• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wajah pada penampakan depan dapat dibagi 3, ditunjukan pada tabel 6.1 dengan melihat perbedaan terhadap beberapa suku di dunia.

Tabel 6.1. Pembagian tinggi wajah secara horizontal (cm)

No. Suku UFH MFH LFH Total

1. Batak 5,8959 6,0408 6,4209 18,3576 2. Turki 5,21 4,78 6,26 16,250 3. Korea 5,77 6,79 6,68 19,240 4. Afrika 5,57 6,20 6,70 18,470 5. Jawa 5,766 6,939 6,793 19,498 6. Caucasian 5,27 6,31 6,43 18,010

Dari tabel 6.1 di atas, pada suku Batak tinggi atas wajah (UFH) lebih kecil dibandingkan tinggi tengah wajah (MFH) maupun tinggi bawah wajah (LFH). Dan LFH merupakan yang paling panjang. Dan total panjang wajah suku Batak 18,3576 cm.

Dari tabel 6.1 tersebut dapat terlihat perbedaan bahwa pada suku Batak jarak UFH merupakan yang paling besar dibanding dengan suku-suku lain. Jarak MFH suku Batak bukan yang terbesar maupun terkecil dan begitu juga jarak LFH. Dan pada total panjang wajah, suku Batak bukan juga paling besar maupun kecil (Kowalski, 1976; Porter, 2001; Le, 2002; Bozkir, 2004; Choe, 2004; Hediyati, 2006).

pada tabel 6.2.

Tabel 6.2. Persentase besar wajah secara horizontal

No. Suku UFH MFH LFH

1. Batak 32,11% 32,90% 34,97% 2. Turki 32,06% 29,41% 38,52% 3. Korea 29,99% 35,29% 34,71% 4. Afrika 30,15% 33,56% 36,27% 5. Jawa 29,57% 35,58% 34,83% 6. Caucasian 29,26% 35,03% 35,70% 7. Cina 31,4% 34,3% 34,3% 8. NeoClassical Canon 33,33% 33,33% 33,33%

Persentase LFH suku Batak yang sebesar 34,97% merupakan persentase tinggi wajah yang paling besar. Dan persentase UFH merupakan paling kecil dibanding dengan bagian wajah lain, tetapi seperti yang terlihat pada tabel 6.2 persentase UFH pada suku Batak tersebut merupakan persentase terbesar dibanding dengan suku-suku lain (Sim, 2000; Porter, 2001; Le, 2002; Bozkir, 2004; Choe, 2004; Hediyati, 2006).

Neoclassical cannon yang membagi tiga tinggi wajah horizontal sama besar menentukan tinggi tiap bagian wajah adalah 33,33%. Dapat dilihat bawah persentase tiap-tiap bagian tinggi wajah pada suku Batak merupakan yang paling mendekati ke nilai neoclassical cannon.

Dari tabel 5.2. di dapat bahwa pada suku Batak yang menyamai dengan Neoclassical canon terdapat 4% dari sampel. Perbandingan sebaran tinggi wajah menurut Neoclassical canon dengan beberapa suku dapat dilihat pada tabel 6.3.

Tabel 6.3. Sebaran persentase tinggi wajah secara horizontal pada beberapa suku.

Tinggi Wajah Batak Afrika Kaukasia Turki Korea

UFH = MFH = LFH 4% 0% - - - UFH = MFH UFH > MFH UFH < MFH 9% 43% 48% 0% 24,1% 75,9% 0% 10% 90% 19,1% 62,9% 18,0% 0% 93% 8% UFH = LFH UFH > LFH UFH < LFH 6% 24% 70% 0% 74,0% 92,6% 0% 11% 89% 14,7% 38,6% 46,7% 0% 0% 100% MFH = LFH MFH > LFH MFH < LFH 7% 29% 64% 0% 24,1% 75,9% 4% 54% 42% 16,5% 12,9% 70,6% 0% 32% 68%

Dari tabel 6.3 tampak perbandingan UFH=MFH=LFH sebanyak 4% sedang pada bangsa afrika 0%, pada kaukasia, turki maupun korea tidak terdapat laporan pada literatur yang kemungkinan tidak terdapat perbandingan yang sama (Porter, 2001; Choe, 2004; Bozkir, 2004).

Tingi bawah wajah dapat dibagi dengan beberapa bagian. Menurut Powell dan Humphries, jarak antara sub nasal ke stomion adalah sepertiga jarak dari tinggi bawah wajah (33,33%), dan jarak stomion dan gnation adalah dua pertiga jarak dari tinggi bawah wajah (66,67%). Pada suku Batak dapat dimasukan rumus tersebut (Hediyati, 2006; Calhoun, 2006).

LFH = 6,4209 cm SM = 4,3254 cm

Sehingga didapat jarak subnasal-stomion = LFH – SM = 6,4209 – 4,3254 = 2,0955 cm

Persentase SM = SM / LFH x 100% = 4,3254 / 6,4209 x 100% = 67,36%

Persentase subnasal-stomion = subnasal-stomion / LFH x 100% = 2,0955 / 6,4209 x 100%

= 32,63%

Tabel 6.4. Pembagian tinggi bawah wajah menurut Powell dan Humpries

Powell dan

Humpries

Batak Jawa Kaukasia subnasal-menton 100% 100% 100% 100%

subnasal- stomion

33,33% 32,63% 34,59% 31,10% stomion-menton 66,67% 67,36% 65,40% 68,89%

Pada tabel 6.4 tampak bawah persentase pembagian tinggi bawah wajah pada suku Batak merupakan yang paling dekat dengan standar yang diajukan oleh Powell dan Humpries, yaitu jarak subnasal-stomion 32,63% dan stomion- menton 67,36% (Hediyati, 2006; Calhoun, 2006).

Peek dan peek mengajukan juga teori mengenai pembagian dari tinggi bawah wajah, yaitu perbandingan antara jarak subnasal ke stomion dengan jarak antara stomion dan menton adalah 0,5 : 1. Pada suku Batak dapat dimasukan rumus (Tardy, 1995; Hediyati, 2006; Calhoun, 2006)

Peek dan peek = subnasal-stomion / stomion-menton = 2,0955 / 4,3254

= 0,4844 : 1

Tabel 6.5. Pembagian tinggi bawah wajah menurut Peek dan Peek Peek dan Peek Batak Jawa Kaukasia 0,5 : 1 0,4844 : 1 0,5288 : 1 0,4514 : 1

Dari tabel 6.5 mengenai tinggi bawah wajah menurut Peek dan Peek, suku Batak bernilai 0,4844 : 1. Suku Jawa lebih mendekati kriteria Peek dan peek dibanding dengan suku Batak (Hediyati, 2006; Calhoun, 2006).

Tabel 6.6. Tebal bibir atas

Suku ULL (cm) Subnasal-stomion (cm) % ULL/subnasal- stomion Batak 0,77829 2,0955 37,36 % Jawa 1,44 2,35 61,27 % Kaukasia 0,87 2,09 41,62 %

Tebal bibir atas pada suku Batak seperti yang terlihat pada tabel 6.6 merupakan yang terkecil dibanding dengan suku Jawa dan Kaukasia (Hediyati, 2006; Calhoun, 2006).

Tabel 6.7. Jarak interkantus dan lebar ala nasi

No. Suku Endocanthion-endocanthion (cm) Ala-ala (cm) 1. Batak 3,5171 4,1614 2. Jawa 3,608 4,041 3. Bugis 2,4040 3,2175 4. Makassar 2,4790 3,2184 5. Mandar 1,8861 3,0417 6. Toraja 2,0194 3,1667 7. Kaukasia 3,18 3,14 8. Cina 3,71 3,2 9. Cina selatan 3,4 3,8 10. Thailand 2,66 4,05 11. Vietnam 3,67 4,00 12. Korea 3,69 4,5 13. Afrika 3,14 3,80 14. Turki 3,00 3,23

Dari tabel 6.7 didapat jarak interkantus pada suku Batak sebesar 3,571 cm, bukan merupakan yang terbesar (Cina = 3,71 cm) dan bukan juga yang terkecil (suku Mandar = 1,8861). Jika dilihat perbedaan dengan suku toraja yang merupakan 1 kelompok ras protomelayu, jarak cukup berbeda yaitu jarak interkantus suku toraja adalah 2,0194 cm. Jarak interkantus suku Batak lebih mendekati dengan suku Cina selatan yang besarnya 3,4 cm (Sim, 2000; Porter, 2001; Le, 2002; Choe, 2004; Bozkir, 2004; Hediyati, 2006; Julianita, 2008).

Lebar ala nasi pada suku Batak 4,1614 cm merupakan yang kedua terbesar di bawah lebar ala nasii pada bangsa Korea (4,5 cm). Pada tabel 6.7 juga tampak lebar ala nasi pada bangsa Kaukasia merupakan yang terkecil (3,14 cm) diikuti bangsa Cina (3,2 cm) (Sim, 2000; Porter, 2001; Le, 2002; Choe, 2004; Bozkir, 2004; Hediyati, 2006; Julianita, 2008).

Dari tabel 6.8 tampak bahwa lebar ala nasi yang lebih kecil dibanding dengan jarak interkantus hanya pada bangsa Kaukasia (3,14 : 3,18 cm) dan Cina (3,2 : 3,71 cm). Pada suku Batak lebar ala nasi lebih besar dibanding dengan jarak interkantus (4,1614 cm : 3,5171 cm) (Sim, 2000; Porter, 2001; Le, 2002; Choe, 2004; Bozkir, 2004; Hediyati, 2006; Julianita, 2008).

Jika perbandingan antara jarak interkantus dengan lebar ala nasi dilihat Neoclassical Canon maka jarak tersebut harus sama. Pada tabel 5.3, hanya terdapat 1% pada suku Batak yang jarak interkantus yang sama. Pada tabel 6.8 di bawah dapat di lihat sebaran jarak tersebut dibeberapa suku.

Tabel 6.8. Persentase sebaran perbandingan jarak interkantus dengan lebar ala nasi

No. Suku En-En = Al-Al En-En > Al-Al En-En < Al-Al

1. Batak 1 % 0 % 99,0 % 2. Jawa 2,5 % 7,5 % 90,0 % 3. Afrika 4,6 % 1,9 % 93,5 % 4. Korea 1 % 62 % 38 % 5. Kaukasia 41 % 21 % 38 % 6. Turki 38,6 % 11,0 % 50,4 % 7. Cina 26,7 % 25,0 % 48,3 % 8. Vietnam 16,6 % 6,7 % 76,7 % 9. Thailand 21,6 % 1,7 % 76, 7 %

Perbandingan lebar ala nasi yang lebih besar dari pada jarak epikantus dengan persentase terbanyak adalah suku Batak yang diikuti oleh Afrika. Yang mendekati Neoclassical canon adalah bangsa Kaukasia sebesar 41% (Dawei, 1997; Sim, 2000; Porter, 2001; Le, 2002; Choe, 2004; Bozkir, 2004; Hediyati, 2006).

Tabel 6.9. Sudut Nasofrontal, Nasofasial dan Naso Labial

No. Suku NFA ( 0 / derajat ) NfcA ( 0 / derajat ) NLA ( 0 / derajat )

1. Batak 132,71 24,60 118,90 2. Jawa 138,04 29,65 92,81 3. Bugis 135,189 35,027 93,000 4. Makassar 136,210 2537,605 93,605 5. Mandar 136,778 35,528 94,833 6. Toraja 137,278 2535,944 91,250 7. Kaukasia 134,3 29,9 104,2 8. Korea 136,8 32,3 92,1 9. Cina 136,6 33,7 96,8 10. Cina Selatan 137,9 36,4 92,2

Sudut Nasofrontal yang dibentuk oleh titik-titik Glabella-Nasion-Tip Nasi pada suku Batak merupakan terkecil dibanding dengan suku lain. Menurut Powel dan Humphries sudut Nasofrontal adalah 115-1300. Walau sudut 1300 merupakan batas atas menurut Powell dan Humphries dan pada suku Batak merupakan sudut yang terbanyak (modus, tabel 5.1), tetapi sudut NFA terbesar pada suku Batak adalah 1480 dan rata-rata adalah 132, 710, sehingga dapat dikatakan NFA pada suku Batak tidak masuk ke dalam nilai Powel dan Humphries (Sim, 2000; Becker, 2003; Devan, 2003; Choe, 2004; Leong, 2004; Calhoun, 2006; Hediyati, 2006; Julianita, 2008).

Suku Batak mempunyai sudut nasofasial yang terkecil dibanding dengan suku yang lainnya yaitu 24,600, dimana sudut itu tidak termasuk ke dalam kriteria Powel dan Humphries dengan nilai 30-400 (Sim, 2000; Devan, 2003; Choe, 2004; Leong, 2004; Calhoun, 2006; Hediyati, 2006; Julianita, 2008).

1200 (Sim, 2000; Devan, 2003; Choe, 2004; Leong, 2004; Calhoun, 2006; Hediyati, 2006; Ingels, 2006; Julianita, 2008).

Tabel 6.10. Sudut Mentoservikal dan sudut Nasomental

No. Suku MCA ( 0 / derajat) NMA ( 0/derajat )

1. Batak 110,16 133,40 2. Jawa 95,27 136,45 3. Bugis 95,365 128,162 4. Makassar 97,290 130,000 5. Mandar 96,556 125,417 6. Toraja 93,167 128,806 7. Kaukasia 83,9 126 8. Cina Selatan 93,3 127,4

Dari tabel 6.10, sudut mentoservikal pada suku Batak merupakan yang terbesar dibanding dengan suku-suku lain, dan sudut nasomental suku Batak berada di bawah suku Jawa dalam besar sudut. Sudut mentoservikal dan nasomental merupakan termasuk segitiga estetika Powell dan Humphries selain sudut nasofrontal dan nasofasial, dengan nilai sudut mentoservikal = 80-950, sudut nasomental = 120-1320. Pada suku Batak sudut-sudut tersebut terlalu kecil (Sim, 2000; Becker, 2003; Calhoun, 2006; Hediyati, 2006; Julianita, 2008).

Sudut maksila dan mandibula merupakan sudut yang termasuk ke dalam fasial proporsi wajah menurut Peck dan Peck yaitu sebesar 12-170 dan 14-200. Dari tabel 5.1, pada suku Batak sudut maksila adalah 14,700, dan mandibula 18,790. Kedua sudut tersebut masuk dalam kriteria (Calhoun, 2006).

Dari tabel 5.1, didapat bahwa panjang hidung suku Batak adalah 3,2796 cm, dan jika diperbandingakan dengan panjang seluruh wajah maka akan dapat

Proporsi panjang hidung = NT / (UFH+MFH+LFH)

= 3,2796 / 5,8959+6,0408+6,4209 = 3,2796 / 18,3576

= 0,1786

Tabel 6.11. Tabel proporsi panjang hidung

Batak Jawa Kaukasia

Proporsi panjang hidung

0,1786 0,2 0,25

Bila lebar ala nasi diperbandingkan dengan panjang hidung maka akan didapat nilai = al-al / NT

= 4,1614 / 3,2796 = 1,2689

Tabel 6.12. Perbandingan proporsi lebar ala nasi dengan panjang hidung

Batak Jawa Kaukasia Cina

al-al / NT 1,2689 1,0 0,7 1,2

Dari tabel 6.12, tampak lebar ala nasi pada suku Batak lebih besar dari panjang hidung sedang pada bangsa kaukasia ala nasi lebih kecil dibanding dengan panjang hidung. Dan Perbandingan proporsi lebar ala nasi dengan panjang hidung pada suku Batak lebih mendekati pada bangsa Cina (Nichani; Calhoun, 2006; Hediyati, 2006).

Tabel 6.13. Proyeksi hidung

No. Suku Proyeksi

Simmons

Proyeksi Powell Proyeksi Goode

1. Batak 0,7265 3,2484 2,1278

2. Jawa 0,76 3,62 -

3. Cina selatan 1,5 3,0 -

4. Cina - 3,0 -

5. Kaukasia 1 2,8 -

Proyeksi tip Simmons maupun Powell suku Batak hampir sama dengan proyeksi dengan suku Jawa. Pada proyeksi tip Goode, dimana menurut Peck dan Peck bernilai 0,55-0,6, sedang pada suku Batak terdapat perbedaan yang cukup mencolok yaitu 2,1278 (Sim, 2000; Calhoun, 2006; Hediyati, 2006; Ingels, 2006; Turner, 2006).

Sudut kelengkungan wajah yang dibentuk oleh sudut glabella-subnasal- pogonion pada suku Batak adalah 173,910 (tabel 5.1). Kelengkungan wajah menurut Legan dan Burstone adalah 1800 – (sudut glabella-subnasal-pogonion) dengan nilai 8-160. Pada suku Batak di dapat nilai 180-173,91 = 6,0900. Sudut tersebut lebih kecil dibanding menurut Legan dan Burstone (Calhoun, 2006).

Tabel 6.14. Columella show dan sulkus mentolabial

No. Suku Columella show (cm) Mentolabial (cm)

1. Batak 0,2308 0,3837

2. Jawa 0,584 0,3,65

3. Kaukasia 0,4 0,4

Collumela show yang merupakan penampakan kolumela dari sisi lateral, pada tabel 6.14 tampak pada suku Batak merupakan nilai terkecil. Jika

columella show yang kecil kemungkinan berhubungan dengan bentuk ala nasi pada suku Batak yang merupakan tipe hanging ala. Besar sulkus mentolabial

tidak banyak perbedaan antara suku Batak dan Jawa maupun terhadap bangsa Kaukasia (Bagal, 2002; Becker, 2003; Calhoun, 2006; Hediyati, 2006; Rettinger, 2007).

Lebar seluruh basal dibandingkan dengan besar lobulus pada bangsa Kaukasia adalah 4 :3 . Dari tabel 5.1, perbandingan tersebut pada suku Batak adalah 1,8505, dan modusnya adalah 2,000 dimana dapat diartikan lebar basal adalah 2 kali dari besar lobulus (Calhoun, 2006).

Dalam dokumen Analisis Wajah Perempuan Suku Batak (Halaman 50-62)

Dokumen terkait