu, BPH Migas mendorong masyarakat untuk menggunakan energi yang lain, terutama gas.

(33)

Keadaan yang menimbulkan masalah-masalah ekonomi menurut Sukirno (2005 ; 51 ) adalah masalah ekonomi timbul sebagai akibat dari ketidak seimbangan di antara keinginan manusia untuk mendapat barang dan jasa dengan kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kemampuan faktor-faktor produksi yang tersedia untuk memenuhinya.

Di pihak lain, BPH MIGAS akan membangun daerah-daerah cluster bebas minyak tanah melalui pembangunan jaringan pipa gas dari lapangan-lapangan gas langsung ke rumah-rumah penduduk. Namun tidak semua daerah cocok menjadi daerah cluster bebas minyak tanah. Suatu daerah dapat dijadikan menjadi cluster bebas minyak tanah, bila dekat dengan lapangan gas. Sementara menyangkut rencana pemerintah yang sebelumnya memprogramkan Kota-kota besar sebagai daerah bebas minyak tanah, ketidakmungkinan hal itu dapat diwujudkan. Rencana pertamina dan pemerintah sesungguhnya tidak membebaskan kota-kota besar seperti Medan dari minyak tanah, tetapi mengurangi dan mensubsitusi minyak tanah dengan gas.

(34)

Jadi, untuk menggantikan minyak tanah harus dilakukan secara bertahap (gradually). Yang mungkin kita lakukan adalah, bagaimana secara lambat laun minyak tanah ini tidak disubsidi. Saat ini, masyarakat Jepang, juga masih menggunakan minyak tanah, khususnya untuk pemanas. Tetapi, masyarakat di negara-negara maju seperti Jepang, membeli minyak tanah di pompa bensin, jadi sistem distribusinya berbeda.

Di Indonesia, sistem distribusi minyak tanah berantai, ada agen, ada pangkalan, ada pengecer. Pengecer itu ada yang bergerak keliling dan ada yang tetap seperti warung. Jadi tidak mudah untuk menghilangkan itu. Dalam rangka itu, BPH Migas merencanakan untuk melakukan sensus, yang sudah barang tentu membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal, untuk mengetahui berapa sesungguhnya kebutuhan minyak tanah di suatu daerah. Selama ini, kita hanya mengandalkan hitung-hitungan yang diberikan PT. Pertamina, namun ke depan akan didata.

Sensus yang dilakukan untuk tahap awal ini masih terbatas pada beberapa provinsi, namun secara bertahap akan meliputi seluruh Indonesia. Nantinya akan kita tahu berapa kebutuhan minyak tanah, baik di setiap daerah maupun secara nasional. Ini menjadi penting mengingat posisi minyak tanah sangat rawan karena erat dengan kehidupan masyarakat bawah. Persoalannya, kita tidak dapat melarang penggunaan minyak tanah oleh orang-orang yang sesungguhnya tidak berhak. Kalau dari sisi aturannya, yang namanya restoran tidak boleh pakai minyak tanah, bahkan Warung Tegal juga tidak boleh menggunakannya. Minyak

(35)

tanah hanya diperuntukkan bagi rumah tangga, untuk penerangan dan memasak. Tetapi tidak mungkin dilarang untuk membeli minyak tanah.

Jika diperbandingkan biaya penggunaan gas elpiji dengan minyak tanah, sesungguhnya gas jauh lebih murah dan lebih ramah lingkungan, namun masyarakat tetap menggunakan minyak tanah. Kendala subsitusi minyak tanah ke gas, memang cukup besar. Gas tidak mudah di handle seperti minyak tanah, tetapi harus dicairkan dalam bentuk elpiji, yang tentunya membutuhkan tabung gas. Bagi masyarakat kelas bawah, konversi minyak tanah ke gas, terkendala dengan kemampuan ekonomi untuk membeli tabung dan kompor gas. Hal ini disebabkan karena investasi awal penggunaan gas cukup mahal. Selain kompor dan tabung gas yang hampir mencapai Rp500 ribu, juga gas elpiji tidak bisa dibeli satu atau dua liter seperti minyak tanah, tetapi harus membeli 12 kilo sekaligus. Untuk itulah pertamina berencana membuat tabung dengan gas yang hanya 3 kilo, sehingga konsumen tidak merasa mahal membelinya. Untuk ini, BPH Migas sudah berbagi tugas dengan Departemen Perindustrian, Departemen Koperasi dan UKM, Kementerian Peranan Wanita, Departemen Perhubungan untuk menangani masalah ini, disamping PT. Pertamina yang ditugasi untuk pendistribusiannya.

(36)

peangadaan tabung dan kompor gas bagi masyarakat kurang mampu. Indonesia mengimpor avtur dan kemudian diolah menjadi minyak tanah, sehinga biaya per liternya mencapai Rp 5000, yang kemudian dijual kepada masyarakat hanya dengan harga Rp2000. per liter “Biarlah minyak tanah kita buat menjadi avtur, yang harga jualnya lebih tinggi.

Pembahasan yang dilakukan oleh penulis akan dilakukan terfokus kepada konversi minyak tanah ke gas di sektor rumah tangga, karena hal ini sangat menjadi bahan utama pembicaraan masyarakat pada umunya. Bagaimana pertamina melakukan suatu tindakan pemasaran koversi minyak tanah ke gas dalam beberapa cara dengan memberikan secara gratis paket konversi minyak tanah ke gas.

II. B. Tujuan Pelatihan Penggunaan Paket Konversi Gas Upaya Dalam Kegiatan Pemasaran Gas Dalam Sektor Rumah Tangga Oleh PT. Pertamina (Persero) Tbk.

Tujuan pertamina dalam pelatihan penggunaan paket konversi gas yaitu menurut Kotler ( 2000 ; 23) Perusahaan berkewajiban untuk memberikan informasi yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu produk gas dan membuat orang yang memakai minyak tanah suka produk tersebut tidak lagi memakainya sebab minyak tanah sudah dikonversi ke gas dengan cara-cara menaikan harga dan mengurangi penyediaan. Pengetahuan pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi,

(37)

maka konsumen harus bisa menggunakan dan mengkonsumsi produk tersebut dengan benar. Dengan hal tersebut tentunya konsumen tertarik untuk menggunakan gas dan konversi minyak tanah ke gas dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya, informasi yang melekat dimasyarakat dapat meningkatkan rasa kepercayaan bahwa penggunaan gas lebih aman dan irit di bandingkan dengan menggunakan minyak tanah, maka akan terjadi peningkatan penggunaan gas pada masyarakat.

Pertamina dalam melakukan pemasaran secara langsung gas dengan melakukan pelatihan penggunaan paket konversi gas dengan mengundang Sekitar 200 orang kaum ibu mengikuti pelatihan tata cara penggunaan paket konversi LPG 3 kg yang benar. Acara dilaksanakan 2 (dua) kali, yaitu di Gedung Marina – Jl. Serma Hanafiah, Medan Belawan (Kamis, 23/7), dan di Gedung Yayasan Ampek Angkek – Jl. Bakti Gg. Pertama No. 22, Medan Area (Selasa, 28/07). Acara ini digagas BBM Watch bekerja sama dengan PT Pertamina Region I Medan.

(38)

mengurangi beban subsidi minyak tanah yang jauh lebih besar. Sedangkan menggunakan elpiji jauh lebih hemat dibanding menggunakan minyak tanah.

Tim kosultan konversi Pertamina, memperagakan bagaimana cara menggunakan kompor elpiji 3 kg yang baik dan benar. Mulai dari cara pemasangan regulator, selang penghubung, sampai ke penggunaan dasar kompor elpiji, yaitu bagaimana cara menghidupkan dan mematikan kompor secara benar agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat berakibat fatal.

C. Kebijakan Upaya Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke Gas Dengan Pembagian Paket Perdana Tabung Gas Secara Gratis.

Dengan pembagian paket perdana tabung gas secara gratis program yang digunakan perusahaan untuk mengikat para pelanggannya, dimana perusahaan memberi keuntungan-keuntungan yang menarik. Dengan membagikan paket perdana tabung gas secara gratis ini banyak memberi keuntungan pada masyarakat agar menggunakan gas, sehingga masyarakat nantinya terus menggunakan gas dan tidak lagi menggunakan minyak tanah, ini merupakan strategi pertamina dalam melakukan pemasaran. Sehingga akan timbul kesetiaan masyarakat untuk tetap menggunakan gas tidak kembali lagi menggunakan minyak tanah.

Paket perdana yang akan dibagikan berupa tabung gas 3 kg beserta isi perdana dan kompor gas 1 tungku, beserta kelengkapannya (selang, klem, dan regulator) secara gratis. Apabila ada masyarakat yang diminta untuk membayar, baik saat survey, sosialisasi, maupun distribusi, dapat melaporkan ke Contact

(39)

Pertamina nomor 500-000 (melalui PSTN/Flexy) atau ke 061-455 8436 (melalui GSM/CDMA lain), atau langsung kepada aparat keamanan. Kriteria penerima paket perdana tabung gas sebagai berikut :

1. Rumah Tangga

Rumah tangga yang berhak menerima paket Elpiji 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut:

a) Ibu rumah tangga

b) Pengguna minyak tanah murni

c) Kelas social C1 kebawah (pengeluaran<1,5 juta/bulan)

d) Penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP atau KK atau surat Keterangan dari Kelurahan setempat

2. Penduduk Musiman

Apabila dalam proses distribusi Elpiji 3 kg secara gratis kepada masyarakat terdapat anggota masyarakat (Rumah Tangga atau Usaha Mikro) yang tidak memenuhi persyaratan diatas, akan tetapi sesuai kriteria berhak mendapatkan paket Elpiji 3 kg secara gratis (contoh: penduduk musiman yang tidak memiliki KTP/ KK / Surat Keterangan dari kelurahan setempat), maka dapat diberikan paket Elpiji 3 kg dengan melampirkan:

a) Surat Keterangan dari Kelurahan setempat, atau b) Surat Keterangan RT/RW setempat, atau

(40)

3. Usaha Mikro

Usaha Mikro yang berhak menerima paket Elpiji 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut:

a) Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan bakar memasak dalam usahanya.

b) Penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP arau KK atau surat Keterangan dari Kelurahan setempat.

c) Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan setempa

III. D. Persentase Keuntungan Konsumen Dalam Konversi Minyak Tanah Ke Gas Oleh PT. Pertamina (Persero) Tbk.

Walaupun tidak bisa dibeli secara eceran seperti minyak tanah namun harus dibeli dalam tabung per 3 kg, namun telah terbukti 3 kali lebihnya. Yang pertama adalah lebih mudah dan hemat dibandingkan dengan minyak tanah yang lebih merepotkan penggunanya. Selain hemat biaya, penggunaan elpiji dapat menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak.

Apabila setiap keluarga memakai 1 liter minyak tanah, maka dalam sebulan 30 liter minyak tanah dikonsumsi. Jika harga minyak tanah Rp 2.500 – Rp 3.000 per liter (sesuai HET), maka dalam sebulan dibelanjakan Rp 75.000 – Rp 90.000. Berdasar nilai energi, 1 liter minyak tanah setara dengan 0.4 kg elpiji. Artinya, untuk menggantikan 30 liter minyak tanah per bulan, cukup dengan 12 kg elpiji (4 tabung 3 kg). Jika 1 kg elpiji harganya Rp 4.250 (Rp 12.750 per tabung), dalam sebulan hanya diperlukan Rp 51.000. Artinya ada penghematan sebesar Rp 24.000 – Rp 39.000 per bulan. Kelebihan yang kedua, adalah lebih aman. Apabila digunakan dengan baik dan benar, resiko bahaya kebakaran yang

(41)

disebabkan elpiji, jauh lebih kecil dari pada bahaya akibat arus pendek atau pun minyak tanah. Selain aman dalam penggunaan, gas juga lebih aman dalam potensi penyalahgunaan. Hal ini karena minyak tanah mudah dioplos dengan BBM lain, sedangkan elpiji tidak bisa dioplos. Kelebihan yang ketiga, adalah lebih bersih, karena elpiji tidak menyebabkan asap hitam, sehingga mengurangi kerepotan membersihkan dapur, kompor, dan peralatan memasak.

E. Keputusan Pembelian Konsumen Dalam Strategi Konversi PT. Pertamina (Persero) Tbk.

Sumber : PT. Pertamina (Persero) Tbk. Wilayah Pemasaran I Medan (Diolah) Tahun 2009.

Faktor yang pertama adalah sikap orang lain. Bagaimana sikap bagaimana masyarakat dalam kelompok dapat menerima dengan adanya konversi minyak tanah ke gas, bagaimana perusahaan dapat menyakinkan sejumlah kelompok masyarakat untuk menerima konversi minyak tanah ke gas, Sehingga kelompok tersebut dapat mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Niat pembeli juga

Evaluasi Alternative

Niat Pembelian

Sikap Orang Lain

Faktor Situasional Yang

Tidak Diharapkan

Keputusan Pembelian

[image:41.595.117.547.361.518.2]
(42)

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor situasional yang tidak diharapkan seperti kelangkaan, naiknya harga, pendapatan keluarga, sehingga dengan situasional yang seperti itu dapat menimbulkan keputusan membeli barang pengganti untuk digunakan manfaatnya yang sama.

(43)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pada akhir bab ini di kemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan pada PT. Pertamina (Persero) Tbk Medan diantaranya sebagai berikut :

(44)

2. Sistem Pemasaran Konversi Minyak Tanah Ke Gas Pada PT. Pertamina (Persero) Tbk yaitu bagaimana Pertamina melakukan suatu perencanaan konversi minyak tanah ke gas dalam beberapa sektor yang terdiri atas sektor Industri, sektor Transportasi, sektor rumah tangga. Rencana pertamia dan pemerintah sesungguhnya tidak membebaskan rakyat indonesia dari minyak tanah, tetapi mengurangi dan mensubsitusi minyak tanah dengan gas secara bertahap (gradually).

B. Saran.

Adapun saran yang dapat disampaikan pada PT. Pertamina (Persero) Tbk Medan. sebagai masukan sebagai berikut :

1. Konversi minyak tanah ke gas memiliki banyak tahapan. Mulai dari proses pencacahan hingga distribusi paket perdana produk kepada masyarakat kurang mampu diharapkan Pertamina dapat melakukan pemasaran dan penyuluhan konversi minyak tersebut dengan baik sehingga tidak terjadi penyimpangan.

2. Bagaimana pemerintah dapat melakukan pendistribusian gas secara meratah kepada masyarakat, agar terjadinya kemerataan pemakaian di masyarakat sehingga konversi minyak tanah ke gas dapat berjalan dengan baik.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip.2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Salemba Empat. Sukirno, Sadono.2005. Mikro Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sjahrial, Dermawan,M.M.Drs.2007. Manajemen Keuangan. Jakarta :Mitra Wancana Media.

Diana, Irene SW,SE.,MM.2008. Manajemen. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Nugroho, Widjajanto.1985. Pemeriksaan Operasional Perusahaan. Jakarta:

(46)
(47)

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan

Dengan berpedoman pada hipotesa yang diajukan yaitu “Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan dan aktifitas Program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang

“Kalau saya sendiri sebenarnya tidak setuju kompor minyak tanah diganti sama kompor gas, soalnya menurut saya bukan itu yang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini sebab masih

Implementasi Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke LPG ( Liquifield Petroleum Gas ) Di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember adalah benar-benar

Konversi minyak tanah ke LPG ini merupakan program kebijakan pemerintah untuk mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke gas yang diperuntukkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan komunikasi, sikap pelaksana (disposisi) dan sumber daya dalam pelaksanaan kebijakan konversi minyak tanah ke

Pemerintah perlu melakukan menambahkan penyertaan modal RI untuk modal perusahaan Pertamina untuk menguatkan struktur modal serta memberikan peningkatan kapasitas usaha Perusahaan

Gambar 5 Hasil output simulasi dalam bentuk plotter Plotter ini akan menampilkan pesebaran minyak tanah yang sampai ke kosumen, di mana untuk sampai ke konsumen ada 4 jalur