• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Kabupaten Sintang

Berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Sintang Tahun 2010 dihasilkan gambaran umum mengenai struktur perekonomian wilayah Kabupaten Sintang Tahun 2010. Penjelasan mengenai struktur perekonomian Kabupaten Kabupaten Sintang tersebut meliputi struktur permintaan, struktur konsumsi rumah tangga dan pemerintah, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, stuktur nilai tambah bruto (value added) serta struktur ouput sektoral..

Struktur Permintaan

Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input dalam proses produksi sektor lain. Permintaan akhir merupakan permintaan output dari suatu sektor yang digunakan untuk konsumsi langsung, mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi. Berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 klasifikasi 50 sektor memiliki permintaan antara sebesar Rp2.19 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp4.77 triliun.

Berdasarkan Lampiran 2 menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai permintaan antara tertinggi adalah sektor pertanian sebesar Rp871 miliar atau sekitar 39.85 % dari total permintaan antara Kabupaten Sintang. Sektor perdagangan, hotel dan restaurant menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp532 miliar atau sekitar 24.34 % dari total permintaan antara Kabupaten Sintang. Urutan ketiga ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar Rp192 miliar atau sekitar 8.76 % dari total permintaan antara Kabupaten Sintang.

Pembentukan permintaan akhir Kabupaten Sintang dapat terlihat dalam Lampiran 2 dengan sektor pertanian menempati urutan pertama dengan nilai

sebesar Rp1.22 triliun atau sekitar 25.66 % dari total permintaan akhir Kabupaten Sintang. Urutan kedua ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp1.22 triliun atau sebesar 25.50 % dari total permintaan akhir Kabupaten Sintang. Sementara sektor perdagangan, hotel dan restaurant menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar Rp1.09 triliun atau sebesar 22.81 % dari total permintaan akhir Kabupaten Sintang.

Beberapa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan total permintaan Kabupaten Sintang adalah sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp2.09 triliun atau sekitar 30.13 %, sektor perdagangan, hotel dan restaurant dengan nilai sebesar Rp1.62 triliun atau sebesar 23.29 %, dan sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp1.41 triliun atau sekitar 20.24 % dari total permintaan Kabupaten Sintang. Pada Lampiran 2 terlihat bahwa sektor pertanian terdiri dari 17 subsektor pendukung, yaitu subsektor padi, jagung, tanaman umbi- umbian, sayuran dan buah-buahan, tanaman bahan makanan lainnya, karet lateks, kelapa, kelapa sawit, kopi, lada, tanaman perkebunan lainnya, unggas dan hasilnya, pertenakan lainnya, kayu, hasil hutan lainnya, perikanan budidaya serta perikanan laut dan perairan umum. Dari seluruh subsektor tersebut, subsektor kelapa sawit merupakan subsektor yang memberikan kontribusi tertingi dalam pembentukan total permintaan sektor pertanian Kabupaten Sintang, yaitu sebesar Rp682 miliar atau sekitar 9.81 % dari total permintaan Kabupaten Sintang.

Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah

Jumlah konsumsi rumah tangga menurut Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 adalah sebesar Rp1.95 triliun. Pada Lampiran 3 di bawah ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restaurant memiliki nilai konsumsi rumah tangga tertinggi yaitu sebesar Rp858 miliar atau sekitar 44.04 % dari total konsumsi rumah tangga. Sedangkan urutan kedua ditempati oleh sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp623 miliar atau sekitar 31.98 % dari total konsumsi rumah tangga. Sektor industri pengolahan menempati urutan berikutnya dengan nilai sebesar Rp308 miliar atau sekitar 15.84 % dari total konsumsi rumah tangga Kabupaten Sintang.

Kontribusi dari 17 subsektor pembentuk sektor pertanian dengan kontribusi terbesar yaitu, subsektor unggas dan hasilnya dengan nilai sebesar Rp169 miliar atau sekitar 8.71 % dari total konsumsi rumah tangga. Subsektor sayuran dan buah-buahan berada di urutan kedua dengan memberikan kontribusi dengan nilai sebesar Rp163 miliar atau sekitar 8.38 % dari total konsumsi rumah tangga. Urutan ketiga ditempati subsektor pertenakan lainnya dengan nilai sebesar Rp119 miliar atau sekitar 6.13 % dari total konsumsi rumah tangga Kabupaten Sintang.

Berdasarkan Lampiran 3, jumlah total konsumsi pemerintah adalah sebesar Rp823.98 miliar dialokasikan pada sektor jasa. Sektor jasa memiliki jumlah alokasi terbesar dalam konsumsi pemerintah dengan nilai sebesar Rp493 miliar atau sekitar 100 % dari total konsumsi pemerintah Kabupaten Sintang.

Struktur Investasi

Jumlah investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan modal tetap dengan perubahan stok. Dilihat dari Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010, nilai struktur investasinya adalah sebesar Rp1.03 triliun dengan nilai

pembentukan modal tetapnya Rp1.02 triliun dan nilai perubahan stoknya sebesar Rp3.5 miliar.

Lampiran 4 menunjukkan bahwa struktur investasi Kabupaten Sintang terpusat pada sektor bangunan dengan nilai investasi sebesar Rp573 miliar atau sekitar 55.94 % dari total nilai investasi seluruh sektor perekonomian Kabupaten Sintang. Urutan kedua ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan nilai investasi sebesar Rp223 miliar atau 21.72 % yang kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restaurant dengan nilai Rp206 miliar atau sebesar 20.08 % dari total keseluruhan nilai investasi. Sementara itu untuk sektor pertanian sendiri memiliki nilai investasi yang relatif rendah yaitu sebesar Rp8.23 miliar atau dapat dikatakan hanya mampu berkontribusi sebesar 0.8 % dari total nilai investasi seluruh sektor yang ada dengan nilai nol pada pembentukan modal tetap. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor pertanian kurang mendapatkan investasi baik dalam pengembangan lahan maupun produkstivitas.

Struktur Ekspor dan Impor

Berdasarkan Lampiran 5 menunjukan jumlah net ekspor Kabupaten Sintang tahun 2010 adalah sebesar Rp686.07 miliar. Dari nilai tersebut dapat menandakan terjadinya surplus perdagangan dalam perekonomian Kabupaten Sintang tahun 2010. Sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar terhadap jumlah surplus perdagangan Kabupaten Sintang dengan nilai sebesar Rp587.88 miliar atau sekitar 85.68 % dari total surplus perdagangan. Sedangkan sektor pertanian berada di urutan kedua dalam kontribusi terhadap surplus perdagangan dengan sebesar Rp406.23 miliar atau sebesar 59.21 % dari total surplus perdagangan.

Lampiran 5 juga menunjukkan bahwa dalam subsektor pembentuk sektor pertanian, subsektor karet lateks memiliki kontribusi terbesar terhadap total surplus perdagangan Kabupaten Sintang dengan nilai sebesar Rp280.90 miliar atau sekitar 40.96 %. Urutan berikutnya yang memiliki kontribusi terbesar terhadap total surplus perdagangan adalah subsektor kelapa sawit sebesar Rp159.68 miliar atau sekitar 23,27 % dari total surplus perdagangan Kabupaten Sintang.

Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto menurut tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 tersusun dari lima komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, dan subsidi. Jumlah nilai tambah bruto berdasarkan Lampiran 6 adalah sebesar Rp4.16 triliun. Diantara lima komponen penyusun nilai tambah bruto, surplus usaha berkontribusi terbesar dengan nilai sebesar Rp2.58 triliun atau sekitar 62.13 % dari total penyusun nilai tambah bruto. Kontribusi terbesar kedua ditempati oleh upah dan gaji dengan nilai sebesar Rp1.38 triliun atau sekitar 33.17 %. Urutan berikutnya ditempati oleh penyusutan dan pajak tidak langsung dengan nilai masing-masing Rp163 miliar dan Rp63 miliar atau sekitar 3.92 % dan 1.52 % dari total penyusun nilai tambah bruto. Dapat terlihat pada Lampiran 6 bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyusun nilai tambah bruto adalah sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp1.59 triliun atau sekitar 38.35 % dari total penyusun nilai tambah bruto. Sektor urutan berikutnya yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor perdagangan,

hotel dan restaurant serta sektor jasa dengan nilai sebesar Rp1.04 triliun dan Rp400 miliar atau sekitar 25.04 % dan 9.14 % dari total penyusun nilai tambah bruto.

Dari 17 subsektor pembentuk sektor pertanian, subsektor kelapa sawit memiliki kontribusi terbesar terhadap nilai tambah bruto dengan nilai sebesar Rp470 miliar atau sekitar 11.32 % dan kemudian disusul oleh subsektor karet lateks dengan nilai sebesar Rp300 miliar atau sekitar 7.24 %, serta subsektor padi dengan nilai sebesar Rp226 miliar atau sekitar 5.44 % dari total nilai tambah bruto Kabupaten Sintang.

Struktur Output Sektoral

Nilai output sektoral Kabupaten Sintang tahun 2010 berdasarkan tabel Input-Output adalah sebesar Rp6.96 triliun, nilai output tersebut merupakan nilai produksi barang dan jasa sektor-sektor perekonomian Kabupaten Sintang tahun 2010. Berdasarkan Lampiran 7 terlihat bahwa nilai output sektoral terbesar adalah sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp2.09 triliun atau sekitar 30.08 %, kemudian disusul sektor perdagangan, hotel dan restaurant dengan nilai sebesar Rp1.62 triliun atau sekitar 23.27 %. Urutan ketiga ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp1.41 triliun atau sekitar 20.31 % dari total output sektoral Kabupaten Sintang.

Analisis Keterkaitan Keterkaitan ke Depan (Forward Lingkages)

Keterkaitan ke depan terbagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri.

. Pada Tabel 7 dapat dilihat dari keterkaitan output langsung ke depan, sektor yang memiliki nilai keterkaitan terbesar adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 0.12509. Nilai keterkaitan pada sektor pertanian tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pertanian yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor pertanian itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp125 090. Untuk keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang memiliki nilai tertinggi yaitu tetap sektor pertanian dengan nilai sebesar 3.93790, artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pertanian yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung ke sektor lain termasuk sektor pertanian sendiri akan meningkat sebesar Rp3 937 900.

Tabel 7 Keterkaitan output kedepan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sintang Tahun 2010 (agregasi 9 Sektor)

Sektor

Keterkaitan ke Depan Langsung Langsung dan

Tidak Langsung

Pertanian 0.12509 3.93790

Perambangan dan Penggalian 0.02033 1.33145

Industri Pengolahan 0.02757 2.17221

Listrik dan Air Minum 0.00507 1.14391

Bangunan 0.01839 1.30927

Perdagangan 0.07651 4.34752

Pariwisata 0.02168 1.72186

Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 0.01869 1.41953

Jasa-Jasa 0.00084 1.05506

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Nilai keterkaitan output ke depan pada subsektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 8. Subsektor kelapa sawit merupakan satu-satunya subsektor pertanian yang memiliki nlai terbesar keterkaitan langsung ke depan dibandingkan sektor pertanian lainnya yaitu sebesar 0.06023, yang berarti jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output subsektor kelapa sawit yang dijual atau dialokasikan secara langsung maupun tidak langsung pada sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan meningkat sebesar Rp60 230. Sementara itu untuk nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi adalah subsektor padi sebesar 4.46310. Nilai keterkaitan output langsung maupun tidak langsung ke depan dari sektor tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan akhir sebesar Rp1 juta, maka output subsektor padi yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan meningkat sebesar Rp4 463 100.

Tabel 8 Keterkaitan output ke depan subsektor pertanian di Kabupaten Sintang tahun 2010 (agregasi 50 sektor)

Sektor

Keterkaitan ke Depan Langsung Langsung dan

Tidak Langsung

Padi 0.03789 4.46310

Jagung 0.00011 1.11977

Tanaman Umbi-Umbian 0.00036 1.34278

Sayuran dan Buah-Buahan 0.00249 2.70815

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.00007 1.07958

Karet Lateks 0.01051 2.12118

Kelapa 0.00007 1.07646

Kelapa Sawit 0.06023 1.58354

Kopi 0.00021 1.08931

Lada 0.00062 1.27673

Tanaman Perkebunan Lainnya 0.00001 1.04903

Unggas dan Hasilnya 0.00110 2.67657

Pertenakan Lainnya 0.00152 2.26673

Kayu 0.00683 1.46043

Hasil Hutan Lainnya 0.00268 1.92199

Perikanan Budidaya 0.00018 1.28919

Perikanan Laut dan Perairan Umum 0.00001 1.12883

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Keterkaitan ke Belakang (Backward Lingkages)

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Besarnya nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun sektor itu sendiri jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan.

Tabel 9 menunjukkan bahwa di antara sektor-sektor perekonomian Kabupaten Sintang sektor yang paling tinggi nilai keterkaitan langsung ke belakang adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar 0.65749 dan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang tetap sektor industri pengolahan dengan nilai keterkaitannya sebesar 2.52683. Sedangkan sektor pertanian memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0.15055, yang artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pertanian akan secara langsung meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya termasuk sektor pertanian itu sendiri sebesar Rp150 550. Untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, sektor pertanian memiliki nilai sebesar 1.89737, yang artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pertanian akan meningkatkan terhadap permintaan

inputnya maupun terhadap sektor lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar Rp1 897 370.

Tabel 9 Keterkaitan output ke belakang sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sintang tahun 2010 (Agregasi 9 Sektor)

Sektor

Keterkaitan ke Belakang Langsung Langsung dan

Tidak Langsung

Pertanian 0.15055 1.89737

Perambangan dan Penggalian 0.08618 1.96098

Industri Pengolahan 0.65749 2.52683

Listrik dan Air Minum 0.11929 2.00924

Bangunan 0.52470 2.55331

Perdagangan 0.25772 2.03389

Pariwisata 0.15053 1.75753

Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 0.07457 1.88077

Jasa-Jasa 0.17403 3.56962

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 10 di bawah juga dapat kita lihat bahwa subsektor pertanian yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang tertinggi yaitu subsektor unggas dan hasilnya yaitu sebesar 0.30088, yang artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka subsektor unggas dan hasilnya akan secara langsung meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya termasuk subsektor unggas dan hasilnya itu sendiri sebesar Rp300 880. Sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang subsektor pertanian tertinggi yaitu tetap subsektor unggas dan hasilnya, yaitu sebesar 2.32936 yang artinya apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka subsektor unggas dan hasilnya akan meningkatkan terhadap permintaan inputnya maupun terhadap sektor lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung sebesar Rp2 329 360.

Tabel 10 Keterkaitan output ke belakang subsektor pertanian di Kabupaten Sintang tahun 2010 (agregasi 50 sektor)

Sektor

Keterkaitan ke Belakang Langsung Langsung dan

Tidak Langsung

Padi 0.10877 1.69643

Jagung 0.07250 1.51235

Tanaman Umbi-Umbian 0.08003 1.53001

Sayuran dan Buah-Buahan 0.12775 1.66606

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.06461 1.62719

Karet Lateks 0.15147 2.05604

Kelapa 0.08049 1.68679

Kelapa Sawit 0.15901 1.93311

Kopi 0.10441 1.74963

Lada 0.13518 1.75476

Tanaman Perkebunan Lainnya 0.08750 1.77013

Unggas dan Hasilnya 0.30088 2.32936

Pertenakan Lainnya 0.09597 1.74114

Kayu 0.10680 1.75293

Hasil Hutan Lainnya 0.13410 1.68025

Perikanan Budidaya 0.12834 1.74050

Perikanan Laut dan Perairan Umum 0.02997 1.55774

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Analisis Penyebaran Koefisien Penyebaran

Keofisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara suatu sektor dengan semua sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output suatu sektor yang bersangkutan tehadap output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor-sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai koefisien penyebaran ini merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang terboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran sering disebut sebagai daya penyebaran ke belakang.

Berdasarkan Tabel 11, sektor jasa merupakan sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran paling tinggi yaitu sebesar 1.39903. Hal tersebut berarti bahwa sektor jasa yang memiliki nilai koefisien yang lebih dari satu mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkatkan output sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor jasa. Sektor pertanian memiliki nilai koefisien penyebaran kurang dari satu yaitu sebesar 0.86671. Hal ini berarti bahwa sektor tersebut kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.

Tabel 11 Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sintang tahun 2010 (Agregasi 9 Sektor)

Sektor Koefisien Penyebaran

Pertanian 0.86671

Perambangan dan Penggalian 0.86303

Industri Pengolahan 1.20326

Listrik dan Air Minum 0.88752

Bangunan 1.18156

Perdagangan 0.94148

Pariwisata 0.82061

Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 0.83679

Jasa-Jasa 1.39903

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Pada Tabel 12 menunjukkan nilai koefisien penyebaran pada subsektor pertanian dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh subsektor unggas dan hasilnya dengan nilai sebesar 1.19165. Hal tersebut berarti bahwa subsektor unggas dan hasilnya mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkatkan output sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh subsektor unggas dan hasilnya. Untuk subsektor pertanian lainnya memiliki nilai koefisien penyebaran kurang dari satu. Hal ini berarti bahwa susektor tersebut kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya.

Tabel 12 Koefisien penyebaran subsektor pertanian di Kabupaten Sintang tahun 2010 (Agregasi 50 Sektor)

Sektor Koefisien Penyebaran

Padi 0.86937

Jagung 0.79448

Tanaman Umbi-Umbian 0.80252

Sayuran dan Buah-Buahan 0.86484

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 0.83234

Karet Lateks 1.00955

Kelapa 0.85861

Kelapa Sawit 0.97383

Kopi 0.88694

Lada 0.89782

Tanaman Perkebunan Lainnya 0.88957

Unggas dan Hasilnya 1.19165

Pertenakan Lainnya 0.88814

Kayu 0.89587

Hasil Hutan Lainnya 0.87174

Perikanan Budidaya 0.89995

Perikanan Laut dan Perairan Umum 0.79941

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Kepekaan Penyebaran

Kepekaan penyebaran atau daya penyebaran ke depan mendorong digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor

lainnya melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Dengan kata lain kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor- sektor yang menggunakan output dari sektor-sektor tersebut (sektor hilir).

Berdasarkan Tabel 13, sektor keuangan, perbankan, jasa perusahaan merupakan sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran tertinggi dengan nilai 1.45423. Hal ini menunjukan bahwa sektor keuangan, perbankan, jasa perusahaan yang memiliki nilai koefisien yang lebih dari satu mampu mempengaruhi pembentukan output sektor lain yang menggunakan input dari (sektor hilirnya) sektor keuangan, perbankan, jasa perusahaan. Sektor pertanian memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yaitu sebesar 0.98787. Hal tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian kurang mampu untuk mempengaruhi pembentukan output sektor lain.

Tabel 13 Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sintang tahun 2010 (Agregasi 9 Sektor)

Sektor Kepekaan Penyebaran

Pertanian 0.98787

Perambangan dan Penggalian 1.02134

Industri Pengolahan 0.71906

Listrik dan Air Minum 1.28158

Bangunan 0.58574

Perdagangan 1.15737

Pariwisata 1.33764

Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 1.45423

Jasa-Jasa 0.45518

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Berdasarkan Tabel 14, sektor kopi yang merupakan salah satu subsektor pertanian memiliki nilai kepekaan penyebaran tertinggi dengan nilai 1.51079. Hal ini berarti bahwa subsektor kopi yang memiliki nilai koefisien yang lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut mampu mempengaruhi pembentukan output sektor lain yang menggunakan input dari subsektor kopi (sektor hilirnya). Subsektor pertanian selain padi, kelapa sawit, kopi dan kayu memiliki nilai koefisien penyebaran kurang dari satu. Hal tersebut menunjukan bahwa subsektor tersebut kurang mampu untuk mempengaruhi pembentukan output sektor lain.

Tabel 14 Kepekaan penyebaran subsektor pertanian di Kabupaten Sintang tahun 2010 (Agregasi 50 Sektor)

Sektor Kepekaan Penyebaran

Padi 1.50814

Jagung 1.12578

Tanaman Umbi-Umbian 1.12392

Sayuran dan Buah-Buahan 1.13280

Tanaman Bahan Makanan Lainnya 1.10442

Karet Lateks 0.49710

Kelapa 1.14203

Kelapa Sawit 0.60723

Kopi 1.51079

Lada 0.82378

Tanaman Perkebunan Lainnya 1.05814

Unggas dan Hasilnya 1.10262

Pertenakan Lainnya 1.09934

Kayu 1.03857

Hasil Hutan Lainnya 1.02793

Perikanan Budidaya 1.11012

Perikanan Laut dan Perairan Umum 1.09618

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Sintang tahun 2010 (diolah)

Analisis Pengganda (Multiplier)

Analisis pengganda atau analisis multiplier digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen, seperti variabel permintaan akhir pada analisis Input-Output sisi permintaan dan variabel input primer pada analisis Input-Output sisi penawaran. Ada dua jenis tipe pengganda atau multiplier yaitu pengganda tipe I dan pengganda tipe II.

Pengganda tipe I dapat diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontif terbuka dan pengganda tipe II yang dapat diperoleh dari matriks kebalikan Leontif tertutup. Nilai multiplier tipe I ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan maka variabel endogen diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai multiplier tipe II ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen akan meningkat, setelah adanya efek induksi dari rumah tangga. Baik pengganda tipe I maupun tipe II merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect), dan efek induksi konsumsi (consumption induced effect).

Analisis Pengganda (Multiplier) Output

Berdasarkan Tabel 15 di bawah ini terdapat nilai pengganda output setiap sektor Kabupaten Sintang. Nilai pengganda output tertinggi pada tipe I adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar 1.82205. Sedangkan sektor pertanian memiliki nilai pengganda outpet pada tipe I sebesar 1.20703. Hal

tersebut menunjukan jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir terhadap output sektor pertanian sebesar Rp1 juta, maka output pada seluruh sektor perokonomian akan meningkat sebesar Rp1 207 030.

Nilai tertinggi pengganda output tipe II ditempati oleh sektor jasa dengan nilai sebesar 2.59129. Sedangkan sektor pertanian memiliki nilai pengganda output pada tipe II sebesar 1.60533. Nilai tersebut dapat diartikan dengan masuknya efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pertanian sebesar Rp1 juta, maka output seluruh sektor akan

Dokumen terkait