• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus : PT. Sewu Segar Nusantara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus : PT. Sewu Segar Nusantara)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENENTUAN METRIK

PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK

PEPAYA CALINA

(Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)

FATIH RIZQIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

FATIH RIZQIAH. Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN.

Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki keunggulan seperti daging yang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman maupun distribusi. Oleh karena itu diperlukan manajemen rantai pasok untuk meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan kinerja, sehingga diperlukan sebuah pengukuran nilai tambah dan penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi rantai pasok pepaya Calina dengan pendekatan Asian Productivity Organization (APO), menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan komoditas pepaya Calina, dan mendesain metrik pengukur kinerja anggota rantai pasokan.

Rantai pasok pepaya Calina ini menghadapi berbagai hambatan dalam pengoptimalan kinerjanya yakni petani yang sering mengalami kesulitan modal, biaya transportasi yang tinggi, lahan yang sering mengalami kekeringan sepanjang bulan Juli sampai September, tingginya turn over staff di perusahaan, penanganan pasca panen yang belum maksimal, adanya petani yang tidak memenuhi komitmen disebabkan belum adanya ikatan kontrak antara petani dengan perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan rekomendasi-rekomendasi seperti perluasan pasar, koreksi manajemen SDM, dan optimalisasi peran kelembagaan.

Metode Hayami dan Analytic Network Process (ANP) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah dan mendesain metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina. Nilai keuntungan yang diraih oleh mitra tani sebesar 57,74%. Sementara perusahaan mendapatkan nilai tambah sejumlah 50,7% untuk Sunpride dan pangsa pasar tenaga kerja langsungnya sebesar 16%. Untuk Sunfresh perusahaan menghasilkan nilai tambah sebesar 55,56% dengan pangsa pasar tenaga kerja langsungnya sejumlah 73,84%. Sedangkan bagi ritel dan pasar tradisional, nilai keuntungan yang diperoleh sebesar 36% dan 16,56%. Pangsa pasar tenaga kerja langsung yang dihasilkan oleh pasar tradisional adalah 20,13%. Dalam penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan ANP, indikator yang dirasa paling berpengaruh oleh para pakar untuk menentukan sustainable supply chain adalah kualitas (0,274). Hal ini disebabkan kualitas mampu menentukan harga, menghantarkan kepuasan kepada konsumen dan dalam jangka panjang mampu menciptakan keloyalan konsumen. Oleh karena itu tidak heran, jika petani menjadi pihak yang paling berpengaruh di dalam rantai pasok (0,287) sebab merupakan penentu kualitas dan kuantitas utama produk pepaya Calina di dalam rantai pasok secara keseluruhan yang berujung pada keuntungan ekonomi rantai pasok kedepannya.

(6)

ABSTRACT

FATIH RIZQIAH. Analysis of Value Added and Determination of Measurement Metrics Calina Papaya Supply Chain (Case Study in PT. Sewu Segar Nusantara) Supervised by Alim SETIAWAN.

Calina papaya or better known as California papaya has advantages such as thicker papaya flesh, smoother skin, and sweeter taste. However, along the entire supply chain, Calina Papaya suffered 20% damage as a result of errors during the process of delivery and distribution. Therefore it needs supply chain management to improve value-added and performance of supply chain, so it requires measurement and determination of the value-added supply chain performance measurement metrics Calina papaya. The purpose of this study was to analyze the condition of the supply chain approach papaya Calina with Asian Productivity Organization (APO), analyzing the value-added generated by each member of the Calina papaya supply chain, and designing metrics measure the performance of supply chain members. Hayami method and Analytic Network Process (ANP) is a method used to calculate value-added design and determine supply chain performance measurement metrics Calina papaya. Value of the benefits achieved by farmers is 57,74%. While some companies get more value for Sunpride 50,7% and 55.56% for Sunfresh. As for retail and traditional markets, the value of the benefits is 36% and 16,56%. In determining metrics of supply chain performance measurement using ANP quality (0,274) is considered the most influential indicator by experts to determine sustainable supply chain. This is due to ability of quality to set the price, delivering satisfaction to consumers and creating long-term customer loyalty. Therefore no wonder, if the farmer became the most influential party in the supply chain (0.287) because it is the major determinant of the quality and quantity of products papaya Calina in the overall supply chain leading to future economic benefits supply chain.

(7)

ABSTRAK

FATIH RIZQIAH. Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN.

Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki keunggulan seperti daging yang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman maupun distribusi. Oleh karena itu diperlukan manajemen rantai pasok untuk meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan kinerja, sehingga diperlukan sebuah pengukuran nilai tambah dan penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi rantai pasok pepaya Calina dengan pendekatan Asian Productivity Organization (APO), menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan komoditas pepaya Calina, dan mendesain metrik pengukur kinerja anggota rantai pasokan. Metode Hayami dan Analytic Network Process (ANP) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah dan mendesain metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina. Nilai keuntungan yang diraih oleh mitra tani sebesar 57,74%. Sementara perusahaan mendapatkan nilai tambah sejumlah 50,7% untuk Sunpride dan 55,56% untuk Sunfresh. Sedangkan bagi ritel dan pasar tradisional, nilai keuntungan yang diperoleh sebesar 36% dan 16,56%. Dalam penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan ANP, indikator yang dirasa paling berpengaruh oleh para pakar untuk menentukan sustainable supply chain adalah kualitas (0,274). Hal ini disebabkan kualitas mampu menentukan harga, menghantarkan kepuasan kepada konsumen dan dalam jangka panjang mampu menciptakan keloyalan konsumen. Oleh karena itu tidak heran, jika petani menjadi pihak yang paling berpengaruh di dalam rantai pasok (0,287) sebab merupakan penentu kualitas dan kuantitas utama produk pepaya Calina di dalam rantai pasok secara keseluruhan yang berujung pada keuntungan ekonomi rantai pasok kedepannya.

Kata Kunci : ANP, Metode Hayami, Rantai Pasok

ABSTRACT

FATIH RIZQIAH. Analysis of Value Added and Determination of Measurement Metrics Calina Papaya Supply Chain (Case Study in PT. Sewu Segar Nusantara) Supervised by Alim SETIAWAN.

(8)

performance measurement metrics Calina papaya. The purpose of this study was to analyze the condition of the supply chain approach papaya Calina with Asian Productivity Organization (APO), analyzing the value-added generated by each member of the Calina papaya supply chain, and designing metrics measure the performance of supply chain members. Hayami method and Analytic Network Process (ANP) is a method used to calculate value-added design and determine supply chain performance measurement metrics Calina papaya. Value of the benefits achieved by farmers is 57,74%. While some companies get more value for Sunpride 50,7% and 55.56% for Sunfresh. As for retail and traditional markets, the value of the benefits is 36% and 16,56%. In determining metrics of supply chain performance measurement using ANP quality (0,274) is considered the most influential indicator by experts to determine sustainable supply chain. This is due to ability of quality to set the price, delivering satisfaction to consumers and creating long-term customer loyalty. Therefore no wonder, if the farmer became the most influential party in the supply chain (0.287) because it is the major determinant of the quality and quantity of products papaya Calina in the overall supply chain leading to future economic benefits supply chain.

(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ekonomi dan Manajemen

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENENTUAN METRIK

PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK

PEPAYA CALINA

(Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(10)
(11)

Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus : PT. Sewu Segar Nusantara)

Nama : Fatih Rizqiah NIM : H24090013

Disetujui oleh

Alim Setiawan S, STP, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M. Munandar M.Sc Ketua Departemen

(12)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul

Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus PT. Sewu Segar Nusantara)‖. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan panduan mengenai cara peningkatan kinerja rantai pasok dan penerapan sustainable supply chain management ke depannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, MSi selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Sulina, Pak Hanifah Husni, Pak Rama Adha yang telah bersedia menjadi pakar untuk dimintai pendapatnya serta berbagai pihak yang telah membantu selama mengumpulkan data. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda H. Ir. Euis Fatimah, Ayahanda Drs. H. Asep H. Djoehana, seluruh keluarga besar, sahabat-sahabat Meteor, Tepu, dan SESC (Sharia Economics Student Club).

Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2013

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE PENELITIAN 3

Kerangka Pemikiran 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Jenis dan Sumber Data 4

Metode Pengambilan Sampel 4

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4

Analisis Deskriptif 4

Analytical Network Process 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Gambaran Umum Rantai Pasokan 7

Analisis Nilai Tambah 18

Penentuan Metrik Kinerja Rantai Pasok 22

SIMPULAN DAN SARAN 28

UCAPAN TERIMA KASIH 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

(14)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan nilai ekspor komoditas buah 1

2 Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami 6

3 Anggota rantai pasok pepaya Calina 7

4 Spesifikasi grade pepaya Calina 9

5 Kriteria-Kriteria Pemilihan Mitra 12

6 Aktivitas Pelaku Rantai Pasok 14

7 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunpride di tingkat PT. SSN 18 8 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat PT. SSN 19 9 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat pasar tradisional 20 10 Distribusi Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunpride 20 11 Rasio Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunpride 20 12 Distribusi Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunfresh 21 13 Rasio Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunfresh 21

14 Daftar UMK 2013 26

15 Mitra tani dalam rantai pasokan 27

16 Implikasi Manajerial 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 4

2 Kerangka analisis manajemen rantai pasokan 5

3 Supermatriks dari hierarki 6

4 Model rantai pasokan pepaya Calina 7

5 Model aliran komoditas dan finansial rantai pasok pepaya Calina 8 6 Transisi dari tahap negosiasi hingga kolaborasi 12

7 Tahapan Proses Trust Building 17

8 Kerangka Umum ANP 23

9 Prioritas Klaster Dimensi 23

10Prioritas Klaster Aktor 24

11Prioritas Klaster Indikator Kinerja 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pasar Tujuan Produk PT. SSN 33

2 Implikasi rekomendasi 34

3 Tabel Perhitungan nilai keuntungan mitra tani pepaya Calina 36

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa memiliki potensi untuk ditanami buah tropika. Pepaya (Carica papaya L.) sebagai buah dengan pertumbuhan ekspor tertinggi di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan lebih baik kedepannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan nilai ekspor komoditas buah

Komoditas 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

Pertumbuhan

Pepaya 15.346 567 125.569 102.951 514.670 5583%

Pisang 856.127 988.914 341.037 48.305 1.011.593 465% Semangka 232.160 471.082 281.122 25.783 142.937 107%

Belimbing 104 190 86 182 1.026 190%

Durian 6.455 84.130 16.239 14.849 - 254%

Sumber: Data Ekspor Impor BPS diolah Dirjen Holtikultura (2013)

Pepaya merupakan komoditas buah tropika utama. Pepaya sering dinamakan sebagai the health fruit of angels karena rasanya dikatakan sebagai rasa surga dan bermanfaat untuk kesehatan. Indonesia termasuk dalam lima besar negara produsen utama buah pepaya di dunia. Besarnya produksi tersebut terutama karena lahan dan iklim tropika yang sangat cocok untuk pepaya tumbuh dan berbuah secara optimal (Shobir 2009).

Pepaya banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang lengkap serta pH buah yang tidak masam. Hal inilah yang menyebabkan pepaya dapat dikonsumsi semua usia tanpa takut berpengaruh pada kemasaman lambung. Seiring dengan perkembangan zaman, selera konsumen terhadap pepayapun berubah. Dahulu disebabkan banyaknya anggota pada sebuah keluarga inti menyebabkan pepaya besar lebih diminati oleh masyarakat. Namun, dewasa ini dengan semakin kecilnya keluarga inti menyebabkan konsumen lebih memilih untuk membeli pepaya dengan ukuran kecil sampai sedang (Shobir 2009).

IPB sebagai universitas yang berfokus pada pertanian melakukan penelitian untuk menghasilkan pepaya sesuai dengan selera pasar, sehingga ditemukanlah jenis produk pepaya unggul berukuran sedang yang diberi kode IPB-9 dan disebut Pepaya Calina. Pepaya Calina—atau lebih terkenal dengan sebutan pepaya California di pasaran ini—memiliki keunggulan berupa dagingyang lebih tebal, kulit yang lebih halus, rasa lebih manis. Hal inilahyang membuat pepaya Calina menjadi favorit di kelasnya (Shobir 2009).

Meskipun memiliki karakteristik buah yang unggul, pepaya Calina masih kurang mampu bersaing disebabkan menurut ketua asosiasi pepaya jawa barat dalam rantai pasok (pengiriman atau distribusi) pepaya sering mengalami kecacatan produk sebesar kurang lebih 20% sehingga distributor dengan petani harus melakukan kontrak perjanjian agar petani tidak merugi.

(16)

manajemen rantai pasok merupakan bagian kegiatan dari rantai nilai (value chain) sehingga perbaikan manajemen rantai pasok akan berimplikasi positif pada rantai nilai tambah. Rantai nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai (value advantage) dan keunggulan produksi (productivity advantage) yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif (Simchi-Levi et al. 2000).

Vorst (2005) telah melakukan pengembangan manajemen rantai pasokan pada produk pangan hasil pertanian dengan mengacu pada kerangka pengembangan Asian Productivity Organization (APO). Aspek kajian ini disusun secara terstruktur yang meliputi sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan, sumber daya, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan performa rantai pasokan.

Sebagai konsekuensi, sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptimalisasi jaringan rantai pasokan. Oleh karena itu perlu dibuat desain indikator kinerja rantai pasokan pepaya Calina yang optimal untuk masing-masing rantai pasokan tergantung strategi kompetisi dan karakteristik pasar, produk dan produksi. Desain metrik pengukuran kinerja yang bertujuan untuk pengukuran kinerja yang mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional (Vorst 2005).

Penerapan kerangka sustainable supply chain management diharapkan mampu mengoptimalkan kinerja rantai pasok disebabkan kelangsungan dan daya saing sebuah organisasi dalam jangka panjang tidak hanya bisa dievaluasi dengan ukuran finansial semata. Investor, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan yang lain semakin ingin meningkatkan kinerja evaluasi dengan melibatkan aspek keberlangsungan—kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi organisasi (Yakovieva, Sarkis 2009).

Namun dalam rangka mengukur kinerja rantai pasok berkelanjutan tersebut dibutuhkan indikator-indikator tertentu yang ditentukan dari pendapat-pendapat pakar dan jurnal yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan desain metrik pengukuran kinerja meliputi penciptaan nilai tambah dan dimensi keberlangsungan rantai pasokan tersebut ke depannya. Adapun alat yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja tersebut adalah metode Hayami dan ANP. Dengan begitu diharapkan kinerja rantai pasok dapat mengalami perbaikan menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi rantai pasok pepaya Calina? (2) Berapa nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota rantai pasok pepaya Calina? (3) Bagaimana desain metrik yang digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok pepaya Calina?

Tujuan Penelitian

(17)

rantai pasokan komoditas pepaya Calina, (3) Menentukan desain metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kondisi kerangka rantai pasok pepaya Calina yang diterapkan pada processor. Petani yang dijadikan objek penelitian ini berada di daerah Jawa Barat, yaitu Jasinga, Banjar Negara, Pasir Mukti, dan Tasikmalaya. Studi ini menekankan pada penentuan metrik kinerja rantai pasok Pepaya Calina yang didasarkan pada sustainable supply chain.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki keunggulan seperti dagingyang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman maupun distribusi. Oleh karena itu dibutuhkan penerapan sustainable supply chainyang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok pepaya Calinaini, namun juga menjaga keberlangsungan rantai pasok tersebut ke depannya. Adapun sustainable supply chain merupakan rantai pasok yang berkelanjutan yang merupakan pengelolaan aliran material dan informasi serta kerjasama antara pelaku sepanjang rantai pasokan untuk memenuhi target dari semua tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat (Seuring, Müller 2008a).

Agar perusahaan dapat menerapkan sustainable supply chain management dengan baik, maka dibutuhkan evaluasi kinerja dengan analisis deskriptif model APO, analisis nilai tambah dengan metode Hayami, dan pengukuran kinerja dengan ANP dengan indikator hasil brainstorming jurnal dan pendapat pakar rantai pasok pepaya Calina ini.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(18)

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari proses wawancara dan pembagian kuesioner kepada para pakar di bidang pepaya baik itu local sourcing area yang mengurusi petani, supervisor yang mengurusi pemasaran, dan manajer processing perusahaan, sementara data sekunder didapat dari dirjen hortikultura dan perusahaan.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang tepat merupakan salah satu teknik dalam penelitian. Karena sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang diambil untuk mewakili gambaran populasi sebenarnya. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel, sehingga penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling juga digunakan untuk pemilihan pakar yang dilibatkan dalam penelitian. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah jabatan dan pengalaman pakar dalam bidang yang digelutinya.

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Analisis Deskriptif

(19)

Gambar 2 Kerangka analisis manajemen rantai pasokan (Vorst 2005).

Analytical Network Process

Metode Analytical Network Process (ANP) digunakan untuk menghitung bobot kinerja rantai pasok dengan memerhatikan tingkat ketergantungan antar kelompok atau cluster. Metode Analytic Network Process (ANP) merupakan pendekatan kualitatif non parametrik non bayesian untuk proses pengambilan keputusan dengan kerangka kerja umum tanpa membuat asumsi-asumsi (Ascarya 2006).

Metode ANP dikembangkan oleh Saaty (2001) dari konsep analytical hierarchy process (AHP) dengan mereduksi asumsi independensi antar kriteria dan sub kriteria yang dibangun menjadi sebuah aspek yang perlu diperhitungkan keterkaitannya.

Adapun tahapan dalam pengolahan ANP yaitu dengan mengkonstruksi model, lalu membandingkan antar elemen-elemen dan kelompok-kelompok terpilih sesuai dengan kriteria control. Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus:

Aw = max w...(1) dimana max adalah eigen value terbesar pada matriks A dan w adalah eigen vector. Indeks Konsistensi/Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR) dari matriks perbandingan berpasangan dapat dihitung dengan rumus :

...(2) Jika CI < 0,1 maka penilaian dianggap konsisten.

(20)

Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain di dalam jaringan dapat digambarkan mengikuti supermatriks pada Gambar 3.

Gambar 3 Supermatriks dari hierarki (Saaty 2001)

Komponen dari sub-matriks dalam W adalah merupakan skala rasio yang diturunkan dari pembandingan pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada cluster yang lain (outer dependence) atau elemen-elemen dalam cluster yang sama (inner dependence). Hasilnya yang berupa unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan angka satu (unity) untuk mendapatkan supermatriks stokastik. Bobot yang diperoleh digunakan untuk membobot elemen-elemen pada blok-blok kolom (cluster) yang sesuai dari supermatriks, yang akan menghasilkan weighted supermatrix yang juga stokastik.

Serta dilakukan analisis nilai tambah pengolahan pepaya Calina dengan menggunakan metode hayami (Tabel 2)

Tabel 2 Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami

Variabel Nilai

Output, Input, dan Harga

Output (Kg) (1)

Bahan Baku (Kg) (2)

Tenaga Kerja Langsung (HOK) (3)

Faktor Konversi (4) = (1)/(2)

Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/Kg) (5) = (3)/(2)

Harga Output (Rp/Kg) (6)

Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) (7)

Penerimaan dan Keuntungan

Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8)

Harga Input Lain (Rp/Kg) (9)

Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4)x(6)

Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10)-(8)-(9)

Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a)/(10)x100

Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) (12a) = (5)x(7) Pangsa Tenaga Kerja Langsung (%) (12b) = (12a)/(11a)x100

Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a)-(12a)

Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a)/(10)x100

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

Marjin (Rp/Kg) (14) = (10)-(8)

Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) (14a) = (12a)/(14)x100

Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9)/(14)x100

Keuntungan Perusahaan (%) (14c) = (13a)/(14)x100

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Rantai Pasokan

Struktur Rantai Pasokan

1. Anggota Rantai Pasokan

Model rantai pasokan pepaya Calina yang dijadikan objek penelitian ini adalah sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 4 berikut.

Gambar 4 Model rantai pasokan pepaya Calina

Petani sebagai pelaku pertama dari rantai pasok ini menanggung penuh tugas budidaya mulai dari pembibitan sampai pemanenan. Walaupun demikian, perencanaan tanamnya dilakukan oleh perusahaan dengan melihat informasi yang diperoleh dari pasar. Setelah pepaya Calina dipanen, buah tersebut dikirimkan ke perusahaan untuk diolah seperti diberikan nilai tambah berupa sortasi, grading, pemeraman, label, serta penyimpanan. Setelah itu perusahaan mengirimkan produknya sesuai spesifikasinya ke pasar tujuan baik itu ritel ataupun pasar tradisional. Untuk lebih jelasnya aktivitas rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Anggota rantai pasok pepaya Calina

Tingkat Anggota Proses Aktivitas

Supplier Mitra tani Pembudidayaan, penjualan Melakukan penanaman pepaya Calina, penjualan ke processor Processor PT. Sewu

Segar Nusantara

Pembelian, pemeraman, penyimpanan, penjualan, pengiriman, pengemasan

Melakukan pembelian dari mitra tani, memberikan nilai tambah, menjual dan mengirimnya ke pasar tujuan sesuai spesifikasi produk

Pasar Ritel Pembelian, penjualan Melakukan pembelian pepaya Calina dari PT. SSN dan menjual ke konsumen akhir

Pasar tradisional

2. Pola Aliran Dalam Rantai Pasokan

Menurut Pujawan (2010), pada suatu rantai pasokan biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir darihulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua aliran uang (finansial) yangmengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Struktur rantai pasokan pada komoditas pepaya Calina terdiri atas petani, perusahaan, ritel, pasar tradisional, dan konsumen akhir.

Petani PT. SSN

Ritel

(22)

Aliran barang rantai pasok petani pepaya Calina dapat ditunjukkan pada Gambar 5 berikut. Aliran komoditas rantai pasok pepaya Calina dimulai dari petani sebagai produsen. Petani akan mengirimkan semua hasil panennya ke perusahaan. Sebelum dikirim ke perusahaan, pepaya Calina hasil panen dikumpulkan dulu di packing house untuk dibungkus dengan koran. Kemudian setelah dikirim ke perusahaan, perusahaan akan memberikan berbagai perlakuan berupa pemeraman, penyortiran, penggradingan, dan pelabelan kepada pepaya Calina agar mampu diterima oleh pasar yang ditargetkan. Merek Sunpride untuk ritel dan merek Sunfresh untuk pasar tradisional.

Aliran uang pada rantai pasokan pepaya Calina terjadi dari konsumen ke ritel dan pasar tradisional kemudian keperusahaan dan berakhir di petani. Ritel membayar secara kredit kepada perusahaan dalam jangka waktu sebulan. Awalnya petani menerima pembayaran dari perusahaan secara tunai saat pepaya Calina berpindah tangan, namun disebabkan banyaknya petani yang dirampok dalam perjalanan mengirimkan hasil panennya, maka perusahaan memberikan pembayaran melalui transfer seminggu kemudian.

Gambar 5 Model aliran komoditas dan finansial rantai pasok pepaya Calina Aliran komunikasi di dalam rantai pasok pepaya Calina terjadi melalui telepon. Informasi yang beredar di dalam rantai pasok ini seputar perencanaan. Sementara informasi mengenai spesifikasi dan teknologi untuk produk masih terbatas lingkupnya pada setiap pelaku rantai pasok. Harga yang dipatok untuk produk pepaya Calina dalam rantai pasok ini diperoleh melalui tawar menawar antara petani dan perusahaan dengan melihat pasokan serta permintaan di pasar karena petani tidak ingin dikenakan kontrak forward.

3. Entitas Rantai Pasokan Pepaya Calina

Entitas rantai pasokan Pepaya Calina terdiri atas produk, pasar, pemangku kepentingan, situasi persaingan dan keunggulan kompetitif serta mitra-tani. Penjabaran masing-masing entitas rantai pasokan sebagai berikut :

a. Produk

(23)

berfokus pada Tasik, Jasinga, Cilacap, dan Pasir Mukti saja. Adapun kualitas produk pepaya Calina dalam rantai pasok ini dikelompokkan menjadi dua seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Spesifikasi grade pepaya Calina Kualitas

Sumber : PT. Sewu Segar Nusantara b. Pasar

Produk Pepaya Calina dalam rantai pasok ini ditujukan untuk berbagai segmen mulai dari pasar tradisional sampai ritel di sekitar Jawa dan Bali. Hal ini disebabkan kualitas pepaya Calina yang sering bervariasi tergantung musim. Di kala musim kemarau, buah menjadi lebih kecil dibandingkan di musim penghujan, sedangkan di musim penghujan buah menjadi kurang manis dibandingkan di musim kemarau oleh karena itu diperlukan berbagai macam pasar untuk menampung buah yang kualitasnya bervariasi tersebut. Adapun pasar tujuan produk pepaya Calina rantai pasok ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Apalagi dengan semakin hari semakin banyaknya petani yang menanam pepaya Calina menjadikan pepaya Calina sebagai buah yang tidak lagi eksklusif bagi kalangan menengah ke atas saja. Oleh karena itu pasokan di pasar menjadi membludak, sehingga dibutuhkan pasar yang lebih luas untuk memasarkannya. Adapun jumlah pepaya Calina yang ditargetkan untuk dipasarkan oleh rantai pasok ini adalah sekitar 15 sampai 18 ton perminggu.

c. Pemangku Kepentingan

Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok pepaya Calina atau yang disebut juga dengan stakeholder pada dasarnya termasuk ke dalam anggota rantai pasokan baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Setiap pelaku dalam rantai pasokan pasti menginginkan keuntungan dalam proses bisnisnya. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara satu pihak dengan pihak yang lain. Perusahan melakukan perencanaan tanam dan pendekatan teknis, personal, serta pasar kepada petani. Petani juga harus berusaha untuk menghasilkan buah yang berkualitas dengan volume yang sesuai. Sedangkan ritel atau pasar tradisional bertugas untuk menjual produk pepaya Calina kepada konsumen akhir dengan mengadakan promosi seperti diskon dan tester buah potong.

d. Situasi Persaingan dan Keunggulan Kompetitif

(24)

gapoktan lebih memiliki keunggulan disebabkan jumlah panen yang dihasilkan dapat menutupi biaya pengiriman ke perusahaan. Sedangkan petani perseorangan harus membeli pepaya Calina dari petani lain terlebih dahulu sebelum mengirimkannya ke perusahaan untuk mencapai skala ekonomi.

Sementara di tingkat perusahaan-perusahaan menghadapi banyak perusahaan dalam bisnis pepaya Calina seperti PT. Mulia Raya/Green, PD. Alam Megah, Caraka Farm, Tresma, PT. Boga Tani, Puri Subagja Jatim, Gege Raja Buah, Ibana, PT. Lentera, Havana Buah, dan CV Alam Agro Mandiri. Untuk memenangkan persaingan tersebut strategi bisnis PT. SSN tahun 2011 difokuskan pada usaha peningkatan pendapatan (revenue) sebesar 60% dari tahun 2010. Demi mendukung usaha tersebut, perusahaan menargetkan untuk dapat menekan harga beli buah dari petani (cost of fruits) yang saat ini dirasa masih terlalu tinggi. Cara yang dilakukan adalah dengan membeli langsung ke petani tanpa melalui pengepul dan koordinator sehingga harga beli bisa lebih murah. Cara tersebut bisa dilakukan dengan baik, jika perusahaan membeli semua hasil panen petani dengan sistem grading. Sebelumnya perusahaan hanya membeli hasil panen dengan grading kualitas A saja yaitu untuk dijual di pasar modern, namun sekarang perusahaan akan membeli seluruh hasil. Strategi ini membutuhkan saluran pemasaran baru untuk bisa menyerap hasil panen dengan kualitas B. Saluran pemasaran baru yang dimaksud adalah pasar tradisional. Selain itu perusahaan juga berusaha untuk menjaga kualitas produknya dengan penanganan pasca panen yang baik serta menempatkan sales promotion girl pada ritel untuk mengawasi kondisi pasar secara langsung. Perusahaan juga berusaha memaksimalkan penjualan pepaya Calina melalui program pembangunan Sunpride Island agar merek Sunpridenya yang sudah dikenal khalayak melalui produk pisang Cavendishnya mampu memperluas penjualannya hingga produk pepaya Calina.

e. Kemitraan

Kemitraan dalam rantai pasok ini meliputi petani dengan perusahaan dan perusahaan dengan pasar baik itu ritel maupun pasar tradisional. Perusahaan sebagai penghubung bertugas untuk mencari petani pepaya Calina yang potensial untuk dijadikan mitra. Salah satu bentuk kemitraannya adalah dengan memberikan bantuan untuk pembangunan packing house dan dana untuk perbaikan lahan petani jika terjadi bencana. Karena tidak menggunakan sistem kontrak untuk mengikat kerja samanya dengan petani, maka bagian kemitraan harus melakukan pendekatan personal, teknis, dan pasar agar petani mau terus menerus memasok hasil panennya ke perusahaan. Petani dibayar perusahaan secara transfer maksimal seminggu kemudian. Untuk kemitraan antara perusahaan dan ritel diikat dengan kontrak meliputi sistem pembayaran dan kualitas produk.

(25)

musim kering periode Juli sampai September yang membuat pasokan pepaya menjadi minim selama bulan Januari sampai Maret.

Sasaran Rantai

1. Sasaran Pasar

Untuk memenangkan persaingan, perusahaan selaku processor berusaha meningkatkan pendapatannya dengan tidak hanya menyasar ritel, namun juga membidik peluang yang terdapat pada pasar tradisional. Merek untuk ritel adalah Sunpride sedangkan merek yang ditujukan bagi pasar tradisional adalah Sunfresh. Perusahaan memasarkan pepaya Calina dengan cara berbeda di ritel dan pasar tradisional. Di ritel, pepaya Calina dipasarkan dengan cara menempatkan sales promotion girl serta pencicipan buah potong. Sementara di pasar tradisional menggunakan sistem pembelian terputus atau titip beli.

2. Sasaran Pengembangan

Petani perlu meningkatkan produktivitas panennya dengan menciptakan sistem perairan yang lebih baik lagi. Disebabkan lahan yang sekarang sering mengalami kekeringan di bulan Juli sampai September sehingga menimbulkan minimnya pasokan dari buah Januari sampai Maret. Bila petani tidak mampu, maka perusahaan harus mencari lumbung-lumbung penghasil pepaya Calina baru untuk memenuhi permintaan yang ada.

Selanjutnya perusahaan membutuhkan gudang baru untuk menyimpan pepaya Calinanya. Karena selama ini, penyimpanan pepaya Calina perusahaan disatukan dengan buah lain yang membuat suhu penyimpanan disesuaikan dengan suhu buah lain yaitu 0oC. Padahal, menurut Silalahi (2007) pepaya Calina sebaiknya disimpan dalam suhu 10o C karena itu mampu memperpanjang umur penyimpanan menjadi tiga minggu dan memperbaiki kualitasnya.

3. Pengembangan Kemitraan

Pola pengembangan kemitraan dengan petani dalam rantai pasok ini berawal dari proses negosiasi, kemudian dilanjutkan dengan kerjasama, koordinasi, dan yang terakhir kolaborasi. Tahapan pengembangan kemitraan tersebut dijelaskan pada Gambar 6. Pada tahap negosiasi, petani mendiskusikan harga dan kuantitas dengan perusahaan yang akan dibeli hasil panennya. Setelah dicapai kesepakatan harga barulah perusahaan melakukan transaksi jual beli dengan petani tersebut. Setelah dilakukan pembelian berulang kali, maka perusahaan mampu membedakan petani yang dapat dipercaya dengan yang tidak. Biasanya untuk petani yang tepercaya, perusahaan berani meminjamkan kratnya untuk distribusi. Pada tahap ini baru terjalin kerja sama karena petani tidak terikat dengan perusahaan. Hubungan antara petani dan perusahaan baru mencapai tahap ini.

(26)

Gambar 6 Transisi dari tahap negosiasi hingga kolaborasi (Speckman, et. al 1998)

Manajemen Rantai Pasokan

1. Struktur Manajemen

Petani sebagai produsen mengatur sepenuhnya urusan budidaya. Perusahaan sebagai processor mengatur pemasaran produk pepaya Calina petani ke ritel dan pasar tradisional. Kemudian ritel dan pasar tradisional akan menjual produk rantai pasok ini ke konsumen akhir.

Meski begitu, rantai pasok ini belum menggunakan sistem manajemen yang baik seperti sistem informasi dan komunikasi yang otomatis yang menyulitkan proses kinerja rantai pasok disebabkan diwajibkannya kehadiran pejabat yang berwenang di tempat. Sehingga, manajemen dilakukan secara alami tanpa ada strategi khusus selain menjual sebanyak-banyaknya dengan harga yang terjangkau.

a. Pemilihan Mitra

Tabel 5 Kriteria-kriteria pemilihan mitra

Petani Perusahaan

1. Memproduksi pepaya Calina yang sesuai dengan spesifikasi

2. Mampu memasok secara kontinu 3. Sanggup mengirim produk sesuai

jadwal

1. Membayar langsung kepada petani

2. Mampu mensuplai produk pepaya Calina ke ritel secara kontinu 3. Menjaga kualitas produknya

Ritel Pasar Tradisional

1. Memiliki performa penjualan baik 2. Menaati kontrak

3. Terletak di lokasi strategis 4. Memiliki fasilitas penjualan baik

1. Lokasi strategis

Rantai pasok ditujukan untuk meningkatkan nilai dan kepuasan kepada konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan kriteria-kriteria tertentu dalam pemilihan pelaku rantai pasok pepaya Calina. Adapun kriteria-kriteria tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.

Namun dalam kenyataannya, kriteria ini tidak harus dipatuhi semuanya. Oleh karena itu, kriteria ini disesuaikan dengan keadaan agar semua pihak dapat memenuhi tugasnya dengan optimal.

(27)

Dalam rantai pasok ini, perusahaan tidak menerapkan kontrak untuk mitra tani. Perusahaan lebih menggunakan pendekatan personal, teknis, dan pasar kepada petani. Hal ini disebabkan waktu dulu perusahaan pernah memberikan pinjaman modal untuk mitra tani, namun bukannya untung, perusahaan malah menanggung hutang sampai dua milyar. Oleh karena itu, perusahaan lebih suka memberikan bantuan non materi seperti cara pemanenan dan pengangkutan yang baik, pengujian kadar pestisida, dan akses pasar. Meski tidak terdapat kontrak, perusahaan tetap menetapkan target 20 ton pepaya Calina perminggu pada petani yang baru bisa dipenuhi rata-rata sekitar 15 sampai 18 ton perminggu.

Untuk ritel, perusahaan memberlakukan kontrak berupa kesepakatan cara pembayaran dan kualitas pepaya Calina tersebut. Sistem pembayaran dilakukan secara kredit setelah satu bulan barang disetor ke ritel. Sedangkan untuk pasar tradisional, pembeli bisa membeli langsung tanpa perlu diadakan kontrak terlebih dahulu.

3. Sistem Transaksi

Pepaya Calina diangkut terlebih dahulu ke packing house untuk dikemas dengan koran. Perusahaan membeli pepaya dari mitra tani dengan harga kurang lebih 2500 rupiah. Pembayaran petani semula dilakukan secara tunai saat barang sampai dari packing house petani ke perusahaan oleh truk engkel, namun dalam perjalanannya petani sering dirampok, sehingga sistem pembayaranpun dilakukan lewat transfer maksimal seminggu setelah barang diantar ke perusahaan.

4. Dukungan Pemerintah

Petani yang berada dalam rantai pasok pepaya Calina perusahaan terbagi menjadi dua jenis, yaitu petani perseorangan dan petani gapoktan. Petani perseorangan berasal dari Pasir Mukti sementara yang lain berupa petani gapoktan. Untuk pepaya, pemerintah tidak memberikan bantuan karena pepaya merupakan buah yang tidak mengenal musim tidak seperti melon, dan lain lain. Namun hal itu menjadi pengecualian untuk kabupaten jasinga yang memiliki penyuluh-penyuluh yang akan mendampingi dan memberikan pelajaran dan informasi, program tersebut dikenal oleh para penyuluh dengan SLPTT (Sekolah Lapang Pengolahan Tanaman Terpadu). Program berikutnya yaitu pepaya pada Kabupaten Jasinga, termasuk dalam komoditi binaan unggulan berdasarkan SK Direktorat Jenderal Hotikultura No. 511/Kpts/PD.310/9/20065

Sumber Daya Rantai Pasokan

1. Sumber Daya Fisik

Sumber daya fisik rantai pasokan pepaya Calina meliputi lahan pertanian, kondisi jalan transportasi, sarana dan prasarana pengangkutan. Jalan sering menjadi faktor dominan dalam aliran barang di rantai pasok. Kualitas jalan yang tidak prima di Jasinga menyebabkan lebam pada pepaya Calina sebesar 20 sampai 30%. Selain itu karena sistem irigasi yang belum optimal, maka produktivitas pepaya Calina dalam rantai pasok ini belum mencapai potensinya yang seharusnya.

2. Sumber Daya Teknologi

(28)

jauh. Adapun teknologi yang digunakan hanya sebatas pengujian kadar pestisida oleh PT. Sucofindo demi keamanan konsumen dan pematangan dengan pemeraman menggunakan metode ethrel.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang bekerja sebagai petani rata-rata jumlahnya ada 6 orang perdaerah produksi. Pendidikan pekerja tersebut rata-rata lulusan SMP. Jam kerja petani tidak tentu sesuai dengan tahapan proses pembudidayaan yang sedang dijalankan. Sementara tenaga kerja langsung yang bekerja di perusahaan memiliki jam kerja harian berdasarkan sistem shift setiap harinya. Dengan masing-masing shiftnya sepanjang 8 jam. Sistem rekrutmen pegawai di tingkat petani dan perusahaan sama sama menggunakan sistem borongan. Pegawai petani berasal dari daerah sekeliling lahan sementara pegawai perusahaan berasal dari yayasan di sekitar perusahaan berada. Upah untuk petani diberikan 30.000 rupiah pertahapan produksi sementara untuk pegawai di kantor diberikan upah sejumlah 80.000 rupiah perhari.

4. Mitra-tani

Tabel 6 Aktivitas pelaku rantai pasok Tanda X apabila

Sortasi/Seleksi Mutu X PT. SSN relatif

kecil

QualityControl X X Relatif kecil Pemberian kredit (hari) 30-90

Mitra tani maupun mitra perusahaan serta mitra pasar yang berada di dalam rantai pasok ini sudah diseleksi melalui kriteria-kriteria tertentu. Meski begitu, produk dalam rantai pasok ini masih sering mengalami kerusakan. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 6 di atas.

5. Sumber Daya Permodalan

Permodalan untuk urusan budidaya ditanggung oleh mitra tani. Disebabkan sektor pertanian masih menjadi sektor yang rawan untuk dibiayai oleh Bank. Perusahaan baru akan membantu permodalan bilamana petani dilanda bencana seperti angin puting beliung. Untuk ritel, saat ritel ingin membuka cabang baru maka modalnya diambil 20% dari setiap pemasok barang ke ritel tersebut termasuk pepaya.

Proses Bisnis Rantai Pasokan

1. Pola Distribusi

(29)

sebagai perantara. Produk didistribusikan dari packing house petani ke perusahaan lalu ke ritel/pasar tradisional. Bagi merek Sunpride yang harganya sekitar Rp 8000 dipasok ke ritel, sementara merek Sunfresh yang harganya Rp 6500 dipasarkan ke pasar tradisional. Ini diterapkan dengan pengiriman produk sesuai skala ekonomi untuk mengefisiensikan biaya transportasi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam distribusi pepaya Calina adalah masalah biaya (efisiensi) dan daya tahan produk yang pendek (perishable product). Setelah dipanen maka pepaya Calina hanya dapat bertahan kurang lebih seminggu bila tanpa pendinginan. Peran distributor sangat penting untuk dapat mendistribusikan pepaya Calina dengan efisien dan kualitas baik dalam waktu yang relatif singkat.

2. Pendukung Anggota Rantai Pasokan i) Penyuluhan

Perusahaan memberikan penyuluhan berupa cara pemanenan dan cara pengangkutan yang baik kepada petani. Selain itu perusahaan juga membantu pembangunan packing house petani dan meminjamkan krat guna pengangkutan buah dari mitra tani ke perusahaan.

ii) Distribusi Informasi Pasar

Distribusi informasi pasar di rantai pasok pepaya Calina terjadi dengan baik. Karena harga tidak ditentukan berdasarkan harga di kontrak, melainkan ditetapkan berdasarkan keadaan saat itu dan tawar menawar antara petani dan perusahaan.

3. Perencanaan Kolaboratif

Perencanaanyang dilakukan dalam rantai pasok ini meliputi kerjasama, kesatuan, dan penyelarasan informasi. Perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan budidaya. Dengan mengetahui informasi pasar dari ritel, perusahaan sebagai penghubung melakukan perencanaan budidaya kepada petani. Hal ini bertujuan agar pasokan pepaya Calina selalu tersedia di sepanjang tahun dengan cara penanaman dan pemanenan bergilir. Selain itu perencanaan kolaboratif juga mencegah terjadinya efek bullwhip akibat adanya peramalan yang salah.

4. Penelitian Kolaboratif

Mitra tani menggunakan sebagian bibit yang diproduksi oleh PKBT (Pusat Kajian Buah Tropika) untuk menghasilkan pepaya varian yang lebih unggul ke depannya. Apalagi dengan semakin banyaknya petani yang membudidayakan pepaya Calina menyebabkan buah ini tidak lagi menjadi buah eksklusif bagi golongan menengah ke atas.

5. Aspek Resiko dan Sistem Traceability

Resiko adalah konsekuensi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bisnis rantai pasok. Resiko bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerugian bagi salah satu pihak. Resiko di dalam rantai pasok terbagi menjadi empat yaitu resiko operasional, resiko kerjasama, resiko lingkungan dan kebijakan, serta resiko pasar.

(30)

memperbaiki sistem penyimpanan dengan penyetelan suhu pada angka 10oC agar masa penyimpanan pepaya Calina menjadi lebih panjang dan penggunaan kaos tangan dikala sortir serta penataan pepaya di dalam proses pengiriman yang harus diberi cukup ruang agar mencegah luka lebam akibat benturan.

Resiko kerjasama disebabkan oleh tidak adanya kontrak antara perusahaan dengan pihak petani. Hal ini dapat menimbulkan peluang petani langsung menjual produknya ke ritel atau pasar tradisional tanpa melalui perusahaan setelah mengetahui informasi mengenai teknologi dan spefisikasi produk pepaya Calina yang diketahui oleh perusahaan. Selain itu resiko kerjasama juga terjadi di saat adanya kesalahan dalam pengelolaan informasi yang menyebabkan kesalahan pengiriman produk oleh perusahaan ke ritel.

Resiko lingkungan dan kebijakan bisa terjadi dikarenakan kenaikan harga bahan bakar minyak yang mempengaruhi pada biaya rantai pasok secara keseluruhan. Resiko eksternal juga dapat ditimbulkan kebijakan lalu lintas perdagangan barang pada hari raya. Hal ini disebabkan kendaraan berpenumpang lebih diutamakan daripada kendaraan bermuatan barang. Padahal, saat momen-momen tersebutlah permintaan akan pepaya Calina mencapai puncaknya.

Resiko pasar adalah resiko yang disebabkan oleh proses permintaan dan penawaran di pasar. Pepaya Calina memiliki penawaran yang tinggi dan permintaan yang besar. Hal ini menyebabkan banyaknya petani yang menanam pepaya Calina sehingga pepaya Calina yang semula menjadi buah eksklusif kalangan atas menjadi buah dengan harga terjangkau. Selain itu resiko pasar juga dapat ditimbulkan oleh preferensi konsumen yang lebih memilih untuk membeli produk dari perusahaan lain atau langsung ke petani dan banyaknya pesaing di dalam bisnis pepaya Calina ini. Masalah resiko pasar juga dapat timbul dari komoditas lain seperti mangga yang lebih dipilih untuk dibeli oleh konsumen. Namun, resiko pasar ini bisa diantisipasi dengan jaminan mutu baik rasa maupun penampilan pepaya Calina dengan kontrol kualitas agar konsumen setia pada produk perusahaan. Selain itu juga perusahaan hendak mengembangkan program Sunpride Island di ritel-ritel agar konsumen yang semula mengenal merek Sunpride melalui produk pisang Cavendishnya dapat terbujuk untuk membeli produk pepaya Calina perusahaan.

Sistem traceability adalah kemampuan untuk melacak orisinalitas produk produsen dari produk yang diperdagangkan. Dengan menggunakan merek pada produk, konsumen dapat mengetahui produsen dari produk yang dibelinya. Dalam rantai pasok pepaya Calina perusahaan ini mencantumkan merek pada produknya yaitu Sunpride untuk ritel dan Sunfresh untuk pasar tradisional.

6. Proses Trust Building

(31)

Gambar 7 Tahapan proses trust building 7. Jaminan Identitas Merek

Sunpride adalah merek yang sudah dikenal oleh khalayak dengan produk pisang Cavendishnya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk menjual pepaya Calinanya dengan merek yang sama agar konsumen lebih mudah percaya. Sementara mengenai merek Sunfresh, perusahaan mengeluarkannya untuk mengakomodasi produk pepaya Calina yang kualitasnya tidak setara dengan produk Sunpride dan juga guna menangkap pangsa pasar tradisional yang selama ini belum dikuasai oleh perusahaan

Performa Rantai Pasokan

1. Hambatan Pengembangan Rantai Pasok

Melihat dari performa rantai pasok setelah dilakukan penilaian, ditemukan hambatan-hambatan yang menjadi permasalahan dalam rantai pasok, sehingga belum tercapainya kinerja rantai pasok yang optimal. Adapun hambatan-hambatan pengembangan rantai pasok meliputi dari petani yang sering mengalami kesulitan modal, biaya transportasi yang tinggi, lahan yang sering mengalami kekeringan sepanjang bulan Juli sampai September, tingginya turn over staff di perusahaan, penanganan pasca panen yang belum maksimal, adanya petani yang tidak memenuhi komitmen disebabkan belum adanya ikatan kontrak antara petani dengan perusahaan.

2. Key Success Factors

Meski belum mencapai kinerja yang optimal, rantai pasok pepaya Calina ini memiliki kunci keberhasilanyang mampu mendorong terciptanya suatu mekanisme rantai pasok menjadi lebih baik dan lancar. Seperti luasnya pasar yang dikuasai disebabkan oleh terkenalnya merek Sunpride melalui produk pisang Cavendish, kualitas yang terjamin dengan harga produknya yang lebih terjangkau dibandingkan pesaing, dan memiliki jumlah mitra tani yang signifikan.

3. Rekomendasi

(32)

Analisis Nilai Tambah

Rantai pasok diterapkan untuk dapat memberikan kepuasan lebih kepada konsumen akhir. Oleh karena itu, diperlukan pemberian perlakuan kepada pepaya Calina guna memberikan nilai tambah dari satu pihak ke pihak lain. Selain itu tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditas. 1. Nilai Keuntungan Mitra Tani

Mitra tani pepaya Calina tidak melakukan kegiatan apapun setelah melakukan panen sehingga tidak ada pemberian nilai tambah seperti pengolahan dan pengemasan pada pepaya Calina. Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petani adalah selisih pengeluaran produksi pepaya Calina dikurangi dengan pendapatan hasil panen. Rata-rata mitra tani mendapatkan keuntungan sebesar 57,74% per musim tanam, serta harga pokok produksi per kilogram dari hasil panen sebesar Rp 1.056,48 dengan asumsi bahwa petani menanam pepaya Calina sebanyak 1200 bibit per musim tanam. Apabila petani menanam pepaya Calina sebanyak 1200 bibit, maka petani akan menghasilkan 43200 kg pepaya Calina yang terbagi menjadi grade A untuk Sunpride dan B untuk Sunfresh. Perhitungan keuntungan mitra tani dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pendapatan petani berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor seperti luas lahan, lokasi lahan, dan ketrampilan petani dalam hal budidaya. Peran penyuluh dari perusahaan sangat dibutuhkan para mitra tani agar dapat meningkatkan jumlah produksinya

2. Nilai Tambah PT. Sewu Segar Nusantara

Nilai tambah dihitung berdasarkan dua produk Pepaya Calina yang dipasarkan PT. SSN terdiri atas Sunpride dan Sunfresh. Pengolahan pepaya Calina merek Sunpride menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 2840/kg, dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 50,7%. Hasil perhitungan ini juga menunjukkan persentase pangsa tenaga kerja. Persentase pangsa tenaga kerja yang dihasilkan perusahaan melalui produk Sunpridenya adalah sebesar 16%. Hal ini berarti bahwa 16% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan oleh perusahaan.

Tabel 7 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunpride di tingkat PT. SSN

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output (Kg/minggu) 10500

2 Bahan baku (Kg/minggu) 15000

3 Tenaga kerja langsung (HOK) 30

4 Faktor konversi 0,7

5 Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/kg) 0,002

6 Harga output (Rp/kg) 8000

7 Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) 240000

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga bahan baku (Rp/kg) 2500

9 Harga input lain (Rp/kg) 260

10 Nilai output (Rp/kg) 5600

(33)

Lanjutan Tabel 7

No Variabel Nilai

b. Rasio nilai tambah (%) 50,7

12 a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) 480

b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) 16

13 a. Keuntungan (Rp/kg) 2360

b. Tingkat keuntungan (%) 42,1

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) 3100

a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) 15,5

b. Sumbangan input lain (%) 8,4

c. Keuntungan perusahaan (%) 76,1

Sementara untuk pepaya Sunfresh dengan harga output sebesar Rp 6500/kg menghasilkan nilai tambah sejumlah Rp 3250,38 dengan rasio 55,56%. Pangsa tenaga kerja yang dihasilkan oleh perusahaan dengan merek Sunfresh adalah 73,84%. Hal ini berarti bahwa 73,84% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan oleh perusahaan.

Tabel 8 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat PT. SSN

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output (Kg/minggu) 2700

2 Bahan baku (Kg/minggu) 3000

3 Tenaga kerja langsung (HOK) 30

4 Faktor konversi 0,9

5 Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/kg) 0,01

6 Harga output (Rp/kg) 6500

7 Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) 240000

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga bahan baku (Rp/kg) 2500

9 Harga input lain (Rp/kg) 99,62

10 Nilai output (Rp/kg) 5850

11 a. Nilai tambah (Rp/kg) 3250,38

b. Rasio nilai tambah (%) 55,56

12 a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) 2400

b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) 73,84

13 a. Keuntungan (Rp/kg) 850,38

b. Tingkat keuntungan (%) 14,54

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) 3350

a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) 71,64

b. Sumbangan input lain (%) 7,76

c. Keuntungan perusahaan (%) 25,38

3. Nilai KeuntunganRitel

Ritel tidak memberikan perlakuan apapun kepada pepaya Calina. Oleh karena itu, nilai keuntungan yang dihasilkan ritel hanya sebatas pada perpindahan tempat yang meningkatkan harga pepaya Sunpride dari harga Rp 8000/kg menjadi Rp 10950/kg. Ini berarti persentase nilai keuntungan ritel sebesar 36%

4. Nilai Keuntungan Pasar Tradisional

(34)

dihasilkan sejumlah 20,13%. Hal ini berarti bahwa 20,13% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan oleh pasar tradisional. Tabel 9 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat pasar tradisional

No Variabel Nilai

5 Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/kg) 0,001

6 Harga output (Rp/kg) 8000

7 Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) 240000

Penerimaan dan Keuntungan

12 c. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) 266,67

d. Pangsa tenaga kerja langsung (%) 20,13

13 c. Keuntungan (Rp/kg) 1058,3

d. Tingkat keuntungan (%) 13,23

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) 1500

d. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) 0,18

e. Sumbangan input lain (%) 11,67

f. Keuntungan perusahaan (%) 70,56

5. Distibusi Nilai Pada Rantai Pasok Pepaya Calina

Dalam penelitian ini, pepaya Calina memiliki dua pasar tujuan, yaitu Sunpride untuk ritel maupun Sunfresh untuk pasar tradisional. Terdapat perbedaan antara keduanya meliputi kualitas dan harga beli serta harga jualnya. Sementara untuk biaya, perlakuan yang diberikan sama kepada masing-masing jenis pepaya Calina. Tabel 10 Distribusi biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunpride

No Pelaku Biaya

Tabel 11 Rasio biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunpride No Pelaku Rasio Biaya Rasio Marjin Rasio Marjin/Biaya

1 Petani 18,1% 2,7% 10,8%

2 Perusahaan 17,9% 64,3% 257%

3 Ritel *0% 32,9% 36,875%

(35)

biaya terkecil kedua (17,9%). Hal ini mungkin disebabkan tingginya perbedaan harga jual dan beli perusahaan sebesar Rp 5500 untuk Sunpride. Selanjutnya ritel sebagai pelaku yang tidak mengeluarkan biaya apapun selain biaya pembelian, maka rasio biayanya sebesar 0%. Ritel tidak mengeluarkan biaya apapun selain biaya pembelian pepaya Calina dari perusahaan disebabkan bila ada barang yang rusak ataupun tidak laku terjual, maka akan dikembalikan kepada perusahaan tanpa perlu membayar. Sementara untuk pemasaran di ritel, perusahaan menempatkan sales promotion girl untuk promosi dengan pencicipan buah potong.

Tabel 12 Distribusi biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunfresh No Pelaku Biaya

Total Rp11.171,5 Rp 17500 Rp5828,5

Tabel 13 Rasio biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunfresh No Pelaku Rasio Biaya Rasio Marjin Rasio Marjin/Biaya

1 Petani 20,2% 4,18% 10,79%

2 Perusahaan 20,05% 73,09% 190,18%

3 Pasar tradisional 59,75% 22,73% 19,85%

Sedangkan untuk perhitungan distribusi pepaya Sunfresh seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12 dan 13, urutan rasio biayanya adalah perusahaan sebesar 20,05%, kemudian petani dengan angka 20,2%, dan pasar tradisional 59,75%. Pasar tradisional mengeluarkan biaya transpor, sewa lapak, dan membayar tenaga kerja sebesar 175. Tabel 12 dan 13 menunjukkan bahwa rasio marjin petani hanya sebesar 4,18% tidak sebanding dengan rasio biaya yang telah dikeluarkan. Sementara untuk perusahaan rasio marjinnya menempati urutan terbesar dengan nilai 73,09% dan pasar tradisional menyusul setelahnya sebesar 22,73%.

(36)

Penentuan Metrik Kinerja Rantai Pasok

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kinerja rantai pasok pepaya Calina. Namun akan lebih baik lagi, jika kinerja rantai pasok pepaya Calina ini tidak hanya dioptimalkan, namun dijaga keberlangsungannya dengan penerapan Sustainable Supply Chain.

Manajemen rantai pasokan berkelanjutan (SSCM) menurut (Carter, Rogers 2008 : 368) dapat didefinisikan sebagai "Manajemen rantai pasokan strategis, integrasi transparan dan pencapaian tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi organisasi dalam koordinasi sistematis kunci proses bisnis antar-organisasi untuk meningkatkan kinerja ekonomi jangka panjang perusahaan individu dan rantai pasokan". Manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan mensyaratkan bahwa kriteria keberlanjutan dipenuhi dengan tetap menjaga daya saing melalui memenuhi kebutuhan pelanggan (Seuring, Müller 2008).

Untuk sepenuhnya menyadari beberapa manfaat keberlanjutan, perusahaan perlu mengevaluasi kembali seluruh rantai pasokan mereka dari pembelian sampai pengiriman, sehingga mampu menghasilkan rencana aksi yang efektif yang mempertahankan sumber daya dan mengurangi limbah melalui praktek-praktek pembelian yang bertanggung jawab lingkungan, penilaian pemasok menyeluruh, efisiensi kemasan maksimum, dan transportasi produk hemat biaya.

Karena SSCM memberikan kesempatan untuk mengurangi risiko dalam bentuk gangguan pasokan, kelangkaan sumber daya, fluktuasi biaya energi, kualitas pemasok yang buruk atau tindakan hukum reputasi yang kedepannya akan menimbulkan biaya lebih terhadap rantai pasok.

Dengan mengacu pada jurnal-jurnal dan wawancara mendalam dengan para pakar, maka didapatlah kerangka ANP untuk menganalisis kinerja rantai pasok pepaya Calina PT. SSN. Struktur ANP tersebut ditunjukkan pada gambar berikut. Struktur ini terdiri dari 3 cluster:

1. Cluster 1 : Dimensi yang berkenaan dengan rantai pasok berkelanjutan, yaitu tidak hanya ekonomi dan sosial saja, melainkan lingkungan juga. Agar usaha rantai pasok ini dapat terus berjalan ke depannya.

2. Cluster 2 : Aktor yang berperan dalam rantai nilai komoditas pepaya Calina terdiri atas: Petani, perusahaan, ritel, dan pasar tradisional.

(37)

Gambar 8 Kerangka umum ANP 1. Prioritas Klaster Dimensi

Gambar 9 Prioritas klaster dimensi

Dimensi ekonomi menjadi dimensi yang paling berpengaruh pada keberlangsungan rantai pasok berkelanjutan pepaya Calina ini. Dalam iklim ekonomi saat ini, keberhasilan ekonomi perusahaan yang terjalin tidak hanya dengan tindakan sosial dan lingkungan tetapi juga dengan para pemasoknya (Accenture 2008). Oleh karena itu, manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan sangat penting. Melestarikan lingkungan dapat dilihat sebagai beban bagi perusahaan. Meskipun kadang-kadang solusi berkelanjutan tampaknya tidak menguntungkan, stakeholder semakin menuntut bahwa perusahaan harus mengelola isu-isu lingkungan dan sosial mereka (Carter, Easton 2011), khususnya di bawah ekonomi, peraturan dan konsumen tekanan (Srivastava, Srivastava 2006; Krikke, et. al 2003). Saat ini, konsumen menuntut lebih banyak produk ramah lingkungan dan semakin daur ulang (Krikke, et al 2003; Chan, et al 2003).

Para pelaku di sepanjang rantai pasok pepaya Calina sejauh ini mendapatkan pembagian keuntungan yang merata sesuai dengan resiko yang ditanggungnya. Petani selaku produsen yang memegang peran penting dalam rantai pasok pepaya Calina mendapatkan keuntungan sebesar 57,74% dari penjualan. Sementara perusahaan sebagai pihak processor memperoleh laba sebesar 45,01% dari penjualan pepaya Calina merek Sunpride dan 14,54% dari penjualan pepaya Calina merek Sunfresh. Selanjutnya pihak ritel dan pasar tradisional sebagai konsumen mendapatkan keuntungan sebesar 36% dan 7% dari penjualannya.

Dengan keuntungan tersebut, pelaku di dalam rantai pasok pepaya Calina mampu memenuhi aspek sosialnya dengan memberikan gaji sesuai UMR baik kepada petani di kebun maupun tenaga outsourcing serta sales promotion girl di

0,336 0,332

0,332

(38)

ritel. Mengenai lingkungan, perhatian pelaku rantai pasok ini baru sebatas pada penyewaan jasa PT. Scufindo untuk pengujian pestisida secara berkala agar tidak melebihi ambang batas aman konsumsi dan belum sampai ke tahap pertanian organik.

2. Prioritas Klaster Aktor

Gambar 10 Prioritas klaster aktor

Rantai pasok pepaya Calina ini disokong oleh aktor aktor yang terdiri atas petani sebagai produsen, perusahaan sebagai processor, dan ritel serta pasar tradisional sebagai pasar.

Petani menjadi aktor yang menempati posisi teratas dalam pengaruhnya terhadap rantai pasok ini disebabkan pentingnya peran yang dipegangnya dalam budidaya pepaya. Meskipun perencanaan tanam dilakukan oleh perusahaan, urusan produksi seluruhnya diserahkan kepada petani mulai dari pembibitan sampai pemanenan. Hal inilah yang menyebabkan petani menjadi penentu utama kuantitas dan kualitas pepaya Calina rantai pasok ini secara keseluruhan. Dalam menjalankan tugasnya, petani juga menanggung resiko yaitu petani sering memaksakan untuk menanam di lokasi yang tidak sesuai seperti ketinggiannya yang kurang mencukupi sehingga sering berakibat banjir atau kekeringan pada lahan tersebut. Selain itu juga dalam proses pengiriman hasil panen ke perusahaan, sering terjadi volume loss sebesar 20%.

Perusahaan menduduki urutan kedua dalam prioritas klaster aktor disebabkan fungsinya yang kompleks. Perusahaan menjadi perantara antara petani dengan pasar dan menanggung berbagai resiko. Adapun berbagai resiko itu yaitu adanya pesaing dari banyaknya perusahaan seperti PT. Mulia Raya/Green, PD. Alam Megah, Caraka Farm, Tresma, PT. Boga Tani, Puri Subagja Jatim, Gege Raja Buah, Ibana PT. Lentera, Havana Buah, dan CV Alam Agro Mandiri. Selain itu persaingan juga berasal dari komoditas buah lain seperti buah mangga. Perusahaan membeli semua hasil panen petani dan dilarang mengembalikan pepaya Calina yang sudah dibeli. Namun, perusahaan harus mau menerima barang return dan reject dari ritel.Barang return dan reject biasanya diterima perusahaan sebesar 10% dari penjualan. Hal ini disebabkan oleh turunnya kualitas pepaya yang mencapai level di bawah spesifikasi yang disepakati. Turunnya kualitas ini ditimbulkan oleh adanya goresan di pepaya akibat tidak digunakannya kaos tangan saat penyortiran dan kesalahan pengiriman produk pada pasar yang tidak sesuai sasaran. Resiko lain yang harus dihadapi perusahaan adalah fluktuasi harga dan pasokan di tingkat petani yang berkisar dari Rp 2500 sampai Rp 5200 serta oknum mitra tani yang nakal.

Ritel menyusul di urutan berikutnya dalam prioritas klaster aktor karena keuntungan yang didapatnya merupakan keuntungan yang terbesar kedua di dalam

0,287 0,261 0,239 0,212

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2  Kerangka analisis manajemen rantai pasokan (Vorst 2005).
Tabel 4  Spesifikasi grade pepaya Calina
Tabel 5 Kriteria-kriteria pemilihan mitra
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. bagian atas atau penimbunan di kaki lcreng. b. Pembuatan ~)erm, dilakukan dengan cara memolong bagian puncak lereng menjadi berundak-undak, hal ini bertujuan untuk

berperilaku dengan baik kepada lingkungan sosialnya sehingga anak akan diterima oleh lingkungan. Sehingga masing-masing disiplin ilmu memiliki hubungan yang saling

Semakin banyaknya para pendatang baik domestik maupun asing yang menginap sementara di Surakarta, perkembangan selanjutnya sangat berpotensi untuk bisnis akomodasi/

Di lihat pada hasil rata - rata penimbangan berat badan tikus tiap kelompok perlakuan diatas terdapat perbedaan berat badan antara kelompok perlakuan dengan

Hasil penelitian menyebutkan bahwa Masyarakat desa Tuwiri Kulon memiliki berbagai macam persepsi, yang pertama menganggap petung weton merupakan suatu metode

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktek dengan judul “Sistem Kendali

Sementara pelaksanaan UAS (Ujian Akhir Semester) dilakukan secara serentak sesuai dengan jadwal pada kelender akademik yang telah ditetapkan oleh Biro

Dengan menerapkan perubahan prosedur berupa semua pembelian dan penerimaan dilakukan oleh bagian pembelian dan terdapat pengecekan barang, pengajuan pembelian, surat