• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan dan Analisis Awal Berdirinya LAPAN

Dalam dokumen Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan (Halaman 44-54)

MENGETAHUI PERKEMBANGAN ORGANISASI LITBANG KEANTARIKSAAN MELALUI ARSIP

4. Pembahasan dan Analisis Awal Berdirinya LAPAN

Era tahun 1960-an merupakan era dimulainya perhatian Indonesia terhadap pengembangan teknologi kedirgantaraan. Hal tersebut ditandai dengan kunjungan Presiden Soekarno ke Kremlin, Moscow, Uni Soviet pada Juni 1961 dalam rangka menjajaki kerja sama di bidang keantariksaan.

Sementara itu, di dalam negeri Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sejak tahun 1960 juga sudah dilengkapi dengan Roket SA-75. Departemen Angkatan Udara R.I. (AURI) telah memiliki satuan Skadron Rudal. Departemen Angkatan Laut R.I. (ALRI) telah memiliki Sekolah Roket dan Peluru Kendali ALRI dan telah mendesain tiga buah roket untuk pertahanan.

Di kalangan akademisi, Perkumpulan Roket Mahasiswa Indonesia (PRMI) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 24 Agustus 1963 sukses meluncurkan empat roket bertingkat diberinama Gama-1, Gama-2, Gama-3 dan Gama-4 dari Pantai Sanden, Bantul, Yogyakarta. Kesuksesan tersebut disaksikan oleh Rektor UGM kala itu Prof. Herman Johannes, Menpangau (Menteri Panglima Angkatan Udara) Omar Dhani, Menteri Riset Prof. Dr. Soedjono Djuned Poesponegoro, dan para mahasiswa yang tergabung dalam PRMI.

Berdasarkan pertimbangan pentingnya pengembangan teknologi antariksa, baik di dalam maupun di luar negeri, yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan bangsa dan negara serta keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, maka Presiden Soekarno secara resmi mendirikan Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional (LAPAN) pada tanggal 27 Nopember 1963, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 236 Tahun 1963. Tanggal 27 Nopember kini ditetapkan sebagai hari jadi LAPAN.

Gambar 1 : Arsip tentang Pembentukan LAPAN berupa Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angka Luar Nasional (LAPAN)

Perkembangan Organisasi LAPAN

LAPAN yang pada awal berdirinya bernama Lembaga Penerbangan dan Angka Luar Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963, lima tahun kemudian yaitu pada tahun 1968 berubah nomenklaturnya menjadi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Perubahan istilah tersebut tertuang dalam Keputusan Dewan Penerbangan dan Angkasaluar Nasional Republik Indonesia (Depanri) Nomor 5/1968. Perubahan tersebut bukan hanya sebatas pada nomenklatur, namun semua istilah

“Angkasa Luar” diubah menjadi “Antariksa”.

Pada awal berdirinya LAPAN mempunyai tugas yang amat luas, yaitu tidak hanya sebagai lembaga nasional yang melaksanakan litbang penerbangan dan angkasa luar tetapi juga melakukan pembinaan kekuatan udara dan angkasa luar nasional.Oleh karenanya dapat dimaklumi, dengan melakukan pembinaan udara nasional, maka LAPAN pada waktu itu meskipun merupakan instansi sipil tetapi banyak diisi oleh personil-personil TNI khususnya Angkatan Udara. Tercatat 6 perwira tinggi berpangkat Marsekal Muda dan Marsekal Madya telah menjadi Ketua LAPAN sejak LAPAN berdiri pada tahun 1963 sampai dengan 1991.

Dari arsip dapat diketahui bahwa meskipun tugasnya amat luas, namun pada awal berdirinya stuktur organisasinya masih sederhana atau simpel. Pada Keppres pendiriannya hanya dijelaskan bahwa LAPAN dipimpin oleh Direktur Jenderal (Dirjen) dan dibantu oleh 4 Wakil Dirjen. Kemudian pada tahun 1968 diubah menjadi LAPANdipimpin oleh Ketua yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sebuah Badan Pertimbangan yang terdiri dari Panitia Astronautika dan Depanri.

Gambar 2 : Struktur Organisasi LAPAN Pada Awal Berdirinya, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional (LAPAN)

Pada tahun 1974 melalui Keppres Nomor 18 Tahun 1974, organisasi LAPANmulai berkembang.Sejak saat itu kedudukan LAPANsecara tegas disebutkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), sebutan tersebut sekarang menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).Pada era ini struktur organisasi LAPANterdiri dari : a). Ketua; b). Wakil Ketua; c). Sekretariat; d). Pusat Pemanfaatan Antariksa (Pusfatsa); e). Pusat Teknologi Dirgantara (Pustekgan); f). Pusat Riset Dirgantara (Pusrigan); dan g). Pusat Studi Dirgantara (Pusdigan). Jumlah eselonisasi terdiri atas eselon I = 2, eselon II = 5, eselon III = 22, dan eselon IV = 30.

Bila dilihat dari tugas masing-masing kepusatan maka LAPAN pada era ini difokuskan untuk melaksanakan pemanfaatan antariksa untuk mendukung pembangunan nasional. Karena dari empat unit teknis eselon II tiga diantaranya tertulis jelas sebagai pendukung salah satu unit, yaitu Pustekgan, Pusrigan, dan Pusdigan sebagai penunjang kegiatan- kegiatan pemanfaatan antariksa.

Kurang lebih pada usianya yang ke 25 tahun, tepatnya pada tahun 1988, melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 organisasi LAPAN berkembang lagi secara signifikan. Indikator yang paling nampak adalah jumlah eselonisasi meningkat menjadi dua kali lipat dari organisasi sebelumnya. Sehingga menjadi eselon I (Ketua dan Deputi) = 4, eselon II (Pusat dan Biro) = 10, eselon III (Bidang, Bagian, dan Stasiun) = 41, dan eselon IV (Seksi, Unit, Stasiun, dan Sub Bagian) = 68.Susunan organisasi LAPAN terdiri dari : a). Ketua; b). Sekretariat; c). Deputi Bidang Penginderaan Jauh; d). Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Dirgantara; dan e). Deputi Bidang Penelitian Media Dirgantara dan Pembinaan Sarana Ilmiah. Pertimbangan pengembangan organisasi LAPAN pada masa ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan dan peluang ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara serta penerapannya dalam berbagai bidang kebutuhan dan kepentingan umat manusia, yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa dan negara Indonesia.

Dalam bidang penginderaan jauh, LAPAN diserahi tugas untuk menjadi bank data penginderaan jauh nasional. Bidang teknologi dirgantara difokuskan pada Litbang roket dan satelit. Indonesia bercita-cita mempunyai satelit yang dibuat oleh bangsa sendiri

serta diluncurkan oleh roket buatan sendiri juga. Oleh karenanya Litbang roket diarahkan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Selain kegiatan tersebut organisasi pada era ini juga melaksanakan Litbang atmosfer, ionosfer, dan matahari.

Pada tahun 1994 melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1994, LAPAN mendapat limpahan tugas dari Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional (DEPANRI). DEPANRI yang semula merupakan lembaga tersendiri di luar LAPAN, sejak saat itu tugas pokok dan fungsinya diintegrasikan ke LAPAN. Sehingga segala sesuatu yang menyangkut aset dan pegawai DEPANRI diintegrasikan ke LAPAN. Tahun 1994 juga terjadi peningkatan eselonisasi Sekretariat. Organisasi Sekretariat yang semula setingkat eselon II ditingkatkan menjadi eselon I sehingga menjadi Deputi Bidang Administrasi yang selanjutnya pada tahun 1998 melalui Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1998 sebutan Deputi Bidang Administrasi diubah menjadi Sekretariat Utama sampai saat ini. Peningkatan kesekretariatan diperlukan untuk mendukung fungsi-fungsi teknis yang telah berkembang lebih dulu. Pada tahun 1998 juga terjadi peningkatan eselonisasi dari fungsi pengawasan internal yang semula dilaksanakan unit kerja setingkat eselon IV ditingkatkan menjadi Inspektorat setingkat eselon II. Peningkatan fungsi pengawasan internal tersebut merupakan komitmen pemerintah untuk melakukan pengawasan pelaksanakan kegiatan di lingkungan LAPAN.

Perkembangan yang paling akhir dari organisasi LAPAN adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015. Perpres tersebut merupakan pelaksanaan dari Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, yang memberikan peran yang lebih besar kepada LAPAN sebagai satu-satunya lembaga yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan. Organisasi LAPAN yang terakhir ini terdapat peningkatan peran untuk melakukan pengkajian kebijakan penerbangan dan antariksaserta teknologi informasi dan standarisasi penerbangan dan antariksa. Bila dibandingkan dengan organisasi sebelumnya jumlah eselonisasinya menurun sehingga organisasinya lebih ramping. Namun fungsinya diperbesar. Miskin struktur kaya fungsi. Organisasi ini menempatkan jabatan struktural dan fungsional sama petingnya. Hal ini merupakan salah satu buah dari program Reformasi Birokrasi (RB) dilaksanakan oleh LAPAN.

Gambar 3 : Struktur Organisasi LAPANsaat ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015

Kompetensi LAPAN

Untuk melaksanakan tugas yang diamanatkan pemerintah sebagai lembaga penelitian dan pengembangan di bidang penerbangan dan antariksa, LAPAN telah menetapkan

visi “Terwujudnya Kemandirian dalam Iptek Penerbangan dan Antariksa untuk Meningkatkan Kehidupan Bangsa”. Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang

ditetapkan meliputilima hal, yaitu : 1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan; 2. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh; 3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer; 4. Mengembangkan kajian kebijakan penerbangan dan antariksa nasional; dan 5. Mengembangkan sistem manajemen kelembagaan.

Dalam perjalanan usia LAPAN seiring dengan perkembangan organisasi terakhir, LAPAN memiliki empat kompetensi dalam pelaksanaan tugas. Menurut Kepala

LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin

(http://LAPAN.go.id/index.php/subblog/read/2015/1231/Kerja-Sama-Penting-untuk- Realisasikan-Kompetensi/931 : 18 Februari 2015), empat kompetensi tersebut adalah : sains antariksa dan atmosfer, penginderaan jauh, teknologi penerbangan dan antariksa,serta kajian kebijakan penerbangan dan antariksa.

a. Sains Antariksa dan Atmosfer

Kompetensi sains antariksa dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pengamatan cuaca antariksa yang meliputi pengamatan aktivitas matahari, kondisi lapisan ionosfer, kondisi magnet bumi, dan pemantauan benda jatuh antariksa.

Sedangkan kompetensi sains atmosfer yang dilaksanakan oleh LAPAN adalah dengan meningkatkan kinerja sistem informasi berbasis satelit dengan memantau Satellite Early Warning System (Sadewa). Sadewa merupakan sistem informasi peringatan dini bencana yang dikembangkan berbasis teknologi satelit. Perangkat ini dapat mendeteksi satu jam sebelum bencana terjadi. Saat cuaca ekstrim alat ini akan memberikan laporan terkait kemungkinan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

Gambar 4 : Arsip foto gerhana matahari dan brosur tentang gerhana matahari, salah satu Litbang LAPAN

Penelitian dan pengembangan penginderaan jauh bertujuan untuk mendukung implementasi Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. UU tersebut mengamanatkan pada LAPANuntuk menyediakan data penginderaan jauh berlisensi Pemerintah Indonesiabagi seluruh Kementerian/Lembaga, TNI, POLRI, dan Pemerintah Daerah. Selain itu LAPAN juga dipercaya sebagai Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN).

Untuk memberikan layanan informasi geospasial pemanfaatan penginderaan jauh (Geofatja) yang dapat diakses dan digunakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat umum, LAPAN juga membangun Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN).

Gambar 5 : Arsip citra penginderaan jauh LAPAN pada tanggap darurat bencana erupsi Gunung Soputan

Teknologi Penerbangan dan Antariksa

Kompetensi di bidang teknologi pernerbangan dan antariksa melakukan litbang teknologi roket, teknologi satelit, dan teknologi pernerbangan. Litbang dan rancang bangun peroketan diarahkan untuk mewujudkan keinginan besar sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). RPS tersebut sebagai wahana antariksa yang mampu membawa dan menempatkan satelit di orbit. Oleh karenanya litbang peroketan diarahkan untuk terus meningkatkan kemampuan daya jangkau roket.

Litbang teknologi satelit diarahkan untuk membangun kemandirian nasional dalam teknologi satelit. LAPAN telah berhasil merancang bangun satelit bekerjasama dengan Technical University of Berlin (TU Berlin) yang diberi nama satelit LAPAN-TUBSat. Satelit tersebut telah berada di orbit sejak 10 Januari 2007 diluncurkan dengan roket milik India dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India. LAPAN-TUBSat merupakan satelit surveillance yang digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, dll.Kemudian pada 3 September

2015 satelit LAPAN A-2, yang merupakan satelit karya anak bangsa, diluncurkan dengan roket milik India dari tempat yang sama pada peluncuran satelit LAPAN- TUBSat. Satelit LAPAN A-2 mengemban fungsi untuk melakukan pelacakan pergerakan kapal dan peralatan radio amatir.

Litbang teknologi penerbangan merupakan litbang yang baru dimulai lagi sekitar tahun 2010 setelah sempat berhenti karena kebijakan pemerintah. Kompetensi teknologi penerbangan diarahkan untuk melakukan litbang pesawat tanpa awak dan pesawat berawak.

Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa

Kompetensi kajian kebijakan penerbangan dan antariksa melakukan kajian yang terkait dengan aspek teknis dan sosio-ekonomi untuk pengembangan dan pendayagunaan iptek, isu strategis dan aktual, aspek Poleksosbudhankam, aspek yuridis, serta aspek teknologi informasi dan komunikasi bidang kedirgantaraan.

Prestasi terakhir kompetensi ini adalah dengan disahkannya Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Berdasarkan arsip Laporan Tahunan 2013 diketahui tidak mudah dan harus melalui proses panjang untuk menjadikan Indonesia memiliki regulasi yang menjamin kegiatan keantariksaan nasional dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Untuk melahirkan UU Keantariksaan butuh waktu 11 tahun hingga akhirnya pada 9 Juli 2013 DPR menyatakan setuju mengesahkan RUU menjadi UU.

Dengan adanya UU Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, LAPAN bisa mengakomodir semua program dan kegiatan keantariksaan. UU ini mengatur secara detail semua kegiatan di bidang sains keantariksaan, penginderaan jauh, penguasaan teknologi antariksa, peluncuran roket, pembuaatan satelit, hingga komersialisasi keantariksaan.

Gambar 4 : Undang Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, merupakan payung hukum yang memperkuat kedudukan, peran, dan fungsi LAPAN

5. Kesimpulan

Untuk mengetahui perkembangan organisasi berarti kita harus melihat ke belakang, ke masa lampau, perubahan apa saja sudah pernah terjadi. Peristiwa di masa lampau dapat diketahui melalui arsip sebagai sumber tertulis berdasarkan fakta-fakta informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya arsip kita dapat merekonstruksi peristiwa- peristiwa yang telah terjadi.

Perkembangan organisasi LAPAN dipengaruhi oleh perkembangan peran yang dilaksanakan. Empat kompetensi LAPAN menunjukkan peran strategis sebagai lembaga Litbang keantariksaan.

Daftar Acuan Buku-buku

Djamaluddin, Thomas, Kerja Sama Penting untuk Realisasikan Kompetensi. Diakses

pada tanggal 1 April 2015.

http://LAPAN.go.id/index.php/subblog/read/2015/1231/Kerja-Sama-Penting- untuk-Realisasikan-Kompetensi/931.

Fungsi Arsip Dalam Sejarah. Diakses pada tanggal 9 April 2015.

https://sejahar.wordpress.com/2012/11/08/fungsi-arsip-dalam-sejarah/.

Hamid, Darmadi (2013). Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial : Konsep Dasar dan Implementasi (Cetakan Kesatu). Bandung : Alfa Beta.

Hasibuan, Malayu S.P (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (2013). 50 Tahun LAPAN Berkarya

Untuk Bangsa. Jakarta : Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat LAPAN. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (2014). Laporan Tahunan 2013. Jakarta

: Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat LAPAN.

Mestika Zed (2008). Metode Penelitian Kepustakaan (Edisi Kedua). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Prajudi Atmosudirdjo (1990). Dasar Dasar Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Priyadi, Sugeng (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Sejarah. Ombak.

Sedarnayanti (2003). Tata Kearsipan Memanfaatkan Teknologi Modern (Cetakan III). Bandung : Mandar Maju.

The Liang Gie (2000). Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Yogyakarta Liberty.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang Undang 43

Tahun 2009 tentang Kearsipan.

Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasaluar Nasional.

Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1974 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1988 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1998 tentang Pokok-Pokok Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian.

Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Keputusan Dewan Penerbangan dan Angkasaluar Nasional Republik Indonesia (Depanri) Nomor 5/1968 tentang Perubahan Istilah dan Struktur Organisasi LAPAN.

REPRESENTASI FUNGSI PERPUSTAKAAN UMUM DALAM

Dalam dokumen Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan (Halaman 44-54)

Dokumen terkait