• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua desa yang mewakili dua kecamatan yang berada di kabupaten Lebak Banten. Luas Wilayah Kabupaten Lebak adalah seluas 304.472 hektar, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Jumlah penduduk di Kabupaten Lebak berjumlah 1.219.033 jiwa. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Lebak, yaitu sebanyak 41.64% atau sebanyak 186.634 jiwa adalah petani, 22.62% (101.379 jiwa) adalah buruh tani, sisanya bekerja di sektor lain seperti sebagai nelayan, PNS, bekerja di bidang industri dan perdagangan serta lainya.

Kabupaten Lebak memiliki 28 kecamatan, dua diantaranya adalah Kecamatan Cileles dan Kecamatan Warunggunung. Kecamatan Cileles memiliki luas wilayah 12.498 ha dengan jarak ke ibukota kabupaten sejauh 50 km, semantara Kecamatan Warunggunung memiliki luas wilayah 4.953 ha dan hanya berjarak 10 km dari ibukota kabupaten. Masing-masing kecamatan tempat penelitian ini memiliki 12 desa dengan jumlah penduduk masing-masing kecamatan, untuk Kecamatan Cileles adalah 48.139 jiwa dan Kecamatan Warunggunung 51.414 jiwa.

Desa Pasindangan

Desa Pasindangan merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak Provinsi Banten dengan luas wilayah 3.297.2 ha. Jarak Desa Pasindangan dari ibu kota kecamatan adalah tujuh km. Desa Pasindangan terbagi dalam tujuh kampung yang terdiri dari tujuh Rukun Warga (RW) dan 17 Rukun Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Pasindangan diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Desa Bendungan, Desa Kumpai, dan Desa Cipadang. Sebelah timur dengan Desa Kujangsari, dan Desa Cikareo. Sedangkan di sebelah selatan dengan Desa Cinginggang, dan sebelah barat dengan Desa Mekarjaya. Desa Pasindangan termasuk desa yang luas dibandingkan dengan desa-desa di wilayah Kecamatan Cileles lainnya bahkan menjadi yang terluas diantara desa-desa disekitarnya yang berada dalam satu kecamatan, Desa Cipadang memiliki luas 1.388 ha, Desa Kujangsari 1.891 ha, dan Desa Cikareo

2.065 ha. Luas lahan yang cukup luas di Desa Pasindangan masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri, sebagian besar lahan dimanfaatkan sebagai wilayah perkebunan oleh pihak swasta dan pemerintah, sebagian lainnya untuk perkebunan rakyat, pertanian, pemukiman, dan lain-lain. Pemanfaatan lahan di Desa Pasindangan ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 4 Pemanfaatan lahan Desa Pasindangan

No Pemanfaatan lahan Luas (ha) % Luas terhadap

luas wilayah

1 Pemukiman dan pekarangan 28.8 0.87

2 Sawah irigasi setengah teknis 20.0 0.61

3 Sawah tadah hujan 194.0 5.88

4 Ladang/huma 350.0 10.62

5 Perkebunan rakyat 388.5 11.78

6 Perkebunan swasta 1.414.0 42.88

7 Lapangan olah raga 2.0 0.06

8 Kas desa 2.5 0.08

9 Kantor pemerintahan 0.2 0.01

10 Tanah fasilitas umum lainnya 18.0 0.55

11 Hutan lindung 190.0 5.76

12 Hutan produksi 595.0 18.05

13 Hutan konversi 94.2 2.86

Total 3.297.2 100.00

Pemanfaatan lahan Pasindangan sebagian besar digunakan untuk perkebunan, yaitu sebesar 42.88% (1.414 Ha) untuk perkebunan swasta dan 11.78% (388,5 Ha) sebagai perkebunan rakyat. Jika dilihat dari pemanfaatan lahannya, Desa Pasindangan merupakan kawasan perkebunan.

Jumlah penduduk Desa Pasindangan pada tahun 2006 tercatat sebanyak 3.589 jiwa yang terdiri dari 835 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yaitu, 1.817 jiwa penduduk laki-laki dan 1.772 jiwa penduduk perempuan.

Berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia, pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pasindangan adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Tingkat pendidikan penduduk Desa Pasindangan

No Tingkat Pendidikan n %

1 Tidak tamat SD/sederajat 245 17.7

2 Tamat SD/sederajat 655 47.4 3 Tamat SLTP/sederajat 305 22.0 4 Tamat SLTA/sederajat 147 10.6 5 Tamat D1 12 0.9 6 Tamat D2 9 0.6 7 Tamat D3 5 0.4

8 Tamat Perguruan Tinggi (S1) 5 0.4

Total 1.383 100.0

Secara umum, tingkat pendidikan penduduk di Desa Pasindangan masih tergolong rendah yang ditunjukkan oleh banyaknya penduduk yang hanya menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) sebesar 47.4%. Sedangkan penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi hanya sebagian kecil, yaitu hanya sebesar 0.4% saja. Kondisi ini akan memberikan dampak pada kemampuan ekonomi penduduk dan besarnya peluang memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Tabel berikut menunjukkan jenis pekerjaan penduduk Desa Pasindangan.

Tabel 6 Jenis pekerjaan penduduk Desa Pasindangan

No Jenis Pekerjaan n % 1 Petani 416 47.9 2 Buruh tani 56 6.4 3 Buruh/swasta 77 8.9 4 PNS 27 3.1 5 Pengrajin 25 2.9 6 Pedagang 255 29.4 7 Bengkel/montir 12 1.4 Total 868 100.0

Sebagian besar jenis pekerjaan penduduk Desa Pasindangan sebagai Petani, yang terdiri dari petani (47.9%) dan buruh tani (6.4%). Pekerjaan yang terbanyak ditekuni oleh penduduk Desa Pasindangan selain petani adalah pedagang, yaitu sejumlah 29.4%.

Tersedianyafasilitas pendidikan dan kesehatan sangat menunjang dalam terciptanya kesejahteraan dalam masyarakat. Prasarana pendidikan yang ada pada Desa Pasindangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7 Prasarana pendidikan Desa Pasindangan No Lembaga Pendidikan n 1 TK 1 2 SD 5 3 SMP 1 4 SMA 1

5 Lembaga Pendidikan Agama 3

Total 11

Jumlah tenaga pengajar untuk TK di Desa ini hanya dua orang, di SD terdapat 27 orang, SMP memiliki sembilan tenaga pengajar, dan di SMA terdapat tiga orang pengajar serta enam orang pengajar pada lembaga pendidikan agama yang ada di Desa Pasindangan. Sedangkan untuk prasarana kesehatan di Desa Pasindangan adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Prasarana kesehatan Desa Pasindangan

No Lembaga Kesehatan n

1 Puskesmas Pembantu 1

2 Poliklinik/balai pengobatan 1

3 Posyandu 3

4 Tempat penyimpanan obat 1

Total 6

Prasarana kesehatan yang ada di Desa Pasindangan ini ditunjang oleh satu tenaga paramedis dan lima orang dukun terlatih.

Desa Banjarsari

Desa Banjarsari merupakan salahsatu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak Provinsi Banten yang berbatas dengan Desa Sukaraja di sebelah utara, Desa Cibuah di sebelah selatan, Desa Sindangsari di sebelah barat, dan Desa Padasuka di sebelah timur. Desa Banjarsari terletak di tengah wilayah Kecamatan Warunggunung dan mempunyai luas wilayah 519.69 ha. Bila dibandingkan dengan Desa lain di wilayah Kecamatan Warunggunung, Desa Banjarsari memiliki luas wilayah yang cukup luas, akan tetapi dengan desa sebelahnya seperti Cibuah, Sindangsari, Sukaraja, dan Padasuka. Desa Banjarsari berada di urutan ketiga setelah Sukaraja (864 ha) dan Padasuka (607 ha). Dengan luas wilayah tersebut antara lain dimanfaatkan untuk pertanian, pemukiman, kas desa, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya. Adapun pemanfaatan lahan di Desa Banjarsari secara rinci ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 9 Pemanfaatan lahan Desa Banjarsari

No Pemanfaatan lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 71.0 13.7

2 Sawah :

Sawah irigasi setengah teknis 164.0 31.6

Sawah tadah hujan 97.0 18.7

3 Tanah rawa 0.5 0.1

4 Perkebunan rakyat 185.0 35.6

5 Perkebunan swasta 0 0

6 Lapangan olah raga 0 0

7 Kas desa 2.19 0.4

Pemanfaatan lahan di Desa Banjarsari sebagian besar digunakan untuk pertanian. Jika dilihat dari pemanfaatan lahan, Desa Banjarsari merupakan kawasan pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh pemanfaatan lahan untuk pertanian maupun perkebunan yang cukup besar dibandingkan dengan pemanfaatan lahan lainnya, yaitu 164 ha untuk sawah irigasi setengah teknis, 97 ha untuk sawah tadah hujan, dan 185 ha untuk perkebunan rakyat. Namun kepemilikan lahan di esa Banjarsari sebagian besar dikuasai oleh orang luar desa.

Wilayah Desa Banjarsari terbagi menjadi 6 RW dan 26 RT. Tahun 2008 jumlah penduduk sebanyak 4.702 jiwa yang terdiri dari 1.095 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yaitu 2.407 jiwa penduduk laki-laki dan 2.295 jiwa penduduk perempuan.

Kualitas Sumberdaya manusia di Desa Banjarsari dapat diketahui dengan melihat tingkat pendidikan penduduk di desa ini. Tingkat pendidikan penduduk Desa Banjarsari adalah sebagai berikut:

Tabel 10 Tingkat pendidikan penduduk Desa Banjarsari

No Tingkat Pendidikan n %

1 Tidak tamat SD/sederajat 0 0

2 Tamat SD/sederajat 1.704 71.1 3 Tamat SLTP/sederajat 401 16.7 4 Tamat SLTA/sederajat 261 10.9 5 Tamat D1 3 0.1 6 Tamat D2 3 0.1 7 Tamat D3 17 0.7

8 Tamat Perguruan Tinggi (S1) 9 0.4

Secara umum, tingkat pendidikan penduduk di Desa Banjarsari tergolong rendah yang ditunjukkan oleh banyaknya penduduk yang hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) sedangkan penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan sampai tingkat yang lebih tinggi hanya sebagian kecil bahkan yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi sangat sedikit. Keadaan ini memberikan dampak pada

kemampuan ekonomi penduduk dan besarnya peluang penduduk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan oleh jenis pekerjaan penduduk di Desa Banjarsari. Tabel berikut ini menunjukkan jenis pekerjaan penduduk Desa Banjarsari.

Tabel 11 Jenis pekerjaan penduduk Desa Banjarsari

No Jenis Pekerjaan n % 1 Petani 1.638 61.5 2 Buruh tani 472 17.7 3 Buruh/swasta 403 15.1 4 PNS 19 0.7 5 Pengrajin 5 0.2 6 Pedagang 125 4.7 7 Bengkel/montir 3 0.1 Total 2.665 100

Dari 4.702 jiwa penduduk, hanya 2.665 jiwa penduduk yang memiliki pekerjaan tetap, sisanya 2.037 jiwa penduduk tidak teridentifikasi jenis pekerjaannya. Keberagaman jenis pekerjaan di Desa Banjarsari rendah. Jenis pekerjaan penduduk Desa Banjarsari sebagian besar sebagai petani (61.5%) dan buruh tani (17.7%). Sisanya terbanyak memiliki jenis pekerjaan sebagai buruh/swasta (15.1%) dan pedagang (4.7%). Berdasarkan data tahun 2008, potensi ekonomi yang paling menonjol dan sudah dikembang di Desa Banjasari adalah bidang industri pengolahan, perikanan, dan pertanian.

Berdasarkan data potensi desa 2008, jumlah prasarana kesehatan yang tersedia di Desa Banjarsari adalah 9 unit posyandu, 1 unit Poskesdes yang dikelola oleh 1 bidan. Selain itu tersedia 10 tenaga kesehatan tradisional yang terdiri dari 6 orang paraji, 2 orang pengobatan tradisinal, dan 2 orang paraji terlatih. Jika dibandingkan dengan desa sekitarnya, sembilan unit Posyandu yang tersedia di Desa Banjarsari belum mampu memberikan pelayanan secara efektif, terlihat dari masih ada sekitar 4 balita di desa ini yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk, bahkan masih ada sejumlah lainnya balita gizi kurang yang tidak terdentifikasi oleh posyandu.

Desa Banjarsari memiliki keterbatasan dlaam pelayanan kesehatan, karena di desa sekitar ada paling tidak satu Dokter dan lebih dari satu Bidan yang memberikan pelayanan di desa tersebut. Keterbatasan jumlah petugas maupun sarana kesehatan di desa ini menyebabkan masyarakat desa harus keluar desa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih menunjang baik ke Puskesmas maupun praktek Dokter. Akan tetapi bagi mereka yang tidak

memiliki cukup uang untuk menjangkau pelayanan tersebut maka mereka memilih meminta pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan tradisional yang ada di desanya.

Untuk sarana dan prasarana pendidikan di wilayah Desa Banjarsari terdapat 3 unit SD negeri dan 3 unit TPA. Keterbatasan sarana pendidikan ini menyebabkan banyak penduduk yang tidak dapat melanjutkan sekolah anaknya ke tingkat yang lebih tinggi, karena untuk melanjutkan sekolah mereka harus keluar desa dan jarak tempuh yang cukup jauh sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar apabila dibandingkan jika di desa tersebut tersedia sekolah lanjutan.

Ketahanan Pangan

Kelaparan dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Smith (2003) mengemukakan metode dan ukuran untuk menilai kekurangan pangan pada tingkat rumahtangga maupun individu, melalui 4 jenis keadaan, yang dapat diukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Keadaan tersebut adalah: 1) ketidakcukupan energi rumahtangga; 2) tingkat ketidakcukupan energi; 3) keanekaragaman makanan (dietary diversity); dan 4) persen pengeluaran untuk makanan (% food expenditure).

Pengukuran ketahanan pangan secara kuantitatif menurut FAO (2003) dapat diukur melalui tingkat ketidakcukupan energi yang menunjukkan keparahan defisit energi yang ditunjukkan oleh defisit jumlah kalori pada seseorang individu dibawah energi yang dianjurkan (<70%).

Tabel 12 Status ketahanan pangan RT

Status ketahanan pangan Pasindangan Banjarsari Total

n % n % n %

Rawan pangan berat 11 22 15 29.4 26 25.7

Rawan pangan sedang 1 2 4 7.8 5 5

Rawan pangan ringan 3 6 3 5.9 6 5.9

Tahan pangan 35 70 29 56.9 64 63.4

Jumlah 50 100.0 51 100.0 101 100.0

Min;max 31;368 10;600 10;600

Rataan 141.28±79.896 140.88±115.805 141.08±99.163

Ketahanan pangan kuantitatif diklasifikasikan berdasarkan tingkat konsumsi energi. Dikatakan rawan pangan tingkat berat apabila tingkat kecukupan energinya kurang dari 70% dan tidak disertai penurunan berat badan, bila tingkat kecukupan energinya 70%-<80% maka dikatakan rawan pangan sedang, dan bila tingkat kecukupan energi 80%-<90% maka dikatakan rawan

pangan ringan dan 90% ke atas termasuk tahan pangan. Depkes (1996 dalam BKP 2008). Berdasarkan pengklasifikasian tersebut dari total keseluruhan contoh diketahui bahwa lebih dari setengah (63.4%) contoh merupakan rumahtangga tahan pangan dengan kisaran konsumsi energi perkapita sebesar 10-600 % dari AKG dan rataan 137.34 ± 142.523.

Sejumlah 25.7% contoh merupakan rumahtangga rawan pangan berat, dan 5% contoh merupakan rawan pangan sedang, sisanya 5.9% merupakan rawan pangan ringan. Jumlah rumahtangga tahan pangan di Desa Pasindangan lebih banyak dibandingkan di Desa Banjarsari yaitu 70% di Desa Pasindangan dan 56.9% di Desa Banjarsari. Namun untuk proporsi rumahtangga rawan pangan berat dan sedang lebih besar di Desa Banjarsari, yaitu 29.4% dan 7.8%, dibandingkan dengan Desa Pasindangan yang hanya 22% dan 2% saja. Sedangkan untuk rumah tangga rawan pangan ringan tidak jauh berbeda yaitu 6% di Desa Pasindangan dan 5.9% di Desa Banjarsari. Kisaran konsumsi energi perkapita Desa Pasindangan sebesar 31-368% dari AKG dan rataan 141.28 ± 79.896, sedangkan di Desa Banjarsari sebesar 10-600% dari AKG dan rataan 140.88 ± 115.805.

Karakteristik Sosial Ekonomi Rumahtangga Petani Umur Kepala Rumahtangga dan Ibu Rumahtangga

Klasifikasi umur kepala rumahtangga di kedua desa dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu dewasa awal (18–39 tahun), dewasa madya (40–59 tahun), dan lansia ( 60 tahun), penggolongan ini sesuai dengan penggolongan umur berdasarkan Hurlock (1980). Klasifikasi umur kepala rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Klasifikasi umur KRT

Kelompok umur Pasindangan Banjarsari Total

n % n % n % 18–39 tahun 8 16.0 19 37.3 27 26.7 40-59 tahun 37 74.0 21 41.2 58 57.4 60 5 10.0 11 21.6 16 15.8 Jumlah 50 100.0 51 100.0 101 100.0 Min;max 25;85 16;80 25;85 Rataan 46±13.503 46.88±10.056 46.44±11.87

Sebaran umur kepala rumahtangga contoh berkisar antara 25-85 tahun, dan rataan 46.44±11.87. Sebagian besar kepala rumahtangga (57.4%) dari kedua desa berada pada kelompok umur dewasa madya (40-59 tahun),

selanjutnya sebanyak 26.7% kepala rumahtangga termasuk dalam kelompok umur dewasa awal, dan sebanyak 15.8% kepala rumahtangga tergolong kelompok umur lansia ( 60 tahun).

Sebaran umur kepala rumahtangga di Desa Pasindangan antara 25 tahun hingga 85 tahun, dan rataan 46±13.503. Sebagian besar kepala rumahtangga di Desa Pasindangan yaitu sebanyak 74% kepala rumahtangga berada pada kelompok umur dewasa madya (40-59 tahun), 16% kepala rumahtangga berada pada kelompok umur dewasa awal (18–39 tahun), dan sisanya 10% kepala rumahtangga termasuk kelompok umur lansia ( 60 tahun). Berbeda dengan Desa Pasindangan, sebaran umur kepala rumahtangga di Desa Banjarsari berkisar antara 16-80 tahun, dan rataan 46.88±10.056. Namun kondisi yang sama terjadi pada Desa Banjarsari dimana sebaran umur terbanyak berada pada kelompok umur dewasa madya (40–59 tahun) sebanyak 41.2%, selanjutnya kepala rumahtangga pada kelompok umur dewasa awal (18–39 tahun) sebanyak 26.7%, terakhir sebanyak 15.8% kepala rumahtangga berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun).

Tabel 14 Sebaran rumahtangga berdasarkan status ketahanan pangan dan umur KRT di Desa Pasindangan Kelompok umur RT Rawan pangan berat RT rawan pangan sedang RT rawan pangan ringan RT tahan pangan Total n % n % n % n % n % 18 – 39 tahun 4 36.4 0 0 0 0 4 11.4 8 16 40 – 59 tahun 7 63.6 1 100 2 66.7 27 77.1 37 74 60 tahun 0 0 0 0 1 33.3 4 11.4 5 10 Jumlah 11 100 1 100 3 100 235 100 50 100

Sebaran rumahtangga berdasarkan status ketahanan pangan dan umur kepala rumahtangga di Desa Pasindangan dapat dilihat pada tabel diatas. Sebaran rumahtangga tahan pangan berdasarkan kelompok umur kepala rumahtangga menunjukkan bahwa pada rumahtangga tahan pangan sebagian besar (77.1%) umur kepala rumahtangganya termasuk dalam kelompok umur dewasa madya (40-59 tahun), sisanya masing-masing sebanyak 11.4% rumahtangga tahan pangan adalah rumahtangga dengan kepala rumahtangga yang umurnya termasuk kelompok umur dewasa awal dan lansia.

Sebaran rumahtangga rawan pangan ringan sebagian besar (66.7%) memiliki kepala rumahtangga yang termasuk dalam golongan usia dewasa madya, sisanya sebanyak 33.3% termasuk lansia. Sebaran rumahtangga rawan

pangan sedang berdasarkan umur kepala rumahtangga yang menunjukkan bahwa seluruhnya memiliki kepala keluarga yang termasuk kelompok umur dewasa madya. Sedangkan pada rumahtangga rawan pangan berat memiliki kepala rumahtangga yang termasuk kelompok umur dewasa madya (63.6%), sisanya sebanyak 36.4% kepala rumahtangga pada rumahtangga rawan pangan berat adalah kelompok umur dewasa awal (18–39 tahun).

Tabel 15 Sebaran rumahtangga berdasarkan status ketahanan pangan dan umur KRT di Desa Banjarsari Kelompok umur RT Rawan pangan berat RT rawan pangan sedang RT rawan pangan ringan RT tahan pangan Total n % n % n % n % n % 18 – 39 tahun 5 33.3 2 50 0 0 12 41.4 19 37.3 40 – 59 tahun 7 46.7 2 50 1 33.3 11 37.9 21 41.2 60 tahun 3 20 0 0 2 66.7 6 20.7 11 21.6 Jumlah 15 100 4 100 3 100 29 100 51 100

Pada tabel di atas disajikan sebaran rumahtangga berdasarkan status ketahanan pangan dan umur kepala rumahtangga, dapat dilihat bahwa sebaran rumahtangga tahan pangan di Desa Banjarsari sebagian kecil (20.7%) merupakan rumahtangga yang kepala rumahtangga berumur > 60 tahun atau termasuk kelompok umur lansia, sebanyak 37.9% rumahtangga dengan kepala rumahtangga yang berumur 40–59 tahun atau termasuk kelompok umur dewasa madya, dan sebanyak 41.4 % kepala rumahtangganya berumur 18-39 tahun atau termasuk kelompok umur dewasa awal. Sebaran rumahtangga rawan pangan ringan adalah sebanyak 66.7% memiliki kepala rumahtangga lansia dan sisanya (33.3%) memiliki kepala rumahtangga dewasa madya.

Sebaran rumahtangga rawan pangan sedang di Desa Banjarsari sebanyak masing-masing 50% memiliki kepala rumahtangga yang merupakan kelompok umur dewasa awal dan dewasa madya. Sedangkan sebaran rumahtangga rawan pangan berat sebanyak 46.7% adalah yang termasuk rumahtangga dengan kepala rumahtangga yang termasuk dalam kelompok umur 40–59 tahun (dewasa madya), sebanyak 33.3% rumahtangga kepala rumahtangganya berumur 8–39 tahun (dewasa awal), dan sisanya sebanyak 20% adalah kepala rumahtangga yang berumur 60 tahun (lansia).

Sama halnya dengan klasifikasi pada kepala rumahtangga umur ibu rumahtangga (IRT) dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu dewasa awal (18–39

tahun), dewasa madya (40–59 tahun), dan lansia ( 60 tahun). Klasifikasi umur IRT dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Klasifikasi umur IRT

Kelompok umur Pasindangan Banjarsari Total

n % n % n % 18–39 tahun 23 46.0 24 47.1 47 46.5 40-59 tahun 23 46.0 25 49.0 48 47.5 60 4 8.0 2 3.9 6 5.9 Jumlah 50 100.0 51 100.0 101 100.0 Min;max 25;65 20;75 20;75 Rataan 41.62±8.739 39.96±12.260 40.78±10.643

Berdasarkan tabel klasifikasi umur IRT di atas, terlihat bahwa kisaran umur ibu di kedua desa antara 20-75 tahun, dengan rataan 40.78±10.643, rata-rata umur ibu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata-rata-rata umur kepala rumahtangga. Umur ibu sebagian besar (47.5%) terdistribusi pada kelompok umur dewasa madya (40–59 tahun), kemudian sebanyak 46.5% berada pada kelompok umur dewasa awal (18–39 tahun), dan sisanya (5.9%) berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun).

Sebaran umur ibu di tiap desa terlihat untuk Desa Pasindangan sebaran umur ibu berkisar antara 25 hingga 65 tahun, rataan 41.62±8.739. Sebaran umur ibu di Desa Pasindangan memiliki proporsi yang sama yaitu 46% pada kelompok umur dewasa awal (18–39 tahun) dan dewasa madya (40–59 tahun), sedangkan sisanya (8%) berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun). Sebaran umur ibu di Desa Banjarsari berkisar antara 20 sampai 75 tahun dan rataan 39.96±12.260. sebaran terbesar (49%) berada pada kelompok umur dewasa madya (40–59 tahun), kemudian sebanyak 47.1% ibu berada pada kelompok umur dewasa awal (18–39 tahun) dan sisanya sebanyak 3.9% ibu berada pada kelompok umur lansia ( 60 tahun).

Besar Rumahtangga

Besar rumahtangga dikelompokan ke dalam tiga kelompok (BKKBN), yaitu rumahtangga kecil bila jumlah anggota rumahtangga 4 orang, rumahtangga sedang bila jumlah anggota rumahtangga antara 5-6 orang, dan rumahtangga besar bila anggotanya 7 orang.

Tabel 17 Klasifikasi besar rumahtangga

Besar keluarga Pasindangan Banjarsari Total

n % n % n %

Kecil 26 52.0 24 47.1 50 49.5

Sedang 16 32.0 14 27.5 30 29.7

Besar 8 16.0 13 25.5 21 20.8

Jumlah 50 100.0 51 100.0 101 100.0

Berdasarkan pengelompokan tersebut dari kedua desa hampir setengah (49.5%) rumahtangga contoh terdistribusi pada kelompok rumahtangga kecil, 29.7% contoh merupakan rumahtangga sedang, dan sisanya (20.8%) merupakan rumahtangga besar. Bila dibedakan berdasarkan masing-masing desa, maka sebaran besar rumahtangga di Desa Pasindangan adalah sebanyak 52% rumahtangga contoh merupakan rumahtangga kecil, 32% merupakan rumahtangga sedang, dan sisanya (16%) merupakan rumahtangga besar. Sedangkan sebaran besar rumahtangga di Desa Banjarsari sebanyak 47.1% merupakan rumahtangga kecil, 27.5% merupakan rumahtangga sedang, dan sisanya sebanyak 25.5% contoh merupakan rumahtangga besar.

Tabel 18 Sebaran rumahtangga berdasarkan ketahanan pangan dan ukuran rumahtangga Ukuran rumahtangga RT rawan pangan berat RT rawan pangan sedang RT rawan pangan ringan RT tahan pangan Total n % n % n % n % n % 4 (kecil) 7 26.9 1 20 4 66.7 38 59.4 50 49.5 5 – 6 (sedang) 10 38.5 4 80 2 33.3 14 21.9 30 29.7 7 (besar) 9 34.6 0 0 0 0 12 18.8 21 20.8 Jumlah 26 100 5 100 6 100 64 100 101 100

Berdasarkan ukuran rumahtangga, rumahtangga yang tahan pangan sebagian besar (59.4%) tergolong rumahtangga kecil yang terdiri dari 4 orang anggota rumahtangga, sebanyak 21.9% tersebar pada rumahtangga sedang, dan sisanya (18.8%) merupakan rumahtangga besar. Sebaran rumahtangga rawan pangan ringan sebanyak 66.7% merupakan rumahtangga kecil dan 33.3% merupakan rumahtangga sedang. Rumahtangga rawan pangan sedang terdistribusi pada golongan rumahtangga kecil dan sedang dengan proporsi 20% dan 80%. Pada rumahtangga rawan pangan berat, sebanyak 38.5% adalah rumahtangga sedang yang terdiri dari antara 5-6 orang anggota rumahtangga, 34.6% merupakan rumahtangga besar dan 26.9% merupakan rumahtangga kecil.

Jumlah anggota keluarga yang terlalu besar seringkali menimbulkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Menurut Sanjur (1982) besarnya atau banyaknya anggota keluarga mempengaruhi besarnya belanja keluarga. Kondisi ini menjadi suatu pertimbangan keluarga dalam melakukan food coping strategy. Hasil penelitian Chaudhury (1984) di Bangladesh dalam Mutiara (2008), menunjukan bahwa dengan bertambahnya besar keluarga maka akan timbul dampak yang merugikan terhadap status gizi, hal ini disebabkan oleh menurunnya alokasi terhadap makanan seiring dengan bertambahnya anggota keluarga.

Berdasarkan analisis korelasi Spearman terdapat hubungan negatif dengan nilai r=-0.270, p<0.01 antara jumlah anggota rumahtangga dengan ketahanan pangan rumahtangga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak anggota rumahtangga maka semakin kecil peluang tercapainya ketahanan pangan rumahtangga. Martianto dan Ariani (2004) juga menyatakan bahwa pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota keluarga itu.

Komposisi Rumahtangga

Komposisi anggota rumahtangga dikelompokan dalam 7 kelompok yaitu lansia, dewasa madya, dewasa awal, remaja, anak usia sekolah (AUS), balita, dan bayi penggolongan kelompok umur ini sesuai dengan penggolongan umur menurut Hurlock (1980).

Tabel 19 Klasifikasi komposisi rumahtangga

Komposisi keluarga Pasindangan Banjarsari Total

n % n % n % Lansia 13 5.2 18 18 31 5.9 Dewasa madya 58 23.0 48 48 106 20.3 Dewasa awal 62 24.6 75 17.7 137 26.2 Remaja 52 20.6 42 27.7 94 18.0 AUS 43 17.1 42 15.5 85 16.3 Balita 16 6.3 29 10.7 45 8.6 Bayi 8 3.2 17 6.3 25 4.8 Jumlah 252 100 271 100 523 100

Dilihat dari kedua desa proporsi komposisi rumahtangga terbesar (26.2%) berada pada kelompok dewasa awal, 20.3% pada kelompok dewasa madya, 18% pada kelompok remaja, 16.3% pada kelompok AUS, 8.6% pada balita, 5.9% proporsi pada kelompok lansia, dan proporsi sisanya (4.8%) pada kelompok bayi.

Komposisi rumahtangga contoh pada Desa Pasindangan proporsi anggota rumahtangga terbesar (24.6%) pada kelompok dewasa awal, kemudian proporsi anggota rumahtangga lainnya berturut-turut dewasa madya, remaja, AUS, balita, lansia, dan bayi adalah sebesar 23%, 20.6%, 17.1%, 6.3%, 5.2%, dan 3.2%. Sedangkan untuk Desa Banjarsari proporsi komposisi anggota rumahtangga yang paling banyak (48%) adalah pada kelompok dewasa madya, kemudian kelompok remaja (27.7 %), lansia (18 %), dewasa awal (17.7 %), AUS (15.5 %), balita (10.7 %), dan bayi sebesar 6.3 %.

Tingkat Pendidikan

Klasifikasi pendidikan didasarkan pada lama sekolah yang dialami oleh contoh tanpa menghitung tinggal kelas. Klasifikasi pendidikan contoh dibedakan menjadi 5 kelompok, yaitu : TS (tidak sekolah), SD (6 tahun), SMP (9 tahun), SMA (12 tahun ), dan PT (16 tahun).

Tabel 20 Klasifikasi pendidikan ART

Pendidikan Pasindangan Banjarsari Total

n % n % n % TS 58 23.0 65 24 123 23.5 SD 139 55.2 151 55.7 290 55.4 SMP 36 14.3 46 17.0 82 15.7 SMA 18 7.1 8 3.0 26 5.0 PT 1 0.4 1 0.4 2 0.4 Jumlah 252 100 271 100 523 100 Min;max 0;13 0;16 0;16 Rataan 4.53±3.526 4.37±3.404 4.44±3.461

Berdasarkan tabel di atas lama sekolah anggota rumahtangga berkisar antara 0-16 tahun, dengan rataan 4.44±3.46. Sebaran pendidikan terbesar (55.4%) di kedua desa adalah SD, kemudian berturut-turut TS (23.5%), SMP (15.7%), SMA (5.0%), dan hanya sebagian kecil (0.4%) yang mengeyam pendidikan hingga perguruan tinggi (PT).

Sebaran pendidikan anggota rumahtangga pada tiap desa tidak berbeda

Dokumen terkait