UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN
PADAPT PERTAMINA (PERSERO)
MARKETING OPERATION
REGION I MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh :
HERIANSYAH
122101189
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Pujidansyukurkehadirat Allah SWT
ataslimpahanrahmatdankarunia-Nyahinggapenulisdapatmenyelesaikantugasakhirini yang berjudul“Sistem
Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan“sebagaisalahsatusyaratuntukmenyelesaikan ProgramDiploma III Jurusan Manajeman KeuanganFakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatra
Utara.
Penulismenyadaribahwatugasakhirinitidakakandapatdiselesaikandenganbaikta
npaadanyabantuanmorilmaupunmaterildaribanyakpihak.
Makadalamkesempatanini,
penulisinginmenyampaikanucapanterimakasihsedalam-dalamnyaatasbantuandanbimbingan yang
diberikandalammenyelesaikantugasakhirini.Padakesempatanini,
penulismengucapkanterimakasihkepada:
1. BapakProf. Dr. AzharMaksum, M.Ec, Ac, Ak,
CAselakuDekanFakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatera Utara.
2. IbuDr. YeniAbsah, SE, M.SiselakuKetua Program Studi Diploma III
KeuanganFakultasEkonomidanBisnisUniversitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Amlys Syahputra Silalahi, M.Siselakudosenpembimbing yang
telahmeluangkanwaktunyauntukmembimbingpenulisdalampenulisantugasakh
4. Seluruh staf pegawai PT Pertamina (Persero) MOR I Medan, khususnya Pak
Yudi Erlambang yang telah banyak membantu penulis untuk memperoleh
informasi perusahaan.
5. Khususnyapenulisucapkanterimakasihkepada orang tuatercintaAyahanda Drs.
Darma Jaya danIbunda Henrima Harahap yang
telahmemberikankasihsayangnya, dorongan, do’a,
semangatdanpengorbanannya yang
begitubesarsehinggapenulisdapatmenyelesaikanstudi.
6. Untuk abangku Safriansyah serta adik-adikkutersayang, Anggi Afnisah dan
Dara Tarisah sayaucapkanterimakasihkarenatelahmemberikansemangat,
motivasidando’akepadasaya.
7. Para sahabatkuWiratamaAdiSiregar, Kahfi Lufthi, Gilang Fytrian, Dimas
Prayoga, Boby Ansyori, Feby Rahmadani yang telah
berjuangbersamadanmengisihari-haripenulissemasakuliah.
8. Teman-teman Program Studi D-III Manjamen Keuanganstambuk 2012
dansemuarekan-rekanterbaik yang telah membantu dan memberikan
semangat pada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhirnyapenulismengharapkansemogatugasakhirinidapatbergunadanbermanf
aatbagisemuapihak.Semoga Allah SWT yang dapatmembalassemuakebaikan yang
penulisdapatkanbaikpadawaktumengalamikesulitanmaupunrintanganberupaamald
anpahala di akhiratkelak.
Penulis
122101189
DAFTAR ISI
C. Prosedur Pengeluaran Persediaan ... 34
D. Pengendalian Intern Persediaan ... 35
E. Pemeriksaan Persediaan ... 42
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
A. Kesimpulan ... 47
B.Saran ... 47
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan dunia usaha di Indonesia mengalami persaingan
yang cukup ketat di segala bidang, baik dalam bidang industri maupun jasa.
Persaingan tersebut salah satunya disebabkan oleh kemajuan teknologi yang
sangat pesat, munculnya pesaing-pesaing baru yang berpotensi dalam
mengembangkan produk-produk yang beraneka ragam dan berkualitas.
Oleh karena itu perusahaan terus dituntut untuk dapat terus
meningkatkan aktivitasnya agar mampu bersaing dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Pada dasarnya yang bertanggung jawab dalam mengelola aktivitas perusahaan
adalah pihak manajemen.
Perusahaan dalam menghadapi persaingan ini membutuhkan suatu sistem
informasi akuntansi yang dapat berperan penting atas adanya aktivitas yang
dilakukan perusahaan. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas proses produksi.
Proses produksi yang merupakan aktivitas untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada
antara lain tenaga kerja, peralatan atau mesin, sarana, bahan dan modal.
Proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan akan berjalan lancar
apabila ditunjang dengan sistem informasi akuntansi yang dapat berperan penting
dalam kelancaran proses produksi. Sistem informasi akuntansi yang dibutuhkan
Persediaan memegang peranan penting bagi perusahaan, oleh karena itu
kegiatan ini perlu mendapat perhatian yang besar dari perusahaan, karena
merupakan unsur aktiva perusahaan yang memiliki nilai materil dalam jumlah
yang relatif besar, serta merupakan aktiva yang sensitif terhadap waktu,
penurunan harga pasar, kerusakan dan kelebihan biaya yang disebabkan oleh
kesalahan dalam penanganannya.
Dengan adanya sistem informasi akuntansi persediaan yang diterapkan
perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pimpinan dan menejer
perusahaan, terutama dalam pengambilan keputusan dan dalam menentukan
langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan terutama dalam
melaksanakan aktivitas proses produksi agar berjalan dengan lancar. Oleh karena
itu, sistem informasi akuntansi persediaan diharapkan dapat menjadi unsur
pendukung bagi suatu perusahaan dalam menunjang kelancaran proses produksi.
Persediaan harus benar-benar diperhatikan dengan baik apabila persediaan
yang ada dalam perusahaan terlalu besar dibanding dengan kebutuhan, maka akan
menganggurnya sejumlah modal untuk jangka waktu tertentu dan bertambahnya
biaya dalam perusahaan. Sebaliknya persediaan yang terlalu sedikit dalam
perusahaan akan mengakibatkan resiko terganggunya operasi perusahaan karena
kehabisan persediaan.
Persediaan merupakan barang dagangan yang dibeli kemudian disimpan
untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan senantiasa
memberi perhatian yang besar dalam persediaan. Persediaan memilki arti yang
sangat strategis bagi perusahaan baik perusahaan dagang maupun perusahaan
Modal yang tertanam dalam persediaan sering kali merupakan harta lancar
yang paling besar dalam perusahaan, dan juga merupakan bagian yang paling
besar dari harta perusahaaan, Penjualan akan turun jika barang tidak tersedia
dalam bentuk, jenis, mutu dan jumlah yang diinginkan pelanggan. Prosedur
pembelian yang tidak efisien atau upaya penjualan yang tidak memadai dapat
membebani suatu perusahaan dengan persediaan yang berlebihan dan tidak
terjual. Jadi, penting bagi perusahaan untuk mengendalikan persediaan secara
cermat untuk membatasi biaya penyimpanan yang terlalu besar.
Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan, penyusutan maupun
pencurian. Oleh sebab itu pengendalian intern di perusahaan harus sangat
diperhatikan agar tidak menyebabkan kerugian terhadap perusahaan. Maka untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut suatu perusahaan haruslah
memiliki sistem pengendalian intern yang baik.
Pengendali intern bertujuan untuk melindungi harta perusahaan dan juga
agar informasi mengenai persediaan lebih dapat dipercaya. Pengendalian intern
persediaan dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pengamanan untuk
mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, maupun tindakan penyimpangan
lainnya.
Kerusakan, pemasukan yang tidak benar, lalai untuk mencatat permintaan,
barang yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pesanan, dan semua kemungkinan
lainnya dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan yang
sebenarnya ada di gudang. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan persediaan secara
Kebanyakan perusahaan melakukan perhitungan fisik setahun sekali, namun ada
juga yang melakukannya sebulan sekali dan sehari sekali.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin mengetahui sejauh mana
penerapan sistem informasi akuntansi dalam mengolah persediaan yang telah
diterapkan oleh perusahaan. Untuk itu penulis mengambil judul : “Sistem
Informasi Akuntansi Persediaan pada PT PERTAMINA (PERSERO) Marketing
Operation Region I Medan.”
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat keadaan yang telah disebutkan di atas, maka penulis akan
merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah sistem informasi akuntansi
persediaan yang digunakan PT Pertamina (Persero) sudah memenuhi prinsip
pengendalian intern?
C. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah sistem informasi akuntansi persediaan yang
diterapkan pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan sudah memenuhi
prinsip pengendalian intern.
2. Bagi penulis sendiri untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan pada program D-III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
3. Dapat digunakan sebagai pembanding bagi penulis-penulis lain untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan sistem informasi akuntansi
persediaan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai penerapan akuntansi
persediaan,
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian
bidang yang sama,
3. Memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian akuntansi yang
berhubungan dengan sistem persediaan,
4. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan pada jurusan
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Di Indonesia pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada
tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah
sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883. Sejak
era itu, kegiatan ekspolitasi minyak di Indonesia dimulai.
Era 1900: Masa Perjuangan
Setelah diproduksinya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri
perminyakan di tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus
bermunculan. Sampai dengan era 1950an, penemuan sumber minyak baru
banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah,
dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih dibawah pendudukan
Belanda yang dilanjutkan dengan Pendudukan Jepang.
Ketika pecah perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami
gangguan. Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah
merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau
pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak terhenti.
Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan
yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang ditinggalkan oleh
1957: Tonggak Sejarah Pertamina
Untuk mengelola aset perminyakan tersebut, pemerintah mendirikan sebuah
perusahaan minyak nasional pada 10 desember 1957 dengan nama PT Perusahaan
Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan
PERTAMINA menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh
perusahaan yang masih muda ini, pemerintah menerbitkan UU No. 8 pada 1971,
yang menempatkan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik
negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan
usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan Pertamina. Karena itu Pertamina
memainkan peran ganda yakni sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja
sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja (WK)
Pertamina. Sementara disisi lain Pertamina juga bertindak sebagai operator karena
juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya.
Era 2000: Perubahan Regulasi
Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001.
Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi
PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya. Peran regulator
diserahkan ke lembaga pemerintah sedangkan Pertamina hanya memegang satu
peran sebagai operator murni.
Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS yang
dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran regulator disektor hilir dijalankan
Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai
entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi, pengelolaan transportasi
pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Ini
merupakan wujud implementasi amanat UU No. 22 tahun 2001 yang mewajibkan
PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha
hulunya sebagai konsekuensi pemisahaan usaha hulu dengan hilir.
2005: Entitas Bisnis Murni
Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005.
Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September
2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak
Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) – yang berlaku
surut sejak 17 September 2003 – atas seluruh wilayah kuasa Pertambangan Migas
yang dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT
Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT
Pertamina EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan
penandatanganan KKS dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku
sejak 17 September 2005.
Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola
oleh PT Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT Pertamina
(Persero) melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint
Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen per tahun, PT
Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi penyumbang
laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga sekaligus untuk
menjawab tantangan pemerintah dan masyarakat yang menginginkan peningkatan
produksi migas nasional.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab dan
fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan
kegiatan pokok perusahaan dan agar perusahaan dapat berjalan kearah tujuan
yang diinginkan. Struktur organisasi merupakan wadah dari pelaksanaan
kegiatan dan mencerminkan atas pendeklarasian wewenang dan tanggung jawab
terhadap masing-masing bagian dalam perusahaan yang disusun dengan
pertimbangan yang sempurna dengan menempatkan dan menetapkan
orang-orang pada setiap unit perusahaan yang harus sesuai dengan pengetahuan dan
ketrampilan atau keahlian yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai dengan efektif dan efisien.
Struktur organisasi ini berguna untuk mencegah adanya kesenjangan
maupun tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab serta memudahkan
pimpinan perusahaan dalam mengawasi aktifitas yang dilakukan sehari-hari.
Sebaiknya untuk struktur organisasi perusahaan harus disusun sedemikian rupa
serta fleksibel untuk memungkinkan diadakan perubahan sesuai dengan
perkembangan organisasi dan penentuan struktur organisasi ini harus sesuai
PT Pertamina (Persero) MOR I menyusun struktur organisasinya
sedemikian rupa sehingga terlihat jelas pembagian tugas dan wewenangnya serta
pertanggungjawaban atas tugas yang didelegasikan dalam usahanya mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya struktur organisasi yang dimiliki
oleh perusahaan ini berbentuk garis dan staff (struktur terlampir), artinya
disamping pucuk pimpinan yang mempunyai wewenang komando, juga
diperlukan staff atau pejabat yang dapat memberikan masukan dan nasehat
sesuai dengan bidang keahliannya. Struktur PT Pertamina (Persero) MOR I
Medan dapat dilihat pada gambar 1.1.
C. Job Description
Berikut ini adalah deskripsi jabatan dari struktur organisasi PT Pertamina
(Persero) MOR I Medan dan setiap bagisannya memiliki tugas :
1. General Marketing Operation Region I
Berfungsi sebagai pengkordinasian, penyelenggaraan kegiatan pembekalan
dan pemasaran bahan bakar minyak dan gas bumi, di wilayah kerja Pertamina unit
pemasaran - I yang meliputi : Provinsi Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh,
Sumatera Barat, Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Tugas utama :
a. Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran bahan bakar, minyak dan gas bumi
di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.
b. Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, penjualan,
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan operasi di wilayah
kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.
d. Mengkoordinasikan kegiatan administrasi penunjang serta pembinaan sumber
daya manusia sehubungan dengan kegiatan pemasaran BBM agar terwujud
suatu sistem kerja yang produktif, efektif dan efisien.
e. Mengkoordinasikan hubungan kerja secara terpadu dengan pihak luar
sehubung dengan operasi wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.
f. Mengkoordinasikan penyusunan laporan mengenai kegiatan perusahaan
wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR – I
2. Finance Marketing Operation Region I Memiliki tugas antara lain :
a. Menyelenggarakan penyusunan dan pengawasan pemakaian anggaran PT
Pertamina (Persero) MOR I.
b. Menyelenggarakan kegiatan perbendaharaan PT Pertamina (Persero) MOR I.
c. Menyelenggarakan kegiatan Akuntansi PT Pertamina (Persero) MOR I.
d. Menyelenggarakan pengendalian keuangan PT Pertamina (Persero) MOR I.
3. Unit Manager Human Resources Sumbagut Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir kegiatan pembinaan perawatan Sumber Daya Manusia,
penelitian dan usul perbaikan norma-norma dan syarat-syarat kerja serta
b. Mengkoordinir kegiatan penyediaan jasa perawatan kesehatan pekerja dan
pengaturan fasilitas pekerja dan keluarganya.
c. Mengkoordinir kegiatan jasa konsultasi manajemen antara lain mengenai
sistem dan tata kejra organisasi dan evaluasi jabatan maupun tata laksananya.
4. IT Sumatera Region I Memiliki tugas antara lain:
a. Menerima, memprioritaskan dan menyelesaikan permintaan bantuan IT.
b. Instalasi, perawatan dan penyediaan dukungan harian baik untuk hardware
dan software, peralatan termasuk printer, scanner, tinta dan lain lain.
c. Maintain dan perawatan jaringan LAN.
d. Maintain dan perawatan komputer.
e. Memperbaiki berbagai masalah seputar hardware, software dan konektivitas,
termasuk di dalamnya akses pengguna dan konfigurasi komponen.
f. Bertanggung jawab untuk administrasi dan pemeliharaan teknis yang
menyangkut perusahaan dalam pembagian sistem database.
5. HSSE Area Manager Sumbagut Memiliki tugas antara lain :
a. Menyelenggarakan perencanaan, pengawasan, evaluasi dan penyuluhan
b. Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi sarana dan
fasilitas di Terminal BBM, depot filling plant LPG dan DPPU yang berkaitan
dengan HSSE.
c. Menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
d. Menyelenggarakan pengarahan dan penyuluhan pencegahan terhadap bahaya
kecelakaan kerja.
6. Fuel Retail Marketing Region Manager I Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan/penjualan BBM
subsidi dan BBK di wilayah Marketing Operation Region I.
b. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM
Subsidi, BBK dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga
penyalur.
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan
pemasaran BBM subsidi dan BBK.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM
subsidi dan BBK.
7. Industrial Marketing Region Manager I Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM
Nonsubsidi ke agen BBM Industri, Customer Industri dan Perkapalan
b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM
Nonsubsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan kea gen
BBM Industri, Customer Industri dan perkapalan termasuk SPBB.
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan
pemasaran BBM Nonsubsidi dan BBK oleh agen BBM Industri, Customer
Industri dan perkapalan termasuk SPBB.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM
Nonsubsidi dan BBK.
8. S&D Region Manager I Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan, penyimpanan, penerimaan dan
pembekalan BBM/NBBM serta pengaturan layanan dan transportasi.
b. Mengkoordinasi kegiatan penerimaan, penimbunan BBM dan NBBM untuk
penyaluran ke depot dan konsumen.
c. Menyusun rencana dan melakukan pengawasan distribusi BBM dan NBBM
serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina MOR I.
9. Aviation Area Manager Sumbagut Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk
Avtur dan Avigas.
b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan produk
Avtur dan Avigas.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan produk
Avtur dan Avigas.
10. Domestic Gas Region Manager I Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG
Subsidi dan Nonsubsidi.
b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG
Subsidi dan Nonsubsidi.
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan LPG
Subsidi dan Nonsubsidi.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan LPG
Subsidi dan Nonsubsidi.
11. Petrochemical Marketing Area Manager Sumatera Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan
produk-produk Petrochemical.
b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan
produk-produk Petrochemical.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan
produk-produk Petrochemical.
12. Technical Services Region Manager I Memiliki tugas antara lain :
a. Menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan pembangunan baru dan
pemeliharaan seluruh sarana distribusi dan pemasaran di Pertamina
Marketion Operation Region I.
b. Menyelenggarakan pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan pembangunan
baru dan pemeliharaan distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketing
Operation Region I.
c. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan administrasi teknis.
d. Melaksanakan proses lelang dan pengawasan proyek pengadaan pemeliharaan
dan pembangunan di wilayah Marketing Operation I.
13. Marketing Branch Manager NAD Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan
BBM Subsidi dan BBK di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.
b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM
Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan
pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM
Subsidi dan BBK.
14. Marketing Branch Manager Sumbar/Riau Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan
BBM Subsidi dan BBK di wilayah Sumatera Barat dan Riau.
b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM
Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga
penyalur.
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan
pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM
Subsidi dan BBK.
15. Marketing Branch Manager Kepri Memiliki tugas antara lain :
a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan
BBM Subsidi dan BBK di wilayah Kepulauan Riau.
b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM
Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga
c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan
pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.
d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM
Subsidi dan BBK.
D. Jaringan usaha
Jaringan usaha PT Pertamina MOR I Medan mencakup antara lain :
1. PT Nusantara Regas
2. Dana Pensiun Pertamina (DP Pertamina)
3. PT Pertamina Dana Ventura
4. PT Pertamina Bina Medika
5. PT Tugu Prtama Indonesia
6. PT Pertamina Training & Consulting
7. PT Patra Jasa
8. PT Patra Dok Dumai
9. PT Pelita Air Service
10. PT Pertamina Trans Kontinental
11. PT Pertamina Retail
12. PT Pertamina Patra Niaga
13. Pertamina EnergyService PTE LIMITED
15. PT Pertamina Gas
16. PT Pertamina Drilling Service Indonesia
17. PT PertaminaGeotgermal Energy
18. PT Pertamina Hulu Energy
19. PT Pertamina EP Cepu
20. PT Pertamina EP
D. Kinerja Usaha Terkini
Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energy dan
petrokimia, terbagi ke dalam dua sektor, yaitu Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh
kegiatan kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan petungan.
Kegiatan usaha Pertamina Hulu Pertamina meliputi eksplorasi dan produksi
minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan
gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan
di dalam negeri dikerjakan oleh Hulu dan melalui kerja sama dengan mitra
sedangkan untuk perusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis
bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas
bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam
negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha
di bidang pemboran minyak dan gas.
Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan cadangan migas
baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah di produksikan. Upaya ini dilakukan
Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melakui operasi sendiri dan
konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak
dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery),
JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC
(Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), Penyertaan
berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest),
serta proyek pinjaman, sedangkan pengusahaan panas bumi berbentuk JOC
(Joint Operating Contract).
Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 (tujuh)
Daerah Operasi Hulu (DOH). Ketujuh daerah operasi tersebut adalah DOH
Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatera Bagian Utara yang berpusat di
Rantau Parapat, DOH Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi, DOH
Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat
berpusat di Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH
Kalimantan berpusat di Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.
Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 (empat) area panas bumi
dengan total kapasitas terpasang sebesar 402 MW. Keempat area panas bumi
tersebut adalah Area Kamojang – Jawa Barat (200 MW), Lahendong –
Sulawesi Utara (80 MW), Sibayak – Sumatera Utara (12 MW), dan Ulubelu –
Lampung (110 MW).
Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama
dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-EOR, 15 JOB-PSC, 44
TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP), dan 5 proyek loan. Sedangkan untuk
Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan
usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra.
Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak
dan gas melalui Pertamina Drilling Services (PDS) yang memiliki 26 unit rig
pemboran serta anak perusahaan PT Usayana yang memiliki 7 rig pemboran.
Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan
panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.
Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga,
dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik didalam maupun keluar negeri
yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana
transportasi darat dan laut. Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan,
Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.
Bidang pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total
1.041,20 Ribu Barel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang
petrokimia dan memproduksi NBBM. Disamping kilang minyak, Pertamina hilir
mempunyai kilang LNG di Arun dan di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6
train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar
12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 18,5 Juta Ton per tahun. Beberapa kilang
tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Musi,
Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Mundu.
Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan grade
HVI- 60, HVI- 95, HVI-160 S, dan HVI-650. Produksi lube base oil ini
disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi produk
E. Rencana Usaha
Adapun rencana kegiatan PT Pertamina (Persero) MOR I Medan saat ini
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produksi dari kegiatan eksiting.
2. Melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi termasuk melalui cara
anorganik (akuisisi).
3. Mengembangkan potensi CBM di wilayah Pertamina.
4. Melakukan aliansi strategis untuk ekspansi maupun membangun kemampuan
spesifik.
5. Meningkatkan bisnis perniagaan gas di dalam negeri serta memanfaatkan
peluang untuk memperbesar bisnis transportasi dan pemrosesan gas melalui
sinergisitas dengan anak perusahaan Pertamina lainnya.
6. Pro aktif dalam perumusan pricing policy selaras dengan kebijakan nasional.
7. Peningkatan kapasitas dan kemampuan spesifik jasa pengeboran untuk
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sistem Informasi Akuntansi
mendasari sistem informasi fungsional yang lainnya seperti sistem informasi
keuangan, sistem informasi pemasaran, sistem informasi produksi dan sistem
informasi sumber daya manusia. Sistem-sistem informasi lain membutuhkan data
keuangan dari sistem informasi akuntansi.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu perusahaan yang akan membangun
sistem informasi manajemen, disarankan untuk membangun sistem informasi
akuntansi terlebih dahulu. Fungsi penting yang dibentuk sistem informasi
akuntansi (SIA) pada sebuah organisasi antara lain : Mengumpulkan dan
menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi, memproses data menjadi
informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan, melakukan
kontrol secara tepat terhadap aset organisasi.
Proses dalam SIA menggunakan sistem pemrosesan transaksi untuk
mencatat berbagai operasi transaksi yang terjadi, yang mempengaruhi status
finansial organisasi. Sistem ini mengenai operasional sistem akuntansi, dan
menangani laporan historis dari semua transaksi yang terjadi dalam jumlah besar.
Selain itu, sistem ini membuat berbagai laporan seperti laporan keseimbangan
keuangan dan rekening masukan yang semuanya memberikan gambaran finansial
dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan ke para pengguna.
Salah satu kerangka kerja sistem informasi ialah sistem informasi akuntansi.
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Ahli
1. Menurut Wilkinson dan Cerullo (1995)
struktur yang menyatu dalam suatu entitas, yang menggunakan sumber daya
fisik dan komponen lain, untuk merubah data transaksi keuangan/akuntansi
menjadi informasi akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan
informasi dari para pengguna atau pemakainya (users)”.
2. Menurut George (1996) pengertian sistem informasi akuntansi adalah,
“Kumpulan sumber daya, seperti: manusia dan peralatan, yang diatur untuk
mengubah data menjadi informasi akuntansi.” Informasi ini dikomunikasikan
kepada para penggunanya untuk berbagai pengambilan keputusan.
3. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi menurut Mulyadi
(2001) mendefinisikan : “Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan
dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan.”
4. Menurut Warren (1995)
manajemen perusahaan guna mendapatkan informasi yang akan digunakan
untuk mengelola perusahaan dan untuk menyusun laporan keuangan bagi
pemilik, kreditor, dan pihak lain yang berkepentingan.”
5. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi menurut Baridwan (1998)
catatan, prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai
suatu mengenai usaha suatu kesalahan ekonomis dengan tujuan untuk
menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh
manejemen untuk mengawasi usaha-usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga
pemerintah untuk menilai hasil operasi.”
Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu kombinasi dari berbagai sumber daya
yang dirancang untuk memproses data akuntansi dan keuangan yang ada dan
mengubahnya menjadi informasi yang dibutuhkan perusahaan untuk pengambilan
keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2001), sistem informasi memiliki empat tujuan umum
dalam penyusunannya, yaitu :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru. ada, baik
mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (realibility) informasi akuntansi dan
untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan.
Adapun langkah-langkah yang diambil oleh PT Pertamina (Persero) MOR I
Medan dalam melaksanakan pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
1. Salesman melakukan convassing, kemudian menghasilkan sales order.
2. Berdasarkan sales order yang masuk, maka pembukuan akan dapat dilanjutkan
melalui delivery order.
3. Setelah delivery order, invoice digunakan agar perusahaan akan lebih mudah
dalam pencatatan pembukuan, karena invoice merupakan bukti terjadinya
pembelian atau penjualan secara tunai.
4. Dari invoice dibuat Buku Bank Pertama (yang jumlahnya selalu nihil setiap
akhir minggu) untuk transaksi penjualan. Pembukuan bank pertama akan
ditransfer ke Pusat setiap akhir minggu.
5. Dengan pembukuan tersebut, laporan AR ( account receivable) akan dapat di
laksakan dan disusun pada laporan keuangan arus kas (cash flow) yang
akhirnya akan diketahui jumlah saldo kas di perusahaan. Setiap jenis transaksi
menempuh prosedur tertentu yang mencakup dokumen sumber, arsip, tahap
pemrosesan, kendali dan keluaran yang semuanya bersifat khusus. Namun pada
setiap prosedur transaksi melakukan langkah yang dikenal sebagai siklus
akuntansi (accounting cycle). Proses akuntansi adalah proses pengolahan data.
Menurut Sttetler (1978) menggambarkan elemen umum yang dipakai dalam
setiap pengolahan data seperti : transaksi disetujui (tertulis/lisan), transaksi
dilaksanakan, transaksi dicatat(manual/mekanis EDP), catat transaksi secara
kronologis, catatan dikasifikasikan, dan yang terakhir informasi dilaporkan.
atau proses akuntansi yang dimulai dari transaksi sampai pada tahap pelaporan.
Siklus akuntansi atau disebut juga proses akuntansi. Dari definisi sistem akuntansi
tersebut unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri
dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, surat laporan. Tujuan umum
pengembangan sistem akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyediakan informasi bagi pengolahan kegiatan usaha baru.
2. Untuk menyediakan informasi yang dihasilkan oleh sistemyang sudah ada baik
mengenai mutu, ketetapan penyajian, maupun struktur informasinya.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (reability) informasi akuntansi dan
untukmenyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban
perlindungan kekayaan perusahaan.
B. Persediaan
1. Pengertian Persediaan (Inventory)
Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan
barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll) yang
secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock) untuk
manghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung. Untuk
lebih jelasnya mengenai persediaan, maka akan dipaparkan pengertian persediaan.
a. Miller (1997) menjelaskan bahwa “inventory is theory hardly enquires
education and inventory immediately brings to minds a stock of some kind of
physical commodity.”
b. Rangkuti (2007) menyatakan bahwa “persediaan adalah bahan-bahan, bagian
yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam
perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang
disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap
waktu.”
c. Baroto (1976) menyatakan bahwa “persediaan adalah bahan mentah, barang
dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan
pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan.”
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material
yang berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan
dalam suatu tempat atau gudang dimana barang tersebut menunggu untuk diproses
atau diproduksi lebih lanjut.
2. Penyebab Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Baroto
(2002) mengatakan bahwa penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut.
a. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang
tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelummya.
Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan
b. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat:
permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu
kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu
produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung
tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian
ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
c. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar
dari kenaikan harga di masa mendatang.
3. Jenis-Jenis Persediaan
Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara
pengelolaan yang berbeda. Rangkuti (2007) memaparkan persediaan dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis.
a. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang
berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang digunakan
dalam proses produksi.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components),
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit menjadi
suatu produk.
c. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih
d. Persediaaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual atau
dikirim kepada pelanggan.
4. Fungsi-Fungsi Persediaan
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta menyampaikannya pada para pelanggan atau
konsumen. Rangkuti (2007) menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan oleh
suatu perusahaan/pabrik adalah sebagai berikut.
a. Fungsi Decoupling Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan
bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada
pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang
dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual
perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan
yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak
dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.
b. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan
penghematan atau potongan pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi
lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya- biaya yang timbul karena
c. Fungsi Antisipasi Apabila perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa
lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan
persediaan musiman (seasional inventories).
Adapun jenis-jenis persediaan dari PT Pertamina (Persero) MOR I Medan
adalah sebagai berikut :
1. Bahan Bakar Minyak :
a. BioPertamax,
b.
c. BioPremium,
d.
e. Kerosine
f. Avtur
2. Non-minyak :
a. Minarex
b. HVI 90
c. HVI 160
d. Lube Base
e. Green Coke
f.
3. Gas:
a.
c. Vigas
d.
e. CNG
f. Musicool
4. Pelumas :
a. Fastron adalah minyak lumas mesin kendaraan dengan bahan dasar semi
synthetic.
b. Prima XP SAE 20W - 50 adalah pelumas produksi
bensin.
c. Mesran Super SAE 20W-50 adalah pelumas mesin bensin.
d. Mesrania 2T Super-X adalah pelumas mesin bensin dua langkah yang
berpendingin air seperti mesin tempel atau speed boat. Pelumas ini
diproduksi oleh Pertamina. Juga cocok untuk penggunaan pada motor
tempel yang lebih kecil dan mesin ketam, mesin gergaji, bajaj dan bemo.
e. 2T Enviro merupakan
bakar
pelumas
Direkomendasikan untuk digunakan pada mesin kendaraan 2 Tak berbahan
bakar bensin dengan pendingin udara.
f. Enduro 4T
g. Meditran
h. Rored
i. Petrokimia : Pure Teraphithalic Acid (PTA), Paraxyline, Benzene,
C. Prosedur Pengeluaran Persediaan
Tujuan pengeluaran persediaan pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan
dikategorikan untuk penjualan. Sedangkan transaksi pengeluaran persediaan yang
terjadi pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan sebagian besar ditujukan
untuk kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan sehari-hari perusahaan telah
ditetapkan oleh perusahaan pusat dengan memberikan dropping cash dari kantor
pusar sehingga persediaan perusahaan benar-benar digunakan untuk keperluan
perusahaan cabang.
Cara-cara pembayaran persediaan di PT Pertamina (Persero) MOR I
Medan yaitu dengan menggunakan Cash (tunai) yaitu adanya kwitansi
pembayaran. Yaitu cara yang dilakukan dalam sistem penjualan dengan
penyetoran langsung ke bank atau ke bagian sales administrasi perusahaan.
Dimana pembeli memesan terlebih dahulu ke bagian penjualan dan sales
administrasi membuat invoice, sales administrasi meneruskan faktur tersebut
kebagian logistik dan barang persedian yang dibeli tersebut diserahkan ke
customer sesuai dengan yang tertera di faktur, sales administrasi menerima
pembayaran dan meneruskan ke bagian akuntansi.
Setiap transaksi pembelian persediaan pada PT Pertamina (Persero) MOR I
Medan harus terlebih dahulu memesan produk. Artinya produk tidak ada setiap
saat. Bukan berarti persediaan perusahaan terbatas, tetapi persediaan
produk-produk akan disesuaikan dengan permintaan. Dengan demikian stok persediaan
D. Pengendalian Intern Persediaan 1. Pengertian Pengendalian Intern
Defenisi pengendalian intern menurut Mulyadi (2008) mengemukakan
“sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan kendala data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen. Dari definisi pengendalian intern yang
dikemukakan tersebut dapat ditemukan beberapa konsep dasar berikut :
a. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu,
atau merupakan suatu rangkaian tindakan yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan.
b. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman, kebijakan, formulir,
namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup
dewan komisaris, manajemen dan personil lain.
c. Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,
bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.
Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan
pertimbangan manfaat serta pengorbanan dalam pencapaian tujuan
pengendalian, menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan
keyakinan mutlak.
d. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan
Sistem pengendaliaan intern meliputi struktur organisasi, metode, dan
ukuran yang diorganisasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan kehandalan data akuntansi, mendorong efisiensi untuk dipatuhinya
kebijakan manajemen. Sistem pengendalian intern merupakan kebijakan, praktik,
dan prosedur yang digunakan organisasi untuk mencapai empat tujuan utama :
a. Untuk menjaga aktiva perusahaan.
b. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkan catatan dan informasi
akuntansi.
c. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.
d. Untuk mengukur kesesuaian kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan
oleh manajemen.
2. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2009) untuk menciptakan sistem pengendalian intern
yang baik dalam perusahaan maka ada empat unsur pokok yang harus dipenuhi
antara lain.
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung
jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Dalam perusahaan
manufaktur misalnya, kegiatan pokoknya adalah memproduksi dan menjual
produk. Untuk melaksanakan kegiatan pokok tersebut dibentuk departemen
produksi, departemen pemasaran, dan departemen keuangan dan umum.
unit-unit organisasi yang lebih kecil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini
didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini :
1) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi
akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan suatu kegiatan misalnya pembelian. Setiap kegiatan dalam
perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki
kewenangan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan
adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva
perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang
untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
2) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap suatu
transaksi.
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam
organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang
memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh
karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam
organisasi. Oleh karena itu penggunaan formulir harus diawasi sedemikian
rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Di pihak lain, formulir
merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencatatan transaksi
dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data
ketelitian dan keandalan (realibility) yang tinggi. Dengan demikian sistem
otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat
dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses
akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan
informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang,
pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam
menciptakan praktik yang sehat adalah :
1) Penggunaan formulir bernomor urut bercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan
alat yang memberikan otorisasi terlaksananya transasksi.
2) Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak
dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan
diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
3) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu
orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang atau unit
organisasi lain.
4) Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara
rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari.
5) Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan
6) Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan.
Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan
keandalan catatan akuntansinya.
7) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
untur-unsur sistem pengndalian yang lain.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya. Untuk
mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya berbagai cara
berikut ini dapat ditempuh :
1) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh
pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang mempunyai kecakapan
sesuai dengan tuntutan tanggung jawab yang akan dipikulnya, manajemen
harus mengadakan analisis jabatan yang ada dalam perusahaan dan
menentukan syarat-syarat yang dipenuhi oleh calon karyawan yang
menduduki jabatan tersebut.
2) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
3) Misalnya untuk menjamin transaksi penjualan dilaksanakan oleh karyawan
yang kompeten dan dapat dipercaya, pada saat seleksi karyawan untuk
mengisi jabatan masing-masing kepala fungsi pembelian, kepala fungsi
penerimaan dan fungsi akuntansi, manajemen puncak membuat uraian
jabatan (job description) dan telah menetapkan persyaratan jabatan (job
jabatan-jabatan tersebut telah digunakan persyaratan jabatan-jabatan tersebut sebagai
kriteria seleksi.
3. Prinsip-prinsip Sistem Pengendalian Intern
Menurut Bambang Hartadi (1999) Untuk dapat mencapai tujuan
pengendalian akuntansi, suatu sistem harus memenuhi prinsip dasar pengendalian
intern yang meliputi :
a. Pemisahan fungsi
Tujuan utama pemisahan fungsi untuk menghindari dan pengawasan segera
atas kesalahan atau ketidakberesan. Adanya pemisahan fungsi untuk dapat
mencapai suatu efisiensi pelaksanaan tugas.
b. Prosedur pemberian wewenang
Tujuan prinsip ini adalah untuk menjamin bahwa transaksi telah diotorisir
oleh orang yang berwenang.
c. Prosedur dokumentasi
Dokumentasi yang layak penting untuk menciptakan sistem pengendalian
akuntansi yang efektif. Dokumentasi memberi dasar penetapan
tanggungjawab untuk pelaksanaan dan pencatatan akuntansi.
d. Prosedur dan catatan akuntansi
Tujuan pengendalian ini adalah agar dapat disiapkannya catatan-catatan
akuntansi yang yang teliti secara cepat dan data akuntansi dapat dilaporkan
e. Pengawasan fisik
Berhubungan dengan penggunaan alat-alat mekanis dan elektronis dalam
pelaksanaan dan pencatatan transaksi.
f. Pemeriksaan intern secara bebas
Menyangkut pembandingan antara catatan asset dengan asset yang betul-betul
ada, menyelenggarakan rekening-rekening kontrol dan mengadakan
perhitungan kembali penerimaan kas . Ini bertujuan untuk mengadakan
pengawasan kebenaran data.
Perusahaan menggunakan pengendalian internal untuk mengerahkan operasi
perusahaan, melindungi aktiva, dan mencegah penyalahgunaan sistem perusahaan.
PT Pertamina (Persero) MOR I Medan telah menerapkan prinsip-prinsip fungsi
pengendalian intern yang baik dalam sistem persediaan yaitu dengan di pimpin
oleh manajer bidang persedian. Manajer bidang persediaan bertanggung jawab
atas kegiatan atau transaksi yang berhubungan dengan persediaan perusahaan baik
pengeluaran maupun pemasukan persedian. Tugas lain dari manajer persedian
yaitu mengkoordinasi kegiatan pemasaran meliputi pengadaan, penjualan,
pengangkutan, penimbunan dan penyaluran persediaan.
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) (2005),
mendefinisikan sebagai pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua cara
dan alat-alat yang dikoordinasikan dan dipergunakan dalam perusahaan dengan
tujuan untuk menjaga keamanan harta mulik perusahaan, memeriksa ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, meningkatkan data efisiensi usaha dan menjaga agar
Berdasrkan tujuannya, pengendalian intern mencakup pengendalian
akuntansi (accounting control) dan pengendalian administrasi (administrasion
control). Pengendalian akuntansi terdiri dari struktur organisasi dan
metode-metode atau prosedur yang berhubungan langsung dengan pengamanan aktiva dan
ketelitian pencatatan transaksi keuangan. Pengendalian akuntansi biasanya
mencakup pengawasan mengenai otorisasi, dengan melakukan pemisahan fungsi
dalam organisasi secara tegas, atau fungsi pelaksanaan (operation), penyimpanan
(custodian), dan penyelenggaraan catatan (recording). Sistem pengendalian intern
berfungsi dengan baik, yaitu dalam menjaga keamanan harta perusahaan,
ketelitian dan kebenaran informasi keuangan, meningkatkan efisiensi dan
mematuhi kebijakan perusahaan, apabila empat syarat berikut ini terpenuhi.
a. Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tetap.
b. Pemberian wewenang yang pas dan prosedur pembukuan yang baik yang
menunjang pengawasan akuntansi terhadap aktiva, kewajiban, pendapatan
dan beban usaha.
c. Terselenggaranya praktik sehat dan melaksanakan fungsi masing-masing.
d. Karyawan dengan tingkat kecukupan memadai sesuai dengan tanggung
jawabnya.
E. Pemeriksaan Persedian
Pemeriksaan persediaan merupakan suatu jasa atau kegiatan yang dihasilkan
untuk membandingkan kesesuaian informasi persediaan yang dibuat oleh pihak
internal auditor. Hasil dan pemeriksaan tersebut sebagai informasi bagi pihak
managemen apakah persediaan yang dimiliki perusahaan telah diawasi dengan
benar dan tetap, baik nilai, prosedur mapun lingkungannya. Selain pemisahan
tugas, hal ini akan dilaksanakan oleh perusahaan untuk menghargai terjadinya
penyimpangan atau penyelewengan persediaan adalah dengan cara melakukan
pemeriksaan yang dilaksanakan pada akhir tahun atau akhir periode, pemeriksaan
ini dilakukan oleh internal auditor.
Pemeriksaan persediaan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur
pemeriksaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu bagian audit internal
melakukan pemeriksaan persediaan setiap 6 bulan, sedangkan pemeriksaan harian
dilaksanakan setiap hari. Audit internal akan melaksanakan pemeriksaan persediaan
dan kemudian diserahkan ke pusat agar dikoreksi kebenarannya. Selain mengadakan
pemeriksaan stok persediaan untuk mencegah penyelewengan atau pemakaian
persediaan oleh yang tidak berhak, perhitungan jumlah persediaan juga dilakukan
oleh perusahaan.
Perhitungan ini dilakukan oleh beberapa orang yang ditunjuk pimpinan
perusahaan dihadapkan kepada kepala gudang dan dihadiri beberapa orang lain yang
ditugaskan untuk melakukan perhitungan persediaan. Hasil pemeriksaan persedian
tersebut dilaksanakan untuk membuat keputusan oleh kantor pusat di Jakarta.
Untuk lebih sempurna sistem pengawasan persediaan perusahaan, pihak
managemen juga senantiasa melaksanakan perbandingan antara anggaran
persediaan dengan realisasinya setiap 6 bulan. Hal ini brtujuan untuk menilai
apakah anggaran yang telah disetujui sesuai dengan kenyataannya. Apabila terjadi
Dalam Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (1990), menggunakan norma
pemeriksaan berbunyi sebagai berikut : “sistem pengendalian intern yang ada harus
dipelajari dan dinilai secukupnya untuk menentukan dapat atau tidaknya sistem
tersebut dapat diandalkan sebagai dasar untuk menetapkan luasnya pengujian yang
harus dilakukan serta prosedur pemeriksaan yang akan digunakan”.
Pada hakikatnya pemeriksaan dimaksudkan untuk menilai kewajaran
laporan keuangan yang didasarkan pada ketaatannya terhadap prinsip aktiva yang
berlaku. Ini berarti juga bahwa laporan keuangan yang disajikan bebas dari
kemungkinan kesalahan material. Namun akuntan diwajibkan untuk melakukan
usaha-usaha pemeriksaan untuk memastikan bahwa laporan keuangan tidak
mengandung kesalahan material. Umumnya dikenal 2 tipe kesalahan yaitu : error
dan irregularities. Kedua tipe ini harus diwaspadai dan auditor harus mencari
prosedur yang menemukan kedua tipe kesalahan ini. Kesalahan ini biasanya dapat
ditemukan dengan mengamati kelemahan sistem pengawasan intern, menilai
tingkat kejujuran manajemen, melihat transaksi yang tidak biasa, dan lain-lain.
F. Pembahasan
Adapun prinsip-prinsip pengendalian intern yang di terapkan pada PT
Pertamina MOR I Medan adalah :
1. Pemisahan Fungsi
Pada PT Pertamina MOR I Medan pemisahan fungsi sudah dilakukan yaitu
dengan adanya struktur organisasi. Kita dapat melihat masing-masing tugas
dan wewenang sudah diklasifikasikan dengan tujuan untuk mencapai suatu
2. Prosedur Pemberian wewenang
Tujuan prinsip ini adalah untuk menjamin bahwa transaksi telah diotorisir
oleh orang yang berwenang. Pada PT Pertamina sendiri transaksi
dilakukan dengan cara dimana pembeli memesan terlebih dahulu ke bagian
penjualan dan sales administrasi membuat invoice, sales administrasi
meneruskan faktur tersebut kebagian logistik dan barang persedian yang
dibeli tersebut diserahkan ke customer sesuai dengan yang tertera di
faktur, sales administrasi menerima pembayaran dan meneruskan ke
bagian akuntansi.
3. Prosedur Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan PT Pertamina adalah dengan mencatat setiap
transaksi yang terjadi yaitu berupa faktur, invoice, serta rekapitulasi
permintaan dan pengeluaran persediaan.
4. Prosedur dan Catatan Akuntansi
Siklus pencatatan pembukuan persediaan pada PT Pertamina dilaksanakan
dengan adanya bukti-bukti pengeluaran berupa invoice, pelaporan kas dengan
menggunakan buku bank petama, laporan piutang (account receivable), serta
laporan keuangan dengan pencatatan laporan arus kas.
5. Pengawasan Fisik
Pengwasasan fisik yang dilakukan PT Pertamina berupa pemeriksaan
persediaan secara berkala. Yaitu setiap persediaan diperiksa 6 bulan sekali,
6. Pemeriksaan Intern secara bebas
Pemeriksaan ini dilakukan oleh internal auditor. Hasil dan pemeriksaan
sebagai informasi bagi pihak managemen apakah persediaan yang dimiliki
perusahaan telah diawasi dengan benar dan tetap, baik nilai, prosedur
mapun lingkungannya. Selain pemisahan tugas, hal ini akan dilaksanakan
oleh perusahaan untuk menghargai terjadinya penyimpangan atau
penyelewengan persediaan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan
yang dilaksanakan pada akhir tahun atau akhir periode, pemeriksaan ini
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian-uraian yang penulis sampaikan pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan dan mengajukan saran-saran yang
akan bermanfaat dan berguna pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan di masa
yang akan datang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan
dengan landasan teori yang berhubungan, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa Sistem Informasi Akuntansi persediaan pada PT Pertamina (Persero) MOR
I Medan berjalan dengan baik karena telah memenuhi prinsip-prinsip
pengendalian intern.
B. Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang ingin penulis sampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Pada pencatatan pembukuan siklus akuntansi hendaknya dilaksanakan sesuai
dengan sistem akuntansi, dimana datanya akan dimulai dari transaksi sampai
pada saat pelaporan. Pencatatan yang terjadi akan lebih terencana dan dapat
mengetahui penyimpangan yang terjadi sehingga manajemen dapat lebih
mudah melakukan usaha-usaha koreksi dan perbaikan secara lebih dini.
2. Perlu adanya manajemen persediaan yang lebih baik yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul. “Ilmu Akuntansi.” 15 Juni 2015.
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Dewi, Ika. “This Is My World.” 15 Juni 2015.
Hartadi, Bambang. 1999. Sistem Pengendalian Internal. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE.
Hartadi, Bambang. 1997. Sistem Pengendalian Intern. Edisi Kedua. Yogyakarta : Salemba Empat.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat.
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat.