• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Analisis SWOT untuk Aspek Input

Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan

eksternal aspek input SMAK St. Petrus maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek input

(kekuatan – kelemahan) adalah 1,87. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari pada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan siswa berupa kemampuan dasar yang baik dengan motivasi belajar yang tinggi bisa mengatasi kelemahannya dalam menguasai bahasa Portugues dan teknologi informasi. Selain itu kekuatan sekolah berupa fasilitas dan biaya operasional yang memadai bisa digunakan untuk memberdayakan kepala sekolah, guru dan staf dengan pelatihan-pelatihan yang berkualitas. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek input (peluang – ancaman) adalah 1,6. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMAK St. Petrus berada pada titik (1,87 ; 1,6) berarti ada pada kuadran SO (Strength – Opportunities). ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif dengan menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari luar.

b.Analisis SWOT untuk Aspek Proses

Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan

eksternal aspek proses di SMAK St. Petrus maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek

proses (kekuatan – kelemahan) adalah 1,32. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari pada faktor kelemahan sehingga sekolah bisa memanfaatkan kekuatan yang ada untuk mengatasi kelemahan yang muncul seperti kualifikasi pendidikan guru yang baik dengan komitmen yang tinggi untuk berubah bisa mengatasi kelemahan guru dalam mengelola PBM menjadi lebih kreatif dan inovatif. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek proses

(peluang – ancaman) adalah 2,13. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman yang muncul. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa posisi SMAK St. Petrus berada pada titik (1,32 ; 2,13) berarti ada pada kuadran SO (Strength – Opportunities). strategi yang harus diterapkan pada kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif atau strategi agresif

yaitu menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari luar.

c.Analisis SWOT untuk Aspek Output

Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan

eksternal aspek output di SMAK St. Petrus maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek

menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih besar dari pada faktor kelemahan sehingga sekolah bisa memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan yang terjadi seperti dengan adanya organisasi alumni bisa mengatasi kelemahan sekolah dalam hal mendata output yang dihasilkan. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek output (peluang – ancaman) adalah 2. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi kelemahan yang muncul. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa posisi SMAK St. Petrus berada pada titik (2 ; 2) berarti ada pada posisi atau kuadran SO

(Strength – Opportunities) yang mengindikasikan perlu diterapkan strategi agresif yaitu menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk menangkap peluang dari luar.

4.3.2Rencana Strategis

a. Rencana Strategis untuk Aspek Input

Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (Strengths – Oppurtunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbins & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SMAK St. Petrus.

Renstra pertama, membuat program bimbingan konseling untuk mempersiapkan diri siswa. Selama ini bimbingan konseling belum pernah dijalankan disekolah, malahan jika siswa mempunyai masalah atau keluhan,

cuma menyampaikan kepada wali kelas atau kepala sekolah. tidak ada guru BP yang khusus menanganinya. Oleh karena itu Program bimbingan konseling ditujukan untuk membantu siswa dalam menghadapi masalah-masalah maupun membantu siswa memilih jurusan bagi kelanjutan studinya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan dirinya, program ini bisa dilaksanakan secara terus menerus mengikuti pelaksanaan program pendidikan di sekolah sehingga pada akhirnya bisa mengarahkan siswa dalam proses mempersiapkan diri untuk bekerja dan berguna kelak dalam masyarakat.

Renstra kedua, pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar siswa. Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar siswa. Sebagai input utama dalam suatu sekolah, siswa perlu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan sebagai sarana belajarnya sehingga bisa meningkatkan prestasinya disekolah. Dengan kemajuan teknologi siswa bisa menggunakannya untuk mencari materi-materi yang diperlukan melalui internet sehingga akan semakin memperluas wawasan berpikirnya. Untuk membantu usaha siswa sekolah perlu menfasilitasi sarana belajar siswa yang berbasis TIK seperti internet.

Renstra ketiga, mendayagunakan fasilitas sekolah dengan membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi siswa. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki sekolah bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi siswa seperti membentuk klub-klub prestasi sehingga siswa yang mempunyai bakat

atau kemampuan yang lebih baik dalam bidang akademis, seni maupun olahraga, dapat diasah dan dikembangkan kemampuannya melalui klub-klub prestasi yang dibentuk seperti klub bahasa, klub sains, klub basket, klub bola kaki, klub seni, klub jurnalistik dan lain–lain. Klub ini dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat, minat dan prestasi siswa dibawah bimbingan seorang guru yang mempunyai kemampuan pada bidang-bidang tersebut.

Renstra keempat, memberdayakan guru dengan program-program pelatihan yang berkualitas dan beasiswa studi lanjut sebagai upaya peningkatan kinerja. kemampuan finansial sekolah yang memadai ditunjang dengan banyaknya bantuan dari donatur luar negeri bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan guru melalui program-program pelatihan seperti pelatihan laboratorium dan kursus bahasa Portugues. Selain itu sekolah bisa memberikan beasiswa kepada guru yang berprestasi. Karena dengan pendidikan dan ketrampilan yang memadai, guru bisa menyiapkan diri untuk mendidik siswa sebagai input yang bermutu.

Renstra kelima, membuka lab bahasa untuk

meningkatkan kemampuan siswa dan guru. Salah satu permasalahan yang sangat mengganggu dalam PBM yaitu kemampuan bahasa Portugues dari siswa maupun guru yang kurang maksimal. Oleh karena itu dengan penggadaan lab bahasa di sekolah merupakan upaya yang baik untuk meningkatkan kemampuan bahasa Portugues bagi siswa dan guru.

Renstra keenam, memberdayakan kepala sekolah dengan pelatihan kepemimpinan dan manajerial.

Beberapa kelemahan yang terjadi disekolah di akibatkan karena kemampuan memimpin dan manajerial kepala sekolah yang kurang maksimal. Oleh karena itu dengan pelatihan kepemimpinan dan manajerial yang di ikuti kepala sekolah diharapkan kinerja kepala sekolah semakin meningkat.

b.Rencana Strategis untuk Aspek Proses

Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (Strengths – Oppurtunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbins & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk proses di SMAK St. Petrus.

Renstra pertama, memberdayakan guru untuk

menggunakan media atau teknologi pembelajaran dalam PBM. Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi dewasa ini guru perlu memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan kemampuaanya secara maksimal. Guru tidak cukup mengajar secara kreatif saja, tetapi perlu menggunakan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Melalui media internet guru bisa mencari materi-materi sebagai tambahan dalam menyiapkan bahan ajar untuk siswa. Dengan bantuan media informasi guru dapat melakukan suatu proses pembelajaran yang kreatif dan menarik. Dari situ diharapkan semakin meningkatkan minat belajar siswa dan kemampuan guru sendiripun semakin meningkat. Untuk proses evaluasi guru bisa menggunakan sistem komputerisasi sehingga data-data

dapat disimpan dan dapat diakses kapan saja. Usaha guru ini perlu didukung oleh sekolah dengan menyediakan fasilitas internet disekolah yang bisa diakses oleh guru kapan saja.

Renstra kedua, mengembangkan program

pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Penerapan metode mengajar yang konvensional sangat membosankan siswa. Oleh karena itu guru harus bisa membuat program pembelajaran yang kreatif dan inovasi sehingga bisa menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran tersebut. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan cara mengkombinasikan teori dengan praktek lab untuk mata pelajaran kimia, fisika dan biologi. Bisa juga menggunakan media pembelajaran balok, kubus, dll yang dibuat sendiri untuk pelajaran matematika, debat bahasa Inggris, dan pembelajaran kreatif lainnya. Hal ini harus dikoordinasikan secara mantap antara guru dan sekolah, sehingga jika membutuhkan fasilitas tertentu sekolah bisa menyediakan.

Renstra ketiga, melengkapi staf dengan

ketrampilan yang diperlukan untuk peningkatan kinerja. Untuk meningkatkan kinerja staf seperti perlu dibuat program-program yang memperkaya kemampuan dan ketrampilan staf sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing. Dengan banyaknya pelatihan-pelatihan yang diadakan pemerintah maupun swasta, sekolah bisa memberikan kesempatan kepada staf untuk mengikutinya. Jika pelatihan itu memerlukan biaya, bisa diambil dari dana sekolah. selama ini pelatihan lebih banyak diberikan untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan serta ketrampilan guru, namun staf TU,

keuangan dan laboranpun perlu mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitasnya, sehingga dalam prosesnya semua bisa bekerja secara maksimal untuk meningkatkan mutu sekolah.

Renstra keempat, mengembangkan instrumen

evaluasi yang standar sebagai dasar pengembangan PBM, pembinaan guru dan siswa. Standar yang kenaikan kelas yang ditetapkan oleh sekolah 6,5 yang lebih tinggi dari standar pemerintah 6,0 merupakan hal yang baik, akan tetapi untuk mencapai standar tersebut guru perlu mempunyai pegangan instrumen evaluasi yang standar. Hal ini bisa memperjelas apa saja yang masuk dalam kriteria penilaian, menggunakan alat atau indikator apa untuk melakukan penilaian, dan apakah hasil penilaian itu dapat ditindaklanjuti atau dijalankan dalam usaha meningkatkan prestasi siswa.

Renstra kelima, mengembangkan program

character building untuk siswa. Pembentukan karakter ini berkaitan dengan pembentukan iman, mental dan kepribadian siswa. Character building dapat diprogramkan ke dalam suatu pendidikan karakter yang diarahkan untuk mengubah siswa menjadi manusia yang semakin utuh, mampu membangun relasi dengan sesama, kritis, mempunyai kebebasan tetapi berlandaskan moral yang baik. Untuk membentuk karakter siswa yang kuat maka perlu disusun kurikulum yang dapat mencakup nilai-nilai karakter yang diharapkan muncul pada diri siswa melalui PBM. Nilai-nilai karakter yang diharapkan tumbuh pada diri siswa seperti kasih sayang, kemandirian, menghargai orang lain, jujur, adil, aktif dan kreatif juga bisa bertanggung

jawab. Program pendidikan karakter bisa disesuaikan dengan visi dan misi sekolah.

Renstra keenam, Mengembangkan sistem

komputerisasi dalam mengolah database sekolah. Proses pengolahan database sekolah secara manual mengakibatkan banyak urusan sekolah yang terhambat, seperti urusan administrasi maupun keuangan sekolah. Dengan adanya sistem komputerisasi akan mempermudah dalam mengolah semua data yang ada.

c.Rencana Strategis untuk Aspek Output

Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (Strengths – Oppurtunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbins & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk proses di SMAK St. Petrus.

Renstra pertama, penambahan jam belajar,

remedial teaching dan evaluating. Penambahan jam belajar ini lebih dikhususkan untuk siswa kelas 3 khusus materi UAN sebagai persiapan untuk menghadapi UAN. Penambahan ini dimulai dari cawu 2 setiap sore hari atau jam belajar sore dengan pendampingan guru bidang studi untuk materi ujian akhir nasional secara bergantian. Sedangkan remedial

teaching dan evaluating diberikan untuk semua

pelajaran kepada siswa yang kurang mampu setiap hari sabtu karena jam pelajaran hanya setengah hari.

Renstra kedua, mengintesifkan pelaksanaan dan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan adanya prestasi-prestasi yang diperoleh siswa selama ini, sekolah perlu untuk lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dengan penambahan jam ekstra, melengkapi sarana dan prasarana penunjang, mendatangkan pelatih yang berpotensi sehingga bakat siswa lebih diasah untuk berprestasi. Selain itu dengan pelaksanaan secara intensif siswa lebih mengenali potensi yang ada pada dirinya.

Renstra ketiga, membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan. Output adalah hasil akhir dari suatu proses yang dilakukan sekolah, oleh karena itu output yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi kriteria seperti yang diharapkan masyarakat antara lain mempunyai prestasi akademik yang baik, disiplin, bertanggungjawab, jujur, mau bekerja keras, dan lain-lain. Untuk hal tersebut sekolah perlu menyusun program-program yang mendukung antara lain menerapkan aturan-aturan kesiswaan yang ketat, program pembinaan mental (kepramukaan, latihan kepemimpinan) dan keagamaan (sharing Kitab Suci, rekoleksi dan retret), serta pemberian reward dan

Dokumen terkait