• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi Akuntansi

perusahaan, terutama dalam pengambilan keputusan dan dalam menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan terutama dalam melaksanakan aktivitas proses produksi agar berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, sistem informasi akuntansi persediaan diharapkan dapat menjadi unsur pendukung bagi suatu perusahaan dalam menunjang kelancaran proses produksi.

Persediaan harus benar-benar diperhatikan dengan baik apabila persediaan yang ada dalam perusahaan terlalu besar dibanding dengan kebutuhan, maka akan menganggurnya sejumlah modal untuk jangka waktu tertentu dan bertambahnya biaya dalam perusahaan. Sebaliknya persediaan yang terlalu sedikit dalam perusahaan akan mengakibatkan resiko terganggunya operasi perusahaan karena kehabisan persediaan.

Persediaan merupakan barang dagangan yang dibeli kemudian disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan senantiasa memberi perhatian yang besar dalam persediaan. Persediaan memilki arti yang sangat strategis bagi perusahaan baik perusahaan dagang maupun perusahaan industri.

Modal yang tertanam dalam persediaan sering kali merupakan harta lancar yang paling besar dalam perusahaan, dan juga merupakan bagian yang paling besar dari harta perusahaaan, Penjualan akan turun jika barang tidak tersedia dalam bentuk, jenis, mutu dan jumlah yang diinginkan pelanggan. Prosedur pembelian yang tidak efisien atau upaya penjualan yang tidak memadai dapat membebani suatu perusahaan dengan persediaan yang berlebihan dan tidak terjual. Jadi, penting bagi perusahaan untuk mengendalikan persediaan secara cermat untuk membatasi biaya penyimpanan yang terlalu besar.

Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan, penyusutan maupun pencurian. Oleh sebab itu pengendalian intern di perusahaan harus sangat diperhatikan agar tidak menyebabkan kerugian terhadap perusahaan. Maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut suatu perusahaan haruslah memiliki sistem pengendalian intern yang baik.

Pengendali intern bertujuan untuk melindungi harta perusahaan dan juga agar informasi mengenai persediaan lebih dapat dipercaya. Pengendalian intern persediaan dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, maupun tindakan penyimpangan lainnya.

Kerusakan, pemasukan yang tidak benar, lalai untuk mencatat permintaan, barang yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pesanan, dan semua kemungkinan lainnya dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan yang sebenarnya ada di gudang. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan persediaan secara periodik atas catatan persediaan dengan perhitungan yang sebenarnya.

Kebanyakan perusahaan melakukan perhitungan fisik setahun sekali, namun ada juga yang melakukannya sebulan sekali dan sehari sekali.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin mengetahui sejauh mana penerapan sistem informasi akuntansi dalam mengolah persediaan yang telah diterapkan oleh perusahaan. Untuk itu penulis mengambil judul : “Sistem Informasi Akuntansi Persediaan pada PT PERTAMINA (PERSERO) Marketing Operation Region I Medan.”

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat keadaan yang telah disebutkan di atas, maka penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah sistem informasi akuntansi persediaan yang digunakan PT Pertamina (Persero) sudah memenuhi prinsip pengendalian intern?

C. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah sistem informasi akuntansi persediaan yang diterapkan pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan sudah memenuhi prinsip pengendalian intern.

2. Bagi penulis sendiri untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada program D-III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Dapat digunakan sebagai pembanding bagi penulis-penulis lain untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan sistem informasi akuntansi persediaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai penerapan akuntansi persediaan,

2. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian bidang yang sama,

3. Memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian akuntansi yang berhubungan dengan sistem persediaan,

4. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan pada jurusan manajemen keuangan.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Di Indonesia pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883. Sejak era itu, kegiatan ekspolitasi minyak di Indonesia dimulai.

Era 1900: Masa Perjuangan

Setelah diproduksinya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri perminyakan di tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus bermunculan. Sampai dengan era 1950an, penemuan sumber minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih dibawah pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan Pendudukan Jepang.

Ketika pecah perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami gangguan. Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak terhenti.

Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara.

1957: Tonggak Sejarah Pertamina

Untuk mengelola aset perminyakan tersebut, pemerintah mendirikan sebuah perusahaan minyak nasional pada 10 desember 1957 dengan nama PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan PERTAMINA menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, pemerintah menerbitkan UU No. 8 pada 1971, yang menempatkan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan Pertamina. Karena itu Pertamina memainkan peran ganda yakni sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja (WK) Pertamina. Sementara disisi lain Pertamina juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya.

Era 2000: Perubahan Regulasi

Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001. Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya. Peran regulator diserahkan ke lembaga pemerintah sedangkan Pertamina hanya memegang satu peran sebagai operator murni.

Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS yang dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran regulator disektor hilir dijalankan oleh BPH MIGAS yang dibentuk dua tahun setelahnya pada 2004.

Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi, pengelolaan transportasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No. 22 tahun 2001 yang mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahaan usaha hulu dengan hilir.

2005: Entitas Bisnis Murni

Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) – yang berlaku surut sejak 17 September 2003 – atas seluruh wilayah kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan KKS dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September 2005.

Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery).

Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen per tahun, PT Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi penyumbang laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga sekaligus untuk menjawab tantangan pemerintah dan masyarakat yang menginginkan peningkatan produksi migas nasional.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab dan fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan dan agar perusahaan dapat berjalan kearah tujuan yang diinginkan. Struktur organisasi merupakan wadah dari pelaksanaan kegiatan dan mencerminkan atas pendeklarasian wewenang dan tanggung jawab terhadap masing-masing bagian dalam perusahaan yang disusun dengan pertimbangan yang sempurna dengan menempatkan dan menetapkan orang-orang pada setiap unit perusahaan yang harus sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan atau keahlian yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Struktur organisasi ini berguna untuk mencegah adanya kesenjangan maupun tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab serta memudahkan pimpinan perusahaan dalam mengawasi aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Sebaiknya untuk struktur organisasi perusahaan harus disusun sedemikian rupa serta fleksibel untuk memungkinkan diadakan perubahan sesuai dengan perkembangan organisasi dan penentuan struktur organisasi ini harus sesuai dengan sifat dan jenis aktivitas serta kebutuhan perusahaan.

PT Pertamina (Persero) MOR I menyusun struktur organisasinya sedemikian rupa sehingga terlihat jelas pembagian tugas dan wewenangnya serta pertanggungjawaban atas tugas yang didelegasikan dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan ini berbentuk garis dan staff (struktur terlampir), artinya disamping pucuk pimpinan yang mempunyai wewenang komando, juga diperlukan staff atau pejabat yang dapat memberikan masukan dan nasehat sesuai dengan bidang keahliannya. Struktur PT Pertamina (Persero) MOR I Medan dapat dilihat pada gambar 1.1.

C. Job Description

Berikut ini adalah deskripsi jabatan dari struktur organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan dan setiap bagisannya memiliki tugas :

1. General Marketing Operation Region I

Berfungsi sebagai pengkordinasian, penyelenggaraan kegiatan pembekalan dan pemasaran bahan bakar minyak dan gas bumi, di wilayah kerja Pertamina unit pemasaran - I yang meliputi : Provinsi Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Barat, Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Tugas utama :

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran bahan bakar, minyak dan gas bumi di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.

b. Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, penjualan, pengangkutan, penimbun, penyaluran dan menjaga mutu produk yang dijual.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan operasi di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.

d. Mengkoordinasikan kegiatan administrasi penunjang serta pembinaan sumber daya manusia sehubungan dengan kegiatan pemasaran BBM agar terwujud suatu sistem kerja yang produktif, efektif dan efisien.

e. Mengkoordinasikan hubungan kerja secara terpadu dengan pihak luar sehubung dengan operasi wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.

f. Mengkoordinasikan penyusunan laporan mengenai kegiatan perusahaan wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR – I

2. Finance Marketing Operation Region I Memiliki tugas antara lain :

a. Menyelenggarakan penyusunan dan pengawasan pemakaian anggaran PT Pertamina (Persero) MOR I.

b. Menyelenggarakan kegiatan perbendaharaan PT Pertamina (Persero) MOR I. c. Menyelenggarakan kegiatan Akuntansi PT Pertamina (Persero) MOR I. d. Menyelenggarakan pengendalian keuangan PT Pertamina (Persero) MOR I.

3. Unit Manager Human Resources Sumbagut Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir kegiatan pembinaan perawatan Sumber Daya Manusia, penelitian dan usul perbaikan norma-norma dan syarat-syarat kerja serta mengadakan material untuk kebutuhan kantor dan rumah tangga.

b. Mengkoordinir kegiatan penyediaan jasa perawatan kesehatan pekerja dan pengaturan fasilitas pekerja dan keluarganya.

c. Mengkoordinir kegiatan jasa konsultasi manajemen antara lain mengenai sistem dan tata kejra organisasi dan evaluasi jabatan maupun tata laksananya.

4. IT Sumatera Region I Memiliki tugas antara lain:

a. Menerima, memprioritaskan dan menyelesaikan permintaan bantuan IT. b. Instalasi, perawatan dan penyediaan dukungan harian baik untuk hardware

dan software, peralatan termasuk printer, scanner, tinta dan lain lain.

c. Maintain dan perawatan jaringan LAN.

d. Maintain dan perawatan komputer.

e. Memperbaiki berbagai masalah seputar hardware, software dan konektivitas, termasuk di dalamnya akses pengguna dan konfigurasi komponen.

f. Bertanggung jawab untuk administrasi dan pemeliharaan teknis yang menyangkut perusahaan dalam pembagian sistem database.

5. HSSE Area Manager Sumbagut Memiliki tugas antara lain :

a. Menyelenggarakan perencanaan, pengawasan, evaluasi dan penyuluhan dalam bidang pencemaran lingkungan kerja.

b. Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi sarana dan fasilitas di Terminal BBM, depot filling plant LPG dan DPPU yang berkaitan dengan HSSE.

c. Menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

d. Menyelenggarakan pengarahan dan penyuluhan pencegahan terhadap bahaya kecelakaan kerja.

6. Fuel Retail Marketing Region Manager I Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan/penjualan BBM subsidi dan BBK di wilayah Marketing Operation Region I.

b. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi, BBK dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM subsidi dan BBK.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM subsidi dan BBK.

7. Industrial Marketing Region Manager I Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi ke agen BBM Industri, Customer Industri dan Perkapalan termasuk SPBB.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan kea gen BBM Industri, Customer Industri dan perkapalan termasuk SPBB.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Nonsubsidi dan BBK oleh agen BBM Industri, Customer Industri dan perkapalan termasuk SPBB.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Nonsubsidi dan BBK.

8. S&D Region Manager I Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan, penyimpanan, penerimaan dan pembekalan BBM/NBBM serta pengaturan layanan dan transportasi.

b. Mengkoordinasi kegiatan penerimaan, penimbunan BBM dan NBBM untuk penyaluran ke depot dan konsumen.

c. Menyusun rencana dan melakukan pengawasan distribusi BBM dan NBBM serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina MOR I.

9. Aviation Area Manager Sumbagut Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan produk Avtur dan Avigas.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan produk Avtur dan Avigas.

10. Domestic Gas Region Manager I Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

11. Petrochemical Marketing Area Manager Sumatera Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan produk-produk Petrochemical.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan produk-produk Petrochemical.

12. Technical Services Region Manager I Memiliki tugas antara lain :

a. Menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan pembangunan baru dan pemeliharaan seluruh sarana distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketion Operation Region I.

b. Menyelenggarakan pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan pembangunan baru dan pemeliharaan distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketing Operation Region I.

c. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan administrasi teknis.

d. Melaksanakan proses lelang dan pengawasan proyek pengadaan pemeliharaan dan pembangunan di wilayah Marketing Operation I.

13. Marketing Branch Manager NAD Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.

b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

14. Marketing Branch Manager Sumbar/Riau Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Sumatera Barat dan Riau.

b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

15. Marketing Branch Manager Kepri Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Kepulauan Riau.

b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

D. Jaringan usaha

Jaringan usaha PT Pertamina MOR I Medan mencakup antara lain : 1. PT Nusantara Regas

2. Dana Pensiun Pertamina (DP Pertamina) 3. PT Pertamina Dana Ventura

4. PT Pertamina Bina Medika 5. PT Tugu Prtama Indonesia

6. PT Pertamina Training & Consulting 7. PT Patra Jasa

8. PT Patra Dok Dumai 9. PT Pelita Air Service

10. PT Pertamina Trans Kontinental 11. PT Pertamina Retail

12. PT Pertamina Patra Niaga

13. Pertamina EnergyService PTE LIMITED 14. PT Usayana

15. PT Pertamina Gas

16. PT Pertamina Drilling Service Indonesia 17. PT PertaminaGeotgermal Energy

18. PT Pertamina Hulu Energy 19. PT Pertamina EP Cepu 20. PT Pertamina EP

D. Kinerja Usaha Terkini

Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energy dan petrokimia, terbagi ke dalam dua sektor, yaitu Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan petungan.

Kegiatan usaha Pertamina Hulu Pertamina meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Hulu dan melalui kerja sama dengan mitra sedangkan untuk perusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran minyak dan gas.

Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan cadangan migas baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah di produksikan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan.

Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melakui operasi sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), Penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest), serta proyek pinjaman, sedangkan pengusahaan panas bumi berbentuk JOC (Joint Operating Contract).

Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 (tujuh) Daerah Operasi Hulu (DOH). Ketujuh daerah operasi tersebut adalah DOH Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatera Bagian Utara yang berpusat di Rantau Parapat, DOH Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi, DOH Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.

Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 (empat) area panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 402 MW. Keempat area panas bumi tersebut adalah Area Kamojang – Jawa Barat (200 MW), Lahendong – Sulawesi Utara (80 MW), Sibayak – Sumatera Utara (12 MW), dan Ulubelu – Lampung (110 MW).

Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-EOR, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP), dan 5 proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8 JOC.

Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina Drilling Services (PDS) yang memiliki 26 unit rig pemboran serta anak perusahaan PT Usayana yang memiliki 7 rig pemboran. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.

Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga, dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik didalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut. Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.

Bidang pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 Ribu Barel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang petrokimia dan memproduksi NBBM. Disamping kilang minyak, Pertamina hilir mempunyai kilang LNG di Arun dan di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 18,5 Juta Ton per tahun. Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Mundu.

Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan grade HVI- 60, HVI- 95, HVI-160 S, dan HVI-650. Produksi lube base oil ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya diekspor.

E. Rencana Usaha

Adapun rencana kegiatan PT Pertamina (Persero) MOR I Medan saat ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan produksi dari kegiatan eksiting.

2. Melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi termasuk melalui cara anorganik (akuisisi).

3. Mengembangkan potensi CBM di wilayah Pertamina.

4. Melakukan aliansi strategis untuk ekspansi maupun membangun kemampuan spesifik.

5. Meningkatkan bisnis perniagaan gas di dalam negeri serta memanfaatkan peluang untuk memperbesar bisnis transportasi dan pemrosesan gas melalui sinergisitas dengan anak perusahaan Pertamina lainnya.

6. Pro aktif dalam perumusan pricing policy selaras dengan kebijakan nasional.

Dokumen terkait