• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.2 Uji Efektivitas Antibakteri

Pengujian efektivitas antibakteri bahan coba dilakukan dengan mengamati perubahan kekeruhan pada tiap konsentrasi bahan coba (100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, dan 1,5625%). Penetapan konsentrasi dilakukan berdasarkan standar Laboratorium Tropical Disease, UNAIR dengan metode dilusi (pengenceran ganda).

Pada penentuan KHM yang dilihat adalah tabung perlakuan yang mulai tampak jernih bila dibandingkan dengan kontrol Mac Farland. Dari hasil pengujian antibakteri ekstrak kulit buah manggis terhadap Fusobacterium nucleatum setelah

dicampur dengan menggunakan vorteks dan diinkubasi selama 24 jam, didapat bahwa tidak ada larutan yang mulai tampak jernih, semua kelompok memiliki kekeruhan yang sama, sehingga nilai KHM pada penelitian ini tidak dapat ditentukan.

Pada penentuan KBM, yang dicari adalah konsentrasi minimal yang dapat membunuh bakteri pada media MHA (steril). Hasil pada uji antibakteri didapat pada konsentrasi 100% s/d 1,5625% (Gambar 15 dan 16) memperlihatkan zona bening yang tidak dijumpai pertumbuhan koloni bakteri atau senilai 0 CFU/ml yang menunjukkan pada konsentrasi ini memberikan efek antibakteri.

Gambar 15. Hasil peletakan tetesan ekstrak kulit buah manggis berbagai konsentrasi setelah diinkubasi 24 jam (a) 100%, (b) 50%, (c) 25%, (d) 12,5%

Gambar 16. Hasil peletakan tetesan ekstrak kulit buah manggis berbagai konsentrasi setelah diinkubasi 24 jam (a) 6,25%, (b) 3,125%, (c) 1,5625%

Tabel 1 Hasil perhitungan jumlah bakteri Fusobacterium nucleatum setelah perlakuan

Bahan

Uji Replikasi

Jumlah koloni bakteri dalam berbagai konsentrasi (CFU/ml) 100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,5625% Ekstrak Kulit Buah Manggis 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 X 0 0 0 0 0 0 0 Kontrol negatif (bakteri) 2,96.10 5 Kontrol negatif (bahan uji) 0

Tabel 1 di atas menunjukkan pada pengujian antibakteri dengan menghitung jumlah koloni Fusobacterium nucleatum, konsentrasi terkecil yang diuji pada penelitian ini mampu membunuh bakteri pada konsentrasi 1,5625% dengan jumlah bakteri 0 CFU/ml (steril), yang berarti bahwa setelah penanaman pada media MHA dan diinkubasi selama 24 jam tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri atau koloni bakteri. Dapat disimpulkan bahwa bahan coba ekstrak kulit buah manggis memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum dimana pada konsentrasi terendah yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu 1,5625% memperoleh hasil perhitungan bakteri 0 CFU/ml. Data hasil pengujian bakteri tidak dapat dilakukan uji statistik ANOVA dan LSD karena nilai perhitungan koloni bakteri adalah 0 CFU/ml yang artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100% mengalami kematian.

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro ekstrak kulit buah manggis terhadap Fusobacterium nucleatum dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki daya antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Fusobacterium nucleatum. Penelitian ini menggunakan 300 gram serbuk simplisia yang diperkirakan cukup untuk mendapatkan ekstrak kental kulit buah manggis untuk dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap

Fusobacterium nucleatum. Dalam penelitian ini, ektraksi kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol. Pelarut etanol adalah pelarut yang dapat melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan aktif yang bersifat polar, semipolar maupun non polar. Selain itu, pelarut etanol diketahui lebih aman (tidak bersifat toksik) jika dibandingkan dengan pelarut metanol. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol 70% memiliki sifat semi polar yang baik untuk menyari senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis yaitu saponin, flavonoid, alkoloid, dan tanin.14

Ekstrak kulit buah manggis disuspensikan dalam media Mueller Hinton Broth

(MHB) yang merupakan media standar yang digunakan untuk menguji bakeri secara dilusi. MHB memiliki pH netral yaitu 7,3 sehingga efek antibakteri yang dihasilkan murni berasal dari ekstrak kulit buah manggis itu sendiri, bukan karena penambahan pelarut yang bersifat asam ataupun alkali yang kemungkinan dapat meningkatkan efek antibakterinya.

Pada tahap awal, pengujian efek antibakteri dari suatu bahan dilakukan secara

in vitro. Ada dua metode untuk menentukan aktivitas antibakteri, yaitu agar diffusion test (metode difusi) dan direct exposure test (metode dilusi). Dalam penelitian ini dilakukan pengujian efek antibakteri dari ekstrak kulit buah manggis terhadap

Fusobacterium nucleatum dengan metode dilusi. Dengan metode ini bahan coba

lebih akurat dan dapat diketahui nilai KHM dan KBM dari bahan coba seperti yang direkomendasikan oleh National Committee for Clinical Laboratory Standards

(NCCLS, USA).22

Dalam pengujian antibakteri, tiap konsentrasi bahan coba dilakukan replikasi sebanyak 5 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan mengetahui berapa rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai konsentrasi karena pada konsentrasi yang sama belum tentu jumlah bakteri yang tumbuh juga sama.

Penentuan nilai KHM dilihat dari konsentrasi minimal bahan coba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi 24 jam pada suhu 37°C yang dapat dilihat secara makroskopik dari hasil biakan pada tabung yang mulai tampak jernih dengan menggunakan metode dilusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua konsentrasi bahan coba yang diuji ternyata tidak dapat terlihat larutan yang mulai tampak jernih. Hal ini diduga akibat ekstrak kulit buah manggis itu sendiri berwarna kuning kecoklatan sehingga ketika disuspensikan dengan bakteri, bahan coba berwarna kuning keruh dan setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C, bahan coba tetap berwarna kuning keruh atau tidak mengalami perubahan dengan warna sebelumnya. Oleh karena itu, semua konsentrasi berwarna keruh dan dianggap tidak representatif untuk dicari nilai KHM. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai KHM yaitu metode difusi dengan mengukur zona hambat.

Konsentrasi 100% (sangat kental) akan secara langsung membunuh bakteri

Fusobacterium nucleatum karena tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Begitu juga yang terjadi pada konseentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, dan 1,5625% tidak dijumpai pertumbuhan bakteri (steril atau 0 CFU/ml) yang artinya pada konsentrasi 100% s/d 1,5625% bersifat bakterisid. Oleh karena itu hipotesa penelitian ini yaitu ada efek antibakteri ekstrak kulit buah manggis terhadap

Fusobacterium nucleatum diterima, hal ini terbukti dengan diperolehnya nilai perhitungan bakteri pada konsentrasi yang terendah pada penelitian ini (1,5625%) sebesar 0 CFU/ml. Dari data hasil penelitian tidak dapat dilakukan uji statistik dengan

ANOVA dan LSD karena nilai perhitungan koloni bakteri pada konsentrasi 100% s/d 1,5625% adalah 0 CFU/ml, yang artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100% mengalami kematian.

Penelitian bahan alami lain sebagai bahan antimikroba terhadap

Fusobacterium nucleatum diantaranya adalah Aloe vera, buah mahkota dewa, dan pegagan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2009) mengenai ekstrak etanol Aloe vera didapat nilai KBM terhadap Fusobacterium nucleatum pada konsentrasi 50%. Penelitian yang dilakukan oleh Kere C (2011) mengenai ekstrak buah mahkota dewa terhadap Fusobacterium nucleatum didapat KBM pada konsentrasi 3,125%. Penelitian oleh Mery (2012) mengenai ekstrak pegagan terhadap Fusobacterium nucleatum diperoleh KBM sebesar 6,25%. Nilai yang diperoleh berbeda, hal ini dapat disebabkan perbedaan senyawa aktif yang ada pada masing-masing bahan alami (Tabel 2). Adapun pegagan dan kulit buah manggis diketahui memiliki senyawa aktif yang sama, namun jenis tanaman yang berbeda memungkinkan kadar kandungan senyawa yang berbeda pula.22

Tabel 2. Kandungan senyawa dari bahan alam sebagai bahan alternatif saluran akar Bahan alami sebagai alternatif medikamen saluran akar

Aloe vera Buah mahkota

dewa Pegagan Kulit buah manggis KBM terhadap Fusobacterium nucleatum 50% 3,125% 6,25% 1,5625% Kandungan senyawa Tannin, antrakuinon, dan saponin Polifenol, saponin, alkaloid, dan tanin Saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid Saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid

Beberapa penelitian ekstrak kulit buah manggis juga telah dilakukan dengan menguji pada bakteri lain. Penelitian yang dilakukan oleh Tadtong et al. (2009)

terhadap Streptococcus mutans, Porphyromonas gingivalis, dan Streptococcus pyogenes diperoleh KHM sebesar 0,01 mg/ml sedangkan pada Staphylococcus aureus

diperoleh KHM sebesar 0,1 mg/ml.16 Priya et al. (2010) menguji efek antimikroba terhadap Staphylococcus aureus diperoleh KHM sebesar 0,2 mg/ml sedang terhadap

Micrococcus lutus dan Staphylococcus albus KHM sebesar 0,05 mg/ml.17 Penelitian aktivitas antifungal alpha-mangostin yang terdapat pada kulit buah manggis terhadap

Candida albicans dilakukan oleh Kaomongkolgit et al. (2009) diperoleh hasil KHM dan MFC (MinimumFungicidalConcentration) masing-masing sebesar 1 mg/ml dan 2 mg/ml.18

Tabel 3 Beberapa penelitian uji antibakteri kulit buah manggis

No. Peneliti Mikroba KHM Metode

1. Tadtong et al. (2009) S.mutans P.gingivalis S.pyogenes S.aureus 0,01 mg/ml 0,1 mg/ml dilusi agar 2. Priya et al. (2010) S.aureus M.lutus S.albus 0,2 mg/ml 0,05 mg/ml macro broth dilution 3 Kaomongkolgit et

al. (2009) Candida albicans 1 mg/ml

Nilai yang diperoleh peneliti berbeda dengan ketiga penelitian yang telah disebutkan di atas, hal ini mungkin dapat disebabkan perbedaan daerah dan keadaan geografis tempat tumbuh manggis, pada penelitian yang dilakukan oleh Tadtong et al. dan Kaomongkolgit et al. manggis diperoleh dari Thailand, Priya et al. menggunakan bubuk ekstrak kulit manggis yang diperoleh dari Avasthagen Company, USA sedangkan peneliti menggunakan kulit buah manggis yang diperoleh dari Pasar Buah Brastagi dengan asal tumbuh Sibolangit. Adanya perbedaan daerah dan keadaan geografis tanah akan memberikan pengaruh pada kadar kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L).22

Penelitian in vitro mengenai efek antibakteri Ca(OH)2 terhadap

Fusobacterium nucleatum yang dilakukan oleh Rosa et al. (2002) dengan metode dilusi diperoleh KHM dan KBM masing-masing sebesar 0,7815 mg/ml dan 1,5625 mg/ml.25 Nilai ini menunjukkan konsentrasi yang dapat dikatakan rendah dalam menghambat Fusobacterium nucleatum dimana bila dibandingkan dengan ekstrak kulit buah manggis sampai pada konsentrasi 1,5625% masih dapat membunuh

Fusobacterium nucleatum dengan perhitungan bakteri 0 CFU/ml dan jika

dikonversikan 1,5625% ekstrak kulit manggis pada penelitian ini sebanding dengan 15,625 mg/ml. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menurunkan konsentrasi kulit buah manggis sehingga dapat diketahui konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Fusobacterium nucleatum.

Efek antibakteri dari ekstrak kulit buah manggis dikarenakan adanya senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang berperan dengan mengganggu fungsi membran atau dinding sel bakteri. Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan sel kuman, kuman tersebut akan pecah atau lisis.5,14 Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai antimikroba dengan cara mengkoagulasi atau mengumpulkan protoplasma kuman sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein kuman dan pada saluran pencernaan tanin diketahui dapat mengeliminasi toksin.5,14 Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada sel sehingga sel mati.5 Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme.5,14

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki efek antibakteri secara in vitro. Hal ini kemungkinan akan berbeda hasilnya dalam saluran akar karena bakteri yang terdapat dalam infeksi saluran akar ialah polimikrobial maka kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kulit buah manggis dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar secara klinis.

BAB 6

Dokumen terkait