• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4.3. PEMBAHASAN UMUM

Pengukuran viskositas Mooney, viskositas intrinsik, bobot molekul, dan kadar nitrogen merupakan faktor kunci yang menentukan perlakuan terbaik. Berdasarkan analisis keragaman dan uji lanjut Duncan terhadap viskositas Mooney, viskositas intrinsik, bobot molekul, dan kadar nitrogen, maka hasil terbaik dari pengujian tersebut dapat digolongkan dalam matriks penentuan perlakuan terbaik. Matriks tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Matriks Penentuan Terbaik

Analisis Nilai Analisis Perlakuan

Viskositas

Mooney

Semakin rendah semakin baik

A1B0, A1B2, A1B3 tidak berbeda nyata, ketiganya adalah perlakuan terbaik

Viskositas Intrinsik

Semakin rendah semakin baik

A1B0, A1B1, A1B2, A1B3 tidak berbeda nyata, keempatnya adalah perlakuan terbaik

Bobot Molekul

Semakin rendah semakin baik

A1B0, A1B1, A1B2, A1B3, A2B0, A2B1, A2B2, A2B3 tidak berbeda nyata, keempatnya adalah perlakuan terbaik

Kadar Nitrogen

Semakin rendah semakin baik

A1B0, A2B1, A3B2, A4B3 tidak berbeda nyata, keempatnya adalah perlakuan terbaik

Perlakuan Terbaik A1B3

Keterangan:

A1 = Lateks Pekat (KKK 58,65 %) A2 = Lateks dengan KKK 40 % A3 = Lateks dengan KKK 25 % A4 = Lateks dengan KKK 10 % B0 = Waktu pemeraman 0 Hari B1 = Waktu pemeraman 1 Hari B2 = Waktu pemeraman 2 Hari B3 = Waktu pemeraman 3 Hari

Berdasarkan matriks penentuan perlakuan terbaik pada Tabel 8 maka perlakuan depolimerisasi dengan bahan baku lateks pekat (KKK 58,65 %) dan waktu pemeraman toluen selama 3 hari dipilih sebagai perlakuan terbaik. Perlakuan tersebut menghasilkan viskositas Mooney sebesar 10,50 (ML(1’+4’) 100 oC), viskositas intrinsik 175,21 , bobot molekul 3,06E+05 , dan kadar nitrogen 0,10 %.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan kemantapan lateks dengan penambahan surfaktan emal dan emulgen, diperoleh hasil bahwa surfaktan emulgen tidak dapat mempertahankan kestabilan lateks yang diberi perlakuan depolimerisasi, sedangkan surfaktan emal dapat mempertahankan kestabilan lateks yang diberi perlakuan depolimerisasi. Dosis surfaktan emal yang dapat mempertahankan kestabilan lateks yang diberi perlakuan depolimerisasi adalah sebesar 1 bsk.

Kadar karet kering (KKK) lateks berpengaruh signifikan terhadap viskositas Mooney lateks depolimerisasi. Lateks depolimerisasi yang dihasilkan oleh lateks pekat mempunyai viskositas Mooney paling rendah (berkisar antara 16,50 (ML(1’+4’) 100 oC) sampai 9,90 (ML(1’+4’) 100 oC). Waktu pemeraman toluen berpengaruh nyata terhadap viskositas Mooney

lateks depolimerisasi. Waktu pemeraman 1 hari menghasilkan viskositas

Mooney yang tertinggi, yaitu antara 16,50 sampai 45,85 (ML(1’+4’) 100 oC). Depolimerisasi dapat menurunkan dari 671,72 (bobot molekul 1,92E + 06) menjadi 175,05 sampai 421,05 (bobot molekul 3,06E + 05 sampai 9,83E + 05). Kadar karet kering lateks berpengaruh nyata terhadap viskositas intrinsik dan bobot molekul. Semakin tinggi kadar karet kering lateks akan menghasilkan viskositas intrinsik dan bobot molekul yang rendah. Sedangkan waktu pemeraman tidak berpengaruh nyata terhadap viskositas intrinsik dan bobot molekul.

Waktu pemeraman berpengaruh nyata terhadap kadar nitrogen, sedangkan KKK tidak berpengaruh nyata terhadap kadar nitrogen. Semakin lama waktu pemeraman maka kadar nitrogen semakin kecil.

Kadar karet kering (KKK) lateks berpengaruh nyata terhadap viskositas Brookfield lateks depolimerisasi. Semakin tinggi kadar karet kering (KKK) menyebabkan viskositas Brookfield makin tinggi. Waktu pemeraman lateks berpengaruh nyata terhadap viskositas Brookfield lateks

depolimerisasi. Waktu pemeraman 0 hari menghasilkan viskositas

Brookfield paling tinggi, sedangkan 1, 2, dan 3 menghasilkan viskositas

Brookfield hari lebih rendah dari 0 hari.

Kombinasi perlakuan terbaik yang diperoleh dari penelitian ini adalah kadar karet kering lateks pekat (60 % ± 2) dengan waktu pemeraman toluen selam 3 hari.

5.2. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian depolimerisasi dengan bahan baku lateks deproteinasi.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh agitasi selama waktu pemeraman toluen.

3. Karet alam depolimerisasi yang dihasilkan akan lebih baik digunakan dalam bentuk lateks saja dan bukan dalam bentuk krep.

DAFTAR PUSTAKA

Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan H2O2–NaOCl Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo

Dari Lateks. Simposium Nasional Polimer IV, Jakarta 8 Juli 2003.

Alfa, A.A, dan Y. Syamsu. 2004. Degraded and Stabilized Natural Rubber Latex – Prospect for Veneer Adhesive. Seminar Kimia Malaya.

Alfa, A.A. 2005. Draft Disertasi. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alfa, A.A, dan I. Sailah. 2005. Pengaruh Penambahan Toluen Pada Degradasi Partikel Karet Dari Lateks DPNR Dengan Senyawa H2O2 – NaOCl. Balai

Penelitian Teknologi Karet Bogor, Bogor.

Allen, T.O. dan A. P. Roberts. 1993. Production Operation 2: Well Completions, Workover, and Stimulation, Oil, and Gas Consultantas International (OGCL), Inc., Tulsa, Oklahoma. USA.

Amir, E.J. dan S. Budiman. 1974. Pengaruh Klonal Pada Viskositas Karet Mentah. Dalam Menara Perkebunan, volume 42 (5), hal. 263-266. Pusat Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor.

Azanam, S., Hashim, S.K. Ong dan R.S. Jessy. 2002. Exciting Times Ahead for NR. Dalamwww.rubber-strichting.info.

Barron, Harry. 1947. Modern Rubber Chemistry. Watford, Herbs: Taylor Garnett Evans & Co.Ltd.

Bird, T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Pt. Gramedia, Jakarta.

Blackley, D.C. 1966. High Polimer latices. Palmerton publishing Co.Inc,. New York.

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Terjemahan. ITB, Bandung.

Eng, A.H., et al. 1997. Distribution and Origin of Abnormal Groups in Natural Rubber, Journal Natural rubber.Res.I(3),. 154-166.

Goutara, B. Djatmiko, dan W. Tjiptadi.1985. Dasar Pengolahan Karet. Agroindustri. Press, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertania, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gunanti, S.D. 2004. Kajian Kemantapan Viskositas Mooney Karet Hasil Depolimerisasi Lateks Alam yang Diberi Perlakuan Hidroksilamin Netral Sulfat (HNS). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hidayati, S. 2006. Optimasi Proses Pembuatan Metil Ester Sulfonat dari Minyak Sawit dan Uji Efektifitasnya untuk Pendesakkan Minyak Bumi. Disertasi. FATETA, IPB. Bogor.

Honggokusumo, S. 1978. Pengetahuan Lateks. Kursus Pengolahan Barang Jadi Karet. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Bogor.

http://en.wikipedia.org/wiki/Hydrogen_peroxide

http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_hypochlorite

http://en.wikipedia.org/wiki/Toluene

Hunstman. 2000. Surfactant Handbook. 2nd edition.

Particle Engineering Research Center. 2005. Surfactants. Univ of Florida. www.unmc.edu/pharmacy/wwwcourse/p_surfactants_00_files/p_surfactan ts.ppt .

Pertiwi, N. 2005. Efektivitas Bahan Pendegradasi Dalam Menurunkan Bobot Molekul Karet Alam. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pudjosunaryo, R.S. dan O. Siswantoro. 1991. Kalium Stearat Sebagai Bahan Pemantap Lateks Untuk Pembuatan Karet Alam Cair. Dalam Menara Perkebunan, volume 59 (1), hal. 28-32. Pusat Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor.

Pudjosunaryo, R.S.1992. Penggunaan Sabun Kalium Dari Fraksi Stearin Minyak Sawit Sebagai Pemantap Lateks Dalam Pembuatan Karet Alam Cair.

Dalam Menara Perkebunan, volume 60 (4), hal. 134-138. Pusat Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor.

Rabek, J.F. 1980. Experimental Methods in Polymer Chemistry :Physical Principles and Application. John Wiley and Son Ltd, London.

Ramadhan, A., H. Prastanto., dan A.A. Alfa. 2005. Pengaruh Waktu Reaksi depolimerisasi Terhadap Viskositas Mooney Karet Mentah Pada Proses Pembuatan Karet Alam Cair Sistem Redoks. Prosiding Aplikasi Kimia Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Yayasan Media Utama, Yogyakarta.

51 Reiger , M.M. 1985. Surfactant in Cosmetics. Surfactant Science Series, hal. 488.

John Wiley & Sons, Inc, New York.

Salager, J.L. 2002. Surfactants Types and Uses. Version 2. FRIP Booklet # E300- A: Teaching Aid in Surfactant Science & Engineering in English. Universidad De Los Andes, Merida-Venezuela. http://www.firp.ula.ve/cuadernos/E300A.pdf .

Solichin, M. Hardiman. dan B. Kartika. 1995. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas Mooney dalam Pengolahan SIR 3 CV. Dalam. Jurnal Lateks, vol 6 nomor 2 Oktober 1991. Pusat penelitian Perkebunan Sembawa, Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia.

Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh Iis Sofyan. Pradnya paramitra. Jakarta.

Suparto, D.2002. Pengetahuan Tentang Lateks Hevea. Kursus Teknologi barang Jadi Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. Bogor.

Surdia, N.M. 2000. Degradasi Polimer. Indonesian Polymer Journal. Vol. 3. no. 1. Bandung.

Tanaka, Y. 1998. A New Approach to Produce Highly Deproteinized Natural Rubber. Kuliah Tamu Mengenai Karet Alam, BPTK Bogor, Bogor.

Triwijoso, S. U. dan Oerip Siswantoro. 1989. Pedoman Teknis Pengawetan dan Pemekatan Lateks Hevea. Balai Penelitian Perkebunan, Bogor.

Unisource Canada. 2005. GLOSSARY. Unisource Canada , Inc. http://www.unisource.ca/upload/tools/facility_supply_glossary_en_g.pdf . www.bi.go.id www.bisnis.com www.KapanLagi.com www.managecultiva.com www.mpfinechemical.com/pages

Lampiran 1. Prosedur Analisis KKK, KJP, Viskositas Mooney, Viskositas

Dokumen terkait