Kekerasan permukaan gigi sangat bervariasi dari setiap gigi dan lokasi yang diukur. Pengaruh komposisi kimiawi dan ketebalan enamel sangat mempengaruhi kekerasannya. Ketebalan enamel juga berbeda satu gigi dengan gigi lainnya, ketebalan pada insisal ridge insisivus rata-rata 2,5 mm, premolar rata-rata 2,3-2,5 mm sedangkan pada cups molar rata-rata 2,5- 3 mm.8 Penggunaan sampel gigi premolar pada penelitian ini juga menunjukkan kekerasan yang bervariasi, ini diketahui dari standard deviasi pada setiap kelompok. Rata-rata kekerasan enamel yang diukur berkisar dari 217 – 298 VHN, menurut Craig dan Peyton kekerasan enamel berkisar dari 340 – 418 VHN, Wilson dan Love melaporkan 263 – 327 VHN.14 Sesuai dengan kekerasan yang dinyatakan oleh para peneliti di atas, maka rata-rata kekerasan gigi yang didapat pada penelitian ini masih dapat diterima.
Hasil penelitian uji ANOVA Satu Arah didapatkan tidak ada pengaruh minuman teh botol, kopi dan bir terhadap kekerasan gigi. Hasil uji LSD perendaman dalam teh botol tidak terdapat penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p>0,05) baik pada perendaman 30, 60 dan 120 menit. Dari hasil tersebut diketahui bahwa teh botol dengan pH 6,7 tidak begitu berpengaruh terhadap penurunan kekerasan enamel selama perendaman 30, 60 dan 120 menit, ini mungkin dikarenakan nilai pH minuman tersebut mendekati pH netral.
Hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) perendaman dalam larutan kopi dan bir yang mempunyai pH 4,1 dan 2,9 menunjukkan adanya penurunan
kekerasan gigi yang bermakna (p<0,05) setelah perendaman 120 menit, sedangkan pada perendaman selama 30 dan 60 menit tidak terdapat penurunan kekerasan yang bermakna (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa kedua jenis minuman ini berpengaruh pada penurunan kekerasan gigi setelah perendaman 120 menit dan semakin berpengaruh apabila semakin lama perendaman yang dilakukan, hal ini disebabkan nilai pH kedua jenis minuman tersebut lebih rendah dari pH kritis untuk hidroksiapatit (pH 5,5) sehingga dapat melarutkan hidroksiapatit enamel gigi dan mempengaruhi kekerasan gigi.9,20
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo menemukan adanya penurunan kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam minuman teh botol (pH 6,7) dan coca cola (pH 2,5), penurunan semakin nyata pada minuman yang mempunyai pH yang paling rendah.9 Begitu juga dengan penelitian Seow dan Thong yang menyatakan bahwa beberapa minuman dengan pH rendah dapat mengakibatkan erosi gigi dan juga menurunkan kekerasan gigi, seperti jus limau (pH 2,1) yang menurunkan kekerasan gigi hingga 50 % diikuti oleh coca cola (pH 2,3) sekitar 24%.33 Penelitian yang dilaporkan di atas sama dengan hasil penelitian yang didapat, dimana pada minuman yang memiliki pH yang rendah seperti kopi (pH 4,1) dan bir (pH 2,9) berpengaruh terhadap penurunan kekerasan gigi setelah perendaman 120 menit sedangkan teh botol (pH 6,7) tidak mempengaruhi kekerasan enamel. Hal ini menunjukkan semakin lama perendaman dalam larutan dengan pH rendah akan semakin menurunkan kekerasan enamel. Berdasarkan hasil penelitian di atas minuman kopi dan bir juga harus lebih diperhatikan karena mengingat kedua minuman tersebut sering dikonsumsi bahkan menjadi kebiasaan.
Penurunan kekerasan gigi terjadi karena larutnya enamel akibat terpapar dengan asam yang berasal dari minuman tersebut seperti yang diteliti oleh Frunholer dan Rogers bahwa minuman-minuman dengan pH yang rendah dapat melarutkan enamel dengan melihat weight lossnya. Mereka menyatakan bahwa minuman berkarbonat lebih nyata melarutkan enamel dibandingkan dengan minuman kopi, teh dan bir.20
Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, menyatakan bahwa kandungan kalsium, fosfat dan fluor yang terdapat dalam minuman yang diteliti mampu menurunkan bahkan memberhentikan kelarutan enamel sehingga akan menurunkan potensi penurunan kekerasan gigi dan juga potensi erosifnya. Penelitian yang dilakukan Lussi dkk. tahun 1993 melaporkan bahwa setelah merendam gigi di dalam jenis minuman yang berbeda-beda dan memiliki pH yang berbeda selama 20 menit, tidak terdapat perubahan kekerasan sebelum dan setelah perendaman dalam minuman bir karena terdapat kandungan fosfat, kalsium dan fluor yang tinggi pada minuman tersebut, tetapi terjadi perubahan kekerasan setelah direndam dalam minuman ringan seperti coca-cola, sprite, pepsi, wine dan jus buah yang memiliki kadar kalsium, fosfat dan fluor yang rendah11
Wongkhantee dkk. juga melaporkan terjadinya penurunan kekerasan gigi yang signifikan setelah direndam dalam minuman orange juice dengan pH 3,75, sport
drink dengan pH 3,78 tetapi pada minuman yoghurt dengan pH 3,83 tidak terdapat
penurunan kekerasan gigi. 34 Menurut Lussi dkk. minuman yoghurt mengandung kalsium dan fosfat yang tinggi sehingga walaupun minuman tersebut memiliki pH yang rendah tidak terdapat penurunan kekerasan gigi.3 Berdasarkan penelitian
tersebut beberapa upaya yang dilakukan oleh pabrik pembuatan minuman ringan dengan mencoba memodifikasi minuman ringgan. Caranya dengan menambah atau menggurangi komponen tertentu dalam minuman ringan seperti dengan penambahan kalsium, fosfat dan fluor.2,3,5
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minuman terhadap kekerasan gigi yang dilakukan secara eksperimental di laboratorium. Penelitian dilakukan pada gigi yang telah dicabut dan direndam dengan minuman bersifat asam. Permukaan gigi yang terendam akan langsung mengalami demineralisasi. Demineralisasi yang terus- menerus akan membentuk pori-pori kecil pada enamel yang disebut juga porositas, yang akan menyebabkan kekerasan enamel menurun.9 Kondisi ini dapat dilihat pada minuman kopi dan bir, dengan lamanya perendaman selama 120 menit didapat penurunan kekerasan gigi sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila direndam dalam waktu lama dan terus-menerus dalam beberapa hari dapat menunjukkan hasil penurunan kekerasan enamel yang signifikan. Hal ini harus diperhatikan karena konsumsi minuman kopi dan bir pada beberapa orang dapat menjadi suatu hal yang sering dilakukan dan bahkan menjadi kebiasaaan.
Berlainan pula dengan keadaan di dalam rongga mulut, yang dapat menjelaskan mengapa erosi gigi bervariasi pada setiap individu yaitu pengaruhi faktor pH, saliva, kapasitas buffer dan pembentukan pelikel.20 Saat larutan yang bersifat asam berkontak dengan gigi, maka ia akan menyebar pada pelikel setelah itu baru berinteraksi dengan enamel. Pelikel merupakan lapisan organik bebas bakteri yang menutupi jaringan keras dan lunak pada rongga mulut yang mengandung mucin,
glycoprotein, protein dan beberapa enzim. Pelikel mempunyai peranan untuk melindungi enamel yang terpapar dengan minuman yang bersifat asam.3,6
Kerusakan enamel tidak hanya tergantung pada pH minuman yang rendah namun paling utama adalah kapasitas buffer minuman tersebut. 5 Kapasitas buffer merupakan jumlah alkali atau basa yang dibutuhkan untuk mencapai pH 7. Setiap minuman memiliki kapasitas buffer yang berbeda-beda yang memberikan efek erosif yang nyata apabila berkontak dengan permukaan gigi, semakin tinggi kapasitas buffer minuman atau makanan akan meningkatkan proses melunaknya permukaan gigi yang kemudian akan terlarut karena banyak ion-ion dari mineral gigi diperlukan untuk menginaktifkan asam. Pada kondisi seperti ini, jumlah minuman yang masuk ke dalam rongga mulut berhubungan dengan jumlah saliva yang ada untuk mengatasi proses kelarutan tersebut tetapi semakin tinggi kapasitas buffer suatu minuman, semakin lama waktu saliva untuk menetralisasikan asam di rongga mulut.3 Penelitian Bamise dkk. pada tahun 2007 melaporkan bahwa jus buah memiliki efek erosif atau merusak gigi lebih tinggi dibandingkan dengan minuman ringan berkarbonat, karena jus buah memiliki kapasitas buffer yang tinggi (sukar dibuffer sampai pada tahap netral).21
Keberadaan saliva juga sangat berperan penting, karena berperan sebagai buffer untuk menetralkan serangan asam, dan terdapatnya kalsium dan fosfat pada saliva akan membantu remineralisasi pada jaringan gigi yang telah lunak.6 Fluor yang terdapat di dalam rongga mulut selama proses demineralisasi dan remineralisasi meningkatkan fluor pada fluorapatit, yang mempunyai kelarutan lebih rendah
dibandingkan hidroksiapatit. Tanpa adanya saliva, efek minuman ringan terhadap permukaan enamel akan lebih merusak.9
Gigi hanya larut di dalam saliva atau cairan plak apabila pH lebih rendah dari pH kritikal saliva, dimana pH saliva adalah 5,5 – 6,5. Pada individu yang mempunyai konsentrasi saliva yang rendah, pH kritikal mungkin sekitar 6,5. Apabila individu mempunyain konsentrasi saliva tinggi pH kritikal sekitar 5,5. pH kritikal tidak tetap karena kandungan kalsium dan fosfat di dalam cairan plak berbeda antara satu individu dengan individu lainya. Lebih banyak kalsium dan fosfat di dalam suatu larutan, semakin rendah pH kritikal larutan tersebut.20
Perbedaan yang dapat dilihat dari proses demineralisasi didalam rongga mulut dan di luar rongga mulut membuat adanya keuntungan dan kerugian penelitian yang dilakukan secara eksperimental. Keuntungan penelitian secara eksperimental adalah dapat dilakukan pengukuran kekerasan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness
Tester, sedangkan secara in vivo tidak memungkinkan dilakukan dalam rongga
mulut. Kerugian penelitianya yang mengunakan gigi yang sudah dicabut, di mana minuman ringan berkontak langsung dengan enamel gigi tanpa adanya buffer oleh saliva.20
Dengan diperolehnya hasil penelitian, maka disimpulkan pentingnya sosialiasi pada masyarakat tentang bahaya makanan dan minuman yang bersifat asam terhadap kekerasan gigi. Pengaruh konsumsi minuman asam yang berakibat buruk pada gigi dapat diatasi dengan mengurangi atau membatasi mengkonsumsi minuman ringan yang bersifat asam, waktu minum tidak boleh lama, sebaiknya gunakan pipet untuk mengurangi kontak dengan gigi dan jangan mengulum minuman dalam mulut, dan
usahakan minum air putih setelah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung asam.2
Peneliti berharap agar dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan berbagai jenis minuman lainnya di pasaran. Semakin banyaknya jenis minuman yang ditawarkan oleh produsen-produsen minuman ringan dengan tingkat pH yang bervariasi dan kandungannya yang dapat merusak gigi. Seperti penelitian-penelitian terdahulu mengatakan bahwa adanya pengaruh mineral-mineral yang terkandung dalam minuman dapat mempengaruhi kelarutan enamel maka bukan hanya pH minuman itu saja yang harus diteliti tetapi juga mineral-mineral yang terdapat pada minuman tersebut seperti kalsium, fosfat dan fluor, agar diketahui seberapa besar pengaruh minuman tersebut terdapap erosi maupun kekerasan gigi.
Terdapat beberapa minuman yang merusak gigi khususnya yang berpengaruh kepada penurunan kekerasan gigi. Perendaman gigi yang telah dicabut di dalam minuman tersebut merupakan langkah yang dilakukan untuk melihat efek tersebut. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan menggunakan saliva buatan agar didapat kondisi seperti didalam rongga mulut. Keberadaan saliva mempunyai beberapa peran penting dalam rongga mulut diantaranya melarutkan dan membersihkan agen erosif dari mulut, menetralkan dan sebagai buffer asam, menjaga tingkat kejenuhan permukaan gigi dengan adanya kalsium dan fosfat dalam saliva.5,6 Sehingga menggunakan saliva buatan untuk penelitian lebih lanjut akan melihat seberapa besar efek yang disebabkan masing-masing minuman dalam merusak gigi di dalam rongga mulut.