• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinggi Tanaman (cm)

Analisis sidik ragam pada Lampiran 15 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung 7 MST (cm) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan

P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 157.73 c B P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 181.85 b AB P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 203.28 ab A P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 205.65 a A P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 194.23 ab A P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 199.88 ab A P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 195.95 ab A

Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan uji DMRT.

- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Jagung

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan tertingggi terdapat pada P3 dan terendah terdapat pada P0. Kemudian dari hasil uji beda rataan dapat dilihat bahwa P0

berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan, P3 hanya berbeda nyata dengan P0 dan P1. Ini menunjukkan bahwa pemakaian urea yang tinggi di setiap waktu aplikasi (awal vegetatif dan awal generatif) sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini diperkuat dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan bahwa kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi kekurangan N akan menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil serta tanaman akan lebih cepat masak.

Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot (g)

Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan berbeda nyata terhadap bobot tongkol dengan kelobot tanaman jagung. Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap bobot tongkol dengan kelobot dapat disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Rataan Segar Bobot Tongkol dengan Kelobot Tanaman Jagung (g) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 88.28 c C

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 149.56 b B P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 183.50 ab AB P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 172.71 ab AB P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 170.57 ab AB P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 203.29 a A P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 158.96 b AB

Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan uji DMRT.

- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Tabel 2 menunjukkan bahwa bobot tongkol dan kelobot tertinggi terdapat pada P5, sedangkan terendah terdapat pada P0. Dan dari hasil uji beda rataan terlihat bahwa P0 sangat berbeda nyata dengan semua perlakuan dan P1 hanya berbeda nyata dengan P5. Pada perlakuan P6, rataan bobot tongkol dan kelobot kelobot mengalami penurunan. Ini dapat disebabkan karena dosis pupuk SP36 yang terlalu tinggi. Dosis yang terlalu tinggi

dapat memberikan hasil yang kurang optimum untuk tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, bila dosis terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan bila dosis terlalu banyak dapat mengganggu kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman.

Perlakuan kedua (P2) memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan perlakuan ketiga (P3) yang ditandai dengan rataan bobot segar tongkol dengan kelobot yang lebih besar (P3 = 183,5 g dan P3 = 172,71 g). Ini menunjukkan bahwa peningkatan dosis urea pada waktu aplikasi awal generatif menyebabkan penurunan hasil. Ini dapat disebabkan oleh dampak negatif dari nitrogen yang dapat memperpendek masa generatif tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi akan memperpendek masa generatif, yang akhirnya justru menurunkan produksi atau menurunkan kualitas produksi tanaman.

Bobot Kering Tajuk (g)

Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman jagung. Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk dapat disajikan dalam Tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Jagung (g) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 40.968

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 62.493 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 67.205 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 76.765 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 71.778 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 82.603 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 67.633

Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Meskipun demikian, terlihat bahwa P0 memberikan hasil terendah sedangkan P5 memberikan hasil tertinggi terhadap berat kering tajuk. Ini menunjukkan bahwa pupuk kompos yang dicobakan dalam perlakuan hanya memberikan pengaruh yang kecil, sedangkan jika diberikan bahan tambahan berupa pupuk anorganik dapat lebih meningkatkan berat kering tajuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa salah satu kekurangan pupuk organik adalah memiliki kandungan hara yang kecil.

Bobot Kering Akar (g)

Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 21 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap bobot kering akar dapat disajikan dalam Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Rataan Bobot Kering Akar Tanaman Jagung (g) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 11.578

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 20.578 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 21.525 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 18.250 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 19.255 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 20.835 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 20.853

Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa seluruh perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar tanaman jagung. Tetapi antara perlakuan hanya kompos (P0) dan perlakuan kompos + pupuk anorganik (P1 sampai P6) menunjukkan perbedaan yang cukup jauh. Ini menunjukkan bahwa pupuk kompos (pupuk organik) tidak cukup dalam mengoptimalkan hasil. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994) yang menyatakan bahwa pupuk anorganik memiliki kandungan hara yang lengkap namun memiliki kandungan unsur hara yang rendah dan lambat tersedia. Selain itu, pupuk anorganik dapat meningkatkan sifat fisik dan biologi tanah

Kemasaman (pH) Tanah

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam pH tanah (Lampiran 23) terlihat bahwa pH tanah nyata dipengaruhi oleh perlakuan. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Rataan Kemasaman (pH H2O) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 4.940 b B

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 4.790 d C P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 4.703 c D P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 4.640 e E P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 4.740 c CD P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 4.968 b B P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 5.510 a A

Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan DMRT.

- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Kelihatan bahwa pH tanah pada perlakuan P0 (hanya kompos) mengalami penurunan pada perlakuan P1, P2, dan P3. Kemudian mengalami kenaikan pada perlakuan P4, P5 dan P6. Hal ini mungkin dikarenakan pemakaian pupuk N (urea) pada P1 dan terus meningkat pada P3 sehingga menyebabkan penurunan pH. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan bahwa pemupukan N dengan frekuensi atau dosis lebih besar akan menyebabkan keasaman tanah lebih besar. Sedangkan pada P4, P5 dan P6 ada peningkatan pemakaian pupuk SP36 dan KCl yang dapat meningkatkan pH. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh rumus kimia pupuk SP36 (Ca(H2PO4)2) mempunyai kation basa Ca dan KCl mempunyai kation basa K sehingga dapat meningkatkan kation-kation basa yang terdapat dalam larutan tanah yang sekaligus dapat meningkatkan pH. Hal ini didukung pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa kehilangan kation-kation basa merupakan salah satu penyebab kemasaman tanah.

Kenaikan pH juga terjadi pada analisis tanah yang pada awalnya pH 4,52 kemudian setelah diberi perlakuan hanya kompos (P0) pH menjadi 4,94. Ini mungkin dikarenakan kandungan asam organik yang terkandung dalam kompos dapat mengkhelat Al yang merupakan sumber kemasaman tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyakpa,

dkk (1988) yang menyatakan bahwa pengendalian kelarutan Al sebetulnya dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di antaranya adalah dengan menaikkan pH melalui pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P yang banyak, dan khelat Al dengan penambahan bahan organik.

C-organik Tanah (%)

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam pH tanah (Lampiran 25) terlihat bahwa C-organik tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Rataan C-organik (%) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 0.450

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 0.518 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 0.555 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 0.540 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 0.563 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 0.573 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 0.570

Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Perlakuan yang dicobakan berpengaruh tidak nyata terhadap rataan C-organik tanah ultisol. Ini disebabkan karena pemberian pupuk kompos yang sama jumlahnya pada tiap perlakuan sehingga C-organik yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan yang nyata antara perlakuan yang satu dengan yang lain.

C-organik yang terdapat dalam tanah seluruhnya termasuk dalam kriteria sangat rendah (Lampiran 33). Ini dapat disebabkan kompos yang diaplikasikan pada awal generatif telah mengalami proses immobilisasi atau dengan kata lain bahan organik dan hara yang terdapat dalam kompos dipakai kembali oleh mikroorganisme sehingga C-organik yang terdapat dalam kompos berkurang. C-C-organik tadi akan berubah menjadi

CO2 dan menguap ke udara. Sedangkan hara yang dipakai oleh mikroorganisme tadi akan kembali lagi ke tanah jika mikroorganismenya mati. Ini didukung oleh pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi akan diserang oleh mikrobia untuk memperoleh energi. Hara menjadi tidak tersedia karena telah dimanfaatkan oleh mikrobia untuk tumbuh dan berkembang (immobilisasi). Tetapi, bila mikrobia mati akan menghasilkan produk sampingan berupa jaringan tubuhnya dan terurai menjadi hara kembali (mineralisasi).

N-total Tanah (%)

Hasil analisis sidik ragam untuk parameter N-total tanah ultisol (Lampiran 27) menunjukkan bahwa perlakuan pengekstrak berpengaruh tidak nyata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Rataan N-total (%) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 0.180

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 0.088 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 0.583 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 0.850 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 0.578 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 0.493 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 0.843

Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Dari Tabel 7, dapat dilihat seluruh perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah. Meskipun demikian, rataan N-total tanah tertinggi terdapat pada P3 dan terendah terdapat pada P1. Perlakuan hanya kompos (P0) memiliki nilai rataan N-total lebih tinggi dari P1 mungkin dapat disebabkan penyerapan N yang tinggi oleh tanaman itu sendiri, karena sangat sedikit ketersediaan hara N maupun hara lain seperti P dan K yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembanagan tanaman. Hal ini didukung pendapat Damanik, dkk, (2011) yang menyatakan tanaman dapat menyerap nitrogen

dalam jumlah yang berlebihan bila beberapa faktor misalnya fosfor, kalium dan pasokan air yang tidak cukup.

P-tersedia Tanah (ppm)

Hasil analisis sidik ragam untuk parameter P-tersedia tanah ultisol (Lampiran 29) menunjukkan bahwa seluruh perlakuan berpengaruh tidak nyata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Rataan P-tersedia (ppm) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 5.905

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 6.078 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 6.158 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 6.153 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 6.233 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 6.238 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 6.265

Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Dari Tabel 8 dapat dilihat seluruh perlakuan berpengaruh tidak nyata

terhadap P-tersedia tanah. Meskipun demikian, P-tersedia tanah meningkat dari P0

ke P6 walaupun mengalami penurunan pada P2. Ini dapat dikarenakan

penambahan hara N (pemakaian pupuk urea dosis 4g) pada P3 dapat menambah

penyerapan hara P. Hal ini didukung oleh pendapat Winarso (2005) yang

menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan N dapat meningkatkan serapan P.

Hal ini disebabkan bahwa pemberian N atau peningkatan jumlah N dalam tanah

yang dipupuk P akan lebih melarutkan P, sehingga lebih tersedia.

K-tukar Tanah (m.e/100g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam pH tanah (Lampiran 31) terlihat bahwa K-tukar tanah ultisol nyata dipengaruhi oleh perlakuan. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Rataan K-tukar (m.e/100g) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya

Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 0.437 bc AB

P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 0.447 bc AB P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 0.398 c B P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 0.421 bc B P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 0.428 bc B P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 0.464 ab AB P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 0.519 a A

Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan DMRT.

- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)

- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa K-tukar tanah meningkat dari P0 hingga

P1 kemudian turun pada P2, lalu meningkat terus hingga P6. Dan dari hasil uji

sidik ragam, P2 berbeda nyata dengan P5 dan P5 juga tidak berbeda nyata dengan

P6. Ini mungkin dikarenakan peningkatan unsur hara lain seperti N akan

menambah serapan K sehingga K-tukar tanah menjadi kecil. Hal ini sesuai dengan

pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa pemupukan hara nitrogen

dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam

tanah

Dokumen terkait