DAMPAK KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS LPGTERHADAP
PENDAPATAN PEDAGANG PANGSIT MIEDI MALANG
Oleh: Umi Kulsum ( 04720003 ) Agribisnis
Dibuat: 2008-09-06 , dengan 3 file(s).
Keywords: Konversi, Pedagang Pangsit Mie
Di tengah rumitnya pemerintah merancang pembangunan dan prioritas dalam penyusunan RAPBN serta besarnya subsidi terutama BBM yang harus ditanggung tiap tahunnya, sekarang muncul permasalahan yang dialami hampir di seluruh dunia yaitu krisis energi. Masalah ini muncul dikarenakan tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran seperti gangguan pipa penyalur di Laut Utara, pelemahan dolar AS serta disebabkan oleh ketegangan geopolitik seperti isu program nuklir di Iran, kerusuhan di Nigeria dan juga ketegangan di Turki(Depkeu, 2008). Munculnya masalah ini menyebabkan harga minyak mentah dunia melonjak hampir menyentuh angka 112 dolar US per barel. Jika pemerintah masih menjalankan program subsidi BBM maka APBN akan membengkak sampai di atas Rp. 100 triliun. Untuk mengatasi ketidakberdayaan pemerintah mengendalikan harga BBM maka digulirkanlah program konversi minyak tanah ke gas dalam bentuk Liquefied Proteleum Gas (LPG).
Adanya program ini membuat minyak tanah langka dan kalaupun ada harganya sangat mahal. Program ini sebenarnya sudah dicanangkan sejak tahun 2006 lalu, namun untuk wilayah Malang program ini baru terealisasikan bulan Nopember 2007. Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah pedagang pangsit mie, dengan alasan pedagang ini merupakan salah satu pedagang yang terkena dampak dari adanya program tersebut. Selain itu adanya program tersebut membuat harga bahan baku seperti pangsit naik yang disebabkan harga gandum yang melonjak karena pembuatan biofuel sebagai alternatif bahan bakar pengganti minyak tanah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui pendapat pedagang pangsit mie penggunaan kompor LPG dibandingkan kompor minyak tanah. 2) Mengetahui sikap pedagang pangsit mie terhadap adanya konversi minyak tanah ke gas LPG. 3) Mengetahui dampak setelah adanya konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap biaya, pendapatan dan penerimaaan
pedagang pangsit mie.
Lokasi penelitian dilakukan di Malang dan dipilih secara sengaja (purposive). Sedangkan untuk teknik pengumpulan sampel digunakan cara accidental sampling. Alasan dipilihnya teknik tersebut karena peneliti tidak mengetahui jumlah populasi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 responden untuk analisis sikap dan pendapat. Sedangkan untuk analisis biaya, pendapatan dan penerimaan hanya diambil 9 responden karena hanya 9 pedagang yang menggunakan kompor LPG yang ditemui oleh peneliti.
Untuk menganalisis pendapat dilakukan analisis deskriptif dengan bantuan tabel dan prosentase sedangkan untuk menganalisis sikap pedagang terhadap program ini, maka digunakan analisis model Fishbein. Model ini merupakan bentuk dari sikap terhadap obyek tertentu (dalam hal ini, yaitu sikap pedagang terhadap program konversi minyak tanah ke gas LPG) yang berdasarkan pada perangkat kepercayaan dan evaluasi. Untuk menganalisis dampak setelah adanya program terhadap biaya, pendapatan, dan penerimaan dengan menggunakan analisis statistik
menggunakan uji-t.
pedagang merasa kesulitan jika kompor LPG mengalami kerusakan. Sebagian besar pedagang juga merasa bahwa menggunakan LPG sama mudahnya dengan menggunakan kompor minyak tanah, begitu juga dengan ketersediaan gas LPG di pasaran. Namun dari segi harga, sebagian besar pedagang pangsit mie mengakui jika harga gas LPG lebih murah dari harga minyak tanah. Ditinjau dari segi rasa masakan, sebagian pedagang merasa masakan kurang enak jika
menggunakan kompor dan dari segi kecepatan matang, masakan lebih lama matangnya dengan menggunakan kompor LPG. Hal itu dikarenakan tekanan kompor LPG dari pemerintah memiliki tekanan yang kecil.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Fishbein menyebutkan bahwa sebagian besar pedagang pangsit mie bersikap negatif dengan adanya konversi minyak tanah ke gas LPG. Hal itu dikarenakan pedagang belum terbiasa menggunakan kompor LPG dan ketergantungan akan minyak tanah masih cukup tinggi.
Hasil analisa menggunakan uji-t diketahui bahwa untuk biaya ,berdasarkan tingkat signifikansi maka < 0,05 yaitu sebesar 0,007 sehingga hasil analisa data untuk biaya sebelum dan sesudah adanya konversi minyak tanah ke gas LPG adalah signifikan, yang artinya biaya pedagang pangsit mie sebelum dan sesudah adanya konversi minyak tanah ke gas LPG berbeda. Hasil analisa data untuk penerimaan berdasarkan tingkat signifikansi maka < 0,05 yaitu sebesar 0,003 sehingga hasil analisa data untuk penerimaan sebelum dan sesudah adanya konversi minyak tanah ke gas LPG adalah signifikan, yang artinya penerimaan pedagang pangsit mie sebelum dan sesudah adanya konversi minyak tanah ke gas LPG berbeda. Sedangkan untuk pendapatan diperoleh hasil tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,445, artinya tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan pedagang pangsit mie sebelum dan sesudah adanya konversi minyak tanah ke gas LPG tidak mengalami perbedaan.
In the middle of complicated of government designs development and preference in compilation of RAPBN and level of subsidy especially BBM which must accounted on every year, now emerges problems experienced by by approximant in the world that is energy crisis. This problem emerges because of his(its uneven between supply and demands of like dealer pipe trouble on the sea North, dilution of US dollar and is because of stress of geopolitics like nuclear program issue in Iran, riot in Nigeria as well as stress in Turki (Depkeu, 2008). This problem appearance causes the price of world crude oil to leap approximant to touch number 112 dollars US per barrel. If government still implementing subsidy program BBM hence APBN will swell reaching to Rp. 100 triliun. To overcome governmental dis-ability controls the price of BBM hence raised [by] kerosene conversion program to gas in the form of Liquefied Proteleum Gas ( LPG).
Existence of this program makes scarce kerosene and even so was the price very expensive. This program actually have been targeted since the year 2006 then, but for region Malang this
program has just been realized November 2007. In this research research subject is trader pangsit noodles, with reason of this trader is one of trader hit by impact of existence of the program. Besides existence of the program makes the price of raw material like pangsit rising caused the price of grist leaping because making of biofuel alternatively substitution fuel of kerosene. As for intention of this research is : 1) co-signature trader opinion pangsit usage noodles of stove LPG compared to primus stove. 2) co-signature position of trader pangsit noodles to existence of kerosene conversion to gas LPG. 3) co-signature impact after existence of kerosene conversion to gas LPG to cost, earnings and penerimaaan of trader pangsit noodles.
technique of sample is applied way of accidental sampling. Reason of selecting of the technique because researcher doesn't know number of populations. Number of samples taken 35
respondents to analyse position and opinion. While for cost analysis, earnings and
acceptance?receiving only be taken 9 respondent because only 9 trader using stove LPG met by researcher.
To analyse opinion is done [by] descriptive analysis with help of tables and percentage of while to analyse position of trader to this program, hence applied [by] model analysis Fishbein. This model is forming of position to certain object ( in this case, that is position of trader to kerosene conversion program to gas LPG) which based on at trust peripheral and evaluation. To analyse impact after existence of program to cost, earnings, and acceptance?receiving by using statistical analysis applies t-test.
Result of research mentions that trader pangsit noodles haves a notion that stove LPG is not safe is applied, impractical if it is applied by trader pangsit noodles as well as trader feels difficulty if stove LPG experiences damage. Most of trader also feels that using his(its same LPG easy to by using primus stove, so do with availibility of gas LPG in marketing. But from the angle of price, most of trader pangsit noodles confess if the price of gas LPG cheaper than the price of kerosene. Evaluated from the angle of cookery, some of traders feels cookery is less deliciously if using stove and from the angle of matured velocity, his(its matured longer cookery by using stove LPG. That thing is because of stove squeeze LPG from government has small squeeze.
Result of research by using analysis Fishbein mentions that most of trader pangsit noodles acts negativity with existence of kerosene conversion to gas LPG. That thing is because of trader has not accustomed applies stove LPG and kerosene dependency would still enough heights.