• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Rantai Pasokan Struktur Rantai Pasokan

1. Anggota Rantai Pasokan

Model rantai pasokan pepaya Calina yang dijadikan objek penelitian ini adalah sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 4 berikut.

Gambar 4 Model rantai pasokan pepaya Calina

Petani sebagai pelaku pertama dari rantai pasok ini menanggung penuh tugas budidaya mulai dari pembibitan sampai pemanenan. Walaupun demikian, perencanaan tanamnya dilakukan oleh perusahaan dengan melihat informasi yang diperoleh dari pasar. Setelah pepaya Calina dipanen, buah tersebut dikirimkan ke perusahaan untuk diolah seperti diberikan nilai tambah berupa sortasi, grading, pemeraman, label, serta penyimpanan. Setelah itu perusahaan mengirimkan produknya sesuai spesifikasinya ke pasar tujuan baik itu ritel ataupun pasar tradisional. Untuk lebih jelasnya aktivitas rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Anggota rantai pasok pepaya Calina

Tingkat Anggota Proses Aktivitas

Supplier Mitra tani Pembudidayaan, penjualan Melakukan penanaman pepaya Calina, penjualan ke processor Processor PT. Sewu Segar Nusantara Pembelian, pemeraman, penyimpanan, penjualan, pengiriman, pengemasan

Melakukan pembelian dari mitra tani, memberikan nilai tambah, menjual dan mengirimnya ke pasar tujuan sesuai spesifikasi produk

Pasar Ritel Pembelian, penjualan Melakukan pembelian pepaya Calina dari PT. SSN dan menjual ke konsumen akhir

Pasar tradisional

2. Pola Aliran Dalam Rantai Pasokan

Menurut Pujawan (2010), pada suatu rantai pasokan biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir darihulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua aliran uang (finansial) yangmengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Struktur rantai pasokan pada komoditas pepaya Calina terdiri atas petani, perusahaan, ritel, pasar tradisional, dan konsumen akhir.

Petani PT. SSN

Ritel

Konsumen Pasar tradisional

Aliran barang rantai pasok petani pepaya Calina dapat ditunjukkan pada Gambar 5 berikut. Aliran komoditas rantai pasok pepaya Calina dimulai dari petani sebagai produsen. Petani akan mengirimkan semua hasil panennya ke perusahaan. Sebelum dikirim ke perusahaan, pepaya Calina hasil panen dikumpulkan dulu di packing house untuk dibungkus dengan koran. Kemudian setelah dikirim ke perusahaan, perusahaan akan memberikan berbagai perlakuan berupa pemeraman, penyortiran, penggradingan, dan pelabelan kepada pepaya Calina agar mampu diterima oleh pasar yang ditargetkan. Merek Sunpride untuk ritel dan merek Sunfresh untuk pasar tradisional.

Aliran uang pada rantai pasokan pepaya Calina terjadi dari konsumen ke ritel dan pasar tradisional kemudian keperusahaan dan berakhir di petani. Ritel membayar secara kredit kepada perusahaan dalam jangka waktu sebulan. Awalnya petani menerima pembayaran dari perusahaan secara tunai saat pepaya Calina berpindah tangan, namun disebabkan banyaknya petani yang dirampok dalam perjalanan mengirimkan hasil panennya, maka perusahaan memberikan pembayaran melalui transfer seminggu kemudian.

Gambar 5 Model aliran komoditas dan finansial rantai pasok pepaya Calina Aliran komunikasi di dalam rantai pasok pepaya Calina terjadi melalui telepon. Informasi yang beredar di dalam rantai pasok ini seputar perencanaan. Sementara informasi mengenai spesifikasi dan teknologi untuk produk masih terbatas lingkupnya pada setiap pelaku rantai pasok. Harga yang dipatok untuk produk pepaya Calina dalam rantai pasok ini diperoleh melalui tawar menawar antara petani dan perusahaan dengan melihat pasokan serta permintaan di pasar karena petani tidak ingin dikenakan kontrak forward.

3. Entitas Rantai Pasokan Pepaya Calina

Entitas rantai pasokan Pepaya Calina terdiri atas produk, pasar, pemangku kepentingan, situasi persaingan dan keunggulan kompetitif serta mitra-tani. Penjabaran masing-masing entitas rantai pasokan sebagai berikut :

a. Produk

Produk yang diperdagangkan dalam rantai pasok ini adalah pepaya Calina. Pepaya Calina merupakan buah topis yang tidak mengenal musim. Akan tetapi, dibutuhkan ketinggian yang tepat dan perairan yang baik untuk menghasilkan produk pepaya Calina yang berkualitas. Adapun produk pepaya yang berada dalam rantai pasok ini didapat dari berbagai daerah meliputi Tasik, Kebumen, Jasinga, Cilacap, dan Pasir Mukti. Namun karena produktivitas serta potensi pepaya Calina di daerah Jawa Barat lebih tinggi, maka penelitian ini hanya

berfokus pada Tasik, Jasinga, Cilacap, dan Pasir Mukti saja. Adapun kualitas produk pepaya Calina dalam rantai pasok ini dikelompokkan menjadi dua seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Spesifikasi grade pepaya Calina Kualitas Spesifikasi Bobot (Kg) Harga Beli (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Grade A Daging matang merah oranye Kulit kuning merata Bentuk proporsional Kadar maksimal bruising dan sunburn 5 %

0,7-1 2500 8000

Grade B Kelainan bentuk

Kadar maksimal bruising dan sunburn 20%

1,1-1,7 2500 6500

Sumber : PT. Sewu Segar Nusantara b. Pasar

Produk Pepaya Calina dalam rantai pasok ini ditujukan untuk berbagai segmen mulai dari pasar tradisional sampai ritel di sekitar Jawa dan Bali. Hal ini disebabkan kualitas pepaya Calina yang sering bervariasi tergantung musim. Di kala musim kemarau, buah menjadi lebih kecil dibandingkan di musim penghujan, sedangkan di musim penghujan buah menjadi kurang manis dibandingkan di musim kemarau oleh karena itu diperlukan berbagai macam pasar untuk menampung buah yang kualitasnya bervariasi tersebut. Adapun pasar tujuan produk pepaya Calina rantai pasok ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Apalagi dengan semakin hari semakin banyaknya petani yang menanam pepaya Calina menjadikan pepaya Calina sebagai buah yang tidak lagi eksklusif bagi kalangan menengah ke atas saja. Oleh karena itu pasokan di pasar menjadi membludak, sehingga dibutuhkan pasar yang lebih luas untuk memasarkannya. Adapun jumlah pepaya Calina yang ditargetkan untuk dipasarkan oleh rantai pasok ini adalah sekitar 15 sampai 18 ton perminggu.

c. Pemangku Kepentingan

Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok pepaya Calina atau yang disebut juga dengan stakeholder pada dasarnya termasuk ke dalam anggota rantai pasokan baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Setiap pelaku dalam rantai pasokan pasti menginginkan keuntungan dalam proses bisnisnya. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara satu pihak dengan pihak yang lain. Perusahan melakukan perencanaan tanam dan pendekatan teknis, personal, serta pasar kepada petani. Petani juga harus berusaha untuk menghasilkan buah yang berkualitas dengan volume yang sesuai. Sedangkan ritel atau pasar tradisional bertugas untuk menjual produk pepaya Calina kepada konsumen akhir dengan mengadakan promosi seperti diskon dan tester buah potong.

d. Situasi Persaingan dan Keunggulan Kompetitif

Persaingan di tingkat petani terjadi disebabkan banyaknya petani yang menanam pepaya Calina. Adapun jenis petani yang menanam pepaya Calina terdiri atas dua macam petani yakni petani perseorangan dan petani gapoktan. Rata-rata petani perseorangan memiliki luas lahan minimal seluas 0,5 Ha. Petani

gapoktan lebih memiliki keunggulan disebabkan jumlah panen yang dihasilkan dapat menutupi biaya pengiriman ke perusahaan. Sedangkan petani perseorangan harus membeli pepaya Calina dari petani lain terlebih dahulu sebelum mengirimkannya ke perusahaan untuk mencapai skala ekonomi.

Sementara di tingkat perusahaan-perusahaan menghadapi banyak perusahaan dalam bisnis pepaya Calina seperti PT. Mulia Raya/Green, PD. Alam Megah, Caraka Farm, Tresma, PT. Boga Tani, Puri Subagja Jatim, Gege Raja Buah, Ibana, PT. Lentera, Havana Buah, dan CV Alam Agro Mandiri. Untuk memenangkan persaingan tersebut strategi bisnis PT. SSN tahun 2011 difokuskan pada usaha peningkatan pendapatan (revenue) sebesar 60% dari tahun 2010. Demi mendukung usaha tersebut, perusahaan menargetkan untuk dapat menekan harga beli buah dari petani (cost of fruits) yang saat ini dirasa masih terlalu tinggi. Cara yang dilakukan adalah dengan membeli langsung ke petani tanpa melalui pengepul dan koordinator sehingga harga beli bisa lebih murah. Cara tersebut bisa dilakukan dengan baik, jika perusahaan membeli semua hasil panen petani dengan sistem grading. Sebelumnya perusahaan hanya membeli hasil panen dengan grading kualitas A saja yaitu untuk dijual di pasar modern, namun sekarang perusahaan akan membeli seluruh hasil. Strategi ini membutuhkan saluran pemasaran baru untuk bisa menyerap hasil panen dengan kualitas B. Saluran pemasaran baru yang dimaksud adalah pasar tradisional. Selain itu perusahaan juga berusaha untuk menjaga kualitas produknya dengan penanganan pasca panen yang baik serta menempatkan sales promotion girl pada ritel untuk mengawasi kondisi pasar secara langsung. Perusahaan juga berusaha memaksimalkan penjualan pepaya Calina melalui program pembangunan Sunpride Island agar merek Sunpridenya yang sudah dikenal khalayak melalui produk pisang Cavendishnya mampu memperluas penjualannya hingga produk pepaya Calina.

e. Kemitraan

Kemitraan dalam rantai pasok ini meliputi petani dengan perusahaan dan perusahaan dengan pasar baik itu ritel maupun pasar tradisional. Perusahaan sebagai penghubung bertugas untuk mencari petani pepaya Calina yang potensial untuk dijadikan mitra. Salah satu bentuk kemitraannya adalah dengan memberikan bantuan untuk pembangunan packing house dan dana untuk perbaikan lahan petani jika terjadi bencana. Karena tidak menggunakan sistem kontrak untuk mengikat kerja samanya dengan petani, maka bagian kemitraan harus melakukan pendekatan personal, teknis, dan pasar agar petani mau terus menerus memasok hasil panennya ke perusahaan. Petani dibayar perusahaan secara transfer maksimal seminggu kemudian. Untuk kemitraan antara perusahaan dan ritel diikat dengan kontrak meliputi sistem pembayaran dan kualitas produk.

Permasalahan yang sering dialami perusahaan dalam soal kemitraan adalah dua yaitu petani yang tidak memenuhi komitmen dan resiko kekurangan pasokan. Yang dimaksud dengan petani yang tidak memenuhi komitmen adalah adanya petani yang tadinya berperan sebagai mitra kemudian setelah mengetahui informasi mengenai spesifikasi dan teknologi pemeraman perusahaan memutuskan hubungan kerja secara sepihak dan memasarkan sendiri pepaya Calinanya ke ritel. Sementara mengenai kekurangan pasokan disebabkan adanya

musim kering periode Juli sampai September yang membuat pasokan pepaya menjadi minim selama bulan Januari sampai Maret.

Sasaran Rantai

1. Sasaran Pasar

Untuk memenangkan persaingan, perusahaan selaku processor berusaha meningkatkan pendapatannya dengan tidak hanya menyasar ritel, namun juga membidik peluang yang terdapat pada pasar tradisional. Merek untuk ritel adalah Sunpride sedangkan merek yang ditujukan bagi pasar tradisional adalah Sunfresh. Perusahaan memasarkan pepaya Calina dengan cara berbeda di ritel dan pasar tradisional. Di ritel, pepaya Calina dipasarkan dengan cara menempatkan sales promotion girl serta pencicipan buah potong. Sementara di pasar tradisional menggunakan sistem pembelian terputus atau titip beli.

2. Sasaran Pengembangan

Petani perlu meningkatkan produktivitas panennya dengan menciptakan sistem perairan yang lebih baik lagi. Disebabkan lahan yang sekarang sering mengalami kekeringan di bulan Juli sampai September sehingga menimbulkan minimnya pasokan dari buah Januari sampai Maret. Bila petani tidak mampu, maka perusahaan harus mencari lumbung-lumbung penghasil pepaya Calina baru untuk memenuhi permintaan yang ada.

Selanjutnya perusahaan membutuhkan gudang baru untuk menyimpan pepaya Calinanya. Karena selama ini, penyimpanan pepaya Calina perusahaan disatukan dengan buah lain yang membuat suhu penyimpanan disesuaikan dengan suhu buah lain yaitu 0oC. Padahal, menurut Silalahi (2007) pepaya Calina sebaiknya disimpan dalam suhu 10o C karena itu mampu memperpanjang umur penyimpanan menjadi tiga minggu dan memperbaiki kualitasnya.

3. Pengembangan Kemitraan

Pola pengembangan kemitraan dengan petani dalam rantai pasok ini berawal dari proses negosiasi, kemudian dilanjutkan dengan kerjasama, koordinasi, dan yang terakhir kolaborasi. Tahapan pengembangan kemitraan tersebut dijelaskan pada Gambar 6. Pada tahap negosiasi, petani mendiskusikan harga dan kuantitas dengan perusahaan yang akan dibeli hasil panennya. Setelah dicapai kesepakatan harga barulah perusahaan melakukan transaksi jual beli dengan petani tersebut. Setelah dilakukan pembelian berulang kali, maka perusahaan mampu membedakan petani yang dapat dipercaya dengan yang tidak. Biasanya untuk petani yang tepercaya, perusahaan berani meminjamkan kratnya untuk distribusi. Pada tahap ini baru terjalin kerja sama karena petani tidak terikat dengan perusahaan. Hubungan antara petani dan perusahaan baru mencapai tahap ini.

Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan hubungan ke tahap koordinasi dan kolaborasi. Adapun tahap koordinasi adalah tahap dimana semua informasi di dalam rantai pasok terdistribusi dengan baik. Sedangkan tahap kolaborasi terjadi saat ada transfer teknologi dan standar produksi di dalam rantai pasok. Hal ini baru akan terjadi bila ada kepastian kontrak karena petani sudah terikat dengan perusahaan yang pada akhirnya akan menimbulkan kepercayaan untuk membagi informasi secara utuh dan menyeluruh kepada sesama pelaku dalam rantai pasokan.

Gambar 6 Transisi dari tahap negosiasi hingga kolaborasi (Speckman, et. al 1998)

Manajemen Rantai Pasokan

1. Struktur Manajemen

Petani sebagai produsen mengatur sepenuhnya urusan budidaya. Perusahaan sebagai processor mengatur pemasaran produk pepaya Calina petani ke ritel dan pasar tradisional. Kemudian ritel dan pasar tradisional akan menjual produk rantai pasok ini ke konsumen akhir.

Meski begitu, rantai pasok ini belum menggunakan sistem manajemen yang baik seperti sistem informasi dan komunikasi yang otomatis yang menyulitkan proses kinerja rantai pasok disebabkan diwajibkannya kehadiran pejabat yang berwenang di tempat. Sehingga, manajemen dilakukan secara alami tanpa ada strategi khusus selain menjual sebanyak-banyaknya dengan harga yang terjangkau.

a. Pemilihan Mitra

Tabel 5 Kriteria-kriteria pemilihan mitra

Petani Perusahaan

1. Memproduksi pepaya Calina yang sesuai dengan spesifikasi

2. Mampu memasok secara kontinu 3. Sanggup mengirim produk sesuai

jadwal

1. Membayar langsung kepada petani

2. Mampu mensuplai produk pepaya Calina ke ritel secara kontinu 3. Menjaga kualitas produknya

Ritel Pasar Tradisional

1. Memiliki performa penjualan baik 2. Menaati kontrak

3. Terletak di lokasi strategis 4. Memiliki fasilitas penjualan baik

1. Lokasi strategis

Rantai pasok ditujukan untuk meningkatkan nilai dan kepuasan kepada konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan kriteria-kriteria tertentu dalam pemilihan pelaku rantai pasok pepaya Calina. Adapun kriteria-kriteria tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.

Namun dalam kenyataannya, kriteria ini tidak harus dipatuhi semuanya. Oleh karena itu, kriteria ini disesuaikan dengan keadaan agar semua pihak dapat memenuhi tugasnya dengan optimal.

Dalam rantai pasok ini, perusahaan tidak menerapkan kontrak untuk mitra tani. Perusahaan lebih menggunakan pendekatan personal, teknis, dan pasar kepada petani. Hal ini disebabkan waktu dulu perusahaan pernah memberikan pinjaman modal untuk mitra tani, namun bukannya untung, perusahaan malah menanggung hutang sampai dua milyar. Oleh karena itu, perusahaan lebih suka memberikan bantuan non materi seperti cara pemanenan dan pengangkutan yang baik, pengujian kadar pestisida, dan akses pasar. Meski tidak terdapat kontrak, perusahaan tetap menetapkan target 20 ton pepaya Calina perminggu pada petani yang baru bisa dipenuhi rata-rata sekitar 15 sampai 18 ton perminggu.

Untuk ritel, perusahaan memberlakukan kontrak berupa kesepakatan cara pembayaran dan kualitas pepaya Calina tersebut. Sistem pembayaran dilakukan secara kredit setelah satu bulan barang disetor ke ritel. Sedangkan untuk pasar tradisional, pembeli bisa membeli langsung tanpa perlu diadakan kontrak terlebih dahulu.

3. Sistem Transaksi

Pepaya Calina diangkut terlebih dahulu ke packing house untuk dikemas dengan koran. Perusahaan membeli pepaya dari mitra tani dengan harga kurang lebih 2500 rupiah. Pembayaran petani semula dilakukan secara tunai saat barang sampai dari packing house petani ke perusahaan oleh truk engkel, namun dalam perjalanannya petani sering dirampok, sehingga sistem pembayaranpun dilakukan lewat transfer maksimal seminggu setelah barang diantar ke perusahaan.

4. Dukungan Pemerintah

Petani yang berada dalam rantai pasok pepaya Calina perusahaan terbagi menjadi dua jenis, yaitu petani perseorangan dan petani gapoktan. Petani perseorangan berasal dari Pasir Mukti sementara yang lain berupa petani gapoktan. Untuk pepaya, pemerintah tidak memberikan bantuan karena pepaya merupakan buah yang tidak mengenal musim tidak seperti melon, dan lain lain. Namun hal itu menjadi pengecualian untuk kabupaten jasinga yang memiliki penyuluh-penyuluh yang akan mendampingi dan memberikan pelajaran dan informasi, program tersebut dikenal oleh para penyuluh dengan SLPTT (Sekolah Lapang Pengolahan Tanaman Terpadu). Program berikutnya yaitu pepaya pada Kabupaten Jasinga, termasuk dalam komoditi binaan unggulan berdasarkan SK Direktorat Jenderal Hotikultura No. 511/Kpts/PD.310/9/20065

Sumber Daya Rantai Pasokan

1. Sumber Daya Fisik

Sumber daya fisik rantai pasokan pepaya Calina meliputi lahan pertanian, kondisi jalan transportasi, sarana dan prasarana pengangkutan. Jalan sering menjadi faktor dominan dalam aliran barang di rantai pasok. Kualitas jalan yang tidak prima di Jasinga menyebabkan lebam pada pepaya Calina sebesar 20 sampai 30%. Selain itu karena sistem irigasi yang belum optimal, maka produktivitas pepaya Calina dalam rantai pasok ini belum mencapai potensinya yang seharusnya.

2. Sumber Daya Teknologi

Tidak ada teknologi khusus yang dipakai dalam pembudidayaan pepaya Calina. Hal ini disebabkan karena biaya untuk teknologi drip atau tetes ini tidak tertutupi oleh penjualan, sehingga petani merugi dan teknologi itupun tidak dilanjutkan lebih

jauh. Adapun teknologi yang digunakan hanya sebatas pengujian kadar pestisida oleh PT. Sucofindo demi keamanan konsumen dan pematangan dengan pemeraman menggunakan metode ethrel.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang bekerja sebagai petani rata-rata jumlahnya ada 6 orang perdaerah produksi. Pendidikan pekerja tersebut rata-rata lulusan SMP. Jam kerja petani tidak tentu sesuai dengan tahapan proses pembudidayaan yang sedang dijalankan. Sementara tenaga kerja langsung yang bekerja di perusahaan memiliki jam kerja harian berdasarkan sistem shift setiap harinya. Dengan masing-masing shiftnya sepanjang 8 jam. Sistem rekrutmen pegawai di tingkat petani dan perusahaan sama sama menggunakan sistem borongan. Pegawai petani berasal dari daerah sekeliling lahan sementara pegawai perusahaan berasal dari yayasan di sekitar perusahaan berada. Upah untuk petani diberikan 30.000 rupiah pertahapan produksi sementara untuk pegawai di kantor diberikan upah sejumlah 80.000 rupiah perhari.

4. Mitra-tani

Tabel 6 Aktivitas pelaku rantai pasok Tanda X apabila

diselesaikan sebelum pembayaran

Dilakukan oleh Loss

Petani PT. SSN

Ritel/Pasar Tradisional

%Volume Loss Nilai

Pembibitan X

Produksi X

Sortasi/Seleksi Mutu X PT. SSN relatif

kecil Rp 4500000 Pengemasan X - Pemberian label/Merek X - Transportasi ke Pembeli X Petani ke PT. SSN ± 20% Rp.9000000 QualityControl X X Relatif kecil

Pemberian kredit (hari) 30-90

Mitra tani maupun mitra perusahaan serta mitra pasar yang berada di dalam rantai pasok ini sudah diseleksi melalui kriteria-kriteria tertentu. Meski begitu, produk dalam rantai pasok ini masih sering mengalami kerusakan. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 6 di atas.

5. Sumber Daya Permodalan

Permodalan untuk urusan budidaya ditanggung oleh mitra tani. Disebabkan sektor pertanian masih menjadi sektor yang rawan untuk dibiayai oleh Bank. Perusahaan baru akan membantu permodalan bilamana petani dilanda bencana seperti angin puting beliung. Untuk ritel, saat ritel ingin membuka cabang baru maka modalnya diambil 20% dari setiap pemasok barang ke ritel tersebut termasuk pepaya.

Proses Bisnis Rantai Pasokan

1. Pola Distribusi

Pola distribusi yang dianut rantai pasok ini adalah distributor storage with package carrier delivery yaitu produk dikirim ke konsumen akhir melalui jasa kurir atau perusahaan ekspedisi. Persediaan disimpan di gudang distributor atau ritel

sebagai perantara. Produk didistribusikan dari packing house petani ke perusahaan lalu ke ritel/pasar tradisional. Bagi merek Sunpride yang harganya sekitar Rp 8000 dipasok ke ritel, sementara merek Sunfresh yang harganya Rp 6500 dipasarkan ke pasar tradisional. Ini diterapkan dengan pengiriman produk sesuai skala ekonomi untuk mengefisiensikan biaya transportasi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam distribusi pepaya Calina adalah masalah biaya (efisiensi) dan daya tahan produk yang pendek (perishable product). Setelah dipanen maka pepaya Calina hanya dapat bertahan kurang lebih seminggu bila tanpa pendinginan. Peran distributor sangat penting untuk dapat mendistribusikan pepaya Calina dengan efisien dan kualitas baik dalam waktu yang relatif singkat.

2. Pendukung Anggota Rantai Pasokan i) Penyuluhan

Perusahaan memberikan penyuluhan berupa cara pemanenan dan cara pengangkutan yang baik kepada petani. Selain itu perusahaan juga membantu pembangunan packing house petani dan meminjamkan krat guna pengangkutan buah dari mitra tani ke perusahaan.

ii) Distribusi Informasi Pasar

Distribusi informasi pasar di rantai pasok pepaya Calina terjadi dengan baik. Karena harga tidak ditentukan berdasarkan harga di kontrak, melainkan ditetapkan berdasarkan keadaan saat itu dan tawar menawar antara petani dan perusahaan.

3. Perencanaan Kolaboratif

Perencanaanyang dilakukan dalam rantai pasok ini meliputi kerjasama, kesatuan, dan penyelarasan informasi. Perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan budidaya. Dengan mengetahui informasi pasar dari ritel, perusahaan sebagai penghubung melakukan perencanaan budidaya kepada petani. Hal ini bertujuan agar pasokan pepaya Calina selalu tersedia di sepanjang tahun dengan cara penanaman dan pemanenan bergilir. Selain itu perencanaan kolaboratif juga mencegah terjadinya efek bullwhip akibat adanya peramalan yang salah.

4. Penelitian Kolaboratif

Mitra tani menggunakan sebagian bibit yang diproduksi oleh PKBT (Pusat Kajian Buah Tropika) untuk menghasilkan pepaya varian yang lebih unggul ke depannya. Apalagi dengan semakin banyaknya petani yang membudidayakan pepaya Calina menyebabkan buah ini tidak lagi menjadi buah eksklusif bagi golongan menengah ke atas.

5. Aspek Resiko dan Sistem Traceability

Resiko adalah konsekuensi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bisnis rantai pasok. Resiko bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerugian

Dokumen terkait