• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Kontrak Keagenan Minyak Tanah Di PT. PERTAMINA Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Yuridis Kontrak Keagenan Minyak Tanah Di PT. PERTAMINA Provinsi Aceh"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

NOVANA OCTA SYAPUTRA

087011164/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS YURIDIS KONTRAK KEAGENAN

MINYAK TANAH DI PT. PERTAMINA

PROVINSI ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVANA OCTA SYAPUTRA

087011164/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TERHADAP KONTRAK

KEAGENAN MINYAK TANAH PADA

PERTAMINA DI PROVINSI ACEH Nama Mahasiswa : Novana Octa Syaputra

Nomor Pokok : 087011164

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Notaris Syafnil Gani, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

(5)

ABSTRAK

Pasal 3 huruf b Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, adalah untuk menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan. Pemerintah melimpahkan kewenangannya kepada PT. PERTAMINA (Persero) untuk melaksanakan kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air. Dalam pendistribusian ini selanjutnya PERTAMINA membuat kesepakatan kerjasama penyaluran minyak tanah yang dikenal dengan “Surat Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah dengan agen minyak tanah” yang didalamnya diatur maksud pihak-pihak dalam berbagai hubungan hukum yang menyangkut berbagai aspek penjualan serta mekanisme penyaluran minyak tanah untuk masyarakat

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA, perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA dengan dilakukannya konversi minyak tanah dan upaya yang dilakukan apabila terjadi sengketa atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis tentang kontrak keagenan minyak tanah pada PERTAMINA di Provinsi Aceh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah diatur dalam perjanjian yang disepakati kedua pihak. Pihak Agen Minyak Tanah bertanggung jawab memenuhi ketentuan perjanjian dan memberikan jaminan terhadap tersalurnya minyak tanah bersubsidi kepada masyarakat. Tanggung jawab PERTAMINA adalah menyediakan minyak tanah sesuai dengan volume kontrak dan berkewajiban melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap penyaluran minyak tanah. Perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan minyak tanah, PERTAMINA relatif kuat secara hukum karena dapat mengendalikan pihak agen sedangkan pihak agen minyak tanah posisinya lemah akibat tidak memiliki posisi tawar yang menguntungkan. Upaya yang dilakukan apabila terjadi sengketa atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA telah diatur dalam perjanjian yaitu melalui musyawarah dengan jangka waktu tertentu dan apabila tidak diselesaikan akan dilakukan penyelesaian melalui lembaga pengadilan.

Disarankan kepada para pihak agar dalam membuat perjanjian penunjukan agen minyak tanah agar dapat dibuat dalam bentuk akta otentik melalui pejabat yang berwenang. Hendaknya pihak PERTAMINA dapat mengupayakan untuk menghindari pencantuman klausul perjanjian yang memberatkan pihak agen guna memberikan perlindungan secara hukum yang lebih baik bagi agen. Disarankan agar dalam penyelesaian perselisihan walaupun dimuat klausul penyelesaian melalui Pengadilan apabila tidak berhasil melalui musyawarah, perlu diupayakan pula untuk dicantumkan penyelesaian sengketa lainnya melalui lembaga non litigasi seperti mediasi dan negoisasi guna menghindari sengketa yang berkepanjangan.

(6)

ABSTRACT

Act 22, 2001, Article 3, Character b about oil and natural gas is used to guarantee the effective implementation and control of the operation in processing the transportation, storage, and trade which are implemented through mechanism of natural, healthy, and transparent competition. The government authorizes PT Pertamina (Incorporated) to accomplish all throughou the country. Dealing with the distribution, PERTAMINA has made a contract in distributing kerosene which is called “The contract of appointing kerosene agents.” This contract stipulates the intention of all legal parties concerning the selling and the mechanism of the

The result of the research showed that the contract had been agreed by both parties. In this case, the kerosene agents were responsible for complying with the provision of the contract the kerosene which was provided in the contract and was responsible for implementing the control over the kerosene distribution. Dealing with the legal protection, PERTAMINA was relatively more powerful than the kerosene agents. It seemed that there was no bargaining position for the kerosene agents. The settlement of any dispute between both parties would be streamlined, and if there was no solution, the dispute would ne brought into the court.

It is recommended that both parties, in making the contract, should make official documents through the competent authorities. PERTAMINA should also make any effortto avoid including the stipulation which will legally weigh down the kerosene agents. It is also recommended that, although the case has been brought into the court, both parties should find another solution through non litigation, such as through mediation and negotiation in order to avoid unsettled dispute.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan sampaikan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Kontrak Keagenan Minyak Tanah Pada Pertamina di Provinsi Aceh”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat

dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum. dan Bapak Notaris Syafnil Gani,

S.H., M.Hum., selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

(8)

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah. 6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama menjalani pendidikan.

7. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan tahun 2008 yang telah banyak memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Pimpinan PT. PERTAMINA (Persero) UP Wilayah I Aceh beserta staf dan Agen Minyak Tanah yang telah memberikan data dan informasi berguna dalam penelitian ini.

9. Motivator terbesar dalam hidup penulis Almarhum H.M. Noernikmat yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam penyelesaian studi pada program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Sembah sujud ananda kepada Ayahanda H. Supirman Usman dan Ibunda

Hj. Sri Ulfah, SKM yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan

dan doa yang tak putus-putusnya serta saudara-saudaraku Moesidin, SP dan

(9)

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariaan pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua.

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : NOVANA OCTA SYAPUTRA

Tempat Tanggal Lahir : Banda Aceh, 03 Oktober 1983 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Mujahidin II No. 18 Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Jl. Lizardi Putra Komplek Setia Budi Vista B8 Medan Selayang Kota Medan

II. Identitas Keluarga

Nama Orang Tua

Nama Ayah : H. Supirman Usman Nama Ibu : Hj.Sri Ulfah, SKM

III. Riwayat Pendidikan

1. Taman Kanak-kanak : TK YKA Banda Aceh,

2. Sekolah Dasar : Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Banda Aceh, 1996 3. SMP : SMP Negeri 2 Banda Aceh, 1999

4. SMA : SMA Negeri 3 Banda Aceh, 2002

5. S-1 : Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, 2008 6. S-2 : Program Studi Magister Kenotariatan

(11)

DAFTAR ISI A.Pengertian Perjanjian pada Umumnya ……….. 37

B. Syarat-Syarat Untuk Sahnya Suatu Perjanjian ………. 48

C.Pembatalan dan Hapusnya Suatu Perjanjian ……….. 58

D.Pengertian Agen dan Perjanjian Keagenan ……… 68

E. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Pelaksanaa Kontrak Keagenan Minyak Tanah………. 85

(12)

B. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Atas Kontrak

Keagenan Minyak Tanah ……….. 103 BAB IV. UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA ATAS KONTRAK

KEAGENAN MINYAK TANAH YANG DIBUAT ANTARA PARA AGEN DENGAN PERTAMINA

A.Penyelesaian Sengketa dan Metode Penyelesaian Sengketa .. 120 B. Upaya Penyelesaian Sengketa atas Kontrak Keagenan

Minyak Tanah ……… 129 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

DAFTAR SINGKATAN

BBG : Bahan Bakar Gas BBK : Bahan Bakar Khusus BBM : Bahan Bakar Minyak

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

HET : Harga Eceran Tertinggi

KUH Perdata : Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHD : Kitab Undang-undang Hukum Dagang

LNG : Liquifield Natural Gas

LPG : Liqueifield Petroleum Gas

PERTAMINA : Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara PLTP : Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi UUD 1945 : Undang-undang Dasar 1945

(14)

DAFTAR ISTILAH

Agen Minyak Tanah : Usaha Dagang, Perseroan Terbatas, Koperasi, Badan Usaha yang melaksanakan kegiatan penyaluran minyak tanah kepada Pangkalan Minyak Tanah untuk konsumen rumah tanggal dan usaha kecil. Elpiji : Istilah untuk Liquefied Petroleum Gas (LPG), yang

dalam masyarakat lebih popular dengan Elpiji. Harga Eceran Tertinggi

(HET) : Harga eceran tertinggi minyak tanah di pangkalan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat. Minyak Tanah : Bahan bakar minyak dimana standar serta mutunya

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Operasi Pasar : tindakan untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah di suatu daerah dengan penjualan secara langsung ke konsumen rumah tangga dan usaha kecil.

Pangkalan Minyak Tanah : Usaha Perorangan, yang melaksanakan kegiatan penyaluran minyak tanah kepada konsumen rumah tangga dan usaha kecil.

Pengoplos : Orang-orang di lokasi tertentu yang melakukan tindakan/perbuatan melawan Hukum merobah standar mutu BBM yang dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA.

Pengoplosan Minyak Tanah : Perbuatan merubah standar serta mutunya yang telah ditetapkan oleh Pemerintah yang diserahkan PIHAK KEDUA pada Pihak Pengoplos. alat-alat pengangkut Mionyak Tanah PIHAK KEDUA di Instalasi/Depot yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA.

Volume Kontrak : jumlah Minyak Tanah yang disalurkan kepada Agen Minyak Tanah ya ng telah disepakati oleh PARA PIHAK untuk disalurkan kepada Pangkalan.

(15)

ABSTRAK

Pasal 3 huruf b Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, adalah untuk menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan. Pemerintah melimpahkan kewenangannya kepada PT. PERTAMINA (Persero) untuk melaksanakan kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air. Dalam pendistribusian ini selanjutnya PERTAMINA membuat kesepakatan kerjasama penyaluran minyak tanah yang dikenal dengan “Surat Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah dengan agen minyak tanah” yang didalamnya diatur maksud pihak-pihak dalam berbagai hubungan hukum yang menyangkut berbagai aspek penjualan serta mekanisme penyaluran minyak tanah untuk masyarakat

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA, perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA dengan dilakukannya konversi minyak tanah dan upaya yang dilakukan apabila terjadi sengketa atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis tentang kontrak keagenan minyak tanah pada PERTAMINA di Provinsi Aceh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah diatur dalam perjanjian yang disepakati kedua pihak. Pihak Agen Minyak Tanah bertanggung jawab memenuhi ketentuan perjanjian dan memberikan jaminan terhadap tersalurnya minyak tanah bersubsidi kepada masyarakat. Tanggung jawab PERTAMINA adalah menyediakan minyak tanah sesuai dengan volume kontrak dan berkewajiban melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap penyaluran minyak tanah. Perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan minyak tanah, PERTAMINA relatif kuat secara hukum karena dapat mengendalikan pihak agen sedangkan pihak agen minyak tanah posisinya lemah akibat tidak memiliki posisi tawar yang menguntungkan. Upaya yang dilakukan apabila terjadi sengketa atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA telah diatur dalam perjanjian yaitu melalui musyawarah dengan jangka waktu tertentu dan apabila tidak diselesaikan akan dilakukan penyelesaian melalui lembaga pengadilan.

Disarankan kepada para pihak agar dalam membuat perjanjian penunjukan agen minyak tanah agar dapat dibuat dalam bentuk akta otentik melalui pejabat yang berwenang. Hendaknya pihak PERTAMINA dapat mengupayakan untuk menghindari pencantuman klausul perjanjian yang memberatkan pihak agen guna memberikan perlindungan secara hukum yang lebih baik bagi agen. Disarankan agar dalam penyelesaian perselisihan walaupun dimuat klausul penyelesaian melalui Pengadilan apabila tidak berhasil melalui musyawarah, perlu diupayakan pula untuk dicantumkan penyelesaian sengketa lainnya melalui lembaga non litigasi seperti mediasi dan negoisasi guna menghindari sengketa yang berkepanjangan.

(16)

ABSTRACT

Act 22, 2001, Article 3, Character b about oil and natural gas is used to guarantee the effective implementation and control of the operation in processing the transportation, storage, and trade which are implemented through mechanism of natural, healthy, and transparent competition. The government authorizes PT Pertamina (Incorporated) to accomplish all throughou the country. Dealing with the distribution, PERTAMINA has made a contract in distributing kerosene which is called “The contract of appointing kerosene agents.” This contract stipulates the intention of all legal parties concerning the selling and the mechanism of the

The result of the research showed that the contract had been agreed by both parties. In this case, the kerosene agents were responsible for complying with the provision of the contract the kerosene which was provided in the contract and was responsible for implementing the control over the kerosene distribution. Dealing with the legal protection, PERTAMINA was relatively more powerful than the kerosene agents. It seemed that there was no bargaining position for the kerosene agents. The settlement of any dispute between both parties would be streamlined, and if there was no solution, the dispute would ne brought into the court.

It is recommended that both parties, in making the contract, should make official documents through the competent authorities. PERTAMINA should also make any effortto avoid including the stipulation which will legally weigh down the kerosene agents. It is also recommended that, although the case has been brought into the court, both parties should find another solution through non litigation, such as through mediation and negotiation in order to avoid unsettled dispute.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara yang kaya dengan hasil bumi yang melimpah ruah termasuk dalam hal ini kekayaan alam berupa minyak dan gas bumi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pemanfaatannya dalam pelaksanaan pembangunan nasional harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat dengan melakukan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”.1 Demikian pula bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Mengingat minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tak terbarukan yang dikuasai

1

(18)

negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dan penghasil devisa negara yang penting, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Kekayaan alam yang berupa minyak bumi dan gas dalam penggunaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena minyak bumi dan gas tersebut pada saat ini menjadi salah satu penunjang untuk melengkapi kehidupan masyarakat khususnya di sektor industri dan rumah tangga.

Salah satu jenis produk minyak bumi yang digunakan oleh seluruh lapisan di Indonesia yaitu minyak tanah (kerosene) sehingga kebutuhan akan minyak tanah sangat tinggi khususnya bagi masyarakat ekonomi lemah. Kebutuhan akan minyak tanah juga digunakan pengusaha industri berskala menengah atau industri rumah tangga seperti industri makanan, industri minuman dan industri mabel dan industri lainnya yang mengunakan minyak tanah maupun sebagai bahan campuran untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Dengan demikian, kegiatan usaha minyak dan gas bumi mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dan berkelanjutan.

(19)

Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, adalah untuk menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan.

Guna mewujudkan tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, pemerintah melimpahkan kewenangannya kepada salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT. PERTAMINA (Persero) selanjutnya disebut “PERTAMINA”, untuk melaksanakan kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air.

(20)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.2 PT. PERTAMINA (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH. No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998, dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) .3

Sesuai dengan akta pendiriannya, maksud dari didirikannya PERTAMINA adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), tujuan dari PT. PERTAMINA adalah :

2

PT.PERTAMINA (Persero), “Sejarah PERTAMINA”, http://www.PERTAMINA.com Diakses September 2010.

3

(21)

1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

PERTAMINA melaksanakan beberapa kegiatan usaha untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Kegiatan usaha tersebut meliputi:

1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik PERTAMINA. 3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquifield Natural Gas (LNG) dan

produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.

(22)

gas, yang terdiri dari LPG (Liqueifield Petroleum Gas), BBG (Bahan Bakar Gas), dan Musicool (Pengganti CFC yang ramah lingkungan).

PERTAMINA kemudian melaksanakan pendistribusian dan pemasaran atas keseluruhan produknya yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dalam kegiatan pendistibusian produk PERTAMINA, khususnya BBM, PERTAMINA dituntut untuk melaksanakan pendistribusian ke seluruh pelosok tanah air dalam jumlah yang cukup, waktu yang tepat, mutu yang baik dengan harga yang layak (sesuai ketentuan yang berlaku).

Luasnya wilayah yang harus dijangkau oleh PERTAMINA dalam pendistribusian BBM mengharuskan PERTAMINA melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja atau dalam praktek dikenal dengan agen yang akan menyalurkan BBM dan BBK, serta produk lain yang disediakan dan dijual oleh PERTAMINA termasuk minyak tanah. Terhadap penyaluran minyak tanah ini pihak PERTAMINA mendelegasikan kewenangannya dalam mendistribusikan minyak tanah kepada agen-agen yang selanjutnya menyalurkan kepada masyarakat. Dalam hal ini agenlah yang menjadi salah satu pilar dalam memasok kebutuhan masyarakat terhadap minyak tanah, dimana agen membeli minyak tanah dari PERTAMINA dan menyalurkan atau menjualnya kembali kepada masyarakat.

(23)

keharusan untuk memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

Perjanjian yang dimaksud disini adalah merupakan bagian dari hukum perikatan, bahkan sebagian ahli hukum menempatkan kontrak sebagai bagian tersendiri dari hukum perjanjian karena perjanjian sendiri ditempatkan sebagai perjanjian tertulis. Pembagian antara hukum kontrak dan hukum perjanjian tidak dikenal dalam KUH Perdata, karena hanya dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian dan yang lahir dari undang-undang.4

Perikatan yang bersumber dari undang dibagi dua, yaitu dari undang-undang saja dan dari undang-undang-undang-undang karena perbuatan manusia. Selanjutnya, perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan manusia dapat dibagi dua yaitu, perbuatan yang sesuai hukum dan perbuatan yang melanggar hukum.5

Menurut Soedjono Dirdjosisworo :

Kontrak diadakan secara sukarela oleh masing-masing pihak. Syarat-syarat kontrak merupakan "Hukum Perdata" bagi para pihak. Pengadilan selalu menyatakan bahwa kontrak antara pihak-pihak merupakan hukum atau undang-undang, diantara mereka dan pengadilan diwajibkan untuk memberikan akibat hukum terhadap kontrak-kontrak seperti itu sesuai dengan kepentingan-kepentingan sebenarnya dari para pihak yang bersangkutan. Walaupun begitu, sebagian besar kontrak dibuat tanpa bantuan kewenangan pengadilan, biasanya dikarenakan pihak-pihak lebih merasakan adanya kewajiban moral untuk melaksanakan kontrak sesuai dengan yang diperjanjikan.6

4

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak (Perancangan Kontrak), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 1

5 Ibid

, hal. 2.

6

(24)

Salim H.S. mengatakan bahwa pada prinsipnya kontrak dari aspek namanya dapat digolongkan dalam 2 macam, yaitu :

(1) Kontrak Nominaat, merupakan kontrak atau perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata seperti, jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, pinjam meminjam, pinjam pakai, persekutuan perdata, hibah, penanggungan hutang, perjanjian untung-untungan, dan perdamaian.

(2) Kontrak Innominaat, merupakan perjanjian di luar KUH Perdata yang tumbuh dan berkembang dalam praktik atau akibat adanya asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (1), seperti kontrak product sharing, kontrak karya, kontrak konstruksi, sewa beli, leasing, dan lain sebagainya.7

Perjanjian ini merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apabila seseorang berjanji kepada orang lain, kontrak tersebut merupakan kontrak yang biasa diistilahkan dengan kontrak sepihak di mana hanya seorang saja yang wajib menyerahkan sesuatu kepada orang lain, sedangkan orang yang menerima penyerahan itu tidak memberikan sesuatu sebagai balasan (kontra prestasi) atas sesuatu yang diterimanya.

Di dalam kontrak pada umumnya janji-janji para pihak itu saling “berlawanan”, misalnya dalam perjanjian jual beli, tentu saja satu pihak menginginkan barang, sedangkan pihak lain menginginkan uang karena tidak mungkin terjadi jual beli kalau kedua belah pihak menginginkan hal yang sama.

Dengan demikian kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkret dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal

7

(25)

ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya kontrak tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang dijanjikan. Ketentuan ini juga berlaku dalam pelaksanaan jual beli minyak tanah antara para agen minyak tanah dengan PERTAMINA, oleh karena itu para pihak dituntut untuk cermat dan jeli dalam memahami berbagai ketentuan yang diperjanjkan.

Dalam membuat sebuah kontrak atau perjanjian agar tidak terjadi kesalahpahaman para pihak yang terkait dalam perjanjian harus memperhatikan hal-hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Arie S. Hutagalung, antara lain :

1. Kewenangan hukum para pihak

2. Perpajakan

3. Alas hak yang sah

4. Masalah keagrariaan

5. Pilihan hukum

6. Penyelesaian sengketa

7. Pengakhiran kontrak

8. Bentuk perjanjian standar.8

Kontrak agen minyak tanah atau Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah merupakan dasar dari banyaknya kegiatan yang menjadi landasan para agen minyak tanah untuk menjalankan atau mekanisme penyaluran minyak tanah sehari-hari bagi masyarakat (rumah tangga dan industri kecil) seperti orang menjual jajanan gorengan dipingir jalan yang membutuhkan minyak tanah subsidi yang diberikan oleh pemerintah.

8

(26)

Dalam penyaluran minyak tanah di daerah Provinsi Aceh seperti halnya di wilayah lain di Indonesia, prosedur penyaluran minyak tanah juga dibuat dalam suatu perjanjian antara agen minyak tanah dengan PERTAMINA, yaitu kesepakatan kerjasama penyaluran minyak tanah yang dikenal dengan “Surat

Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah”. Di dalam kontrak tersebut diatur

berbagai bentuk-bentuk hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh para agen minyak tanah dalam menyalurkan minyak tanah untuk masyarakat.

Kontrak kerjasama para agen minyak tanah dengan PERTAMINA merupakan media untuk menuangkan maksud pihak-pihak dalam berbagai hubungan hukum yang menyangkut berbagai aspek penjualan serta mekanisme penyaluran minyak tanah untuk masyarakat. Di dalam perjanjian tersebut menjelaskan bahwa pangkalan minyak tanah menjual minyak tanah kemasyarakat sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.

(27)

Selanjutnya akibat krisis ekonomi dan naiknya harga minyak mentah dunia yang menyebabkan tingginya harga minyak termasuk minyak tanah yang dalam pemasaran dalam negeri mendapat subsidi dari pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah ke Liquefied Petroleum Gas (LPG), yang dalam masyarakat dikenal dengan Elpiji.

Kebijakan yang diambil pemerintah dengan konversi minyak tanah ke gas elpiji hal ini tentunya berpengaruh pula terhadap pelaksanaan perjanjian keagenan minyak tanah, di mana dalam hal ini dengan berkurang dan digantinya minyak tanah dengan Elpiji akan berakibat pada pendapatan dari Agen yang sebelumnya menjadi penyalur minyak tanah. Akibat digantinya minyak tanah dengan Elpiji pihak agen tidak lagi menjadi penyalur minyak tanah tetapi menjadi penyalur elpiji sehingga berbagai kebutuhan termasuk dalam hal ini fasilitas dalam penyaluran elpiji menjadi beban bagi agen di samping keuntungan dari minyak tanah jadi hilang dan juga fasilitas untuk penjualan minyak tanah jadi tidak terpakai.

Kondisi ini, selanjutnya menarik untuk dikaji lebih lanjut, yaitu mengenai pelaksanaan perjanjian keagenan minyak tanah dalam praktek dan perlindungan bagi para pihak setelah dilakukannya konversi penggunaan minyak tanah ke elpiji. Hal inilah yang mendasari dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Kontrak Keagenan Minyak Tanah Pada PERTAMINA di Provinsi

(28)

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok dalam permasalahan tesis ini adalah :

1. Bagaimanakah tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA dengan dilakukannya konversi minyak tanah ?

3. Upaya yang dilakukan apabila terjadi sengketa atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka yang menjadi pokok penelitian tesis ini adalah :

1. Untuk mengetahui tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA. 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak

keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA dengan dilakukannya konversi minyak tanah.

(29)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Mengacu pada latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian

ini dapat bermanfaat antara lain : 1. Secara teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademis maupun sebagai bahan pertimbangan hukum bagi para pihak yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan.

b. Memberikan informasi mengenai system kontrak kerjasama PT. PERTAMINA dengan para agen minyak tanah di Provinsi Aceh.

2. Secara praktis

a. Memberikan masukan kepada PT. PERTAMINA dan masyarakat luas serta instansi terkait lainnya dengan memberikan suatu kontribusi dalam pembuatan

kontrak perjanjian kerjasama dalam mekanisme penjualan minyak bersubsidi khususnya penjualan minyak tanah kepada masyarakat.

b. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan dan meminimalisasi persoalan bilamana timbul dalam pelaksanaan kerjasama tersebut.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah penulis

(30)

diketahui, ditemukan beberapa judul penelitian yang menyangkut dengan Perjanjian

Keagenan diantaranya :

1. Penelitian dengan Judul ”Tanggung Jawab Hukum PT. PERTAMINA (Persero)

Terhadap Penyaluran Minyak Tanah dari Agen dan Pangkalan Ke Masyarakat

(Studi Kasus Pada PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pemasaran I Medan)” Oleh :

Syahrul Nizam, NIM : 0470110066.

2. Penelitian dengan Judul “Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak

Dalam Hukum Perjanjian Keagenan (Kajian Pada Perjanjian Keagenan Cat ICI

Indonesia Di Medan)”, Oleh : M Imanullah Rambey NIM : 017011076/MKn.

3. Penelitian dengan Judul “Analisis Hukum Kontrak Kerjasama Bagi Hasil (Profit Sharing) PT. Telkom Dengan Pelaku Usaha Warung Telekomunikasi (Suatu

Penelitian Di Kota Medan), Oleh : Doni Freddi Manurung NIM : 030200195/H. Pdt.

Dilihat dari topik yang dikaji pada kedua diatas jelas sangat berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, penelitian tentang “Analisis Yuridis Kontrak Keagenan Minyak Tanah pada PT. PERTAMINA di Provinsi Aceh”, belum

(31)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,9 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.10 Hal ini sesuai dengan Soerjono Soekanto yang mengatakan bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial juga sangat ditentukan oleh teori.11 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.12

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis.13

Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUHPerdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat dalam lapangan hukum

9

J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203. lihat M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27. menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

10

Ibid, hal. 16.

11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, hal. 6.

12

J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI Press, Jakarta, , 1996, hal. 203.

13

(32)

kekayaan dan hukum perikatan inilah diperlukan kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian ini, dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin yang mengartikan:

Hukum itu sebagai a comand of the lawgiver (perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa), yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system). Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilantidak didasarkan pada penilaian baik-buruk.14

Selain menggunakan teori positivisme hukum dari Jhon Austin, juga digunakan teori sistem dari Mariam Darus Badrulzaman yang mengemukakan bahwa “Sistem adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan landasan diatas mana dibangun tertib hukum.15 Hal yang sama juga dikatakan oleh Sunaryati Hartono bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.16

Jadi dalam sistem hukum terdapat sejumlah asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan norma hukum dalam suatu perundang-undangan.

14

Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filasafat Hukum, Mandar Maju, Bandung 2002, hal. 55.

15

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung 1983, hal 15.

16

(33)

Pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.

Salah satu teori yang diterapkan dalam pembuatan perjanjian antara PERTAMINA dan agen minyak tanah adalah teori hasrat yaitu teori yang merupakan prestasi kedua belah pihak dalam suatu kontrak yang menekankan kepada pentingnya “hasrat” (will atau intend) dan pihak yang memberikan janji. Ukuran dan eksistensi, kekuatan berlaku dan substansi dan suatu perjanjian diukur dan hasrat tersebut, yang terpenting dalam suatu kontrak atau penjanjian bukan apa yang akan dilakukan oleh para pihak dalam kontrak tersebut, tetapi apa yang mereka inginkan. Jadi suatu perjanjian mula-mula dibentuk berdasarkan kehendak para pihak.17

Selanjutnya menurut teori yang dikemukan oleh Van Dunne, yang

mengartikan tentang perjanjian, yaitu “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.18

Teori tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. Ada tiga tahap dalam membuat perjanjian, yaitu :19

1. Tahap pra contractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan

17

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dan Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti,, Bandung, 2001, hal. 5

18

Lely Niwan, Hukum Perjanjian. Dewan Kerjasama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Perdata, Yogyakarta 1987, hal. 26

19

(34)

2. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak;

3. Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian

Setelah subjek hukum dalam perjanjian telah jelas, termasuk mengenai kewenangan hukum masing-masing pihak, maka pembuat perjanjian harus menguasai materi atas perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak. Dua hal paling penting dalam perjanjian adalah objek dan hakikat daripada perjanjian serta syarat-syarat atau ketentuan yang disepakati.

Dalam membuat perjanjian antara pihak-pihak pasti akan menimbulkan hubungan hukum yang kemudian disertai akibat hukum, dan akibat hukum tersebut akan memikul hak dan kewajiban serta tanggung jawab diantara keduanya. Pengertian dari tanggung jawab adalah keadaan wajib menangung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersamakan, diperkarakan).20

Menurut teori Holmes tentang Tanggung Jawab Hukum (Legal Liability) yang berkenaan dengan kontrak/perjanjian. Teori-teori Holmes pada prinsipnya mendasari pada dua prinsip sebagai berikut :

a. Tujuan utama dari teori hukum adalah untuk menyesuaikan hal-hal eksternal kedalam aturan hukum, dan

b. Kesalahan-kesalahan moral bukan unsur dari suatu kewajiban.21

20 Kamus Besar Bahasa Indonesia

, Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hal 1006.

21

(35)

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.22 Oleh sebab itu, pemahaman akan asas hukum tersebut sangatlah penting dalam menganalisis kontrak kerjasama antara PT. PERTAMINA dengan Para Agen Minyak Tanah. Dengan teori sistem hukum tersebut maka analisa masalah yang diajukan adalah lebih berfokus pada sistem hukum positif khususnya mengenai substantif hukum, yakni dalam ketentuan peraturan peraturan-perundangan tentang kontrak tersebut.

Istilah kontrak dalam terminologi sehari-hari nampaknya sangat populer, istilah-istilah seperti kontrak sewa menyewa, kontrak jual beli, kontrak kerja, hampir tidak perlu klarifikasi bagi kaum awan dan seringkali bertolak dari pandangan bahwa yang dimaksud dengan kontrak sebuah dokumen tertulis.23 Kontrak adalah kata bahasa Belanda yang berasal dari kata Latin "Contractus", dari bahasa Latin dijabarkan menjadi "Contract" (Perancis), "Contract" (Inggris) dan “Kontrakt" (Jerman).24

Kontrak yang dalam bahasa lnggris dikenal dengan "contract", sebagaimana dikutip J Satrio :

Agreement between two or more persons which treaties an obligation to do or not to do a particular thing. Its essentials are competent parties, subject matters, a legal consideration, mutuality of agreement, and mutuality of obligation .... the writing which contains the agreement of parties, with the

22

Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law dan Praktek Dagang Internasional, Mandar Madju, Bandung , Cetakan 1, 2003, Hal. 65

23Ibid

, Hal. 65

24

(36)

terms and conditions, and which serves as a proof the obligations.25

Pengertian tersebut di atas menjelaskan bahwa kontrak adalah suatu perjanjian (tertulis) di antara dua atau lebih orang (pihak) yang menciptakan (hak) dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus. Suatu kontrak dari definisi di atas "memiliki unsur-unsur, yaitu "pihak-pihak yang kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian timbal balik, serta hak dan kewajiban timbal balik."26

Menurut Munir Fuady, "banyak definisi tentang kontrak telah diberikan, dan masing-masing bergantung kepada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut yang dianggap sangat penting dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam definisi tersebut."27 Istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah

ada, dan bukan merupakan istilah asing. Misalnya dalam hukum perdata di Indonesia sudah lama dikenal istilah "kebebasan berkontrak" bukan kebebasan "berperjanjian", "berperhutangan", atau "berperikatan".28 KUHPerdata menyamakan istilah "kontrak dengan perjanjian, dan bahkan juga dengan persetujuan.” 29

(37)

dipahami, pengertian perjanjian hanya mengenai perjanjian sepihak termasuk juga pada perbuatan dan tindakan, seperti zaakwarneming, onregmatige daad. Abdulkadir Muhammad mengatakan Pasal 1313 KUH Perdata kurang memuaskan karena ada kelemahannya yaitu :

1. Hanya menyangkut sepihak saja. Dari rumusan ini diketahui satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih. Kata kerja “mengikat” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu saling “mengikat diri” terlihat dari adanya consensus dari kedua belah pihak.

2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa consensus maksudnya dalam pengertian “perbuatan” termasuk tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming) dan tindakan melawan hukum yang tidak mengandung adanya consensus. Seharusnya dipakai kata “persetujuan” saja.

3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Dikatakan terlalu luas karena terdapat juga dalam lapangan hukum keluarga yang terdapat dalam buku I seperti janji kawin, pelangsungan perkawinan. Sedangkan perjanjian yang dikehendaki oleh buku III KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan bersifat personal.

4. Dalam rumusan pasal tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak mengikat dirinya tidak untuk apa.31

Berdasarkan alasan yang dikemukakan di atas menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah “Suatu persetujuan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri untuk melakukan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”.32 Menurut R. Subekti perjanjian adalah “Suatu peristiwa dimana seseorang

31

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1992, hal. 78.

32

(38)

mengikatkan diri kepada orang lain atau lebih dimana orang tersebut saling berjanji untuk melakukan suatu hal”.33

Berdasarkan rumusan perjanjian di atas dijumpai beberapa unsur dalam suatu perjanjian, yaitu sebagai berikut.

(1) Perikatan (hubungan hukum). (2) Subyek hukum.

(3) Isi (hak dan kewajiban).

(4) Ruang lingkup (lingkup hukum harta kekayaan).

Menurut J. Satrio, bahwa “Pembuat Undang-Undang dalam Pasal 1313 KUH Perdata mencoba memberikan perumusan tentang apa itu yang disebut perjanjian, tetapi ia sama sekali tidak menjelaskan apa itu perikatan”.34 Mariam Darus Badrulzaman, mengartikan bahwa “Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”.35

Menurut M. Yahya Harahap, bahwa “Perjanjian atau Verbintenis mengandung pengertian : suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau

33

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, hal. 14.

34

J. Satrio, Op.Cit., hal 1.

35

(39)

lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”.36

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut terlihat masih belum ada kesepakatan dalam penggunaan kata perjanjian dan perikatan, karena walaupun menggunakan kata yang berbeda namun pada umumnya tetap mengacu kepada pengertian mengenai perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata, namun penulis dalam penulisan ini menggunakan istilah “Perikatan” untuk “Verbintenis” sedangkan “Perjanjian” untuk istilah “overeenkomst”.

Pasal 1313 KUH Perdata dan pendapat tersebut di atas, dapatlah dijelaskan bahwa dalam suatu perjanjian terdapat hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan perikatan. Dengan demikian untuk adanya suatu perjanjian paling sedikit harus ada dua pihak yaitu kreditur dan debitur. Sesuai dengan uraian tersebut dapatlah dimengerti bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan sesuatu.37

Pengertian di atas juga menunjukkan bahwa perjanjian terjadi pada saat persetujuan itu disepakati. Dalam hal ini jelaslah persetujuan merupakan hal yang utama karena setiap pihak yang membuat perjanjian telah memikirkan tentang hak yang akan diperoleh sebagai keuntungam baginya dan kewajiban sebagai beban prestasi yang harus dilaksanakan.

36

M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal 6.

37

(40)

Perjanjian ini merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apabila seseorang berjanji kepada orang lain, maka perjanjian tersebut merupakan perjanjian yang biasa diistilahkan dengan perjanjian sepihak, di mana hanya seorang saja yang wajib menyerahkan sesuatu kepada orang lain, sedangkan orang yang menerima penyerahan itu tidak memberikan sesuatu sebagai balasan (kontra prestasi) atas sesuatu yang diterimanya. Sementara itu, apabila dua orang saling berjanji, ini berarti masing-masing pihak berhak untuk menerima apa yang diperjanjikan oleh pihak lain. Hal ini berarti bahwa masing-masing pihak dibebani kewajiban dan diberi hak sebagaimana yang dijanjikan.38

Dengan demikian kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkret dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya kontrak tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang dijanjikan.

Pada dasarnya kontrak atau perjanjian dibuat berdasarkan kesepakatan bebas antara dua pihak yang cakap untuk bertindak demi hukum (pemenuhan syarat subjektif) untuk melaksanakan suatu prestasi yang tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, kepatutan, kesusilaan, ketertiban umum, serta kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat luas (pemenuhan syarat objektif). Namun, adakalanya

38

(41)

“kedudukan” dari kedua belah pihak dalam suatu negosiasi tidak seimbang, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang “tidak terlalu menguntungkan” bagi salah satu pihak.

Hal ini juga terjadi dalam Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah yang di dalamnya mengatur tentang penyaluran minyak tanah di daerah Provinsi Aceh seperti halnya di di wilayah lain di Indonesia, prosedur penyaluran minyak tanah juga dibuat dalam suatu perjanjian antara agen minyak tanah dengan PERTAMINA yaitu kesepakatan kerjasama penyaluran minyak tanah. Bentuk perjanjian tersebut berlaku sama dengan perjanjian di seluruh wilayah Indonesia yang dikenal dengan “Surat

Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah”. Hal ini dapat dikatakan bahwa

perjanjian yang dibuat tersebut dapat digolongkan dalam perjanjian baku.

Kontrak atau perjanjian mengatur bentuk-bentuk hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh para agen minyak tanah dalam menyalurkan minyak tanah untuk masyarakat. Kontrak kerjasama para agen minyak tanah dengan PERTAMINA merupakan media untuk menuangkan maksud pihak-pihak dalam berbagai hubungan hukum yang menyangkut berbagai aspek penjualan serta mekanisme penyaluran minyak tanah untuk masyarakat.

(42)

ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah”.39

Munir Fuady mengartikan kontrak baku adalah :

Suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering kali tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya, di mana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan berada hanya pada posisi “take it or leave it”. Dengan demikian, oleh hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen kata sepakat yang merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak tersebut. Karena itu pula, untuk membatalkan suatu kontrak baku, sebab kontrak bakuan adalah netral.40

Hondius sebagaimana dikutip Salim mengatakan mengemukakan bahwa syarat-syarat baku adalah “syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa

perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak tentu, tanpa membicarakan isinya lebih dahulu”.41

Inti dari perjanjian baku menurut Hondius tersebut adalah bahwa isi perjanjian itu tanpa dibicarakan dengan pihak lainnya, sedangkan pihak lainnya hanya diminta

untuk menerima atau menolak isinya. Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan

39

Salim. H.S., Op.Cit , hal. 145.

40

Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Keempat Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal.76.

41

(43)

bahwa standard contract merupakan perjanjian yang telah dibakukan. Mariam

Badrulzaman juga mengemukakan ciri-ciri perjanjian baku, yaitu :

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonominya) kuat; 2. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi

perjanjian;

3. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu; 4. Bentuk tertentu (tertulis);

5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.42

Sutan Remi Sjahdeni mengemukakan bahwa :

Perjanjian standar sebagai perjanjian yang hampir seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Adapun yang belum dibakukan hanya beberapa hal, misalnya yang menyangkut jenis, harga, jumlah, warna, tempat, waktu, dan beberapa hal yang spesifik dari objek yang diperjanjikan. Sjahdeni menekankan, yang dibakukan bukan formulir perjanjian tersebut, melainkan klausul-klausulnya. Oleh karena itu suatu perjanjian yang dibuat dengan akta notaris, bila dibuat oleh notaris dengan klausul-klausul yang hanya mengambil alih saja klausul-klausul yang telah dibakukan oleh salah satu pihak, sedangkan pihak yang lain tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan atas klausul-klausul itu, maka perjanjian yang dibuat dengan akta notaris itu pun adalah juga perjanjian baku”.43

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa hakikat perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak yang ekonomi kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. Apabila debitur menerima isinya perjanjian tersebut, ia menandatangani perjanjian tersebut, tetapi

42 Ibid.,

hal. 147.

43

(44)

apabila ia menolak, perjanjian itu dianggap tidak ada karena debitur tidak menandatangani perjanjian tersebut.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa unsur-unsur dalam suatu kontrak baku, yaitu (1) diatur oleh kreditor atau ekonomi kuat; (2) dalam bentuk sebuah formulir; dan (3) adanya klausul-klausul eksonerasi/ pengecualian.

Perbuatan hukum yang mengikat antara pihak agen minyak tanah dengan PERTAMINA dalam perjanjian penunjukkan agen minyak tanah ini diawali dengan adanya perjanjian yang dasar hukumnya terdapat dalam Buku III KUHPerdata. Dalam membuat perjanjian terhadap suatu asas yang disebut dengan asas kebebasan berkontrak sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menentukan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata ditetapkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus dipenuhi empat syarat yaitu (1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya; (2) Kecakapan untuk memuat suatu perikatan; (3) Suatu hak tertentu; dan (4) Suatu sebab yang halal.

(45)

Dalam pelaksanaan perjanjian penunjukkan agen minyak tanah selain berpedoman pada ketentuan KUH Perdata, juga diatur dengan ketentuan berpedoman pada ketentuan undang-undang, seperti Undang-undang Dasar 1945 (Pasal 33) dan

Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Hal ini tergambar dari salah satu tujuan dari penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi, sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 3 huruf

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, adalah untuk menjamin

efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan,

penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui mekanisme

persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan. Untuk mewujudkan tujuan

penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, pemerintah melimpahkan

kewenangannya kepada PT.PERTAMINA (Persero) untuk melaksanakan kegiatan yang

mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut pendistribusiannya

ke seluruh pelosok tanah air.

Selanjutnya kewenangan kewenangannya kepada PERTAMINA tersebut, akibat luasnya wilayah yang harus dijangkau dalam pendistribusian BBM mengharuskan PERTAMINA melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja yang akan

menyalurkan BBM dan BBK, serta produk lain yang disediakan dan dijual oleh

PERTAMINA termasuk minyak tanah kepada Agen Minyak tanah.

2. Konsepsi

(46)

penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.44 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal yang berbentuk khusus, 45 yang disebut dengan defenisi operasional. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Untuk itu dalam rangka penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian definisi operasional sebagai berikut:

a. Analisis Yuridis adalah suatu upaya untuk menganalisis suatu permasalahan yang dilakukan dan yang mengacu kepada norma-norma hukum, yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pijakan normatif.

b. Agen adalah pihak yang menerima perintah/kuasa untuk melaksanakan suatu perbuatan hukum tertentu dan perbuatan hukum yang harus dilakukan tersebut

biasanya tercantum dalam perjanjian termaksud.46

c. Kontrak adalah suatu perjanjian (tertulis) di antara dua atau lebih orang (pihak) yang menciptakan (hak) dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus.47

d. Kontrak/perjanjian keagenan adalah suatu perjanjian atau kontrak (tertulis) yang dibuat untuk menunjuk agen yang melaksanakan kegiatan penyaluran suatu

44

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989, Hal. 34

45

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, Hal. 4

46

Badan Pembinaan Hukum Nasional , Laporan Akhir Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, Departemen Kehakiman, Jakarta, 1994, hal. 24.

47

(47)

produk dalam hal ini minyak tanah

e. Minyak tanah adalah salah satu jenis bahan bakar yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat dimana standar serta mutunya telah ditetapkan oleh pemerintah.48 f. Agen Minyak Tanah adalah Usaha Dagang, Perseroan Terbatas, Koperasi, Badan

Usaha yang melaksanakan kegiatan penyaluran minyak tanah dalam hal ini Pangkalan Minyak Tanah untuk konsumen rumah tanggal dan usaha kecil.49 g. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menangung segala sesuatunya (kalau

terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersamakan, diperkarakan)50, tanggung jawab mana lahir dengan adanya suatu perjanjian

h. Perjanjian baku adalah suatu bentuk perjanjian tertulis yang dipersiapkan secara kolektif dan isinya ditetapkan oleh salah satu pihak, debitur sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi perjanjian karena terdorong oleh kebutuhan terpaksa menerima perjanjian, seperti dapat terlihat dalam bidang angkutan, perbankan, asuransi dan lain-lain termasuk dalam hal ini Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah.

G. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian pada hakekatnya mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan

48

Lihat Pasal 1 angka 3 Surat Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah

49

Lihat Pasal 1 angka 1 Surat Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah

50

(48)

penelitian.51 Kata metode berasal dari Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.52

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya dari data penelitian yang dianalisis dapat menggambarkan fakta dan pelaksanaan Kontrak antara PT.

PERTAMINA (persero) dengan agen minyak tanah sesuai permasalahan yang dikemukakan. “Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai pendekatan gabungan antara yuridis normatif dan yuridis sosiologis yang didukung oleh data primer dan data sekunder”53

2. Lokasi dan Populasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan cermin kelayakan akan terungkapnya data primer atau data dasar.54 Untuk itulah dalam hal ini lokasi penelitian dilakukan di PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pemasaran I Provinsi Aceh. Sedangkan populasi penelitian meliputi Pejabat Pertamina dan Agen Minyak Tanah di Provinsi Aceh dan untuk memperoleh informasi yang dikehendaki dalam hal ini dipakai metode sampling adalah prosedur yang digunakan untuk dapat mengumpulkan kareteristik

51

Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Hukum Suatu Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 328.

52

Koenjtaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1977, hal. 16.

53

Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, 1980, hal 11

54

(49)

dari suatu populasi meskipun hanya sedikit saja yang diwawancarai.55 Golongan Sampling adalah Non Probability sampling dengan jenis purposive/judgmental

sampling yaitu sample yang dipilih berdasarkan pertimbangan penulis dan

menentukan sendiri responden dan informan yang dianggap mewakili populasi.56 Dengan demikian, yang dijadikan dan bertindak sebagai narasumber dalam penelitian ini, yaitu Pejabat Pertamina Unit Pemasaran I Aceh dan Agen Minyak Tanah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang berhubungan dengan objek telaah penelitian ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, dan karya ilmiah lainnya.

Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung dengan penelitian lapangan (field research) guna akurasi terhadap hasil penelitian yang dipaparkan, yang dapat berupa wawancara langsung dengan Pejabat Pertamina dan Agen Minyak Tanah, yang dalam penelitian ini dipilih sebagai informan dan narasumber.

4. Sumber Data

Sumber data yang berupa bahan hasil penelitian kepustakaan, dalam hal ini “Sebagai data sekunder dalam penelitian ini adalah bahan dasar penelitian hukum

55

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hal. 78

56

(50)

normatif dari sudut kekuatan mengikatnya dibedakan atas “bahan hukum primer, sekunder dan tertier”.57 Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :

(1) Bahan hukum primer, yang terdiri dari ; a. Pancasila

b. Undang-undang Dasar 1945

c. Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. d. Kontrak atau Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah.

(2) Bahan hukum sekunder, seperti hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

(3) Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum dan kamus hukum, serta bahan-bahan primer, sekunder dan tersier (penunjang) di luar bidang hukum, misalnya yang berasal dari bidang teknologi informasi dan komunikasi, ekonomi, filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya yang dapat dipergunakan untuk melengkapi atau sebagai data penunjang dari penelitian ini.

4. Alat Pengumpul Data

57

Referensi

Dokumen terkait

Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas

Kesimpulan dari skripsi ini yaitu bahwa kontrak kerja konstruksi ini telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, para pihak memiliki tanggung jawab masing-masing dimana Dinas

Pertamina ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, dimana perjanjian tersebut ada dan mengikat para pihak karena telah dituangkan dalam suatu kontrak

karyawan Pertamina UPMS II, masyarakat dan pemerintah kecamatan Seberang Ulu II dan efektivitas implementasi PKBL sebagai tanggung jawab sosial Pertamina UPMS II

PERANCANGAN SISTEM PENCATATAN SP3 KONTRAK BERBASIS MICROSOFT VISUAL BASIC 8.0 DI FUNGSI OPERATION PLANNING (OP).. PT PERTAMINA EP

kesepakatan kontribusi kerja para pihak telah menyepakatinya dalam kontrak tertulis, didalam kontrak dijelaskan bahwa yang bertanggung jawab penuh dalam pertumbuhan

ada pedagang yang tidak membatasi jatah minyak untuk para pelanggannya/karena pasokan minyak tanah dari. agen sudah lancar//Dahulu saat terjadi kelangkaan terhadap minyak

Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas