• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN

A. Sejarah Ringkas

Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh

Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur

produksi pertama adalah sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang

dibor pada tahun 1883. Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia

dimulai.

Era 1900: Masa Perjuangan

Setelah diproduksinya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri

perminyakan di tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus

bermunculan. Sampai dengan era 1950a n, penemuan sumber minyak baru

banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera

Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih di bawah

pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan Pendudukan Jepang.

Ketika pecah perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami

gangguan. Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah

merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau

pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak terhenti.

Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan

pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang

(2)

Untuk mengelola aset perminyakan tersebut, pemerintah mendirikan

sebuah perusahaan minyak nasional pada 10 Desember 1957 dengan nama PT

Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu

bergabung dengan PERTAMINA menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk

memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, pemerintah menerbitkan UU

No. 8 pada 1971, yang menempatkan Pertamina sebagai perusahaan minyak

dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak

yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan

Pertamina. Karena itu Pertamina memainkan peran ganda yakni sebagai

regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak

Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja (WK) Pertamina. Sementara di sisi lain

Pertamina juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri

sebagian wilayah kerjanya.

Era 2000: Perubahan Regulasi

Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah

menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001.

Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk

menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya. Peran

regulator diserahkan ke lembaga pemerintah sedangkan Pertamina hanya

memegang satu peran sebagai operator murni.

Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS

yang dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran regulator disektor hilir

(3)

Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan

sebagai entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan

kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi, pengelolaan

transportasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor

hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No. 22 tahun 2001 yang

mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna

mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahaan usaha hulu dengan

hilir.

2005: Entitas Bisnis Murni

Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005.

Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17

September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan

penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS (sekarang

SKKMIGAS) – yang berlaku surut sejak 17 September 2003 – atas seluruh

wilayah kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan

yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut

dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina EP. Pada saat

bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan KKS

dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September

2005.

Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu

(4)

Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB

EOR (Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery).

Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen per tahun,

PT Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi

penyumbang laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga

sekaligus untuk menjawab tantangan pemerintah dan masyarakat yang

menginginkan peningkatan produksi migas nasional.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab

dan fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan

kegiatan pokok perusahaan dan agar perusahaan dapat berjalan ke arah tujuan

yang diinginkan. Struktur organisasi merupakan wadah dari pelaksanaan

kegiatan dan mencerminkan atas pendeklarasian wewenang dan tanggung

jawab terhadap masing-masing bagian dalam perusahaan yang disusun dengan

pertimbangan yang sempurna dengan menempatkan dan menetapkan

orang-orang pada setiap unit perusahaan yang harus sesuai dengan pengetahuan dan

ketrampilan atau keahlian yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat

tercapai dengan efektif dan efisien.

Struktur organisasi ini berguna untuk mencegah adanya kesenjangan

maupun tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab serta

memudahkan pimpinan perusahaan dalam mengawasi aktifitas yang dilakukan

(5)

sedemikian rupa serta fleksibel untuk memungkinkan diadakan perubahan

sesuai dengan perkembangan organisasi dan penentuan struktur organisasi ini

harus sesuai dengan sifat dan jenis aktivitas serta kebutuhan perusahaan.

PT Pertamina (Persero) MOR I menyusun struktur organisasinya

sedemikian rupa sehingga terlihat jelas pembagian tugas dan wewenangnya

serta pertanggungjawaban atas tugas yang didelegasikan dalam usahanya

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya struktur organisasi yang

dimiliki oleh perusahaan ini berbentuk garis dan staff (struktur terlampir),

artinya disamping pucuk pimpinan yang mempunyai wewenang komando,

juga diperlukan staff atau pejabat yang dapat memberikan masukan dan

nasehat sesuai dengan bidang keahliannya.

Untuk lebih jelas strukrur organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

dapat di lihat pada lampiran hal 48.

C. Job Description

Berikut ini adalah deskripsi jabatan dari struktur organisasi PT

Pertamina (Persero) MOR I Medan, dan setiap bagiannya memiliki tugas:

1. GM Marketing Operation Region I

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinasi kegiatan pemasaran bahan bakar minyak dan gas bumi

(6)

b. Mengkoordinasi kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan,

pengangkutan, penimbunan, penyaluran, dan menjaga mutu produk

yang dijual.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kerja operasi di wilayah

kerja PT Pertamina (Persero) MOR I Medan.

d. Mengkoordinasi kegiatan administrasi penunjang serta pembinaan

Sumber Daya Manusia sehubungan dengan kegiatan pemasaran BBM

agar terwujud suatu sistem kerja yang produktif, efektif, dan efisien.

e. Mengkoordinasi hubungan kerja secara terpadu dengan pihak luar

sehubungan dengan operasi wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR

I Medan.

2. Fuel Retail Marketing Region I Manager

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM

Subsidi, dan BBK di wilayah Marketing Operation Region I.

b. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM

Subsidi, BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke

lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan

pemasaran BBM subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

BBM subsidi dan BBK.

(7)

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

BBM Nonsubsidi ke agen BBM Industri, Costumer Industri, dan

perkapalan termasuk SPBB.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM

Nonsubsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan kea

gen BBM Industri, Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan

pemasaran BBM Nonsubsidi dan BBK oleh agen BBM Industri,

Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

BBM Nonsubsidi dan BBK.

4. Petrochemical Marketing Area Manager

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

produk-produk Petrochemical.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

produk-produk Petrochemical.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan

produk-produk Petrochemical.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

produk-produk Petrochemical.

(8)

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan LPG

Subsidi dan Nonsubsidi.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan LPG

Subsidi dan Nonsubsidi.

6. Aviation Area Manager

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

produk Avtur dan Avigas.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

produk Avtur dan Avigas.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan

produk Avtur dan Avigas.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

produk Avtur dan Avigas.

7. Technical Services Region ManagerI

(9)

a. Menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan pembangunan baru dan

pemeliharaan seluruh sarana distribusi dan pemasaran di Pertamina

Marketing Operation Region I.

b. Menyelenggarakan pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan

pembangunan baru dan pemeliharaan distribusi dan pemasaran di

Pertamina Marketing Operation Region I.

c. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan administrasi teknis.

d. Melaksanakan proses lelang dan pengawasan proyek pengadaan

pemeliharaan dan pembangunan di wilayah Marketing Operation

Region I.

8. HSSE Area Manager Sumbagut Memiliki tugas antara lain:

a. Menyelenggarakan perencanaan, pengawasan, evaluasi, dan penyuluhan

dalam bidang pencemaran lingkungan kerja.

b. Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi sarana

dan fasilitas di Terminal BBM, depot filling plant LPG, dan DPPU

yang berkaitan dengan HSSE.

c. Menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

d. Menyelenggarakan pengarahan dan penyuluhan pencegahan terhadap

bahaya kecelakaan kerja

9. Marketing Branch Manager NAD

(10)

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

BBM Subsidi dan BBK di wilayah Nangroe Aceh Darusalam.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM

Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke

lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan

pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

BBM subsidi dan BBK.

10.Marketing Branch Manager Sumbar

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

BBM Subsidi dan BBK di wilayah Sumatera Barat.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM

Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke

lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan

pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

BBM Subsidi dan BBK.

11.Marketing Branch Manager Riau

(11)

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

BBM Subsidi dan BBK di wilayah Riau.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM

Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke

lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan

pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

BBM Subsidi dan BBK.

12.Marketing Branch Manager Kepri

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan

BBM Subsidi dan BBK di wilayah Kepulauan Riau.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM

Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke

lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan

pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan

BBM Subsidi dan BBK.

13.Finance Marketion Operation RegionI

(12)

a. Menyelenggarakan penyusunan dan pengawasan pemakaian anggaran

PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I.

b. Menyelenggarakan kegiatan perbendaharaan PT Pertamina (Persero)

Marketing Operation Region I.

c. Menyelenggarakan kegiatan Akuntansi PT Pertamina (Persero)

Marketing Operation Region I.

d. Menyelenggarakan pengendalian keuangan PT Pertamina (Persero)

Marketing Operation Region I.

14.Unit Manager Human Resources Sumbagut Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir kegiatan pembinaan perawatan Sumber Daya Manusia,

penelitian dan usul perbaikan norma-norma dan syarat-syarat kerja serta

mengadakan material untuk kebutuhan kantor dan rumah tangga.

b. Mengkoordinir kegiatan pelayanan jasa perawatan kesehatan pekerja

dan pengaturan fasilitas pekerja dan keluarganya.

c. Mengkoordinir kegiatan jasa konsultasi manajemen antara lain

mengenai sistem dan tata kerja organisasi dan evaluasi jabatan maupun

tatalaksananya.

15.IT RegionSumatera Region

Memiliki tugas antara lain:

a. Menerima, memprioritaskan, dan menyelesaikan permintaan bantuan

(13)

b. Instalasi, perawatan, dan penyediaan dukungan harian baik untuk

hardware dan software, peralatan termasuk printer, scanner, tinta, dan

lain-lain.

c. Maintain dan perawatan jaringan LAN.

d. Maintain dan perawatan komputer.

e. Memperbaiki berbagai masalah seputar hardware, software, dan

konektivitas, termasuk di dalamnya akses pengguna dan konfigurasi

komponen.

f. Bertanggung jawab untuk administrasi dan pemeliharaan teknis yang

menyangkut perusahaan dalam pembagian sistem database.

16.S&D Region Manager I Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan, penyimpanan, penerimaan, dan

pembekalan BBM/NBBM serta pengaturan layanan dan transportasi.

b. Mengkoordinasi kegiatan penerimaan, penimbunan BBM dan NBBM

untuk penyaluran ke depot dan konsumen.

c. Menyusun rencana dan melakukan pengawasan distribusi BBM dan

NBBM serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina MOR I.

D. Jaringan Usaha

Jaringan usaha PT Pertamina (Persero) mencakup, antara lain:

1. PT Nusantara Regas

(14)

3. PT Pertamina Dana Ventura

4. PT Pertamina Bina Medika

5. PT Tugu Pratama Indonesia

6. PT Pertamina Training & Consulting

7. PT Patra Jasa

8. PT Patra Dok Dumai

9. PT Pelita Air Service

10.PT Pertamina Trans Kontinental

11.PT Pertamina Retail

12.PT Pertamina Patra Niaga

13. Pertamina Energy Services PTE LIMITED

14.PT Usayana

15.PT Pertamina Gas

16.PT Pertamina Drilling Services Indonesia

17.PT Pertamina Geothermal Energy

18.PT Pertamina Hulu Energi

19.PT Pertamina EP Cepu

20.PT Pertamina EP

E. Kinerja Usaha Terkini

Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi

dan petrokimia, terbagi ke dalam dua sektor, yaitu Hulu dan Hilir, serta

(15)

Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan produksi

minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak

dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri.

Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Pertamina Hulu dan melalui

kerjasama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri

dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan

kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan

produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk mendukung

kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran

minyak dan gas.

Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan cadangan

migas baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah diproduksikan. Upaya

ini dilakukan untuk menjaga agar kesinambungan produksi migas dapat terus

dipertahankan.

Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi sendiri

dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang

minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil

Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing

Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi

Bersama), Penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI

(Pertamina Participating Interest), serta proyek pinjaman; sedangkan

(16)

Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7

(tujuh) Daerah Operasi Hulu (DOH). Ketujuh daerah operasi tersebut adalah

DOH Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatera Bagian Utara yang

berpusat di Rantau Parapat, DOH Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi,

DOH Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian

Barat berpusat di Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH

Kalimantan berpusat di Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.

Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 (empat) area panas

bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 402 MW. Keempat area panas

bumi tersebut adalah Area Kamojang – Jawa Barat (200 MW), Lahendong –

Sulawesi Utara (80 MW), Sibayak – Sumatera Utara (12 MW), dan Ulubelu –

Lampung (110 MW).

Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama

dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-EOR, 15 JOB-PSC,

44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP), dan 5 proyek loan. Sedangkan

untuk bidang panas bumi terdapat 8 JOC.

Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai

mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi

strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di

bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina Drilling Services

(PDS) yang memiliki 26 unit rig pemboran serta anak perusahaan PT Usayana

(17)

memiliki jaringan pipa gas dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun

kompresor.

Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran &

niaga, dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun

keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang

didukung oleh sarana transportasi darat dan laut.

Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran,

Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.

Bidang pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total

1.041,20 Ribu Barel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang

petrokimia dan memproduksi NBBM. Disamping kilang minyak, Pertamina

hilir mempunyai kilang LNG di Arun dan di Bontang. Kilang LNG Arun

dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG

Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 18,5 Juta Ton per tahun.

Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan

Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Mundu.

Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan

grade HVI- 60, HVI- 95, HVI-160 S, dan HVI-650. Produksi lube baseoil ini

disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi

produk pelumas dan kelebihannya diekspor.

(18)

Adapun rencana kegiatan PT Pertamina (Persero) MOR I Medan saat

ini ialah :

1. Meningkatkan produksi dari lapangan eksisting.

2. Melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi termasuk melalui cara

anorganik (akuisisi).0

3. Mengembangkan potensi CBM di wilayah Pertamina.

4. Melakukan aliansi strategis untuk ekspansi maupun membangun

kemampuan spesifik.

5. Meningkatkan bisnis perniagaan gas di dalam negeri serta memanfaatkan

peluang untuk memperbesar bisnis transportasi dan pemrosesan gas

melalui sinergisitas dengan anak perusahaan Pertamina lainnya.

6. Pro aktif dalam perumusan pricing policy selaras dengan kebijakan

nasional.

7. Peningkatan kapasitas dan kemampuan spesifik jasa pengeboran untuk

Referensi

Dokumen terkait

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang.

Rendahnya hasil positivitas ekspresi mRNA LMP2A EBV dalam penelitian ini diperkirakan disebabkan oleh sampel yang digunakan berasal dari biopsi jaringan tumor

Dari data rakapitulasi Puskesmas di Kota Medan, penderita kanker payudara sebanyak 449 kasus, disusul kanker prostat sebanyak 99 kasus, kanker serviks sebanyak 75

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan serangga yang berpotensi sebagai hama dan musuh alami pada pertanaman wortel di Cikajang Kabupaten

Untuk mengetahui proses pengolahan terhadap parameter mutu minyak goreng yang diuji (bilangan peroksida, bilangan asam, kadar air, bau ) dalam memperbaiki kualitas minyak

Penjelasan pada gambar 9pengujian akses semua protokol HTTP dan HTTP S menggunakan proxy server , mampu meningkatkan kecepatan akses loading website pada

Nilai Parameter mutu minyak goreng yang dihasilkan dari proses pengolahan setelah diabsorpsi dengan sari buah mengkudu pada suhu 60 o C dapat menurunkan bilangan

Pengujian terhadap parameter QOS (Quality Of Service) dengan metode PCQ (Per Connection Queue) pada router mikrotik RB941-2nD-TC disaat kondisi jaringan yang