APLIKASI KOMPOS GANGGANG COKELAT (
Sargassum polycystum)
DIPERKAYA
DENGAN BERBAGAI KOMBINASI DOSIS PUPUK N, P, DAN K TERHADAP
SIFAT KIMIA INSEPTISOL DAN TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI
Oleh:
HENDRA JAWA SIHOTANG
090301080
ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
APLIKASI KOMPOS GANGGANG COKELAT (
Sargassum polycystum)
DIPERKAYA
DENGAN BERBAGAI KOMBINASI DOSIS PUPUK N, P, DAN K TERHADAP
SIFAT KIMIA INSEPTISOL DAN TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI
Oleh:
HENDRA JAWA SIHOTANG
090301080
ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
Judul
Skripsi
:
Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat (
Sargassum
polycystum
) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis
Pupuk N, P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan
Tanaman Jagung
Nama
: Hendra Jawa Sihotang
Nim :
090301080
Program stud
: Agroekoteknologi
Minat
:
Ilmu
Tanah
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
(Ir. Alida Lubis, MS) (Ir. Posma Marbun, MP)
NIP.19540721 1979032 001 NIP. 19670712 199303 2 002
Mengetahui
Ketua Departemen Agroekoteknologi
ABSTRAK
HENDRA JAWA SIHOTANG: Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat
(
Sargassum polycystum
) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N,
P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung. Dibimbing oleh
Ir. Alida Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos ganggang
cokelat (
Sargassum polycystum
) yang diperkaya dengan pupuk N, P, dan K
terhadap sifat kimia tanah inseptisol dan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan
pada Bulan Juni – Oktober 2013 menggunakan rancangan acak kelompok non
faktorial, dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan yaitu P0 (kompos ganggang cokelat
tanpa diperkaya), P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 (kompos diperkaya urea taraf dosis
2g dan 4g, SP36 taraf dosis 2g dan 4g, KCl taraf dosis 0,5g dan 1g). Diaplikasikan
sebelum masa vegetatif (saat mengolah tanah) dan awal masa generatif.
Parameter yang diamati adalah (pH H
2O), C-organik, N-total, P-tersedia,
K-dd, tinggi tanaman, bobot kering akar dan tajuk, serta bobot segar tongkol dengan
kelobot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos ganggang cokelat yang
diperkaya nyata mempengaruhi pH H
2O, K-dd tanah, tinggi tanaman dan bobot
tongkol dengan kelobot. Dosis terbaik adalah P5 (kompos ganggang cokelat
diperkaya urea 4g, SP36 2g, dan KCl 0.5g aplikasi pada awal masa vegetatif dan
urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g aplikasi pada awal masa vegetatif) terhadap bobot
segar tongkol dengan kelobot serta bobot kering tajuk tanaman jagung.
ABSTRACT
HENDRA JAWA SIHOTANG: Application of Brown Algae Compost
(Sargassum polycystum) Enriched With Various N, P and K Fertilizer Dosage
Against Inceptisol Chemical Properties and Maize. Supervised by Ir. Alida
Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.
This research aimed to determine the effect of brown algae compost
(Sargassum polycystum) enriched with various N, P and K fertilizer dosage
against inceptisol chemical properties and maize. This research was conducted in
June – October 2013 using non-factorial randomized block design, with 7
treatment and 4 replication. That is P0 (not enriched brown algae compost), P1,
P2, P3, P4, P5, and P6 (compost enriched urea 2g and 4g dosage level, SP36 2g
and 4g dosage level, KCl 0,5g and 1g dosage level). Applied before the vegetative
period (when beginning to cultivate the land) and before the generative period.
Parameters measured were pH (H
2O), C-organic, N-total, P-available,
K-exchange, plant height, dry weight of roots and canopy, and cob with cornhusk
weight.
The results showed that brown algae enriched compost significantly affect
the pH (H
2O), K-exchange soil, plant height and cob with cornhusk. The best
dosage is P5 (brown algae compost enriched with urea 4g, SP36 2g, and KCl
0,5g application on early vegetatif and urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g application
at the end of vegetative period) against cornhusk cob weight and dry weight of
maize plant canopy.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Januari 1992 dari ayah
Wansitor Sihotang dan ibu Rusty Tumanggor. Penulis merupakan putra keempat
dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Medan dan pada tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk
Bersama. Penulis memilih minat studi Ilmu Tanah, Program Studi
Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai koordinator umum
UKM KMK St. Albertus Magnus USU periode 2011-2012, koordinator seksi
humas Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) periode
2011-2012, dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air
pada tahun 2013.
Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat (
Sargassum
polycystum
) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K
Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada kedua
orang
tua
yang
membesarkan
dan
mendidik
penulis
selama
ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Alida Lubis, MS. dan
Ir. Posma Marbun, MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai saran dan bimbingan berharga kepada
penulis.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, kepada teman-teman
Agroekoteknologi dan Ilmu Tanah 2009 yang telah membantu selama penelitian
berlangsung, dan pihak-pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2014
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ...
i
ABSTRACT
...
ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penulisan ... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jagung ... 5Ultisol ... 6
Nitrogen ... 7
Fosfor ... 8
Kalium ... 10
Kompos Ganggang Cokelat ... 11
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 15
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Pembuatan Kompos ... 16
Persiapan Media Tanam ... 17
Penanaman ... 17
Aplikasi perlakuan ... 17
Pemanenan ... 17
Parameter Pengamatan ... 18
Analisis Tanah ... 18
Tinggi Tanaman ... 18
Bobot Kering Tajuk ... 18
Bobot Kering Akar ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman ... 19
Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot ... 20
Bobot Kering Tajuk ... 21
Bobot Kering Akar ... 22
Kemasaman (pH) Tanah ... 23
C-organik Tanah ... 25
N-total Tanah ... 26
P-tersedia Tanah ... 27
K-tukar Tanah ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 30
Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi Perlakuan ... 19
2. Rataan Bobot Tongkol Dengan Kelobot Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi Perlakuan ... 20
3. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi Perlakuan .... 22
4. Rataan Bobot Kering Akar Tanaman Jagung Yang Dipengaruhi Perlakuan ... 23
5. Rataan Kemasaman (pH H2O) Tanah Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan ... 24
6. Rataan C-organik Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan ... 25
7. Rataan N-total Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan ... 27
8. Rataan P-tersedia Ultisol Yang Dipengaruhi Perlakuan ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Data Analisis Awal Ultisol Kwala Bekala ... 33
2. Data Analisis Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum) ... 33
3. Deskripsi Jagung Pioneer 29 ... 34
4. Tinggi Tanaman 2MST ... 35
5. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 35
6. Tinggi Tanaman 3 MST ... 35
7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 36
8. Tinggi Tanaman 4 MST ... 36
9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 36
10. Tinggi Tanaman 5 MST ... 37
11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 37
12. Tinggi Tanaman 6 MST ... 37
13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 38
14. Tinggi Tanaman 7 MST ... 38
15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST ... 38
16. Bobot Tongkol Dengan Kelobot ... 39
17. Daftar Sidik Ragam Tongkol Dengan Bobot Kelobot ... 39
18. Bobot Kering Tajuk ... 39
19. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 40
20. Bobot Kering Akar ... 40
21. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar ... 40
22. Data Analisis pH Tanah ... 41
23. Daftar Sidik Ragam Analisis pH Tanah ... 41
24. Data Analisis C-organik Tanah ... 41
25. Daftar Sidik Ragam Analisis C-organik Tanah ... 42
26. Data Analisis N-total Tanah ... 42
27. Daftar Sidik Ragam Analisis N-total Tanah ... 42
28. Data Analisis P-tersedia Tanah ... 43
29. Daftar Sidik Ragam Analisis P-tersedia Tanah ... 43
30. Data Analisis K-tukar Tanah ... 43
31. Daftar Sidik Ragam Analisis K-tukar Tanah ... 44
33. Kriteria Penilaian Sifat-sifat Tanah ... 45
34. Foto Supervisi Lapangan Oleh Komisi Pembimbing ... 45
35. Foto Tanaman Jagung Saat Panen ... 46
ABSTRAK
HENDRA JAWA SIHOTANG: Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat
(
Sargassum polycystum
) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N,
P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung. Dibimbing oleh
Ir. Alida Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos ganggang
cokelat (
Sargassum polycystum
) yang diperkaya dengan pupuk N, P, dan K
terhadap sifat kimia tanah inseptisol dan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan
pada Bulan Juni – Oktober 2013 menggunakan rancangan acak kelompok non
faktorial, dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan yaitu P0 (kompos ganggang cokelat
tanpa diperkaya), P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 (kompos diperkaya urea taraf dosis
2g dan 4g, SP36 taraf dosis 2g dan 4g, KCl taraf dosis 0,5g dan 1g). Diaplikasikan
sebelum masa vegetatif (saat mengolah tanah) dan awal masa generatif.
Parameter yang diamati adalah (pH H
2O), C-organik, N-total, P-tersedia,
K-dd, tinggi tanaman, bobot kering akar dan tajuk, serta bobot segar tongkol dengan
kelobot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos ganggang cokelat yang
diperkaya nyata mempengaruhi pH H
2O, K-dd tanah, tinggi tanaman dan bobot
tongkol dengan kelobot. Dosis terbaik adalah P5 (kompos ganggang cokelat
diperkaya urea 4g, SP36 2g, dan KCl 0.5g aplikasi pada awal masa vegetatif dan
urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g aplikasi pada awal masa vegetatif) terhadap bobot
segar tongkol dengan kelobot serta bobot kering tajuk tanaman jagung.
ABSTRACT
HENDRA JAWA SIHOTANG: Application of Brown Algae Compost
(Sargassum polycystum) Enriched With Various N, P and K Fertilizer Dosage
Against Inceptisol Chemical Properties and Maize. Supervised by Ir. Alida
Lubis, MS. dan Ir. Posma Marbun MP.
This research aimed to determine the effect of brown algae compost
(Sargassum polycystum) enriched with various N, P and K fertilizer dosage
against inceptisol chemical properties and maize. This research was conducted in
June – October 2013 using non-factorial randomized block design, with 7
treatment and 4 replication. That is P0 (not enriched brown algae compost), P1,
P2, P3, P4, P5, and P6 (compost enriched urea 2g and 4g dosage level, SP36 2g
and 4g dosage level, KCl 0,5g and 1g dosage level). Applied before the vegetative
period (when beginning to cultivate the land) and before the generative period.
Parameters measured were pH (H
2O), C-organic, N-total, P-available,
K-exchange, plant height, dry weight of roots and canopy, and cob with cornhusk
weight.
The results showed that brown algae enriched compost significantly affect
the pH (H
2O), K-exchange soil, plant height and cob with cornhusk. The best
dosage is P5 (brown algae compost enriched with urea 4g, SP36 2g, and KCl
0,5g application on early vegetatif and urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g application
at the end of vegetative period) against cornhusk cob weight and dry weight of
maize plant canopy.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatkan kesuburan dengan cara pemberian pupuk ke dalam tanah merupakan salah satu usaha di samping usaha-usaha lainnya dalam memenuhi kebutuhan tanaman. Seiring dengan berjalannya waktu, permasalahan yang dihadapi dalam program pemupukan adalah pasokannya yang terbatas, dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik. Untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik, maka tambahan pupuk organik secara berkesinambungan sangat penting dalam meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik sekaligus dapat meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan dan hasil tanaman.
Ganggang cokelat (Sargassum polycystum) tampaknya menjadi bahan yang memungkinkan untuk dijadikan pupuk organik. Selain karena ketersediaannya yang cukup melimpah di garis pantai Indonesia yang sangat panjang, ganggang cokelat yang telah dijadikan kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah. (Eyras, dkk, 1998). Ganggang cokelat yang telah dijadikan kompos mengandung 1,34 % N-total, 0,1 % P2O5, dan 0,95 % K2O.
Kombinasi pupuk juga akan memberikan hasil yang berbeda bagi tanaman. Dari hasil penelitian Hermanudin,dkk (2012), pengaruh kombinasi masing-masing pupuk tungggal terhadap tinggi tanaman masa vegetatif memperlihatkan bahwa kombinasi pupuk tunggal P+K (-N) memberikan pengaruh paling rendah. Sedangkan kombinasi pupuk tunggal N+P (-K) memberikan pengaruh paling tinggi dibandingkan dengan pupuk N+K (-P) dan N+P+K (lengkap). Ini menunjukkan bahwa N sangat diperlukan pada masa vegetatif tanaman dalam menunjang pertumbuhan tanaman.
Reaksi antar unsur hara dalam tanah juga dapat mempengaruhi keadaan tanaman. Penambahan unsur hara tertentu saja dapat meningkatkan pengurasan unsur hara lain, sehingga apabila hal ini terus dilakukan akan terjadi ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Winarso (2005) menyatakan bahwa penambahan unsur N dapat meningkatkan serapan K oleh tanaman. Peningkatan serapan K ini mengakibatkan unsur K di dalam tanah cepat terkuras, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan kadar unsur K dengan kadar unsur hara yang lain. Ini menunjukkan bahwa untuk memberikan hasil yang optimal, diperlukan dosis kombinasi yang tepat.
Penambahan pupuk anorganik dalam proses pengomposan belum dapat dibuktikan bahwa dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, Namun menurut pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) penambahan pupuk dalam pembuatan kompos dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos, dan juga dapat menetralisaai kemasaman, misalnya dengan menambahkan kapur yang sekaligus dapat menambah hara Ca, K, dan Mg.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti aplikasi kompos ganggang cokelat (Sargassum polycystum) diperkaya dengan berbagai kombinasi dosis pupuk N, P, dan K terhadap sifat kimia inseptisol dan tanaman jagung.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos ganggang cokelat yang diperkaya pupuk N, P dan K terhadap beberapa sifat kimia inseptisol dan pertumbuhan serta produksi tanaman jagung.
Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh kompos ganggang cokelat dengan pengkayaan berbagai macam dosis pupuk tunggal N, P, dan K terhadap sifat kimia inseptisol serta pertumbuhan dan produksi jagung.
Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotip, lama penyinaran, dan suhu (Subekti, dkk, 2011).
Tanaman jagung dapat hidup 0-3000 m dpl, temperatur 21-320C, curah hujan 600-1500 mm /3-5 bulan, pH 5,0-8,0 (optimum 6,0-7,0), struktur tanah gembur/remah, jika kemiringan lahan > 14 % perlu teras-teras dan masa pertumbuhan 110-150 hari (Lahuddin dan Damanik, 2005).
Pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman jagung adalah pupuk organik 20 ton/ha, urea 300-350 kg/ha, TSP 100-200 kg/ha, KCl 50-200 kg/ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton/ha pupuk organik, 100 kg/ha urea, 100 kg TSP dan 25 kg/ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 28-30 hari setelah tanam berupa urea 200kg/ha, dan 25 kg/ha KCl (Kementerian Pertanian, 2011).
dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Subekti, dkk, 2011).
Inseptisol
Inseptisol merupakan tanah yang belum matang dengan perkembangan profil
yang lebih lemah dibandingkan dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya. Beberapa inseptisol terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan
dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah. Beberapa inseptisol dapat diduga
arah perkembangannya ke Ultisol, Alfisol atau tanah-tanah yang lain. Mineral liat yang
dominan yaitu kaolinit (tipoe 1:1). Sifat mineral ini yaitu masing-masing unit melekat
dengan unit lain oleh ikatan H, sehingga tidak mudah mengembang dan mengkerut.
(Hardjowigeno, 1993).
Inseptisol terjadi pada semua jenis iklim dan mudah mengalami pencucian
sehingga dapat kehilangan unsur hara dan merosotnya kandungan bahan organik.
Kehilangan unsur hara secara berlebihan di daerah perakaran menyebabkan kemerosotan
kesuburan tanah sehingga tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan
produktivitas menjadi sangat rendah (Sarief, 1985).
Nitrogen (N)
Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam dalan bentuk ion NH4+ (amonium) dan ion NO3- (nitrat). Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman dalam bentuk panenan setiap musim cukup banyak (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
-akan melepaskan H+ (persamaan reaksi nitrifikasi) sehingga akan menurunkan pH tanah. Selain itu, NO3- merupakan faktor utama yang berhubungan dengan pencucian ion-ion basa seperti Ca2+, Mg2+ dan K+. Ion nitrat dan basa-basa tersebut tercuci secara bersama-sama, yang akhirnya akan meninggalkan tapak-tapak pertukaran di dalam tanah yang bermuatan negatif. Selanjutnya tapak-tapak pertukaran tersebut diganti H+ yang dapat menurunkan pH tanah. (Winarso, 2005)
Tanaman yang tumbuh harus mengandung N untuk membentuk sel-sel baru. Fotosintesis menghasilkan karbohidrat dari CO2 dan H2O namun proses tersebut tak dapat berlangsung untuk menghasilkan protein, asam nukleat, dan sebagainya bilamana N tidak tersedia. Dengan demikian, jika terjadi kekurangan N yang hebat akan menghentikan proses pertumbuhan dan reproduksi. Kekurangan N adalah salah satu penyebab tanaman menjadi kerdil. Tanaman dapat menyerap N dalam jumlah berlebihan, terutama bila beberapa faktor lainnya seperti fosfor, kalium atau suplai air tidak cukup. Pemberian P dan K dalam dosis tinggi dapat menghindari sukulen dan penundaan pemasakan karena kelebihan N. (Nyakpa, dkk, 1988)
Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial tanaman. Fungsi penting fosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpangan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor dapat meningkatkan kualitas buah, sayuran dan biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. Selain itu P sangat penting dalam transfer sifat-sifat menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen (Winarso, 2005).
Pada umumnya fosfor dalam tanah kebanyakan terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Tanaman menyerap hara fosfor dalam bentuk ion orthofosfat yakni H2PO4-, HPO42-, dan PO43- dimana jumlah dari masing-masing bentuk sangat bergantung pada pH tanah. Pada tanah-tanah yang bereaksi masam lebih banyak dijumpai bentuk H2PO4- dan pada tanah alkalis adalah bentuk PO43-. Pada tanah masam kelarutan daripada unsur Al, Fe dan Mn sangat tinggi sehingga mereka cenderung mengikat ion-ion fosfat menjadi fosfat tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Sedangkan pada tanah alkalis, fosfat yang larut dapat berubah menjadi fosfat yang tidak larut, karena diikat oleh ion kalsium. Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, oksalat, tartarat, malat dan asam malonat. Asam organik tersebut menghasilkan anion yang akan mengikat Al, Fe dan Ca. Dengan demikian diharapkan konsentrasi Al,, Fe, dan Ca yang bebas dalam larutan tanah berkurang jumlahnya. (Nyakpa, dkk, 1988).
P2O5 nya lebih rendah yakni 36% yang dikenal dengan nama SP 6 atau Superfosfat 36. Sifat fisik dan kimiawi dari SP 36 tidak jauh berbeda dengan pupuk TSP (Damanik, dkk, 2011).
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Ketersediaan kalium di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe koloid tanah, suhu, pH tanah dan pelapukan. Hubungan antara pH tanah dengan jumlah K-dd adalah berlawanan. Ini dimaksud bahwa fiksasi kalium terjadi pada pH tanah tinggi, sehingga pada pH tanah tersebut kalium dapat dipertukarkan menjadi rendah. Ini dapat disebabkan dengan menambah pH tanah atau menambah kalsium menyebabkan komplek adsorpsi jenuh dengan kalsium. Dengan demikian, kalium akan lebih banyak diikat karena kalsium akan berikatan dengan Cl, jika pupuk yang diberikan KCl, sehingga K-dd akan berkurang dalam tanah. Sebaliknya pada pH rendah K-dd cukup tinggi karena fiksasi kalium relatif rendah. Atau mungkin dikarenakan adanya montmorilonit yang membebaskan aluminium dari kisinya, sehingga menyebabkan ruang antar lapisan akan merekah yang memungkinkan kalium bebas keluar masuk (Nyakpa, dkk, 1988).
60 sistem enzim yang mengatur reaksi-reaksi kecepatan pertumbuhan tanaman, dan berpengaruh dalam efisiensi penggunaan air (Winarso, 2005).
Salah satu pupuk kalium adalah Muriate of Potash (MOP) dengan rumus kimia KCl. Berbentuk kristal merah dan adapula yang berwarna putih kotor. Pupuk ini larut dalam air. Bila dimasukkan dalam tanah pupuk ini akan terionisasi menjadi ion K+ dan ion Cl-. Pupuk ini bereaksi asam lemah dan sedikit higroskopis Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah (Damanik, dkk, 2011).
Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum)
Indonesia yang memiliki garis pantai yang cukup panjang sehingga memiliki potensi persebaran jenis ganggang cokelat. Salah satu jenis ganggang cokelat yang banyak tumbuh di Indonesia adalah marga sargasum. Menurut Kadi (2005) di perairan Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis algae sargassum dan yang telah dikenal mencapai 12 jenis dan tumbuh sepanjang tahun.
Kompos rumput laut tampaknya menjadi teknologi yang memungkinkan, selain itu juga mampu mengatasi masalah penting bagi lingkungan sekitar pantai, ini juga memberi kontribusi dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan pertanian yang miskin mikroorganisme dan unsur hara. Di daerah yang kekurangan air seperti Patagonia, penambahan kompos pada tanah lempung berpasir yang digunakan secara intensif untuk pertanaman hortikultura terbukti baik sebagai amandemen yang meningkatkan sifat fisik dan unsur hara tanah. Selain meningkatkan produksi tanaman kompos rumput laut juga meningkatkan kapasitas tanah mengikat air dan ketahanan tanaman terhadap stress air (Eyras, dkk, 1998).
mg/kg bobot kering, hara K sekitar 39,3 g/kg bobot kering serta kandungan Ca dan Mg yang masing – masing sekitar 3,15 dan 0,35 g/100g bobot.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kompos adalah:
1. Kelembaban timbunan bahan kompos: Kegiatan dan kehidupan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering atau basah. 2. Aerasi timbunan: Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu
anaerob, maka mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja. Sedangkan, bila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan yang dikomposkan sehingga menyebabkan hilangnya nitrogen relative banyak karena menguap berupa NH3.
3. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60oC). Pada suhu yang terlalu tinggi, mikrobia mati atau sedikit yang hidup. Untuk menurunkan temperatur, umumnya dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos.
4. Suasana: Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak netralisasi kemasaman atau dengan menambah bahan pengapuran yang sekaligus menambah hara Ca, K, dan Mg.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dimulai dari Bulan Juni 2013 hingga Oktober 2013, kemudian analisis dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari Bulan November 2013 hingga Desember 2013.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Ultisol dari Lahan Arboretum Kampus Baru USU sebagai media tumbuh jagung, ganggang cokelat
(Sargassum polycystum) sebagai bahan dasar pembuatan kompos, pupuk urea, SP36,
KCl, sebagai bahan perlakuan, benih jagung varietas Pioneer 29 sebagai bahan tanaman indikator dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam analisis.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer untuk mengukur kadar P-tersedia tanah, Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) untuk mengukur kadar K-dd, Kjedhaltherm sebagai alat pendestruksi saat menganalisis N-total, pH meter untuk mengukur kemasaman tanah, timbangan analitik untuk menimbang pupuk, cangkul untuk mengambil sampel tanah, ayakan untuk mengayak tanah, dan alat lain yang diperlukan dalam menganalisis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan formula pupuk campuran (f) yaitu: f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Pupuk campuran dengan masing-masing formula tersebut dicampurkan dalam proses pengomposan. Setelah jadi, kompos yang dihasilkan tersebut dibuat dalam 7 perlakuan (P) yaitu:
1. P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 2. P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 3. P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 4. P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 5. P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 6. P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 7. P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) Jumlah ulangan : 4
Sehingga didapat 7 x 4 = 28 unit percobaan
Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam rancang acak kelompok (RAK) non faktorial dengan model linier sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj +∑ij
dimana :
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke –i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh ulangan ke-j
∑ij = pengaruh galat dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Kompos
Dibuat larutan aktivator dengan melarutkan larutan inti aktivator 1 L dan gula 1 kg dalam air sumur sebanyak 50 L. Ganggang cokelat yang sudah dikumpulkan, dilakukan proses pelayuan, pencincangan, disebar dalam wadah yang telah diberi lubang, sebanyak 400 g / formula campuran pupuk (perkiraan penyusutan sebanyak 25 %). Kemudian adonan tersebut ditabur dengan dedak 10 %. Siram larutan aktivator dengan gembor secara perlahan ke dalam adonan secara merata hingga kandungan air mencapai 30-40 % dengan catatan bila adonan dikepal dengan tangan, maka air tidak keluar dan bila kepalan dilepas, maka adonan akan megar. Kemudian adonan ditabur dengan pupuk urea, SP36 (sudah digiling) dan KCl sesuai dengan perlakuan lalu ditutup dengan karung goni. Pertahankan suhu gundukan 40-50 oC. Jika suhu melebihi batas, adonan dibalik kemudian ditutup lagi dengan karung goni. Setelah adonan menunjukkan warna coklat hitam dan tidak berbau serta tidak panas, maka kompos siap digunakan. Kompos kemudian dianalisis C-organik, N-total, pH, P2O5, dan K2O.
Persiapan Media Tanam
Tanah inseptisol diambil dari Lahan Arboretum USU Kuala Bekala pada kedalaman 0-20 cm dari atas permukaan tanah. Tanah tersebut dikering udarakan lalu diayak dengan ayakan 10 mesh. Kemudian dilakukan pengukuran kadar air (% KA), kapasitas lapang (% KL), pH, C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd. Setelah itu, tanah dimasukkan ke dalam polibag setara dengan 10 kg tanah kering oven.
Penanaman
Aplikasi Perlakuan
Masing-masing kompos yang telah jadi, diaplikasi sebanyak hasil yang didapat dari pembuatan kompos pada saat 2 minggu sebelum penanaman (sebelum memasuki masa vegetatif) dan saat setelah baru muncul bakal bunga jantan (awal masa generatif). Aplikasi dilakukan dengan sistem tugal.
Pemanenan
Panen dilakukan setelah tongkol telah matang fisiologis pada umur 100 HST. Bagian tanaman yang dipanen meliputi tajuk dan tongkol dengan kelobot.
Pengamatan parameter
Analisis Tanah
Untuk analisis tanah dilakukan setelah pemanenan yang meliputi: 1. pH (H2O) tanah melalui metode Elektrometri
2. C-organik (%) melalui metode (Walkey and Black) 3. N-total melalui metode Kjeldhal
4. P-tersedia melalui metode Bray II 5. K-dd, melalui metode NH4OAc
Tinggi Tanaman
Pengukuran dilaksanakan mulai 2 MST dan dilakukan setiap minggu sampai memasuki akhir masa vegetatif jagung (saat bunga betina mulai muncul)
Bobot Kering Tajuk Tanaman
Bobot kering tajuk tanaman dihitung setelah tanaman dipanen.
Bobot Kering Akar Tanaman
Bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman dipanen.
Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Analisis sidik ragam pada Lampiran 15 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Jagung 7 MST (cm) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan
P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 157.73 c B P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 181.85 b AB P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 203.28 ab A P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 205.65 a A P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 194.23 ab A P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 199.88 ab A P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 195.95 ab A
Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan uji DMRT.
- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Jagung
berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan, P3 hanya berbeda nyata dengan P0 dan P1. Ini menunjukkan bahwa pemakaian urea yang tinggi di setiap waktu aplikasi (awal vegetatif dan awal generatif) sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini diperkuat dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan bahwa kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi kekurangan N akan menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil serta tanaman akan lebih cepat masak.
Bobot Segar Tongkol dengan Kelobot (g)
Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan berbeda nyata terhadap bobot tongkol dengan kelobot tanaman jagung. Hasil uji beda rataan pengaruh perlakuan terhadap bobot tongkol dengan kelobot dapat disajikan dalam Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Rataan Segar Bobot Tongkol dengan Kelobot Tanaman Jagung (g) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 88.28 c C
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 149.56 b B P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 183.50 ab AB P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 172.71 ab AB P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 170.57 ab AB P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 203.29 a A P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 158.96 b AB
Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan uji DMRT.
- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
[image:30.595.111.521.388.642.2]- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
dapat memberikan hasil yang kurang optimum untuk tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, bila dosis terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan bila dosis terlalu banyak dapat mengganggu kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman.
Perlakuan kedua (P2) memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan perlakuan ketiga (P3) yang ditandai dengan rataan bobot segar tongkol dengan kelobot yang lebih besar (P3 = 183,5 g dan P3 = 172,71 g). Ini menunjukkan bahwa peningkatan dosis urea pada waktu aplikasi awal generatif menyebabkan penurunan hasil. Ini dapat disebabkan oleh dampak negatif dari nitrogen yang dapat memperpendek masa generatif tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan kelebihan N akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi akan memperpendek masa generatif, yang akhirnya justru menurunkan produksi atau menurunkan kualitas produksi tanaman.
Bobot Kering Tajuk (g)
Tabel 3. Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman Jagung (g) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 40.968
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 62.493 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 67.205 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 76.765 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 71.778 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 82.603 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 67.633
Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk. Meskipun demikian, terlihat bahwa P0 memberikan hasil terendah sedangkan P5 memberikan hasil tertinggi terhadap berat kering tajuk. Ini menunjukkan bahwa pupuk kompos yang dicobakan dalam perlakuan hanya memberikan pengaruh yang kecil, sedangkan jika diberikan bahan tambahan berupa pupuk anorganik dapat lebih meningkatkan berat kering tajuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa salah satu kekurangan pupuk organik adalah memiliki kandungan hara yang kecil.
Bobot Kering Akar (g)
Tabel 4. Rataan Bobot Kering Akar Tanaman Jagung (g) Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 11.578
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 20.578 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 21.525 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 18.250 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 19.255 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 20.835 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 20.853
Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa seluruh perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering akar tanaman jagung. Tetapi antara perlakuan hanya kompos (P0) dan perlakuan kompos + pupuk anorganik (P1 sampai P6) menunjukkan perbedaan yang cukup jauh. Ini menunjukkan bahwa pupuk kompos (pupuk organik) tidak cukup dalam mengoptimalkan hasil. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994) yang menyatakan bahwa pupuk anorganik memiliki kandungan hara yang lengkap namun memiliki kandungan unsur hara yang rendah dan lambat tersedia. Selain itu, pupuk anorganik dapat meningkatkan sifat fisik dan biologi tanah
Kemasaman (pH) Tanah
Tabel 5. Rataan Kemasaman (pH H2O) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 4.940 b B
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 4.790 d C P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 4.703 c D P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 4.640 e E P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 4.740 c CD P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 4.968 b B P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 5.510 a A
Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan DMRT.
- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Kelihatan bahwa pH tanah pada perlakuan P0 (hanya kompos) mengalami penurunan pada perlakuan P1, P2, dan P3. Kemudian mengalami kenaikan pada perlakuan P4, P5 dan P6. Hal ini mungkin dikarenakan pemakaian pupuk N (urea) pada P1 dan terus meningkat pada P3 sehingga menyebabkan penurunan pH. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarso (2005) yang menyatakan bahwa pemupukan N dengan frekuensi atau dosis lebih besar akan menyebabkan keasaman tanah lebih besar. Sedangkan pada P4, P5 dan P6 ada peningkatan pemakaian pupuk SP36 dan KCl yang dapat meningkatkan pH. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh rumus kimia pupuk SP36 (Ca(H2PO4)2) mempunyai kation basa Ca dan KCl mempunyai kation basa K sehingga dapat meningkatkan kation-kation basa yang terdapat dalam larutan tanah yang sekaligus dapat meningkatkan pH. Hal ini didukung pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa kehilangan kation-kation basa merupakan salah satu penyebab kemasaman tanah.
[image:34.595.117.518.111.231.2]dkk (1988) yang menyatakan bahwa pengendalian kelarutan Al sebetulnya dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di antaranya adalah dengan menaikkan pH melalui pengapuran, pengikatan Al dengan penambahan pupuk P yang banyak, dan khelat Al dengan penambahan bahan organik.
C-organik Tanah (%)
Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam pH tanah (Lampiran 25) terlihat bahwa C-organik tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Rataan C-organik (%) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 0.450
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 0.518 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 0.555 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 0.540 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 0.563 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 0.573 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 0.570
Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Perlakuan yang dicobakan berpengaruh tidak nyata terhadap rataan C-organik tanah ultisol. Ini disebabkan karena pemberian pupuk kompos yang sama jumlahnya pada tiap perlakuan sehingga C-organik yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan yang nyata antara perlakuan yang satu dengan yang lain.
[image:35.595.116.523.310.509.2]CO2 dan menguap ke udara. Sedangkan hara yang dipakai oleh mikroorganisme tadi akan kembali lagi ke tanah jika mikroorganismenya mati. Ini didukung oleh pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi akan diserang oleh mikrobia untuk memperoleh energi. Hara menjadi tidak tersedia karena telah dimanfaatkan oleh mikrobia untuk tumbuh dan berkembang (immobilisasi). Tetapi, bila mikrobia mati akan menghasilkan produk sampingan berupa jaringan tubuhnya dan terurai menjadi hara kembali (mineralisasi).
N-total Tanah (%)
[image:36.595.112.520.385.582.2]Hasil analisis sidik ragam untuk parameter N-total tanah ultisol (Lampiran 27) menunjukkan bahwa perlakuan pengekstrak berpengaruh tidak nyata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Rataan N-total (%) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 0.180
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 0.088 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 0.583 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 0.850 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 0.578 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 0.493 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 0.843
Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
dalam jumlah yang berlebihan bila beberapa faktor misalnya fosfor, kalium dan pasokan air yang tidak cukup.
P-tersedia Tanah (ppm)
Hasil analisis sidik ragam untuk parameter P-tersedia tanah ultisol (Lampiran 29) menunjukkan bahwa seluruh perlakuan berpengaruh tidak nyata. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Rataan P-tersedia (ppm) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 5.905
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 6.078 P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 6.158 P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 6.153 P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 6.233 P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 6.238 P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 6.265
Keterangan: - f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Dari Tabel 8 dapat dilihat seluruh perlakuan berpengaruh tidak nyata
terhadap P-tersedia tanah. Meskipun demikian, P-tersedia tanah meningkat dari P0
ke P6 walaupun mengalami penurunan pada P2. Ini dapat dikarenakan
penambahan hara N (pemakaian pupuk urea dosis 4g) pada P3 dapat menambah
penyerapan hara P. Hal ini didukung oleh pendapat Winarso (2005) yang
menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan N dapat meningkatkan serapan P.
Hal ini disebabkan bahwa pemberian N atau peningkatan jumlah N dalam tanah
[image:37.595.113.516.263.457.2]K-tukar Tanah (m.e/100g)
[image:38.595.111.515.215.335.2]Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam pH tanah (Lampiran 31) terlihat bahwa K-tukar tanah ultisol nyata dipengaruhi oleh perlakuan. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Rataan K-tukar (m.e/100g) Tanah Yang Dipengaruhi Pemberian Kompos Ganggang Cokelat Diperkaya dan Tanpa Diperkaya
Perlakuan Rataan P0 : Awal vegetatif (f1) – Awal generatif (f1) 0.437 bc AB
P1 : Awal vegetatif (f2) – Awal generatif (f2) 0.447 bc AB P2 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f2) 0.398 c B P3 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f3) 0.421 bc B P4 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f4) 0.428 bc B P5 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f5) 0.464 ab AB P6 : Awal vegetatif (f3) – Awal generatif (f6) 0.519 a A
Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, berbeda tidak nyata pada P = 0.05 atau P = 0.01 dengan DMRT.
- f1 = kompos ganggang cokelat 400 g (tanpa diperkaya)
- f2 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f3 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 4 g + SP36 2 g + KCl 0,5 g - f4 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 0,5 g - f5 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 2 g + KCl 1 g - f6 = kompos ganggang cokelat 400 g + urea 2 g + SP36 4 g + KCl 1 g
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa K-tukar tanah meningkat dari P0 hingga
P1 kemudian turun pada P2, lalu meningkat terus hingga P6. Dan dari hasil uji
sidik ragam, P2 berbeda nyata dengan P5 dan P5 juga tidak berbeda nyata dengan
P6. Ini mungkin dikarenakan peningkatan unsur hara lain seperti N akan
menambah serapan K sehingga K-tukar tanah menjadi kecil. Hal ini sesuai dengan
pendapat Damanik, dkk (2011) yang menyatakan bahwa pemupukan hara nitrogen
dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Perlakuan aplikasi pupuk kompos ganggang cokelat yang diperkaya dengan
pupuk anorganik N, P, dan K hanya mampu memperbaiki parameter tinggi
tanaman dan bobot tongkol dengan kelobot tanaman jagung, serta pH dan
K-tukar tanah
2.
Perlakuan kompos ganggang cokelat yang diperkaya dengan pupuk
anorganik urea 4g, SP36 2g, dan KCl 0.5g aplikasi pada awal vegetatif dan
urea 2g, SP36 2g, dan KCl 1g aplikasi pada akhir vegetatif (P5) merupakan
dosis terbaik dalam meningkatkan hasil tanaman jagung (bobot tongkol
dengan kelobot dan bobot kering tajuk).
3.
Perlakuan kompos ganggang cokelat yang diperkaya dengan pupuk
anorganik urea 4g, SP36 2g, dan KCl 0.5g aplikasi pada awal vegetatif dan
urea 2g, SP36 4g, dan KCl 1g aplikasi pada akhir vegetatif (P6) merupakan
dosis terbaik dalam meningkatkan kandungan hara dalam tanah (N-total,
P-tersedia, dan K-tukar).
4.
Perlakuan kompos ganggang cokelat tanpa diperkaya pupuk anorganik (P0)
merupakan perlakuan yang memberikan pengaruh terendah terhadap
jagung, maupun kandungan hara tanah.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh pengkayaan
pupuk anorganik terhadap sifat-sifat kimia, fisika dan biologi pupuk kompos
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, M. M. B, B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum., 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukkan. USU Press, Medan
Eyras, M. E., C. M. Rostagno
dan G. E. Defossé., 1998. Biological Evaluation Of
Seaweed Composting
.
Universidad Nacional de la Patagonia. Argentina. J. Agricultrue.,16:119-124Foth, H. D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adi Soemarto. Edisi keenam. Erlangga, Jakarta
Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta
Hermansuddin, Nurdin, Fitriah, dan S. Jamin., 2012. Uji Kurang Satu Pupuk N, P, dan K terhadap Pertumbuhan Jagung di Dutohe Kabupaten Bone Bolango. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jatt/article/download.pdf. Diunduh tanggal 15 Mei 2013
Kadi, A., 2005. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum
Diperairan
Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta.
Kementerian Pertanian Dirjen Tanaman Pangan Direktorat Budidaya Seralia.,
2011. Teknologi Budidaya Jagung. Jakarta. Diakses dari
http://tanamanpangan.deptan.go.id tanggal 11 Februari 2014
Lahuddin Musa dan MMB Damanik., 2005. Persyaratan Tumbuh dan Pemupukan Tanaman. Materi Penyuluhan Bidang Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan
Mageswaran, R dan S. Sivasubramaniam., 1984. Mineral And Protein Content Of Some Marine Algae From Coastal Area Of Northen Sri Lanka. University of jafna. Sri Lanka. J. Natn. Sci. Coun.,12(2):179-189
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia: Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya, Jakarta
Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, G. Amrah, A. Munawar, Go Ban Hong, N. Hakim., 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung
Rosmarkam, A danN. W. Yuwono., 1994. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta Sarief, E.S., 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana, Bandung.
Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, S. Sunarti. 2010. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Diakses dari http://balit-sereal.litbang.deptan.go..id/ ind/bjagung/empat.pdf. tanggal 15 Mei 2013
Sudaryono., 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. J. Tek. Ling 10 (3)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Analisis Awal Tanah Ultisol Kwala Bekala
Parameter Satuan
Hasil
pH (H2O)
4.52
C-organik %
0.26
N-total %
0.04
Rasio C/N
%
6.50
P-tersedia ppm
1.01
K-tukar me/100g
0.62
Na-tukar me/100g
0.04
Ca-tukar me/100g
3.50
Mg-tukar me/100g
1.24
Al-tukar me/100g
1.30
KTK me/100g
18.97
Kejenuhan basa
%
28.47
Kejenuhan Al
%
6.85
Kapasitas Lapang
%
52.21
Lampiran 2. Data Analisis Kompos Ganggang Cokelat (
Sargasum polycystum
) Tanpa
Diperkaya
Parameter
Satuan
Ganggang Cokelat
pH (H2O)
----
8,23
C-organik
N-total
C/N
%
%
----
17,39
1,34
12,98
P
2O
5% 0,10
Lampiran 3. Deskripsi Jagung Pioneer 29
Asal
: Persilangan FX7B445 dengan MX7B445 yang merupakan galur
murni tropis yang dikembangkan oleh Piooner Hi-Bred Thailand,
Inc.
Golongan
: Hibrida silang tunggal (single cross)
Umur
: Dataran rendah
50 % keluar rambut ± 54 hari setelah tanam
Masak fisiologis ± 114 hari setelah tanam
Dataran tinggi
50 % keluar rambut ± 61 hari setelah tanam
Masak fiiologis ± 121 hari setelah tanam
Tinggi tanaman
: Dataran rendah ± 234 cm
Dataran tinggi ± 233 cm
Keseragaman tanaman
: Sangat seragam
Batang :
Kokoh
Warna Batang
: Hijau
Kerebahan
: Tahan rebah
Warna daun
: Hijau tua
Bentuk malai
: Tegak dan terbuka, bercabang
Warna malai (anther)
: Merah jambu
Warna sekam
: Kuning
Warna rambut
: Kuning, ujung merah jambu
Perakaran :
Baik
Bentuk tongkol
: Kerucut
Kedudukan tongkol
: Di pertengahan atas tanaman, dekat dengan batang
Kelobot
: Menutup dengan baik dan rapat
Baris Bij
: Lurus dan rapat
Jumlah baris biji
: ± 14 baris
per tongkol
Warna biji
: Oranye
Tipe Biji
: Mutiara
Berat 1000 butir
: ± 339,6 gram
(KA 15%)
Rata - rata hasil
: 8,1 ton / ha pipilan kering
Potensi hasil
: 10,8 ton / ha pipilan kering
Kandungan karbohidrat : ± 56,0 %
Kandungan protein
: ± 7,5 %
Kandungan lemak
: ± 4,0 %
Ketahanan terhadap
: Tahan terhadap penyakit busuk tongkol Gibberella, agak tahan
terhadap penyakit busuk tongkol Diplodia, tahan terhadap
penyakit bercak daun kelabu (Grey Leaf Spot) dan hawar daun
Northern Leaf Blight.
Keterangan
: Cocok dtanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian < 300
m dpl dan beradaptasi baik di lahan marginal.
Pemulia
: Emmanuel Serrano dan Febri Hendrayana.
Pengusul
: PT. DuPont Indonesia.
Lampiran 4. Tinggi Tanaman 2 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III IV
---cm---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
22.5 37.8 37.2 47.0 144.5
36.1
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
43.0 22.5 39.0 25.5 130.0
32.5
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
28.7 37.3 43.6 36.1 145.7
36.4
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
44.4 48.6 44.3 34.3 171.6
42.9
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
47.2 31.8 43.0 39.5 161.5
40.4
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
36.0 30.7 45.5 41.0 153.2
38.3
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
41.2 42.6 38.6 49.5 171.9
43.0
TOTAL
263.0 251.3 291.2 272.9 1078.4
269.6
Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
122.271
40.757
0.716
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6 355.544
59.257
1.041
tn
2.661
4.015
Galat
18
1024.739
56.930
Total 27
1502.554
FK 41533.806
KK 2.799
Lampiran 6. Tinggi Tanaman 3 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
IV
---cm---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
49.1 61.0 64.5 64.6
239.2
59.8
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
68.7 42.5 66.7 57.5
235.4
58.9
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
61.2 67.8 79.2 69.2
277.4
69.4
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
75.0 84.2 77.8 66.4
303.4
75.9
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
78.6 64.2 73.6 67.2
283.6
70.9
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
65.3 56.2 72.3 74.1
267.9
67.0
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
69.8 71.8 74.5 87.2
303.3
75.8
Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
289.567
96.522
1.530
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6
1139.022
189.837
3.009 *
2.661 4.015
Galat
18
1135.538
63.085
Total 27
2564.127
FK 130316.573
KK 11.642
Lampiran 8. Tinggi Tanaman 4 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
IV
---cm---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
82.0
96.0 91.3 92.2 361.5 90.4
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
99.2
59.0 101.2 94.6 354.0 88.5
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
98.7
106.2 115.0 106.8 426.7 106.7
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
118.2
118.3 116.5 99.8 452.8 113.2
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
117.6
95.6 104.2 103.0 420.4 105.1
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
110.8
90.1 109.6 105.6 416.1 104.0
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
99.3
111.0 110.8 123.2 444.3 111.1
TOTAL 725.8
676.2
748.6
725.2
2875.8
102.7
Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
398.953
132.984
1.153
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6 2229.009
371.501
3.222
* 2.661 4.015
Galat
18
2075.697
115.317
Total 27
4703.659
Lampiran 10. Tinggi Tanaman 5 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III IV
---cm---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
99.8
116.2 110.2 113.6 439.8 110.0
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
120.5
83.5 124.5 120.0 448.5 112.1
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
125.8
131.0 137.8 127.3 521.9 130.5
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
143.8
142.3 143.6 123.2 552.9 138.2
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
145.5
118.3 130.6 129.2 523.6 130.9
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
134.2
116.7 133.2 126.8 510.9 127.7
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
123.3
137.3 130.2 151.0 541.8 135.5
TOTAL
892.9
845.3 910.1 891.1 3539.4 126.4
Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
329.376
109.792
0.856
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6
2938.889
489.815
3.819
* 2.661 4.015
Galat
18
2308.594
128.255
Total 27
5576.859
FK 447405.441
KK 8.959
Lampiran 12. Tinggi Tanaman 6 MST
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I II III IV
---cm---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
129.2 140.0 128.8 139.5 537.5 134.4
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
152.8 120.3 161.0 157.0 591.1 147.8
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
164.6 171.0 174.6 164.8 675.0 168.8
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
176.0 175.5 175.3 158.0 684.8 171.2
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
176.2 149.2 159.5 164.0 648.9 162.2
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
172.0 149.6 180.0 155.3 656.9 164.2
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
150.3 168.2 162.5 187.8 668.8 167.2
Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
367.893
122.631
0.787
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6 4320.619
720.103
4.622
** 2.661 4.015
Galat
18
2804.127
155.785
Total 27
7492.639
FK 711370.321
KK 7.831
Lampiran 14. Tinggi Tanaman 7 MST
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II III
IV
---cm---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
154.6
164.5
141.6
170.2 630.9 157.7
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
183.8
151.2
195.2
197.2 727.4 181.8
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
201.5
206.8
203.2
201.6 813.1 203.3
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
211.2
207.8
209.0
194.6 822.6 205.7
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
202.6
183.5
190.2
200.6 776.9 194.2
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
214.2
185.0
216.5
183.8 799.5 199.9
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
171.3
199.2
194.3
219.0 783.8 195.9
TOTAL 1339.2 1298.0 1350.0
1367.0
5354.2
191.2
Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
369.319
123.106
0.554
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6 6678.287
1113.048
5.007
**
2.661 4.015
Galat
18
4001.681
222.316
Total 27
11049.287
Lampiran 16. Bobot Segar Tongkol Dengan Kelobot (g)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II
III
IV
---g---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
97.4
82.5
60.0
113.2 353.1
88.3
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
153.3
119.9
151.6
173.4 598.2
149.6
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
214.4
166.0
169.7
183.9 734.0
183.5
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
187.2
170.1
187.0
146.5 690.8
172.7
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
159.6
150.8
176.1
195.8 682.3
170.6
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
221.6
186.3
243.4
161.8 813.2
203.3
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
131.1
180.4
151.8
172.6 635.8
159.0
TOTAL 1164.6 1055.9
1139.6 1147.2
4507.4
1126.9
Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Tongkol Dengan Kelobot (g)
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
1005.021
335.01
0.540
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6
31789.61
5298.27
8.539
**
2.661 4.015
Galat
18
11169.16
620.51
Total 27
43963.8
FK 725601.252
KK 2.211
Lampiran 18. Bobot Kering Tajuk(g)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I II
III
IV
---g---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
48.3
38.2
41.0
36.4 163.9
41.0
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
66.2
32.5
82.7
68.6 250.0
62.5
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
79.1
65.0
66.0
58.8 268.8
67.2
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
71.0
70.5
85.4
80.2 307.1
76.8
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
74.4
44.5
71.9
96.4 287.1
71.8
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
97.1
72.4
101.5
59.4 330.4
82.6
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
37.0
64.2
45.9
123.6 270.5
67.6
Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk (g)
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3 1471.222
490.407
1.182 tn 3.160 5.092
Perlakuan 6 4240.162
706.694
1.703 tn 2.661 4.015
Galat
18
7469.272
414.960
Total 27
13180.66
FK 125929.292
KK 4.339
Lampiran 20. Bobot Kering Akar (g)
Perlakuan
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
IV
---g---
P0 : Awal vegetatif (f1) – Akhir vegetatif (f1)
7.3
14.6
13.6
10.8 46.3
11.6
P1 : Awal vegetatif (f2) – Akhir vegetatif (f2)
19.8
24.9
17.9
19.7 82.3
20.6
P2 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f2)
23.0
15.2
31.0
16.8 86.1
21.5
P3 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f3)
17.6
25.6
15.1
14.6 73.0
18.2
P4 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f4)
14.8
17.3
25.9
19.0 77.0
19.3
P5 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f5)
15.4
18.9
17.3
31.7 83.3
20.8
P6 : Awal vegetatif (f3) – Akhir vegetatif (f6)
10.8
20.0
27.5
25.1 83.4
20.9
TOTAL 108.8
136.5
148.4
137.9
531.5
132.9
Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g)
ANOVA
SK
db
JK
KT
F hitung
F 5%
F 1%
Ulangan
3
122.723
40.908
1.303
tn
3.160
5.092
Perlakuan 6
285.527
47.588
1.515
tn
2.661
4.015
Galat
18
565.302
31.406
Total 27
973.552