• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Konversi Minyak Tanah Ke Gasterhadap Pedagang Kecil Di Kelurahan Padang Bulan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Konversi Minyak Tanah Ke Gasterhadap Pedagang Kecil Di Kelurahan Padang Bulan Medan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Program Konversi Minyak Tanah Ke Gasterhadap Pedagang Kecil Di Kelurahan Padang Bulan Medan

Disusun Oleh Putra Kharisma

050209038

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMET ILMU KESEJAHTRAAN SOSIAL

NAMA : Putra kharisma Nim : 050902038

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS TERHADAP PEDAGANG KECIL DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN.

( SKRIPSI ini terdiri dari 6 BAB, 54 halaman, 9 tabel, 12 lampiran, serta 13 kepustakaan)

Pada penelitian yang di lakukan, penulis menyoroti Pengaruh program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di kelurahan padang bulan medan dan kaitan nya dengan kesejahteraan pedagang di tinjau dari faktor pendapatan, yaitu dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya membandingkan keadaan sosial ekonomi pedagang di kelurahan padang bulan medan sebelum dan sesudah Program konversi minyak tanah ke gas.

Dalam hal ini, pengaruh sebelum dan sesudah Program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan berpengaruh positif, artinya hadirnya Program Konversi Minyak tanah ke gas memberi dampak positif bagi pendapatan atau penghasilan Pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan.

Dengan berpedoman pada hipotesa yang diajukan yaitu “Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan dan aktifitas Program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di Keluranhan Padang Bulan Medan dan Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Program Konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan” maka Ha di terima dan Ho tidak dapat di terima setelah dilakukan analisa data. Pemberlakuan Program konversi minyak tanah ke gas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbil ‘alamin, dengan rahman allahyang Maha Esa dan Maha Sempurna

akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Yang berjudul “Pengaruh Program Konversi

Minyak tanah ke Gas terhadap Pedagang Kecil di kelurahan Padang Bulan Medan” adapun

penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh syarat sarjana dari Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

Dalam skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dari berbagai pihak, baik materi

maupun moril yang semuanya memungkinkanya tersusunnya skripsi ini.

1. Bapak Prof,Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatra utara.

2. Ibu Hariani Siregar, M.Sp, selaku Ketua Departemet Ilmu kesejahteraan Sosial

3. Bapak Husni Thamrin, S.sos, MSP selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu memberikan bimbingan mengenai pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

4. Para dosen dan staf Ilmu kesejahteraan sosial Fakultas Ilmusosial dan Ilmu

Politik yang telah membimbing dan mendidik selama mengikuti perkuliahan

5. Kepada orang tua ku mama dan papa yang telah banyak berkorban dan sabar

dengan segala Korban perasaannya hingga ananda bisa meraih impian sesuai

dengan doa yang selalu di panjatkan.

6. Kepada saudara-saudara ku kak Vina,kak Rury, Lani & Jimi yang telah membantu

memberi motifasi dalam bentuk kritikan yang Pedas setiap saya pulang ke

(4)

7. Kepada ibuk-ibuk di medan buk Ian, buk Linda, buk Rima, buk Yun, uncu

makasibanyak untuk Motifasi nya untuk repetan nya mantabtu...LANJUTKAN

8. Untuk om semua di medan om opik, om may, om inen,pak uo ali, om chandra

makasi yang selalu iklas di repot kan sama ponakanya yang 1 ini, selanjut nya

masi boleh terus kan om...???????

9. Khusus untuk Sepupu-sepupu di keluarga ATHAR COMPANY bg udin, bg inal,

depi, Riki, Riko, Rian, Bobi, Apin ,Ayang ah banyak lagi lah,khusus untuk dua

sepupu tertua Udin & rinal agar lebih fokus dalam mengawasi adek-adek di

bawah karena aku ini masuk salah satu korban kelalaian kalian...hahahah....!

untuk bang inal klau ngajak jalan-jalan tolong semua di fasilitasi jangan ada lagi

pungutan liar di tengah jalan..!!!

10.Special tanks untuk orang yang memberikan motifasi khusus pada saya...

dah Putra tepati janji nya kan...!!

11.Terima kasih juga untuk para pedagang kecil di Keluran Padang Bulan Medan

yang brsedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

12.Kepada kawan-kawan Stambuk 2005 kesos,woi kemana kalian semua...

13.Untuk kawan-kawan stambuk 2005 yang sama-sama berproses sukses semua

untuk kalian...

14.Untuk alumni bapak M agung aulia, ibu eliza Maharani batubara, ibu Febrina

andriyani “terimakasi udah jadi alumni pembimbing Mahasiswa”..ke banda kita

(5)

15. Untuk Partai medan Penjaga Mabes Bang mustari,bang bibi, bang ninok, bang

julham, bang pian, apa cerita lagi ni bang...???

16.Untuk anak Medan Fany, maslek, roby ada yang keras..??hahahaha

17.Terahir untuk yang selalu di Hati yang selalu Mesra satu jalan dan satu tujuan

Tetap sama-sama Saudara-saudara ku “Majelis Zikir Ariff Billah” anugrah

besar dari yang Maha kuasa,Maha Indah,Maha pengasih & Maha penyayang

dapat punya saudara-saudara yang unik dan luar biasa kita berkumpul bukan

karena latar belakang atau kepentingan tapi hanya karena satu alasan yang

sederhana yaitu NIAT tapi itulah awal dari segalanya..Jangan Cuma Cerita

ayok kita buktikan...!!nongkrong terus di pinggir sunge kurangin tidur

banyakin ngopi bg andi, tok jen, wak ali, kopenk, eman, nande, bg atut, ki

bores,bg jol saman, Sang Radja, pak wandi, bg ijal, bg fauzan, bg irr, bg

goncang ..hahaha masi banyak lagi sori klau ngak di sebutkan,untuk

anak-anak perempuan Epa, dwi, lia, kak sari, adek ku dewi mantab la untuk kalian

gk tau mau bilang apa.ahahaha makasi yang sangat luar biasa untuk Orang

tua kita semua Guru & ibuk untuk semua bimbingan nya akhir nya bisa

jugak,,ah dah bingung mau ngomong apa oia untuk rumah kita yang di

perdamaian banyak sejarah di sana,terus berdiri

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI...i

(6)

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR BAGAN...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...15

1.3. Tujuan Penelitian...16

1.4. Manfaat Penelitian...16

1.5. Sistematika Penulisan...18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konversi...19

2.2 Pengertian Minyak tanah...19

2.2.1 LPG (Liquefed Petroleum Gas)...19

2.3 Tujuan program Konversi Minyak tanah ke Gas...21

2.4 Pengertian usaha kecil dan Pedagang kecil...21

2.4.1 Masalah-masalah yang di Hadapi Usaha Pedagang Kecil...24

2.5 Pengertian Sosial Ekonomi...27

2.6 Kerangka Pemikiran...29

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional...30

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe penelitian...33

3.2 Lokasi Penelitian...33

3.3 Populasi dan Sample...33

3.3.1 Populasi...33

3.3.2 sampel...33

3.4 Teknik Pengumpulan Data...35

3.5 Teknik Analisa Data...36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran umum Kelurahan Padang Bulan Medan...37

4.2 Letak dan keadaan geografis...38

4.3 Keadaan Penduduk...38

4.3.1 Jumlah Penduduk...38

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik responden...44

5.2 Distribusi identitas responden...45

5.3 Uji Hipotesis...49

5.4 Kofisiensi Determinasi...50

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan...52

(8)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

(9)

Tabel 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama... Tabel 4 Distrbusi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku...

Tabel 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Umur... Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Etnis/Suku...

Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Agama...

DAFTAR BAGAN

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

2. Jawaban Responden Terhadap Variabel X

3. Jawaban Responden Terhadap Variabel Y

4. Kalkulasi Nilai X dan Y

5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/ Penulisan Skripsi Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial

6. Surat Keputusan Komisi Pembimbingan Penulisan Proposal Penelitian/ Penelitian Skripsi

7. Surat Pengantar Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara untuk Kelurahan Padang Bulan Medan

8. Surat Pengantar Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara untuk PT. Pertamina Sumbagut

9. Surat Pengantar Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara untuk Badan Pusat Statistik Kota Medan

10.Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Dari Kelurahan Padang Bulan Medan

11.Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Dari PT. Pertamina Sumbagut

12.Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Dari Badan Pusat Statistik Kota Medan

13.

BAB I

PENDAHULUAN

(12)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMET ILMU KESEJAHTRAAN SOSIAL

NAMA : Putra kharisma Nim : 050902038

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS TERHADAP PEDAGANG KECIL DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN.

( SKRIPSI ini terdiri dari 6 BAB, 54 halaman, 9 tabel, 12 lampiran, serta 13 kepustakaan)

Pada penelitian yang di lakukan, penulis menyoroti Pengaruh program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di kelurahan padang bulan medan dan kaitan nya dengan kesejahteraan pedagang di tinjau dari faktor pendapatan, yaitu dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya membandingkan keadaan sosial ekonomi pedagang di kelurahan padang bulan medan sebelum dan sesudah Program konversi minyak tanah ke gas.

Dalam hal ini, pengaruh sebelum dan sesudah Program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan berpengaruh positif, artinya hadirnya Program Konversi Minyak tanah ke gas memberi dampak positif bagi pendapatan atau penghasilan Pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan.

Dengan berpedoman pada hipotesa yang diajukan yaitu “Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan dan aktifitas Program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di Keluranhan Padang Bulan Medan dan Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Program Konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan” maka Ha di terima dan Ho tidak dapat di terima setelah dilakukan analisa data. Pemberlakuan Program konversi minyak tanah ke gas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan.

(13)

Inti permasalahan energi dunia adalah ketidakseimbangan permintaan (demand) dan penawaran (supply) serta akses terhadap sumber daya energi. Berbagai faktor yang menciptakan ketidakseimbangan tersebut antara lain adalah pesatnya laju pertambahan penduduk dan masifnya industrialisasi dunia. Hal ini meningkatkan konsumsi energi dunia secara drastis dan mengakibatkan tersedotnya cadangan energi khususnya energi fosil. Diperkirakan hingga tahun 2030 konsumsi energi dunia masih tergantung kepada energi minyak bumi yang tidak terbarukan. Dalam konteks kawasan, Asia Pasifik dengan pertumbuhan ekonominya yang dinamis hanya memiliki cadangan minyak yang sedikit dan menyebabkan kebutuhan minyak kawasan banyak tergantung pada kawasan lain.

Dalam batas tertentu keadaan ini juga dialami Indonesia. Kondisi energi Indonesia saat ini masih mengandalkan pada migas sebagai penghasil devisa maupun untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Cadangan minyak bumi dalam kondisi depleting, walaupun gas bumi cenderung meningkat. Untuk energi baru dan terbarukan, meskipun Indonesia memiliki potensi beragam, namun pengelolaan dan penggunaannya belum optimal. Berbagai potensi energi tersebut antara lain: sumber energi nabati, gas, panas bumi, energi nuklir, energi surya, energi angin dan energi laut. Di sisi lain, Indonesia yang dulu merupakan negara pengekspor minyak saat ini telah berubah menjadi negara pengimpor minyak (net-importing country).

(14)

penguatan ketahanan energi perlu diintegrasikan dengan pembangunan berkelanjutan khususnya yang terkait dengan penguatan daya dukung sosial-ekonomi masyarakat. Sementara itu, terkait dengan upaya pembaharuan kebijakan energi nasional, ke depan diharapkan bahwa potensi sumber-sumber energi Indonesia yang ada dapat dioptimalkan sehingga dapat menghasilkan output sumber energi yang produktif bagi pembangunan nasional.

Untuk menyikapi ketergantungan minyak terhadap negara lain dan mengoptimalkan potensi sumber energi nasional, konsep ketahanan energi menjadi sangat penting bagi Indonesia. Untuk itu, Pemerintah Indonesia telah menempuh sejumlah kebijakan untuk memperkuat ketahanan energi nasional antara lain melalui: pengembangan kebijakan energi yang bertumpu pada kebutuhan (demand side management), menekan subsidi minyak bumi seminimal mungkin, pembaharuan kebijakan energi guna memperkuat good-governance di sektor energi nasional dan memperkuat kerangka legislasi dan kebijakan diversifikasi energi melalui pengembangan energi baru dan terbarukan dan energi alternatif. Selain itu, Indonesia harus mengejar ketertinggalannya di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang terkait dengan pengelolaan sumber energi baru dan terbarukan dalam waktu yang relatif cepat melalui proses alih teknologi yang dapat dicapai dengan melakukan kerjasama strategis dengan mitra dari negara lain tanpa mengganggu kepentingan nasional.

(15)

ditawarkan dunia adalah mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar berbasis fosil. Tidak terkecuali dengan Indonesia. Negeri ini berupaya ikut berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah krisis energi, yakni dengan mengembangkan energi alternatif berbasis nonfosil. Berbagai seminar digalakkan serta dana pengembangan energi altenatif berbahan baku nabati pun digelontorkan. Salah satu programnya adalah pengembangan bahan bakar biofuel dari tanaman-tanaman potensial. Mengingat ketersediaan bahan baku yang cukup melimpah di Indonesia, bagi pemerintah program ini dirasa layak untuk dikembangkan.

(16)

sejumlah perusahaan migas yang kini beroperasi di Laut Timor jauh sebelum Timor Timur merdeka. Jaringan YPTB juga memperoleh informasi dari sejumlah ahli minyak di Australia yang mengatakan bahwa total cadangan migas di Laut Timor sesungguhnya jauh lebih besar dari data awal yang dikemukakan pemerintah Australia sebelumnya.

Angka produksi migasnya sekitar 250 ribu barel per hari. Jika harga minyak dunia saat ini US$ 67, maka tiap tahunnya Laut Timor akan menghasilkan US$1 miliar (US$ 7 juta setiap hari). Nah, bila angka itu dikonversi ke rupiah dengan kurs Rp 10,300/ Dolar Amerika, produksi migas di Laut Timor akan mencapai Rp 172 miliar/ hari. Namun, angka fantastis itu kini dikuasai Australia dan Timor Timur saja. Itu pun Timor Timur hanya mendapat bagian 20-30%. Sementara di Aceh ditemukan cadangan migas terbesar di dunia, yakni 320,79 miliar barel. Selain energi fosil Indonesia juga kaya akan sumber energi nonfosil. Seperti panas bumi (geotermal) dengan kapasitas mencapai 27000 megawatt, tenaga surya dengan potensi intensitas radiasi matahari rata-rata di seluruh wilayah Indonesia sekitar 4,8 kWh/ m2, angin, air, serta sumber potensial lain. Kalau dilihat dari potensi sumber energi yang begitu melimpah di Indonesia seharusnya Indonesia mampu memenuhi sumber energi bagi masyarakat. Baik energi fosil maupun nonfosil. Kemakmuran masyarakat seharusnya tercapai. Tapi, kenyataanya kondisi masyarakat Indonesia sungguh jauh dari kesejahteraan. Masyarakat harus menunggu berjam-jam untuk antri membeli minyak tanah, bensin, dan sebagainya.

(17)

Shell yang menyebutkan nilai profit yang mereka dapatkan selama setahun mencapai US$ 31 miliar. Atau setara dengan Rp 284,270,000,000,000. Keuntungan yang diperoleh korporasi-korporasi negara imperialis ini sebenarnya berada jauh di atas Produk Domestik Bruto (PDB) beberapa negara dunia ketiga, tempat korporasi tersebut menghisap. Hingga akhir tahun 2007, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bahkan belum sanggup menembus Rp 4,000 triliun. Untuk triwulan ke-3 tahun 2007 saja hanya mencapai Rp 2,901 triliun. Untuk negara penghasil minyak lainnya, Libya hanya 50.320 juta US$, Angola hanya 44,033 juta US$, Qatar hanya 42, 463US$, Bolivia hanya 11.163 juta US$, dan lain-lain. Mengapa Indonesia yang kaya akan sumber daya energi harus menghadapi krisis energi dan tetap dengan title "Negara Dunia Ketiga"-nya?

UU No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi telah meliberalisasi seluruh kegiatan usaha migas, mulai dari sektor hulu hingga hilir. UU Migas ini telah mengebiri peran negara atas migas. Hampir 90% produksi minyak bumi di Indonesia dikuasai korporasi asing, yakni Total, ExxonMobil, Vico ,ConocoPhillips, BP, Petrochina, Chevron, dan korporasi lainnya. Kesalahan pandangan pemerintah tentang kepemilikan menyebabkan negara ini kian terpuruk dengan kebijakan-kebijakannya yang pro swasta/ asing. Pemerintah memahami bahwa kekayaan alam Indonesia tak terkecuali migas adalah komoditas yang bisa dimiliki oleh siapa pun yang mampu (memiliki modal) untuk mengelolanya. Padahal, kekayaan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Termasuk barang tambang yang melimpah adalah milik rakyat.

(18)

tahun 2007 sebesar US$ 18,7 billion atau Rp 171,479,000,000,000. Atau seperti Royal Ducth Shell yang menyebutkan nilai profit yang mereka dapatkan selama setahun mencapai US$ 31 miliar. Atau setara dengan Rp 284,270,000,000,000. Keuntungan yang diperoleh korporasi-korporasi negara imperialis ini sebenarnya berada jauh di atas Produk Domestik Bruto (PDB) beberapa negara dunia ketiga, tempat korporasi tersebut menghisap. Hingga akhir tahun 2007, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bahkan belum sanggup menembus Rp 4,000 triliun. Untuk triwulan ke-3 tahun 2007 saja hanya mencapai Rp 2,901 triliun. Untuk negara penghasil minyak lainnya, Libya hanya 50.320 juta US$, Angola hanya 44,033 juta US$, Qatar hanya 42, 463US$, Bolivia hanya 11.163 juta US$, dan lain-lain. Mengapa Indonesia yang kaya akan sumber daya energi harus menghadapi krisis energi dan tetap dengan title "Negara Dunia Ketiga"-nya?

UU No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi telah meliberalisasi seluruh kegiatan usaha migas, mulai dari sektor hulu hingga hilir. UU Migas ini telah mengebiri peran negara atas migas. Hampir 90% produksi minyak bumi di Indonesia dikuasai korporasi asing, yakni Total, ExxonMobil, Vico ,ConocoPhillips, BP, Petrochina, Chevron, dan korporasi lainnya. Kesalahan pandangan pemerintah tentang kepemilikan menyebabkan negara ini kian terpuruk dengan kebijakan-kebijakannya yang pro swasta/ asing. Pemerintah memahami bahwa kekayaan alam Indonesia tak terkecuali migas adalah komoditas yang bisa dimiliki oleh siapa pun yang mampu (memiliki modal) untuk mengelolanya. Padahal, kekayaan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Termasuk barang tambang yang melimpah adalah milik rakyat.

(19)

Sayangnya, rencana konversi kepada LPG ini terasa mendadak dan tidak terencana secara komprehensif. Tak heran berbagai masalah dalam pelaksanaannya muncul seakan tiada henti. Mulai dari ribut-ribut tender kompor gas yang dilakukan oleh Kantor Menteri Koperasi dan UKM, belum jelasnya sumber pendanaan dan besarnya subsidi yang mencapai ratusan milyar Rupiah, rendahnya sosialisasi kepada masyarakat yang justru sedang giatgiatnya memproduksi kompor murah berbahan bakar briket sesuai program pemerintah sebelumnya, ketidaksiapan infrastruktur seperti stasiun pengisian dan depot LPG, hingga kaburnya kriteria pemilihan lokasi uji coba dan kelompok masyarakat penerima kompor dan tabung gas gratis. Belum habis berbagai kontroveri tersebut, muncul pula masalah lain dalam proses tender kompor gas. Yaitu adanya aturan baru dimana kompor gas harus memiliki dua tungku. Padahal peserta tender sebelumnya telah mengantisipasi dan diminta menyiapkan penawaran hanya satu tungku sesuai aturan dari Departemen Perindustrian.

(20)

kedua-duanya disubsidi. Sementara itu, masyarakat yang mampu diharuskan memakai elpiji. Untuk itu, perlu ada pendataan penduduk miskin yang akurat di tiap-tiap wilayah agar pemberian subsidi tersebut tepat sasaran.

Tidak semua rencana baik bisa berjalan mulus. Apalagi dalam era demokrasi yang penuh transisi. Berbagai niat dan semangat untuk mengukir sejarah tidak cukup hanya dibekali upaya biasa, tapi juga menuntut perjuangan ekstra dan kerjasama. Itulah salah satu kaedah proses perencanaan saat ini. Karena itu demi kelangsungan program konversi yang bertujuan baik, maka proses perencanaan dan program pelaksanaannya sebaiknya dibenahi dari sekarang sebelum mengalami kegagalan atau menciptakan dampak yang lebih buruk. Ada dua masalah utama yang perlu pemikiran ulang.

(21)

coba yang sekarang sedang dilaksa nakan di beberapa kecamatan di wilayah DKI Jaya dan Tangerang.

Konversi penggunaan minyak tanah memang harus dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat masih tingginya permintaan dan ketergantungan nasional terhadap BBM. Program ini harus berkelanjutan dan tidak bisa sporadis mengingat pemerintah masih kesulitan menaikkan produksi minyak ketingkat 1,3 juta barel per hari, sementara penggunaan bahan bakar gas dan batu bara masih terkendala oleh infrastruktur. Penggantian jutaan kompor minyak tanah menjadi kompor gas tentu memerlukan biaya cukup besar. Apalagi jika itu akan diberikan secara cuma-cuma. Untuk jangka panjang strategi pembiayaan mutlak harus dipikirkan. Diusulkan agar biaya konversi pemakaian minyak tanah ini bisa diambilkan dari berbagai retribusi dan pendapatan negara bukan pajak lainnya (PNBP) yang jumlahnya cukup besar di sektor Migas. Sedangkan pengelolaanya dalam jangka panjang bisa saja di embankan kepada badan usaha tertentu atau dikembalikan ke Pertamina dengan menggunakan pola Public Service Obligation sehingga mengurangi rantai birokrasi dan dapat meringankan beban pemerintah ditengah keterbatasan sumber daya manusia yang ada saat ini.

(22)

Krisis energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa usaha serius dan sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan juga berarti menyelamatkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM. Terdapat beberapa sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan yang bisa diterapkan segera di tanah air, seperti bioethanol, biodiesel, tenaga panas bumi, tenaga surya, mikrohidro, tenaga angin, dan sampah/limbah.

Penggunaan Bio fuel secara berkesinambungan akan lebih efisien untuk menghemat pemakaian BBM. Produk-produk bio fuel diantaranya adalah :

1. Biodiesel, untuk menggantikan minyak solar, dipakai pada kendaraan dengan mesin diesel. Bisa dihasilkan oleh CPO, minyak jarak pagar, dll.

2. Bioethanol, untuk menggantikan bensin. Bisa dihasilkan oleh tebu, ubi kayu, shorgum dll 3. Biokerosin, untuk menggantikan minyak tanah.

Bisa dihasilkan oleh jarak pagar Produk-produk Bio fuel komersial yang sudah ada diantaranya adalah : B-10 (10 % biodiesel dan 90 % solar ), B-5 (5 % biodiesel ), B-20, E-10 (10 % bioethanol dan 90 % premium ), E-5 (5 % bioethanol) dll.

(23)

yang tidak kalah besarnya dengan LPG (10.000 – 12.000 cal/gram), kualitas api pembakarannya juga sama dengan kualitas api LPG biru. Dan tingkat efisiensi pemakaian GPC lebih tinggi dari bahan bakar lainnya. Untuk memanaskan air sampai mendidih dalam volume yang sama, dibutuhkan jumlah berat GPC yang lebih sedikit dibandingkan LPG atau kerosin.

Selain menghemat BBM, pemanfaatan GPC yang berbahan baku kondensat ini juga akan menghemat devisa negara. Karena dapat mengurangi impor BBM untuk konsumsi dalam negeri. Jika kita mengimpor kerosin sebanyak 30MBCD dengan selisih harga kerosin terhadap harga crude oil di pasar luar negeri sebesar US$ 10/bbl dan harga kondensat sama dengan crude oil yaitu sekitar US$ 70/bbl, maka akan dihemat devisa sebesar US$ 108 juta per tahun. Karenanya, rencana pemerintah untuk mensubstitusi kerosin dengan LPG patut untuk ditinjau ulang. Subsidi kerosin yang diberikan pemerintah sebaiknya dialihkan untuk subsidi kompor GPC. Dengan demikian subsidi ke masyarakat hanya sekali saja, tidak terus menerus. Bila pemakaian GPC sudah dibudayakan untuk keperluan rumah tangga, penggunaan kerosin otomatis akan semakin berkurang. Kerosin untuk selanjutnya bisa dialihkan sebagai bahan bakar pabrik. Tentunya dengan harga yang mengikuti pasar.

(24)

bara. Batu bara cair ini harganya lebih murah daripada minyak tanah dan sangat mudah pemakaiannya, sama seperti pemakaian minyak tanah. Baiknya lagi, semua jenis batu bara–baik yang muda (kadar karbonnya rendah) maupun yang tua (kadar karbon tinggi), bisa dicairkan. Dan batu cair ini ternyata tidak hanya bisa dengan sedikit treatment kimia, batu bara cair pun bisa diubah jadi premium.

Seandainya saja saat itu kebijakan konversi minyak tanah ke batu bara terus berjalan, maka masyarakat akan lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan energinya. Kompor-kompor batu bara, misalnya, tidak hanya bisa dipakai untuk membakar briket batu baru, tapi juga membakar briket arang kayu-kayuan, arang batok, dan lain-lain. Tapi sayang, suasana yang sudah tepat itu tiba-tiba dibatalkan secara mendadak. Apa motif di balik pembatalan konversi minyak tanah ke batu bara memang perlu diselidiki untuk mengetahui kenapa kebijakan yang sudah positif itu dibatalkan. Konversi menimbulkan banyak masalah.

(25)

25 januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuels), sebagai energi alternative.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Peraturan Presiden No. 104 Tahun 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefield Petroleum Gas (LPG) Tabung Tiga Kilogram pada 28 November. Demikian salinan Peraturan Presiden yang diterima Tempo, Rabu (12/12). Dalam peraturan tersebut disebutkan pemerintah perlu melakukan substitusi penggunaan minyak tanah ke gas elpiji tiga kilogram. Konversi tersebut akan mengurangi subsidi bahan bakar minyak. Rumah tangga dan usaha mikro menerima gratis tabung dan kompor gas. Harga patokan dan harga eceran ditentukan menteri dengan pertimbangan Menteri Keuangan. Badan usaha yang ditunjuk boleh melakukan impor gas elpiji namun dilarang ekspor gas ukuran tiga kilogram.

(26)

tanah ke gas elpiji. Begitu juga halnya dengan para pengusaha pangkalan dan pengecer minyak tanah yang tersebar di Sumut. “Mesti diberi pemahaman dulu. Kita tidak ingin karena sosialisasi, kordinasi dan komunikasi tak maksimal, program konversi minyak tanah itu tidak diterima masyarakat. Padahal, program itu sangat positif tujuannya,” sebutnya lagi.

Gubsu tak ingin, gara-gara sosialisasi tak maksimal, masyarakat sebagai pengguna gas elpiji, dunia usaha dan pengecer minyak tanah menjadi resah. Terlebih lagi, jika ketersedian pasokan minyak tanah dan gas tidak stabil. Di pertemuan itu, kata Eddy, Gubsu juga menyarankan, agar sosialisasi melibatkan pemerintah daerah di tingkat bawah. Karena berdasarkan masukan yang diterimanya, masyarakat butuh penjelasan aparat kecamatan, lurah dan kepling. “Sosialisasi tidak cukup hanya dilakukan tim konsultan dari Jakarta . Karena tak semua tim konsultan dari Jakarta itu paham dengan karakter masyarakat Sumut,” paparnya. Pihak yang tidak boleh dilupahkan untuk dilibatkan disosialisasi program itu, sebut Gubsu, adalah anggota Hiswanamigas Sumut. Karena merekalah yang lebih paham akan kondisi dan nasib para pengecer minyak tanah dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke gas.

(27)

Pertamina dan Hiswana Migas Nasional menjelaskan, tujuan kedatangannya ke Sumut adalah mengecek langsung kesiapan Sumut menjalankan program konversi minyak tanah ke gas. Dia berharap, program tersebut dapat diterapkan sesuai harapan. “Kita berharap, program ini dapat berjalan baik di Sumut,” kata Taryono. Perbedaan pendapat antara pemerintah daerah dan pusat juga menjadi polemik,selain itu perbedaan kebiasa’an masyarakat juga menyebabkan sulit y memuluskan program konversi minyak tanah ke gas. Selain itu penduduk kota medan sendiri rebagian besar adalah kaum urban atau pendatang baik itu dari luar Sumatra utara seperi Sumatra barat,riau,Sumatra selatan,Aceh atau daerah luar pulau sumatra sndiri yang mayoritas bekerja di sector perdagangan baik itu sekala besar atau pun kecil.

A. Perumusan Masalah.

Perumusan masalah adalah langkah paling penting dalam membatasi masalah yang di teliti.masalah adalah pokok kegiatan peneliti(Arikunto,1998).Berdasarkan uraian yg telah di jelas kan di latar belakang masalah,maka penulis merumuskan permasalah yang di bahas dalam penelitian ini adalah “pengaruh program konversi minyak tanah ke gas terhadap pedagang kecil di daerah kecamatan padang bulam Medan”.

C.Tujuan penelitian.

(28)

D. Manfaat Penelitian

D.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis di harapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan, khususya ilmu kesejahtraan social hingga dapat berman faat sebagai bahan referensi bagi penelitian masalah yang di hadapi oleh pedagang kecil atau di sebut juga pedagang kaki lima.

D.2. Manfaat praktis

a. bagi mahasiswa ilmu kesejahtraan social hasil penelitian ini dapat menjadi suatu referensi dan acuan dalam mengenal dan melihat permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh pedagang kecil yang sebenarnya menjadi salah satu basis penggerak roda perekonomian daerah dan bangsa ini.

b. bagi para Mahasiswa ilmu kesejahtraan social hasil penelitian ini menjadi contoh agar mahasiswa peka terhadap program-program pemerintah yang menyangkut nasib para pedagang kecil.

c. Bagi para pengajar agar hasil penelitian ini di harapkan member informasi dan masukan kepada para mahasiswa ilmu kesejahtraan social tentang pentingnya peran dan fungsi pedagang kecil.

E.sistematika Penulisan

(29)

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian masalah dan sistematika menulisan.

BAB I : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan ,terdapat pula kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, metode pengumpulan data serta teknik analisa data

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan objek yang di teliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian beserta analisis nya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian.

BAB II

(30)

2.1Pengertian Konversi

Pengertian konversi energi adalah perubahan bentuk energi dari yang satu menjadi bentuk energi lain. Textbook buku fisika tentang hukum konservasi energi mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan (dibuat) ataupun di musnahkan akan tetapi dapat berubah bentuk dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, konversi adalah perubahan di satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain perubahan pemilikan atas suatu benda, tanah, dan sebagainya, perubahan suatu bentuk (rupa, dsb) kebentuk (rupa, dsb) yang lain.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa konversi minyak tanah ke gas elpiji berarti pengalihan pemakaian bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji.

2.1.1 Penyebab Pemerintah Melakukan Kebijakan Konversi

Sudah hampir enam bulan minyak tanah menjadi barang langka yang selalu diperebutkan. Kelangkaan ini diakibatkan adanya kebijakan pemerintah yang akan mengganti minyak tanah dengan gas elpiji yang lebih ekonomis yang dapat menghemat pengeluaran negara sampai Rp. 30 triliun. Dalam jangka

(31)

Pasalnya, cadangan gas di perut bumi jauh lebih besar dibandingkan minyak bumi. Cadangan yang ada terbukti bahwa minyak bumi sekitar 4,5 miliar barel, sedangkan gas sekitar 188 TCF (trillion cubic feet). Apabila misalnya, cadangan minyak dan gas bumi tidak ditemukan lagi, dengan tingkat produksi sekitar 350 juta barel minyak dan 3 TCF gas, diperkirakan minyak akan habis dalam waktu 13 tahun. Sementara itu, gas baru habis dalam waktu yang jauh lebih lama, sekitar 60 tahun lagi.

Komposisi konsumsi energi (energy mix) dunia ke depan secara pasti juga akan mengurangi porsi minyak dan akan meningkatkan porsi gas elpiji. Hal ini karena gas jauh lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan minyak, sehingga kebutuhan energi tidak boleh terlalu tergantung pada minyak.

Selain itu, pemakaian elpiji untuk rumah tangga lebih praktis, efisien, lebih bersih, dan lebih menyenangkan. Upaya mendorong masyarakat, khususnya lapisan menengah bawah untuk memakai elpiji dapat juga dilihat sebagai upaya meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Masyarakat yang bisa menikmati jenis energi yang bersih ini tentu tidak hanya mereka dari kelompok menengah atas, tetapi juga kelompok menengah ke bawah.

2.1.2. Kinerja Pemerintah dalam Pelaksanaan Kebijakan Konversi

(32)

pemerintah mengharapkan akan terjadi penghematan subsidi BBM akibat proses substitusi massal dari minyak tanah ke elpiji. Pemerintah juga mengurangi pasokan minyak tanah. Untuk wilayah yang sudah memperoleh kompor dan botol 3 kg, pasokan minyak tanah dikurangi hingga 70% wilayah di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, banyak rakyat miskin dan pedagang kecil kelabakan Pemerintah mengawasi secara ketat produksi tabung dan kompor gas. Hal ini dilakukan agar tabung gas yang diberikan kepada masyarakat tidak mudah bocor dan terbakar. Pemerintah juga mengawasi secara ketat pasokan minyak tanah ke masyarakat agar tidak terjadi penimbunan minyak tanah, Namun, implementasinya ternyata menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat merugikan masyarakat. Konversi minyak tanah ke elpiji (liquefied petroleum gas) ternyata banyak terjadi penyimpangan Daerah-daerah yang menjadi target konversi mengeluh karena tiba-tiba minyak tanah menghilang. Jikapun ada, harganya mahal, sekitar Rp 6.000-an, karena tak ada lagi subsidi. Di berbagai karena depo minyak menghilang. Padahal minyak tanah masih sangat dibutuhkan rakyat miskin yang tak mampu membeli gas, meski tabung gas berisi tiga kilogram elpiji sudah diberikan gratis oleh pemerintah.

2.2Pengertian Minyak Tanah

Minyak tanakerosene atau paraffin) adalah

tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan car pada 150 °C and 275 °C (rantai karbon dari sampa(http//www).

Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat tambahan lain yang dikenal awam: terasa licin apabila dipegang. Dalam arti sempit, kata 'minyak' biasanya mengacu k

(33)

sebenarnya berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya minyak goreng), sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya minyak minyak nilam).

Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya2H5OC2H5)3), benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama.

Minyak merupakan senyawaan Jadi minyak juga merupakan senyawaan da yang panjang dan tidak bercabang.

2.2.1.Jenis-jenis minyak

Dilihat dari asalnya terdapat dua golongan besar minyak: minyak yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan (minyak nabati) dan hewan (minyak hewani), dan minyak yang diperoleh dari kegiatan

2.2.2. Minyak tumbuhan dan hewan

(34)

bermacam-macam, tetapi yang banyak dimanfaatkan orang hanya yang tersusun dari dua golongan saja

minyak sayur serta minyak ikan), bahan baku industri sabun, bahan campuran minyak

pelumas, dan bahan bak

pada suhu ruang tetapi tidak mudah menguap.

minyak esensial (bukan

wangia

minyak ini memiliki aroma yang kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu

ruang (sehingga disebut juga minyak "aromatik").

Beberapa minyak tumbuhan lainnya yang banyak digunakan

• Minyak ikan, kaya DHA, baik untuk kerja otak

• Margarin, bentuk padat karena perubahan cis menjadi transfer

• Biodiesel, bahan akar ramah lingkungan

2.3. Bahan bakar gas

(35)

Elpiji, LPG (liquified petroleum gas,harfiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal darigas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana

dan butana . Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana dan pentana .

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1.

Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55°C (131 °F).

(36)

2.3.1. Sifat elpiji

Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:

• Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar

• Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat

• Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.

• Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.

• Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang

rendah.

2.3.2. Penggunaan elpiji

Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).

2.3.3. Bahaya elpiji

(37)

(tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah volumenya menjadi lebih besar.

2. Naptha atau Petroleum eter, biasa digunakan sebagai pelarut dalam industri.

3. Gasolin (bensin), biasa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

4. Kerosin (minyak tanah), biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses cracking.

Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150°C and 275°C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari kerosene dikenal sebagai RP-1dibakar dengan oksigen cair sebagai bahan bakar roket. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros(κερωσ, wax ).

Biasanya, kerosene didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau, hidrotreater untuk mengurangi kadar belerangnya dan pengaratannya. Kerosene dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk mengupgrade bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak.

(38)

Bahan bakar mesin jet adalah kerosene yang mencapai spesifikasi yang diperketat, terutama titik asap dan titik beku.

Kegunaan lain

Kerosene biasa di gunakan untuk membasmi serangga seperti semut dan mengusir kecoa. Kadang di gunakan juga sebagai campuran dalam cairan pembasmi serangga seperti pada merk/ brand baygone.

5. Minyak solar atau minyak diesel, biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pada kendaraan bermotor seperti bus, truk, kereta api dan traktor. Selain itu, minyak solar juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses cracking.

6. Minyak pelumas, biasa digunakan untuk lubrikasi mesin-mesin.

7. Residu minyak bumiyang terdiri dari :

Parafin , digunakan dalam proses pembuatan obat-obatan, kosmetika, tutup botol, industri tenun menenun, korek api, lilin batik, dan masih banyak lagi.

Aspal , digunakan sebagai pengeras jalan raya

2.3Tujuan Program Konversi Minyak Tanah ke Gas

Tujuan Program Konfersi Minyak tanah ke Gas adalah:

1.Menghema subsidi Negara di sektor BBM

(39)

2.4Pengertian Usaha kecil dan Pedagang Kecil

Di Indonesia tidak ada defenisi yang jelas mengenai apa itu defenisi industri kecil, klasifikasi industri pengelompokannya sebagai berikut :

1. Industri sekala besar dan menengah 2. Industri sekala kecil

3. Industri rumah tangga

Pengelompokan ini menjadi lebih rumit lagi dengan kenyataan bahwa kategori-kategori akan berbeda menurut defenisinya tergantung perusahaan-perusahaan itu berada dalam sector pertanian, industry, perdagangan atau jasa. Dengan adanya keanekaragaman defenisi tersebut maka, kajian merupakan konversi yang paling dekat mewakili konsep adalah “usaha kecil”

Bagaimana diartikan pada kajian-kajian negara lainnya yaitu sebagai berikut :

a. Dalam hubungan dengan data sekunder “industri-industri kecil” akan dimasukan dengan usaha kecil dan menengah (UKM)

b. Dalam survei primer usaha kecil dan menengah akan memperoleh gambaran yang lebih lengkap.

(40)

1. Suatu perusahaan kecil mempekerjakan 1-10 pekerja

2. Suatu perusahaan skala menengah mempekerjakan 10-50 pekerja 3. Suatu perusahaan skala besar mempekerjakan 50 atau lebih pekerja

Menurut Undang-undang usaha kecil Nomor 9 Tahun 1995, usaha kecil didefenisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria-kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan (asset) bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan, tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak Rp. 1 Milyar c. Milik warga Negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung ataupun tidak langsung oleh usaha besar atau usaha menengah, berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hokum, atau usaha berbadan hukum, termasuk koperasi. Harus diakui bahwa cakupan usaha kecil menurut undang-undang ini sangat luas (Wantono, 2002 :4)

Berdasarkan Menteri keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil di defenisikan sebagai usaha perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/ usaha yang mempunyai penjualan/omset pertahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000 atau aset/aktiva setingginya Rp. 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati terdiri dari:

(41)

b. Perorangan (Pengrajin/industry rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa dan sebagainya).

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/4/KEP/Dir tanggal 4 April 1997 tentang pemberian kredit usaha kecil, usaha kecil di defenisikan sebagai usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memilki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000;

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar) c. Milik warga Negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

e. Bentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

2.4.1 Masalah-masalah yang di Hadapi Usaha Pedagang Kecil

A. Permodalan

Hampir semua pelaku usaha kecil dan menengah mengakui bahwa permodalan merupakan masalah klasik yang selalu dialami dalam usaha mengembangkan usaha kecil yang mereka kelola, mereka mengeluhkan terbatasnya modal yang mereka miliki sehingga tersendatnya usaha mereka.

(42)

Pengelolaan usaha kecil biasanya hanya bertumpu pada seorang saja, selain pemilik modal, pelaku usaha biasa juga merangkap sebagai pekerja, tenaga administrasi dan sekaligus pemasaran, kalaupun pelaku usaha ini memiliki karyawan, tanpa adanya pembagian kerja (Job Description) yang jelas.

C. Kondisi Usaha

Pasca Otonomi Daerah di 134 kabupaten/kota di Indonesia telah menerbitkan 709 Perda atau SK (Surat Keputusan) tentang retribusi yang dibebankan kepada dunia usaha. Di Sumatera Utara sendiri tercatat ada 68 Perda, selanjutnya berdasrkan KPPOD (Komisi Pemantau Pelaksana Otonomi Daerah) perda-perda ini dinilai akan memperburuk iklim usaha sekaligus berdampak enggannya investor menanam modalnya ke daerah ini.

Di daerah ini, Deli Serdang, Simalungun dan Medan ada tiga kabupaten/kota dengan produk perda retribusi terbanyak masing-masing 16, 11, 15 perda bermasalah yang memberatkan kalangan dunia usaha kecil, di Medan diantaranya yaitu penggantian biaya cetak, pajak hiburan, pajak reklame, retribusi bunga hias, retribusi izin trayek, retribusi izin usaha penggilingan padi huller dan selain itu pada waktu lalu, warga Medan dikejutkan dengan dikeluarkan perda retribusi parkir, pada ruas jalan strategis yang notabenenya adalah tempat usaha kecil dan menengah, dimana setiap kendaraan berbagai jenis dikenakan biaya parker sebesar Rp. 7.500/jam. Retribusi ini bahkan dinilai sebagai retribusi parker termahal di Indonesia. Oleh kalangan masyarakat seperti Ir. Soekirman dari BITRA Indonesia, namun karena protes yang cukup keras dan asosiasi usaha dan masyarakat akhirnya pemberlakuannya di tunda.

(43)

Ketentuan tentang pengurusan perizinan usaha industry dan perdagangan telah diatur dalam keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 408/MPP/KEP/10/1997 tentang ketentuan dan tata cara pemberian tanda daftar usaha perdagangan (TDUP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang berlaku selama perubahan yang bersangkutan menjalankan kegiatan usaha perdagangannya.

Selain itu ada juga keputusan Menteri Perindag No. 255/MPP/KEP/7/1997 tentang pelimpihan wewenang dan pemberian izin di bidang industry dan perdagangan sesuai dengan surat edaran sekjen No. 771/SJ/9/1997 ditetapkan bahwa setiap perusahaan yang mengurus SIUP baik kecil, menengah dan besar berkewajiban membayar biaya administrasi 0 rupiah (nihil) artinya disini bahwa perizinan tidak dikenai biaya.

Persoalannya pasca otonomi daerah berbagai kewenangan telah dialihkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah kota/kabupaten. Biaya-biaya pengurusan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Bertolak dengan ketentuan tersebut, Pemerintah kabupaten/pemerintah kota melihat bahwa perizinan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD), sehingga perizinan dibuat dengan tarif tertentu disesuaikan dengan nilai investasi. Selama jangka waktu tertentu, pelaku usaha kecil dan menengah ini harus memperbarui kembali, artinya mengeluarkan biaya kembali untuk perizinan, ini bertentangan dengan SK Memperindag di atas yang menyebutkan izin usaha yang berlaku selama kegiatan yang berlangsung.

E. Jaringan Usaha dan Akses Pasar

(44)

F. Perlindungan Hukum

Perlindungan hokum juga menyentuh jaminan keamanan bagi pelaku usaha kecil dan menengah untuk melakukan kegiatan usahanya. Pelaku usaha kecil dan menengah kerap berhadapan dengan pihak-pihak yang mengaku dapat menjamin “keamanan” kalau si pelaku usaha ini menyerahkan uang dengan besaran tertentu. Pihak ini biasanya menanamkan diri dari aparat sendiri atau pemuda setempat atau organisasi kemasyarakatan Pemuda (OKP) (Abdullah, 2005 : 77)

G. Sumber Daya Manusia yang Rendah

Karena pengembangan potensi sumber daya manusia masih rendah, hal ini berakibat pada kemampuan produktifitas menjadi rendah, kemampuan melihat peluang bisnis menjadi terbatas. Etos kerja dan disiplin rendah, nilai tambah yang diperoleh setiap tenga kerja juga menjadi rendah, manajement keuangan masih buruk bahkan tak tersentuh oleh pembukuan sama sekali.

2.5 Pengertian Sosial Ekonomi

(45)

keluarganya. Menurut Konjaraningrat faktor pekerjaan, pendapatan dan pendidikan, faktor lain yang ikut disertakan oleh para ahli adalah perumahan, kesehatan dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat (Konjaraningrat 1990 :35)

Adapun karakteristik sosial ekonomi meliputi :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk membina kepribadian dan kemampuan jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan rumah tangga, sekolah dan dalam masyarakat agar kemampuannya dapat mempertahankan dan mengembangkan hidup serta kelangsungan hidup masyarakat (Abdullah, 1983 : 327).

2. Pendapatan rumah tangga

Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga. BPS membedakan pendapatan keluarga menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari gaji/upah pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, kerja lembur maupun dari usaha sendiri dalam hal ini diperoleh atas pekerjaan suami atau isteri atau anggota keluarga lainnya.

(46)

3. Banyaknya keluarga

Banyaknya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1992 : 20) menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga

4. Jenis Pekerjaan

Merupakan kategori profesi yang dilakukan suami, isteri maupun anggota keluarga lainnya dalam mencari penghasilan dalam mendapatkan pendapatan ruma tangga

2.6Kerangka Pemikiran

(47)

2.7Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1 Defenisi Konsep

Defenisi Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalaisasi dari sejumlah karakter, ejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu (Singarimbun, 1989 :43)

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan maka penulis membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

Pedagang kecil

(48)

1. Kebijakan sosial adalah pengambilan keputusan-keputusan, pengaturan-pengaturan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang muncul demi kesejahteraan masyarakat.

2. Pedagang kecil adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat yang berskala kecil.

3. Konversi adalah perubahan bentuk energi dari yang satu ke bentuk energi lain (http//www.)

4. Minyak tanah adala

(http//www.)

5. LPG (liquified petroleum gas,

campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari 6. Sosial ekonomi adalah

2.7.2. Defeisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1986 :46).

Defenisi Operasional dalam penelitian ini adalah: A.Variabel bebas(Indepentdent Variabel)

Variabel bebas (X) adalah segala gejala,faktor,atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel ke dua yang di sebut variabel terikat.tanpa variabel ini maka variabel ini maka variabel berubah sehingga muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi 1998:57)

(49)

Program Konversi minyak tanah ke Gas oleh pemerintah pengaruh nya terhadap pedagang kecil Akan tapi dalam penelitian ini,peneliti tidak meneliti variabel terikat ini karena keterbatasan data dan sulit nya mendapatkan informasi tentang tujuan dari program pemerintah ini

B. Variabel Terikat

Variabel terikat (Y) adalah sebuah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul di pengaruhi atau ditentukan aanya variabel bebas dan bukan karena ada variabel lain (Nawawi, 1995 : 57) kehadiran program konversi minyak tanah ke gas diharapkan dapat

berpengaruh positif terhadap masyarakat khusus nya pedagang kecil seperti tujuan penelitian ini Agar memudahkan peneliti mengadakan penelitian dilapangan, maka perlu operasionalisasi konsep-konsep yang digunakan untuk menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Jumlah kuota LPG untuk kecamatan Padang Bulan Medan 2. Distribusi

3. Jumlah outlet penjualan

2.8 Hipotesi

Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentatif (sementara), yang hanya apabila telah di uji kebenaranya (Nawawi, 1991)

(50)

Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Program Konversi minyak tanah ke Gas terhadap Pedagang Kecil

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dala penelitian ini bersifat deskriptif kuantiitatif, dimana penelitian ini menggambarkan secara rinci pelaksanaan program konversi

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang saya pilih adalah kecematan Padang Bulan, karena kondisi ekonomi masyarakat di Kecamatan Padang Bulan Medan mayoritas adalah menengah ke bawah, dan di Kecamatan Padang Bulan terdapat banyak pedagang kecil atau yang disebut pedagang kaki lima.

c. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991 : 141). Berdasarkan pendapat diatas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 11.430 jiwa dan terdiri dari 1985 kepala keluarga

Dalam setiap penelitian, masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan salah satu factor penting yang harus diperhatikan

3.3.2. Sampel

(52)

sampel, yaitu untuk mengangkat kesimpulan penelitian sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi, dengan kata lain sampel harus bersikap representatif (Arikunto :1998).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan sebagai sampel telah memiliki ciri-ciri dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan.

• Warga di Kelurahan Padang Bulan Medan

Untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut:

Keterangan:

d = presisi 10% = 0,1 (bungin.2005:105)

(53)

Karena n=95,20 maka di bulatkan menjadi 95. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 95

orang.

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulan data-data melalui :

1. Studi pustaka yaitu pengumpulan data informasi yang mengukur masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang akan diteliti.

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lapangan atau lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui :

a. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti, dilakukan dengan melihat, mendengarkan dan mencatat kejadian sasaran penelitian.

b. Wawancara yaitu data yang diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab dengan responden.

(54)

e. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan kuesioner dan wawancara, kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Data yang telah terkumpul akan diolah menggunakan metode analisis kualitatif dan metode kuantitatif ( product moment)

Keterangan :

rxy = Korelasi x dan y ∑x = Jumlah skor total x

∑y = Jumlah skor total y

∑xy = Jumlah perkalian skor butir x dan y

∑x² = Jumlah kuadrat x

∑y² = Jumlah kuadrat y

N = Jumlah subjek

(55)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Padang Bulan Medan

Penelitian ini dilaksanakan di daerah kelurahan padang bulan, Kelurahan padang bulan

merupakan salah satu kelurahan di daerah kecamatan Medan Baru. Pada tahun 2011 kelurahan

padang bulan memiliki jumlah penduduk 11.430 jiwa yang meliputi 5.480 laki-laki dan 5.980

perempuan, Kelurahan Padang Bulan Medan memiliki 1985 kepala keluarga . Luas dari

Kelurahan Padang Bulan ialah sebesar 168 hektar. Kelurahan padang bulan di pimpin oleh

bapak Frans Siahaan SSTP. Msp, selaku lurah di kelurahan Padang Bulan.

Kelurahan Padang Bulan memiliki fasilitas umum berupa sekolah dan perguruan tinggi

sebanyak delapan (8) fasilitas pendidikan yang meliputi tiga (3) Sekolah Dasar ( SD ), dua (2)

Sekolah Menengah Pertama ( SMP ), satu (1) Sekolah Menengah Atas ( SMA ), dan dua (2)

Perguruan tinggi. Kelurahan Padang Bulan juga memiliki fasilitas umum berupa pangkalan

minyak tanah, kepolisian Polsek Medan Baru, Masjid, Gereja, Lahan Perkuburan, Pasar

Tradisional, dan juga Mini market, sarana transportasi di Kelurahan Padang Bulan sangat

(56)

4.2. Letak dan Keadaan Geografis

Secara letak lokasi kelurahan Padang Bulan memiliki batas-batas dengan wilayah lain

sebagai berikut :

• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang

• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Merdeka

• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Titi Rante

4.3. Keadaan Penduduk

4.3.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di kelurahan Padang Bulan adalah 11.430 jiwa. Dimana jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 5.480 jiwa dan perempuan sebanyak 5.980 jiwa dan terdiri dari

1985 kepala keluarga. Rata-rata tingkat hunian per rumah tangga di Kelurahan padang Bulan

adalah 6 orang. Berdasarkan kelompok umur penduduk di Kelurahan padang Bulan , penduduk

paling berada pada usia ( 16 – 35 tahun ), yaitu 5.567 jiwa atau 48,70%, sedangkan kelompok

umur paling sedikit pada usia ( 1 – 15 tahun ), yaitu 2.112 jiwa atau 18,47%, dan pada kelompok

umur pada usia ( 36 tahun keatas ), yaitu 3.751 jiwa atau 32,83%.

Dari data yang diperoleh dilapangan, jumlah dari setiap orang berdasarkan jenis kelamin

(57)

Tabel 1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO PENDUDUK JUMLAH PERSENTASE

1 LAKI-LAKI 5.480 47,94%

2 PEREMPUAN 5.980 52,06%

TOTAL 11,430 100%

Sumber : Data Kelurahan Padang Bulan

Mayoritas dari penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Padang Bulan pada tahun

2011 adalah penduduk yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 5.980 jiwa atau

52,06%. Sementara untuk penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 5480 jiwa atau

47,94%.

Distribusi penduduk berdasarkan usia dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Untuk

(58)

Tabel 2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

NO USIA JUMLAH PERSENTASE

1 1 - 15 TAHUN 2.112 18,47%

2 16 – 35 TAHUN 5.567 48,70%

3 36 TAHUN KEATAS 3.751 32,83%

TOTAL 11.430 100%

Sumber : Data Kelurahan Padang Bulan umur

Mayoritas penduduk kelurahan padang bulan berumur 16-35 tahun dengan jumlah 5.567 atau

48,70%, sedangkan untuk usia 36 tahun ke atas berjumlah 3.751 atau 32,83% dan untuk usia

1-15 berjumlah 2.112 atau 18,47%..

Distribusi penduduk berdasarkan agama, dari data yang diperoleh dilapangan ada

empat (4) jenis agama yang ada di Kelurahan Padang Bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(59)

Tabel 3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

NO AGAMA JUMALH PERSENTSE

1 ISLAM 5.609 49,07%

2 KRISTEN PROTESTAN 4.582 40,08%

3 KRISTEN KATOLIK 1.030 9,01%

4 BUDHA 209 1,84%

TOTAL 11.430 100%

Sumber : Data Kelurahan Padang Bulan

Dari tabel diatas mayoritas penduduk di Kelurahan Padang Bulan beragama Islam

dengan jumlah 5.609 jiwa atau 49,07%, sementara untuk pemeluk agama Kristen Protestan

sebanyak 4.582 jiwa atau 40,08%, untuk jumlah penduduk beragama Kristen Katolik berjumlah

1.030 jiwa atau 9,01%, sedangkan untuk pemeluk agama Budha sebanyak 209 jiwa atau 1,84%.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, secara garis besar terdapat etnis/suku

enam yang ada di Kelurahan Padang Bulan. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel

(60)

Tabel 4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku

NO ETNIS/SUKU JUMLAH PERSENTASE

1 MINANG 1.230 10,76%

2 MELAYU 465 3,98%

3 JAWA 690 6,03%

4 MANDAILING 3.543 30,99%

5 ACEH 1.563 13,67%

6 KARO 3.670 32,10%

7 LAIN-LAIN 272 2,47%

TOTAL 11.430 100%

Sumber : data Kelurahan Padang Bulan

Berdasarkan etnis/suku, dapat terlihat pada tabel diatas bahwa etnis/suku Karo

merupakan etnis/suku mayoritas di Kelurahan Padang Bulan dengan jumlah 3.670 jiwa atau

32,10%, disusul oleh etnis/suku Mandailing yang berjumlah 3.543 jiwa atau 30,99%, etnis/suku

terbanyak ketiga adalah etnis/suku Aceh dengan jumlah 1.563 jiwa atau 13,67%, terbanyak

keempat adalah etnis/suku Minang dengan jumlah 1.230 jiwa atau 10,76%, seterusnya ada

etnis/suku Jawa dengan jumlah 690 jiwa atau 6,03%, lalu ada etnis/suku Melayu yang

berjumlah 465 jiwa atau 3,98%, dan sisanya yang berjumlah 272 jiwa atau 2,47% merupakan

(61)

Tabel 5

Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaannya Yang Menerima Batuan program konversi Minyak Tanah Ke Gas

NO PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE

1 PEDAGANG 638 32,14%

2 TUKANG BECAK 295 14,86%

3 SUPIR 194 9,77%

4 PEGAWAI SWASTA 177 8,91%

5 PEGAWAI NEGERI 165 8,31%

6 BURUH 406 20,45%

7 LAIN-LAIN 70 5,56%

TOTAL 1985 100%

Sumber : badan statistik kota Medan

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel diatas bahwa pekerjaan penduduk di

Kelurahan Padang Bulan Medan Yang mendapat bantuan program konversi minyak tanah ke

gas mayoritas adalah pedagang dengan jumlah 638 jiwa atau 32,14%, kemudian diikuti oleh

buruh dengan jumlah 406 jiwa atau 20,45%, disusul oleh tukang becak dengan jumlah 295 jiwa

atau 14,86%, terus ada supir dengan jumlah 194 jiwa atau 9,77%, terbanyak kelima adalah

pegawai swasta sebanyak 177 jiwa atau 8,91%, seterusnya ada pegawai negeri sebanyak 165

(62)

BAB V

ANALISA DATA

Pada bab V akan dibahas tentang analisa data, dimana data diperoleh dari hasil penelitian melalui wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada responden. Menganalisa data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi suatu bagian-bagian tertentu menurut kelompok data jawaban responden. Analisa data yang dimaksud adalah suatu interpretasi langsung yang berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan dengan tetap berpedoman pada tujuan penelitian.

Pada bagian ini penulis mencoba menganalisa data-data yang telah diperoleh di lapangan, terutama yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diajukan kepada para responden yaitu Korban Pedagang Kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan yang diwakili oleh 95 Pedagang Kecil.

Data yang dianalisa pada bab ini adalah :

5.1 Karakteristik Responden.

(63)

5.2Distribusi Identitas Responden

TABEL 5.1

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1

(64)

TABEL 5.2

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN UMUR

No Umur Frekuensi Persentase

1

(65)

TABEL 5.3

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN SUKU BANGSA

No

Suku Bangsa Frekuensi Persentase

1

(66)

yang bersuku bangsa Jawa namun telah lama hidup dan menetap di Kota Medan sejumlah 12 orang (12,63%).

TABEL 5.4

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN AGAMA

No Agama Frekuensi Persentase

1

Hampir semua penduduk Indonesia telah menganut agama, karena responden percaya melalui agama manusia melakukan hubungan batiniah yang sakral dengan Tuhan

(67)

5.3 Uji Hipotesis.

Untuk menganalisis hubungan dua variabel,maka digunakan analisis statistik product moment sebagai beriku

Setelah di lakukan pengujian dengan menggunakan rumus product moment maka di peroleh rxy = 0,607.berdasarkan indeks korelasi Guillford.

< 0,199 :hubungan rendah sekali

0,20-0,399 : hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,699 : hubungan cukup berarti

0,70-0,899 : hubungan tinggi / kuat

(68)

Maka hasil koefisien korelasi yang di peroleh (rxy = 0,607) mengandung makna bahwa hubungan cukup .karena nilai 0,607 terletak di antara 0,40 – 0,699.

Untuk mengetahui apakah hipotesa di terima atau ditolak,maka hasil rxy hitung harus di bandingkan dengan rxy tabel,dan biasanya menggunakan taraf signifikan 5% .Bila N = 95 maka di peroleh rxy tabelnya adalah 0,201.

Kriteria pengujian hipotesa dalam korelasi

1. Terima Ha dan tolak Ho jika rxy hitung > rxy tabel

2. Terima Ho dan tolak Ha jika rxy hitung < rxy tabel

Seyelah dilakukan pengolahan data ,maka hasil yang di peroleh adalah rxy hitung lebih besar

dari rxy tabel (0,607 – 0,021).hal ini menunjukan bahwa hipotesa alternatif (Ha) yang

menyatakan “terdapat hubungan yang signifikan antara Program Koversi Minyak tanah ke Gas

terhadap Pedagang Kecil” dapat di terima. sedang kan hipotesa nol (Ho) yang menyatakan

“tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Program konversi Minyak tanah ke Gas

terhadap Pedagang Kecil” di tolak.

5.4 Kofisiensi Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi Program Konfersi Minyak tanah

(69)

D=r2 x100

= 0,6072 x 100

= 0,36 x 100

=36%

Dari hasil penghitungan pada kofisiensi determinasi dapat dilihat bahwa hasilnya 36%.

Artinya besarnya pengaruh yang di timbulkan variabel bebas terhadap variabel terikar adalah

36%. selebihnya 64% adalah pengaruh faktor lain.

(70)

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan berupaya mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian.

Kemudian penulis akan memberikan beberapa saran yang sifatnya berupa sumbangan

pemikiran mengenai Pogram konversi minyak tanah ke Gas terhadap Pedagang Kecil di

kelurahan Padang Bulan Medan.

a. Kesimpulan

berdasarkan hasil-hasil dan pembahasan yang telah di buat, maka dapat di simpulkan

hal-hal sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Program konversi Minyak tanah

terhadap Pedagang Kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan ( rxy = 0,607 > 0,201 )

artinya semakin Program Konversi Minyak tanah ke Gas berjalan efektif maka

semakin sejahtera Pedagang Kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan, maka

hipotesis yang di ajukan dapat di terima.

2. Adapun koefesien determinan ( D ) dari hubungan di atas adalah sebesar D=36%

hal ini menunjuk kan bahwa Program Konversi Minyak tanah Ke Gas

berpengaruh terhadap pedagang kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan

(71)

pengaruh terhadap Pedagang Kecil di Kelurahan Padang Bulan Medan, dimana

faktor-faktor lain tersebut menyumbang sebesar 64% pengaruh tehadap

Pedagang kecil yang dalam penelitian ini tidak di teliti.

3. Pengaruh Program Konfersi Minyak tanah ke Gas menyebabkan tingkat

pendapatan Masyarakat perbulanya meningkat hal ini dapat di lihat berdasarkan

hasil angket dan wawancara. Hal tersebut dapa diketahui dari hasil rxy hitung =

0,607 , rxy tabel = 0,201 sehingga Ha di terima.

b. Saran

Bedasarkan hasil penelitilan dan kesimpulan yang telah di buat, maka hal-hal yang dapat di

sarankan adalah sebagai berikut :

1. Di harapkan pihak pemerintah dapat lebih mengefektifkan lagi Program Konversi

Minyak tanah ke gas kepada Pedagang Kecil karena berpengaruh terhadap

pendapatan Pedagang.

2. Kepada pemerintah lebih memperhatikan kwalitas tabung gas yang di gunakan

karena akan berpengaruh terhadap kepercaya’an masyarakat terhadap

pemakaian gas.

3. Kepada masyarakat agar berperan aktif menyukseskan program konversi minyak

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kinerja perusahaan untuk koversi minyak tanah ke gas yaitu dengan dibantu kegiatan usaha pertamina Hulu dan Hilir untuk meciptakan kelancara pemasaran dan kebijakan

“Kalau saya sendiri sebenarnya tidak setuju kompor minyak tanah diganti sama kompor gas, soalnya menurut saya bukan itu yang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini sebab masih

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga penerima program konversi minyak tanah ke LPG, (2) mengidentifikasi persepsi dan sikap ibu

Implementasi Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke LPG ( Liquifield Petroleum Gas ) Di Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember adalah benar-benar

koping ibu terhadap program konversi minyak tanah ke LPG; (3) menganalisis hubungan antara karakteristik ibu dan keluarga dengan penerimaan contoh terhadap program konversi

Program konversi energi minyak tanah ke LPG 3kg sudah berlangsung hampir 2 tahun (2007-2009), melalui penelitian ini diharapkan dapat menganalisis bagaimana perilaku

Dengan kata lain jika pada saat pendapatan per kapita meningkat sebesar seribu Rupiah, maka akan terjadi kenaikan jumlah permintaan minyak tanah sebesar 0,194

Sesuai dengan hasil yang didapat, maka penelitian ini menyarankan beberapa hal yaitu : (1) pemerintah perlu melakukan pemasaran sosial Program Konversi Minyak