• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek pH Minuman Teh botol, Kopi dan Bir Terhadap Kekerasan Permukaan Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek pH Minuman Teh botol, Kopi dan Bir Terhadap Kekerasan Permukaan Gigi"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK pH MINUMAN TEH BOTOL, KOPI DAN BIR

TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN GIGI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH:

BRILIANA R. PANJAITAN NIM: 060600114

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi ` Departemen Biologi Oral

Tahun 2010 Briliana R. Panjaitan

Efek pH Minuman Teh botol, Kopi dan Bir Terhadap Kekerasan Permukaan Gigi

x + 56 halaman

Pada saat ini, banyak jenis minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat dengan pH rendah yang efeknya dapat menyebabkan erosi gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah direndam dalam larutan teh botol, kopi dan bir selama 30, 60 dan 120 menit.

(3)

Pengukuran pH menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara ketiga jenis minuman. Hasil uji statistik LSD menunjukkan perendaman dalam teh botol tidak terdapat penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p>0,05) baik pada perendaman 30, 60 dan 120 menit, sedangkan perendaman dalam kopi dan bir terdapat penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p<0,05) setelah lama perendaman 120 menit namun perendaman dibawah 120 menit tidak ditemukan penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p>0,05). Semakin lama perendaman gigi dalam minuman kopi dan bir akan semakin nyata penurunan kekerasan gigi.

Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa minuman dengan pH rendah akan menurunkan kekerasan gigi dan semakin nyata jika semakin lamanya gigi tersebut direndam dalam minuman dengan pH rendah.

Daftar pustaka 34: (1995-2009)

(4)

EFEK pH MINUMAN TEH BOTOL, KOPI DAN BIR

TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN GIGI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH:

BRILIANA R. PANJAITAN NIM: 060600114

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 14 Juni 2010

Pembimbing : Tanda tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 14 Juni 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes. ANGGOTA : 1. Lisna Unita R, drg., M.Kes.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Prost (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lisna Unita R, drg., M.Kes., selaku ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc, M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia memberikan masukan, arahan, waktu dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Oktavia Dewi, drg., M.Kes., selaku penasehat akademik yang selama ini telah banyak memberikan nasehat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K)., selaku ketua bagian UPT penelitian Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan-masuka n atas skripsi ini.

(8)

7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam penentuan sampel dan pengolahan data.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta Bapak (Gunawan Panjaitan) dan Mama (Ruslina Silalahi), adek (Lukas, wahyu dan Adrian) yang selalu memberikan semangat, nasehat, doa dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman penulis Muktar Hutasoit, Nisha, Ruth, Suryana, Dewi, Lusiana, Maryam jamilah, Yemima, Imme, Zanthoriza, Eva, Lysa, Okta serta semua angkatan 2006 yang tidak penulis sebutkan satu persatu, dan kepada K’Irma, K’ Juli K’Mawar, Afriani, Jhon, Jonatan, David yang selalu memberikan doa dan semangat pada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.

Medan, Juni 2010 Penulis,

( Brilianan R. Panjaitan) 060600114

(9)

DAFTAR ISI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ... 22

(10)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian... 24

4.2 Sampel Penelitian ... 24

4.3.Kriteria Sampel ... 25

4.4 Variabel Penelitian ... 26

4.5 Definisi Operasional Penelitian ... 27

4.6 Bahan dan Alat Penelitian ... 28

4.7 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

4.8 Prosedur penelitian ... 31

4.9 Pengolahan dan Analisis data ... 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN 5.1 Pengukuran pH Minuman Teh botol, Kopi dan Bir ... 37

5.2 Perhitungan Kekerasan Permukaan Enamel pada Ketiga Minuman ... 38

BAB 6. PEMBAHASAN ... 44

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 51

7.2 Saran ... 51

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perbedaan komposisi kimiawi antara enamel, dentin dan sementum ... 7 2. Nilai pH Pada Beberapa Jenis Makanan dan Minuman

yang mengandung Zat Asam (Gandara dan Truelove, 1999) ... 13 3. Perbedaan pH antara ketiga jenis minuman ( Teh botol, Kopi dan Bir) ... 38 4. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah perendaman selama 30,60 dan 120 menit di dalam

larutan teh botol ... 39 5. Hasil uji LSD kekerasan permukaan gigi setelah perendaman

selama 30, 60 dan 120 menit dalam larutan teh botol ... 39 6. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah perendaman selama 30,60 dan 120 menit di dalam

larutan kopi ... 40

7. Hasil uji LSD kekerasan permukaan gigi setelah perendaman

selama 30,60 dan 120 menit di dalam larutan kopi ... 41 8. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah perendaman selama 30,60 dan 120 menit di dalam

larutan bir ... 42 9. Hasil uji LSD kekerasan permukaan gigi setelah perendaman

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. pH meter Hanna HI 98107 ... 17

2. Brinell, Rockwell, Vickers ... 19

3. Micro Vickers Hardness Test ... 20

4. Kelompok sampel gigi premolar atas ... 29

5. Alat dan bahan penelitian ... 30

6. Cara Pengukuran pH Minuman... 31

7. Pemotongan akar gigi dengan menggunakan mikromotor ... 32

8. Hasil pemotongan akar gigi pada sampel gigi ... 33

9. Sampel gigi yang telah ditanam dengan gips dan diberi nomor urut ... 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema Alur Penelitian 2. Hasil Penelitian

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi ` Departemen Biologi Oral

Tahun 2010 Briliana R. Panjaitan

Efek pH Minuman Teh botol, Kopi dan Bir Terhadap Kekerasan Permukaan Gigi

x + 56 halaman

Pada saat ini, banyak jenis minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat dengan pH rendah yang efeknya dapat menyebabkan erosi gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah direndam dalam larutan teh botol, kopi dan bir selama 30, 60 dan 120 menit.

(15)

Pengukuran pH menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara ketiga jenis minuman. Hasil uji statistik LSD menunjukkan perendaman dalam teh botol tidak terdapat penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p>0,05) baik pada perendaman 30, 60 dan 120 menit, sedangkan perendaman dalam kopi dan bir terdapat penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p<0,05) setelah lama perendaman 120 menit namun perendaman dibawah 120 menit tidak ditemukan penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p>0,05). Semakin lama perendaman gigi dalam minuman kopi dan bir akan semakin nyata penurunan kekerasan gigi.

Berdasarkan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa minuman dengan pH rendah akan menurunkan kekerasan gigi dan semakin nyata jika semakin lamanya gigi tersebut direndam dalam minuman dengan pH rendah.

Daftar pustaka 34: (1995-2009)

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini, prevalensi erosi gigi dilaporkan semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Survei Nasional Kesehatan Gigi Anak Inggris (1993) merupakan yang pertama sekali menemukan adanya erosi gigi pada anak-anak, dari 17.016 anak umur 5 dan 6 tahun yang diperiksa lebih dari setengah anak mengalami erosi gigi dan pada anak-anak dengan kelompok usia di atas 11 tahun hampir 25% mengalami erosi gigi.1,2 Penelitian yang dilakukan di daerah perkotaan Switzerland pada anak-anak berumur 5-9 tahun dilaporkan semua anak memiliki satu atau lebih erosi enamel pada permukaan oklusal, 48% dari mereka menunjukkan erosi gigi yang meluas hingga ke dentin .3

Di Indonesia erosi gigi belum mendapat perhatian dari para peneliti. Meskipun Rehulina Ginting (1990) telah melaporkan bahwa dijumpai kasus erosi gigi sebesar 63% pada masyarakat desa Pujimulyo, karena pengaruh sulfur dioksida yang dihasilkan oleh pabrik pembuat asam sulfat, namun erosi gigi oleh faktor diet belum pernah diteliti.4

(17)

185g pada tahun 1950 menjadi 340g pada tahun 1960 dan 570g pada tahun 1990.6 Penelitian yang dilakukan Al-Dlaigan pada tahun 2001 di Inggris, melaporkan dari 418 anak sekolah yang diteliti sekitar 80% anak sering mengkonsumsi minuman ringan.7 Menurut para ahli, zat asam yang terkandung dalam makanan dan minuman ringan merupakan faktor utama penyebab terjadinya erosi gigi. Terdapat banyak minuman yang dikonsumsi masyarakat memiliki pH yang rendah (pH <7) misalnya coca-cola, pepsi, teh, kopi, bir, minuman anggur, nutrisari, jus buah.1,2

Enamel merupakan suatu jaringan dengan kalsifikasi yang paling keras, oleh karena kandungan mineralnya yang tinggi yaitu 95-98% bahan anorganik. Komponen bahan mineral yang utama adalah kalsium dan fosfat yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6 (OH)2). Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras, namun enamel bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul baik berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, sehingga elemen anorganik pada enamel akan larut secara perlahan-lahan atau kronis yang akan berpengaruh terhadap kekerasannya.8,9

(18)

setiap satuan penurunan pH. Pada pH 7 larutnya hidroksiapatit sekitar 30 mg/L sedangkan pada pH 4 sekitar 30 g/L.10

Banyaknya jenis minuman ringan yang beredar di masyarakat dengan pH yang rendah membuat beberapa peneliti melihat efek minuman-minuman ringan tersebut terhadap kerusakan gigi. Lussi dkk. melaporkan adanya penurunan kekerasan gigi setelah direndam selama 20 menit pada berbagai jenis minuman dan memiliki pH yang berbeda-beda.11 Prasetyo juga melaporkan adanya penurunan kekerasan gigi yang nyata pada minuman coca-cola dengan pH 2,5 setelah direndam dalam waktu 30, 60 dan 120 menit.9

Perubahan gaya hidup masyarakat yang mengkonsumsi minuman dengan pH rendah akan dapat menyebabkan kekerasan gigi menurun. Penulis ingin membuktikan dengan melakukan penelitian Apakah terdapat efek pH minuman pada teh botol, kopi dan bir terhadap kekerasan permukaan enamel gigi.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapakah pH minuman teh botol, kopi dan bir yang akan diteliti?

2. Apakah terdapat perbedaan kekerasan permukaan gigi sebelum dan setelah direndam dalam minuman teh botol, kopi dan bir selama 30, 60 dan 120 menit?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan pH minuman teh botol, kopi dan bir yang akan diteliti.

(19)

direndam dalam minuman teh botol, kopi dan bir selama 30, 60, 120 menit.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Biologi Oral kedokteran gigi.

2. Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa minuman yang terlalu asam dapat melarutkan elemen gigi sehingga dapat menurunkan kekerasan gigi.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin dan sementum. Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas zat anorganik. Enamel mengandung zat anorganik tersebut dalam jumlah yang terbesar, sehingga merupakan bagian yang terkeras pada tubuh manusia. Namun karena letaknya paling luar, maka enamel dipengaruhi oleh faktor positif maupun negatif dalam rongga mulut. Faktor yang berpengaruh pada kerusakan enamel salah satunya adalah keasaman makanan dan minuman yang akan menyebabkan keausan enamel yang disebut erosi gigi.12

2.1 Enamel

Enamel merupakan jaringan terluar gigi yang menutupi anatomis mahkota gigi dan memiliki ketebalan yang berbeda pada setiap area gigi. Lapisan enamel yang paling tebal terdapat pada permukaan insisal dan oklusal gigi dan semakin menipis hingga ke pertemuan cementoenamel junction. Ketebalan enamel juga berbeda satu gigi dengan yang lainnya. Ketebalan enamel pada insisal ridge insisivus rata-rata 2,5 mm, dan pada cups premolar rata 2,3-2,5 mm sedangkan pada cups molar rata-rata 2,5 mm sampai 3 mm.8

(21)

melainkan bergelombang untuk mempertinggi ketahanan terhadap gaya yang datang. Di bagian kepala prisma terdapat selubung prisma (prisma sheath) yang di dalamnya terdapat kristal hidroksiapatit. Di antara Kristal terdapat celah yang terisi oleh matriks yang sukar diamati, sebab terdiri dari zat berupa gel yang tidak berstruktur. Di antara kristal juga terdapat cross striations yang di bagian terluarnya terdapat striae of

retzius.8,12

Komposisi kimia enamel terdiri dari 95-98% bahan anorganik, 1% bahan organik dan air sekitar 4% yang diukur dari beratnya. Secara rinci Williams dan Elliot (1979) menyusun komposisi mineral enamel normal dalam jumlah terbesar yaitu Ca, P, CO2 , Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil yaitu F, Fe, Zn, Sr, Cu, Mn, Ag. Kalsium dan fosfat merupakan komponen-komponen anorganik yang penting, yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Ion fluorida amat esensial pada pembentukan dan perkembangan enamel, sebab dapat menggantikan gugus hidroksil sehingga membentuk fluorapatit (Ca10(PO4)6(F)2). Fluorida tersebut berasal dari lingkungan mulut misalnya saliva sehingga fluorisasi paling banyak terjadi di enamel bagian luar, hal ini amat penting untuk mempertahankan keutuhan enamel sebab fluorapatit lebih sukar larut dibandingkan dengan hidroksiapatit.12

(22)

(lihat tabel 1).8,13 Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun enamel bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul yang dapat mengalami penetrasi sebagian atau kompleks. Enamel dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral enamel akan menurunkan kekerasannya.8,9

Tabel 1. Perbedaan komposisi kimiawi antara enamel, dentin dan sementum.8

Komposisi Enamel Dentin Sementum

Anorganik (%)

Kekerasan enamel umumnya diukur dengan menggunakan alat Knoop (KHN) dan Vickers (VHN). Rata-rata kekerasan enamel yang diukur berkisar 250 – 360 VHN. Craig dan Peyton melaporkan kekerasan enamel berkisar dari 340 – 418 VHN, Collys dkk. melaporkan kekerasan enamel berkisar dari 369 – 431 VHN sedangkan Wilson dan Love melaporkan 263 – 327 VHN. Variasi kekerasan enamel terjadi karena faktor gambaran histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, penyiapan sampel, beban yang digunakan pada pengukuran dan kesalahan membaca (reading error) pada intentional length (IL).14

(23)

sehingga enamel akan lebih kuat menghadapi rangsangan-rangsangan yang diterimanya seperti pemberian fluor, saliva yang jenuh akan kalsium dan fosfat yang akan mengurangi kelarutan permukaan enamel.3,8

2.2 Demineralisasi

Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau seluruh mineral enamel karena larut dalam asam, semakin rendah pH maka akan meningkatkan ion hidrogen yang akan merusak hidroksiapatit enamel. Demineralisasi dapat disebabkan karies dan non karies. Demineralisasi non karies terdiri dari Atrisi, Abrasi dan Erosi. 1,9

(24)

semakin licin dan mengkilap serta permukaan yang membulat pada elemen gigi menjadi rata.15

Pada saat asam berkontak dengan enamel maka komponen ion hidrogen yang terdapat pada larutan asam tersebut mulai melarutkan kristal enamel. Mula-mula, daerah selubung prisma (prisma sheath) akan melarut dan berlanjut ke inti prisma, membentuk permukaan yang dikenal dengan sarang lebah. Kemudian asam yang tidak berionisasi (anion) akan berdifusi ke dalam daerah interprismatik pada enamel gigi dan melarutkan lebih lanjut mineral pada daerah bagian bawah permukaan enamel. Struktur prisma enamel menjadi irreguler diikuti dengan derajat hilangnya enamel yang bervariasi dari satu tempat ketempat lain.6,16 Menurut Dawes, apabila hidroksiapatit berkontak dengan minuman, reaksi yang terjadi sebagai berikut : 10,17

Presipitation Demineralisasi

Ca10(PO4)6(OH)2 10 Ca2+ + 6PO43-+2OH- Solid Solution

(25)

2.2.1 Erosi Gigi

Erosi gigi merupakan suatu penyakit kronik yang disebabkan berkontak gigi dengan asam yang berulang-ulang. Asam tersebut dapat berasal dari luar tubuh (ekstrinsik) maupun dari dalam tubuh (intrinsik).1,5,18

Asam intrinsik berasal dari asam lambung yang mencapai rongga mulut dan gigi yang dihasilkan dari gastroesophageal reflux, vomitus dan rumination. Gastroesophageal reflux (GERD) adalah suatu kondisi dimana isi lambung (makanan

dan asam lambung) secara tidak sadar sering mengalir kembali ke esofagus setelah itu masuk ke dalam rongga mulut. Gastroesophageal reflux dapat terjadi karena meningkatnya tekanan abdominal, tidak mampunya sphincter esofagus bagian bawah berrelaksasi, meningkatnya produksi asam lambung.1,2,18 Vomitus dapat terjadi secara

spontan atau distimulasi sendiri dan dapat berhubungan dengan berbagai masalah medis seperti psikosomatik, metabolik, endokrin, ganguan pada gastrointestinal, di- induksi oleh obat-obatan. Vomitus yang distimulasi sendiri terjadi pada pasien yang menderita anorexia nervosa dan bulimia, sedangkan vomitus yang spontan terdapat pada pada penderita gangguan gastrointestinal seperti ulcus peptikum (tukak lambung) atau gastritis, wanita hamil, efek samping obat, diabetes atau gangguan sistem nervosa.1,18 Rumination adalah kondisi yang tidak umum pada seseorang yang

sengaja menstimulasi isi dalam lambungnya dalam jumlah yang sedikit dan mengunyahnya sebelum ditelan kembali.18

(26)

kunyah vitamin C dan aspirin, Obat-obatan yang menyebabkan xerostomia contohnya penggunaan obat methamphetamine, ekstasi, biasanya penderita yang menggunakan obat-obatan ini mengkompensasi keadaan tersebut dengan minuman berkarbonat sehingga dapat menyebabkan erosi gigi yang parah. Obat-obatan inhaler yang digunakan oleh penderita asma dapat berefek langsung pada gigi atau tidak langsung karena menyebabkan xerostomia.1,15,19 Erosi gigi dapat juga disebabkan oleh pekerjaan yang berhubungan dengan asam seperti ditemukaan pada pekerja baterai, ahli laboratorium, pengecap minuman anggur profesional, pekerja pabrik dinamit dan atlet renang.15

Selain asam ekstrinsik di atas, terdapat penyebab erosi yang lebih utama saat ini yang akan dibahas lebih dalam lagi karena berhubungan dengan penelitian ini yaitu Minuman yang bersifat asam.

2.2.2 Minuman Yang Bersifat Asam

Minuman yang bersifat asam dianggap sebagai faktor utama terjadinya erosi gigi. Hasil penelitian membuktikan bahwa kadar dan jumlah pelepasan kalsium dari permukaan enamel dipengaruhi oleh pH minuman. Semakin rendah pH suatu minuman semakin tinggi kadar dan jumlah pelepasan kalsium. Hasil penelitian Fathilah dan Zubaidar yang menunjukkan bahwa coca cola yang memiliki pH paling rendah (2,6) adalah minuman yang paling banyak melepaskan kalsium dari permukaan enamel gigi dibanding minuman yang bersifat asam lainnya.17

(27)

berkarbonat dan minuman olahraga yang diketahui mempunyai pH yang sangat rendah. Beberapa penelitian menemukan hubungan yang signifikan antara frekuensi mengkonsumsi minuman yang bersifat asam dengan terjadinya erosi gigi.1

Penelitian-penelitian yang terdahulu menyatakan bahwa erosi gigi tidak hanya tergantung pada pH minuman saja tetapi juga dipengaruhi kandungan titratable acid, jenis asam, kadar asam, kandungan fosfor, kalsium dan fluor dalam minuman. pH dan

titratable acid pada minuman ditetapkan untuk mengetahui derajat kejenuhan yang

masih diterima oleh mineral gigi dan sampai terlarutnya mineral gigi. Dalam mengevaluasi tingkat erosif minuman yang bersifat asam, titratable acid diperkirakan lebih penting dari level pH karena dapat ditetapkan ion H+ yang tersedia untuk berinteraksi dengan permukaan gigi. Minuman yang memiliki pH yang tinggi,

titratable acid yang rendah dan konsentarasi kalsium, fosfat dan fluor yang tinggi

akan mengurangi daya potensi erosif suatu minuman.6,20,21

(28)

Tabel 2. Nilai pH pada beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung

2. Minuman ringan dan minuman soda • Kopi

(29)

sangat penting karena kemampuan mereka untuk mengikat (Chelate) kalsium bahkan pada pH yang tinggi. Penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan asam fosfor sangat erosif pada pH 2,5-3,3. Asam sitrat, malat dan tartat sangat kuat sifat erosifnya karena sifat asam dan kemampuan mereka dalam mengikat kalsium walaupun pada pH yang tinggi.5,6 Banyak minuman ringan yang beredar mengandung asam seperti asam sitrat, asam cuka dan asam karbonat. Menurut penelitian Elsbury (1952), asam sitrat mengerosi lebih cepat terutama pada pH yang rendah, bahkan pada pH 1,5 dan 2,5. Asam ini dua kali lebih destruktif terhadap enamel daripada asam klorida atau asam nitrat karena afinitasnya yang besar terhadap kalsium.23

Daya adhesion adalah faktor yang dapat dipertimbangkan pada proses erosi. Kemampuan lekat minuman ringan pada enamel gigi, tergantung pada kemampuan thermodinamiknya. Pada penelitian in vitro dilaporkan bahwa mengkonsumsi minuman ringan yang memiliki kemampuan melekat yang rendah pada enamel akan lebih baik, karena semakin mudah saliva untuk menghilangkannya. 3,5,6

Temperatur dan lamanya terpapar juga dapat mempengaruhi erosif suatu minuman. Temperatur minuman dipengaruhi oleh suhu kamar, minuman ketika dalam keadaan dingin pHnya menjadi lebih tinggi sehingga menurunkan efek erosifnya. Lamanya terpapar dengan minuman yang mempunyai pH yang rendah akan membuat semakin lamanya ion H+ berinteraksi dengan permukaan gigi sehingga semakin melarutkan mineral-mineral gigi.5,9

(30)

asam, cara mengkonsumsi, menyikat gigi sedangkan faktor biologi yang penting yaitu fungsi saliva. 3,5,6

Cara seseorang mengkonsumsi makanan ringan yang bersifat asam telah diketahui berpengaruh terhadap berapa lama gigi berkontak dengan serangan asam dan pola kerusakan yang terjadi. Terdapat 6 cara meminum yang diteliti oleh Johanson dkk. yaitu mengulum, meminum dalam waktu yang singkat, meminum dalam waktu yang lama, meneguk, menghisap. Hasilnya menunjukkan bahwa menghisap dan mengulum dalam mulut sebelum menelannya menyebabkan pH yang paling rendah pada permukaan gigi, sedangkan meneguknya secara langsung hanya menunjukkan penurunan pH yang kecil. 5,6

Penelitian lain juga melaporkan kehilangan struktur gigi yang lebih cepat terjadi apabila setelah terpapar jus buah sitrus dilakukan penyikatan gigi, karena lesi yang disebabkan erosi asam dilaporkan mempunyai zona enamel yang lembut dan tipis sebanyak beberapa mikron kedalamannya dan mudah dipengaruhi secara fisikal.17 Sehingga menyikat gigi segera setelah mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam sangatlah berbahaya. Demineralisasi permukaan gigi pada tahap awal masih dapat reversibel karena masih dapat diperbaiki oleh saliva, tetapi apabila dilakukan penyikatan gigi segera setelah serangan asam akan menyebabkan demineralisasi sebagian pada permukaan gigi sebelum saliva memperbaikinya sehingga menyebabkan hilangnya struktur gigi.5,6

(31)

pembentukan lapisan pelikel, protein saliva dan glikoprotein yang mempunyai kemampuan melindungi permukaan enamel dari demineralisasi oleh diet asam, terdapatnya kalsium, fosfat dan fluor yang diperlukan untuk remineralisasi. Suatu penelitian melaporkan terjadinya erosi gigi berhubungan dengan aliran saliva yang rendah dengan atau tanpa kapasitas buffer yang rendah. 3,5,6

Pada kondisi medis tertentu dimana fungsi saliva sebagai buffer terhadap serangan asam menurun atau bahkan tidak ada dapat ditemukan pada pasien Sjogren's

Syndrome dan terapi radiasi kepala dan leher. Sjogren's Syndrome adalah penyakit

autoimun yang menyebabkan inflamasi kronis pada kelenjar saliva dan kelenjar air mata sehingga mengakibatkan kekeringan pada mulut dan mata. Pada penderita yang melakukan terapi radiasi kepala dan leher juga menyebabkan kekeringan mulut yang irreversibel. Pada kedua keadaan ini beresiko tinggi terhadap erosi gigi.1

Kandungan kimiawi pada minuman teh, kopi dan bir berbeda dengan minuman ringan tersebut, Kandungan kimiawi pada teh yaitu senyawa polifenol (flavonol, flavanol, flavone, flavanone, isoflavone, antocyanin) dan sejumlah mineral seperti fluor, fosfor dan kalsium 24 Kandungan kimiawi pada kopi yaitu chlorogenic dan caffeic acid, dan juga jenis asam lain yaitu malic acid, tannic acid, maleic acid,

oleic acid, oxalic acid dan beberapa mineral seperti sodium, fluor, Ferrum25,26

Kandungan kimiawi pada bir yaitu jenis asam seperti asetat, propionate, butirat,

succinic, oxalic, butirat, valiric, hexanoic, hexenoic dan beberapa mineral seperti

(32)

2.3 pH Meter Hanna HI 98107

pH meter Hanna 98107 adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur pH suatu larutan. Spesifikasi alat yaitu range pH yang diukur dari 0,0 – 14,0 resolusi 0,1 ketelitian ± pH 0,1. Sebelum mengoperasikanya, terlebih dahulu kita melakukan kaliberasi dengan cara pH meter direndam ke dalam larutan buffer (contoh aquadest) lalu stabilkan dengan menggunakan screwdrive agar pHnya 7. Harus diingat bahwa larutan buffer yang digunakan haruslah senantiasa dalam keadaan baru dan bersih. Kenaikan bacaan pH pada pH meter disebabkan karena tidak atau kurang melakukan kaliberasi sebelum mengambil bacaan, elektroda yang kering atau battery yang lemah.21 Untuk menggunakannya, pertama sekali penutupnya dibuka. Lalu digeser ke tombol on dan direndam ke dalam larutan yang akan diuji pHnya tanpa meningkatkan level maximum yang ada pada pH meter. Lalu tunggu sampai pHnya stabil dan lakukan pembacaan pH. Setelah selesai menggunakannya geser ke tombol off lalu cuci dengan air dan disimpan dengan baik.28

(33)

2.4 Micro Vickers Hardness Tester

Kekerasan merupakan ukuran ketahanan material terhadap deformasi tekan. Deformasi ini dapat berupa kombinasi perilaku elastis dan plastis. Deformasi elastis terjadi pada permukaan yang keras, sedangkan deformasi plastis terjadi pada permukaan yang lunak. Efek deformasi tergantung pada kekerasan permukaan material.29

Ada beberapa cara pengukuran kekerasan yang cukup dikenal dibidang material, diantaranya adalah uji kekerasan gores, uji kekerasan pantul (dinamis) dan uji kekerasan indentasi. Uji kekerasan gores tergantung pada kemampuan gores material yang satu terhadap yang lain. Uji kekerasan pantul mencangkup deformasi dinamis dari permukaan material yang dinyatakan dalam jumlah energi impak yang diserap permukaan logam pada saat penekan jatuh. Uji kekerasan indentasi berupa penjejakan oleh sebuah indentor yang keras ditekankan ke permukaan logam/bahan yang diuji.29

(34)

dapat dilihat pada Gambar 3. Pengukuran kekerasan dengan menggunakan Knoop dan Vickers diklasifikasikan kedalam microhardness test sedangkan penggunaan Brinell dan Rockwell diklasifikasikan ke dalam macrohardness test .30,31

Gambar 2. Brinell, Rockwell, Vickers

Pengukuran kekerasan dengan Vickers menurut ADA (America Dental

Association) digunakan untuk logam emas tuang (dental casting gold) dan juga untuk

bahan-bahan yang mempunyai sifat brittle (mudah pecah) sehingga dapat digunakan untuk mengukur kekerasan permukaan gigi. Micro Vickers Hardness Tester adalah pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai kekerasan yang kecil dengan indentasi yang lebih kecil. Beban yang digunakan adalah antara 1 – 1.000 mg.30

Pengukuran kekerasan dengan Micro Vickers dilakukan dengan meletakkan bahan yang mau diuji kekerasannya pada meja Micro Vickers tersebut, lalu indentor

Vickers tersebut dikenai pada bahan yang diuji. Setelah indentornya menyentuh bahan

(35)

Hasil panjang diagonal kemudian diambil rata-ratanya dan dimasukkan kedalam rumus :

HVN =

d2

1,854,4 × 100 gram

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Enamel merupakan jaringan terkeras yang ada pada tubuh manusia. Namun, ia

permeable pada ion-ion dalam cairan serta produk bakteri. pH larutan yang rendah

akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen yang akan merusak integritas mineral-mineral gigi khususnya hidoksiapatit sehingga akan berpengaruh terhadap kekerasannya.

Gigi yang sehat ( gigi yang tidak karies, tidak terdapat tambalan dan fraktur) apabila dipaparkan pada minuman yang bersifat asam terlihat mengalami pelepasan mineral-mineral dari permukaan gigi. Minuman tersebut terdiri dari teh botol, kopi dan bir merupakan minuman yang memiliki pH rendah yang memberikan efek merusak pada gigi. Hal ini dimungkinkan karena adanya celah (crack) dan ruang mikroskopis di antara enamel rods dan kristal enamel yang memudahkan penetrasi.

(37)

Berdasarkan pendapat inilah yang menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kekerasan gigi dengan terlihatnya pelepasan mineral-mineral dari permukaaan enamel yang terpapar pada minuman yang bersifat asam.

3.1 Kerangka Konsep

Sampel gigi

Perendaman gigi di dalam minuman

Teh botol Kopi Bir

Permukaan enamel terpapar dengan minuman bersifat asam

Melarutnya permukaan enamel

Presipitation Demineralisasi

Ca10(PO4)6(OH)2 10 Ca2+ + 6PO43-+2OH- Solid Solution

Demineralisasi

(38)

3.2 Hipotesis penelitian

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorium dengan desain penelitian Pretest Posttest Control Group Design. Alasan digunakan jenis penelitian ini adalah untuk melihat perubahan sebelum dan setelah perlakuan subjek yang diteliti.

4.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi premolar atas yang yang tidak mengalami karies, tambalan dan fraktur. Dalam pencarian yang dilakukan, gigi premolar merupakan jenis gigi yang mudah didapatkan dan masih dalam kondisi yang bagus, yang merupakan pencabutan untuk perawatan ortodonti. Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus :32

(t-1) (r-1) ≥ 15 r ≥ {15 : (t-1)} + 1 {15 : (3-1)} + 1 r ≥ 8,5 = ~ 9 dimana :

(40)

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa jumlah sampel pada setiap perlakuan adalah 9 gigi. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 30 gigi. Sampel dipilih menggunakan cara Stratified Random Sampling, dimana sampel dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 gigi premolar atas. Sebelum digunakan, sampel direndam terlebih dahulu dengan larutan sodium

hypochlorite (NaOCl) 5% untuk mensterilisasi gigi tersebut. Setelah itu dilakukan

pemotongan akar dengan menggunakan mikromotor, karena pengukuran hanya dilakukan pada permukaan enamel mahkota gigi untuk mengkondisikan seperti di rongga mulut.

4.3 Kriteria Sampel

Kriteria sampel penelitian ini adalah :

Kriteria Inklusi : Gigi non karies, tidak terdapat tambalan dan fraktur.

Gigi yang bagus dan sehat merupakan kriteria untuk melakukan penelitian ini agar dapat dilakukan pengukuran pada permukaan gigi dan hasilnya akurat.

Kriteria Ekslusi : Gigi karies, terdapat tambalan dan fraktur.

(41)

4.4 Variabel Penelitian

Variabel Tak Terkendali - Suhu ruangan

Variabel Bebas

pH Minuman Variabel Tergantung - Larutan kopi - Kekerasan permukaan gigi - Minuman bir

- Minuman teh botol

Variabel Terkendali

- Jenis minuman yang digunakan - Jenis gigi yang digunakan

- Lamanya perendaman yaitu 30, 60,120 menit - Volume larutan yang diuji

- Ketrampilan operator yang dilakukan oleh petugas laboratorium material Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI)

- Alat ukur pH : pH Meter Hanna (HI 98107)

(42)

4.4.1 Variabel Bebas

Yang termasuk ke dalam variabel bebas pada penelitian ini adalah - pH minuman Teh botol, Kopi dan Bir.

4.4.2 Variabel Tergantung

Yang termasuk ke dalam variabel tergantung pada penelitian ini adalah kekerasan permukaan gigi.

4.4.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali untuk penelitian ini sebagai berikiut : - Jenis minuman yang digunakan

- Jenis gigi yang digunakan

- Lamanya perendaman yaitu 30, 60,120 menit - Volume larutan yang diuji

- Ketrampilan operator yang dilakukan oleh petugas laboratorium material PendidikanTeknologi Kimia Industri (PTKI)

- Alat ukur pH : pH Meter Hanna (HI 98107)

- Alat pengukuran kekerasan : Micro Vickers Hardness Tester - Teknik pengukuran kekerasan

4.4.4 Variabel Tidak Terkendali

Variabel tidak terkendali untuk penelitian ini adalah: suhu ruangan.

4.5 Defenisi Operasional Penelitian

(43)

b) pH minuman adalah pH yang diambil di dalam temperatur ruangan dengan menggunakan pH Meter Hanna 98107.

c) Minuman kopi adalah kopi Indocafe Original Blend (PT Sari Indofood

Corporation) dengan penyajian satu sendok bubuk kopi indoface original blend didilarutkan dalam 150 ml air dengan pH 4,1.

d) Minuman bir adalah minuman kaleng yang bermerek Anker yang

mengandung alkohol +/- 4,77% diproduksi oleh PT Delta Djakarta dengan pH 2,9. e) Minuman teh botol adalah minuman ringan yang terbuat dari ekstrak teh yang diproduksi oleh PT Sosro dengan pH 6,7.

f) Kekerasan permukaan gigi adalah ketahanan permukaan gigi terhadap suatu tekanan dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester.

4.6 Bahan dan Alat Penelitian 4.6.1 Bahan Peneliatian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Gigi premolar atas

b) Larutan kopi c) Bir

(44)

4.6.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : a) pH Meter Hanna 98107

b) Beaker glass 100 ml (Pyrex, Indonesia)

c) Beaker glass 250 ml (GG-17)

d) Micro Vickers Hardness Tester

e) Kalkulator

f) Tempat perendaman g) Mikromotor

h) Bur fraser i) Masker j) Sarung tangan

k) Stopwatch

l) Kain lap

m) Alat tulis dan kertas

(45)

Gambar 5. Alat dan bahan penelitian

4.7 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Oral FKG Universitas Sumatera Utara untuk pengukuran pH dan penyiapan sampel dan di Laboratorium Material test Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Jl. Menteng VII Medan untuk melakukan pengukuran kekerasan permukaan gigi dengan menggunakan Micro

Vickers Hardness Tester.

Waktu Penelitian

(46)

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Pengukuran pH Minuman

1. Pengukuran pH bir Anker dengan menuangkan minuman bir tersebut ke dalam baker glass 100 ml lalu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH Meter Hanna 98107.

2. Pengukuran pH larutan kopi indocafe original bland, satu sendok teh bubuk kopi indocafe dilarutkan dalam 150 ml air lalu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH Meter Hanna 98107.

3. Pengukuran pH minuman teh botol dengan menuangkannya ke dalam baker glass 100 ml lalu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH Meter Hanna 98107.

(47)

4.8.2 Persiapan Sampel Sebelum Dilakukan Perendaman

1. Sampel gigi berjumlah 30 yang telah dipotong bagian akarnya, kemudian dibagi dalam 3 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 gigi premolar atas.

2. Sampel ditanam dalam balok gips dalam ukuran 3 ҳ 3 cm dengan permukaan bagian bukal menghadap ke atas. Setiap sampel diberi tanda (nomor urut) untuk setiap kelompok.

3. Melakukan pengukuran kekerasan permukaan gigi dan dicatat sebagai kekerasan awal sebelum dilakukan perendaman dengan menggunakan Micro Vikers

Hardness Tester. Ini dilakukan pada semua kelompok.

(48)

Gambar 8. Hasil pemotongan akar pada sampel gigi

Gambar 9. Sampel gigi yang telah ditanam dengan gips dan diberi nomor urut

4.8.3 Perendaman Sampel

Kelompok perendaman pada penelitian ini dibagi dalam 3 kelompok yaitu: 1. Kelompok I : Sampel direndam dalam larutan teh botol selama 30, 60 dan 120 menit kemudian diukur kekerasannya.

2. Kelompok II : Sampel direndam dalam larutan kopi selama 30, 60 dan 120 menit kemudian diukur kekerasannya.

(49)

4.8.4 Pengukuran Kekerasan Permukaan Enamel Gigi

1. Pengukuran kekerasan pada masing-masing kelompok dilakukan sebelum perendaman sebagai data awal kekerasan permukaaan gigi.

2. Sampel kelompok I direndam selama 30 menit, setelah itu lakukan pengukuran kekerasan sebagai data kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 30 menit

3. Sampel kelompok I direndam lagi selama 30 menit, pengukuran kekerasan permukaan sampel merupakan data kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 60 menit.

4. Sampel kelompok I direndam lagi selama 60 menit, pengukuran kekerasan permukaan sampel merupakan data kekerasan permukaan gigi setelah perendaman 120 menit.

5. Kelompok II dan III dilakukan seperti kelompok I.

6. Setiap sampel dilakukan pengukuran 3 kali kemudian diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan sampel.

(50)

kedua diagonal diatas lalu masukkan ke dalam rumus.

a b

c d

Gambar 10. Prosedur Pengukuran kekerasan permukaan enamel dengan Micro

Vickers Hardness Tester

a. Penentuan beban yang dipakai untuk pengukuran kekerasan

permukaan gigi

b. Letakan sampel gigi pada meja Micro Vickers tersebut

(51)

4.9 Pengolahan dan Analisis data

Data dikumpulkan dan ditabulasikan dengan mengunakan Statistical Package

for the Social Science (SPSS) untuk memasukkan data, kemudian dilakukan uji

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pengukuran pH minuman teh botol, kopi dan bir dilakukan dengan menggunakan pH Meter Hanna 98107. Setelah pengukuran pH minuman diambil, maka dilakukan perendaman gigi selama 30, 60 dan 120 menit pada masing-masing minuman tersebut, kemudian diukur kekerasan permukaan gigi dengan menggunakan

Micro Vickers Hardness Tester untuk mengetahui apakah ada perbedaan kekerasan

permukaan gigi sebelum dan setelah perendaman 30, 60 dan 120 menit pada masing-masing minuman tersebut.

4.1 Pengukuran pH Minuman Teh botol, kopi dan bir

Hasil perhitungan Uji Statistik ANOVA Satu Arah yang dilanjutkan dengan

Least Significant Difference (LSD) menunjukkan teh botol memiliki rata-rata pH 6,7

(53)

Perbedaan pH ketiga jenis minuman tersebut bertujuan untuk melihat perbedaan penurunan kekerasan akibat pH yang berbeda.

Tabel 3. Perbedaan pH antara ketiga jenis minuman ( Teh botol, Kopi dan Bir)

Jenis

4.2 Perhitungan Kekerasan Permukaan Gigi pada Ketiga Minuman

Hasil pengukuran kekerasan dengan menggunakan alat Micro Vickers

Hardness Tester berupa diagonal vertikal dan diagonal horizontal, lalu diambil

(54)

Tabel 4. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum

Hasil Uji Statistik ANOVA Satu Arah pada teh botol, menunjukkan nilai rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum perendaman yaitu 297,824 VHN dengan standard deviasi 51,2580, setelah perendaman 30 menit yaitu 267,693 VHN dengan standard deviasi 46,6348, setelah perendaman 60 menit 249,968 VHN dengan standard deviasi 50,6087 dan setelah perendaman 120 menit rata-rata kekerasannya 249,851 VHN dengan standard deviasinya 65,4426. Hasil perhitungan ANOVA Satu Arah didapatkan nilai p=0,173 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) perendaman dalam minuman teh botol terhadap kekerasan gigi.

Tabel 5. Hasil uji LSD kekerasan permukaan gigi setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit dalam larutan teh botol

(55)

Hasil uji LSD pada teh botol didapat bahwa perbedaan rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum perendaman dengan setelah perendaman 30 menit yaitu 30,131 VHN dengan nilai p=0,220, sebelum perendaman dengan setelah perendaman 60 menit yaitu 47,856 VHN dengan nilai p=0,055 dan sebelum perendaman dengan setelah perendaman 120 menit yaitu 47,973 VHN dengan nilai p=0,054. Dari ketiga waktu perendaman (30, 60 dan 120 menit) menunjukkan bahwa penurunan kekerasan permukaan gigi yang disebabkan oleh teh botol selama perendaman 30, 60 dan 120 menit tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

Tabel 6. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan sebelum dan setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit di dalam larutan kopi

(56)

didapatkan nilai p=0,212 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) perendaman dalam minuman kopi terhadap kekerasan gigi.

Tabel 7. Hasil uji LSD kekerasan permukaan gigi setelah perendaman selama 30,60 dan 120 menit di dalam larutan kopi

Waktu Mean Difference Sig.

30 menit Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna

(57)

Tabel 8. Hasil uji ANOVA Satu Arah rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum

Hasil Uji Statistik ANOVA Satu Arah pada bir, menunjukkan nilai rata-rata kekerasan permukaan gigi sebelum perendaman yaitu 283,163 VHN dengan standard deviasi 71,8470, setelah perendaman 30 menit yaitu 256,039 VHN dengan standard deviasi 78,5972, setelah perendaman 60 menit 229,337 VHN dengan standard deviasi 59,8877 sedangkan setelah perendaman 120 menit rata-rata kekerasannya 217,429 VHN dengan standard deviasinya 57,1049. Hasil perhitungan ANOVA Satu Arah didapatkan nilai p=0,212 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) minuman bir terhadap kekerasan gigi.

Tabel 9. Hasil uji LSD kekerasan permukaan gigi setelah perendaman selama 30, 60 dan 120 menit di dalam larutan bir

Waktu Mean Difference Sig.

(58)
(59)

BAB 6 PEMBAHASAN

Kekerasan permukaan gigi sangat bervariasi dari setiap gigi dan lokasi yang diukur. Pengaruh komposisi kimiawi dan ketebalan enamel sangat mempengaruhi kekerasannya. Ketebalan enamel juga berbeda satu gigi dengan gigi lainnya, ketebalan pada insisal ridge insisivus rata-rata 2,5 mm, premolar rata-rata 2,3-2,5 mm sedangkan pada cups molar rata-rata 2,5- 3 mm.8 Penggunaan sampel gigi premolar pada penelitian ini juga menunjukkan kekerasan yang bervariasi, ini diketahui dari standard deviasi pada setiap kelompok. Rata-rata kekerasan enamel yang diukur berkisar dari 217 – 298 VHN, menurut Craig dan Peyton kekerasan enamel berkisar dari 340 – 418 VHN, Wilson dan Love melaporkan 263 – 327 VHN.14 Sesuai dengan kekerasan yang dinyatakan oleh para peneliti di atas, maka rata-rata kekerasan gigi yang didapat pada penelitian ini masih dapat diterima.

Hasil penelitian uji ANOVA Satu Arah didapatkan tidak ada pengaruh minuman teh botol, kopi dan bir terhadap kekerasan gigi. Hasil uji LSD perendaman dalam teh botol tidak terdapat penurunan kekerasan gigi yang bermakna (p>0,05) baik pada perendaman 30, 60 dan 120 menit. Dari hasil tersebut diketahui bahwa teh botol dengan pH 6,7 tidak begitu berpengaruh terhadap penurunan kekerasan enamel selama perendaman 30, 60 dan 120 menit, ini mungkin dikarenakan nilai pH minuman tersebut mendekati pH netral.

(60)

kekerasan gigi yang bermakna (p<0,05) setelah perendaman 120 menit, sedangkan pada perendaman selama 30 dan 60 menit tidak terdapat penurunan kekerasan yang bermakna (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa kedua jenis minuman ini berpengaruh pada penurunan kekerasan gigi setelah perendaman 120 menit dan semakin berpengaruh apabila semakin lama perendaman yang dilakukan, hal ini disebabkan nilai pH kedua jenis minuman tersebut lebih rendah dari pH kritis untuk hidroksiapatit (pH 5,5) sehingga dapat melarutkan hidroksiapatit enamel gigi dan mempengaruhi kekerasan gigi.9,20

(61)

Penurunan kekerasan gigi terjadi karena larutnya enamel akibat terpapar dengan asam yang berasal dari minuman tersebut seperti yang diteliti oleh Frunholer dan Rogers bahwa minuman-minuman dengan pH yang rendah dapat melarutkan enamel dengan melihat weight lossnya. Mereka menyatakan bahwa minuman berkarbonat lebih nyata melarutkan enamel dibandingkan dengan minuman kopi, teh dan bir.20

Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, menyatakan bahwa kandungan kalsium, fosfat dan fluor yang terdapat dalam minuman yang diteliti mampu menurunkan bahkan memberhentikan kelarutan enamel sehingga akan menurunkan potensi penurunan kekerasan gigi dan juga potensi erosifnya. Penelitian yang dilakukan Lussi dkk. tahun 1993 melaporkan bahwa setelah merendam gigi di dalam jenis minuman yang berbeda-beda dan memiliki pH yang berbeda selama 20 menit, tidak terdapat perubahan kekerasan sebelum dan setelah perendaman dalam minuman bir karena terdapat kandungan fosfat, kalsium dan fluor yang tinggi pada minuman tersebut, tetapi terjadi perubahan kekerasan setelah direndam dalam minuman ringan seperti coca-cola, sprite, pepsi, wine dan jus buah yang memiliki kadar kalsium, fosfat dan fluor yang rendah11

Wongkhantee dkk. juga melaporkan terjadinya penurunan kekerasan gigi yang signifikan setelah direndam dalam minuman orange juice dengan pH 3,75, sport

drink dengan pH 3,78 tetapi pada minuman yoghurt dengan pH 3,83 tidak terdapat

(62)

tersebut beberapa upaya yang dilakukan oleh pabrik pembuatan minuman ringan dengan mencoba memodifikasi minuman ringgan. Caranya dengan menambah atau menggurangi komponen tertentu dalam minuman ringan seperti dengan penambahan kalsium, fosfat dan fluor.2,3,5

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minuman terhadap kekerasan gigi yang dilakukan secara eksperimental di laboratorium. Penelitian dilakukan pada gigi yang telah dicabut dan direndam dengan minuman bersifat asam. Permukaan gigi yang terendam akan langsung mengalami demineralisasi. Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk pori-pori kecil pada enamel yang disebut juga porositas, yang akan menyebabkan kekerasan enamel menurun.9 Kondisi ini dapat dilihat pada minuman kopi dan bir, dengan lamanya perendaman selama 120 menit didapat penurunan kekerasan gigi sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila direndam dalam waktu lama dan terus-menerus dalam beberapa hari dapat menunjukkan hasil penurunan kekerasan enamel yang signifikan. Hal ini harus diperhatikan karena konsumsi minuman kopi dan bir pada beberapa orang dapat menjadi suatu hal yang sering dilakukan dan bahkan menjadi kebiasaaan.

(63)

glycoprotein, protein dan beberapa enzim. Pelikel mempunyai peranan untuk melindungi enamel yang terpapar dengan minuman yang bersifat asam.3,6

Kerusakan enamel tidak hanya tergantung pada pH minuman yang rendah namun paling utama adalah kapasitas buffer minuman tersebut. 5 Kapasitas buffer merupakan jumlah alkali atau basa yang dibutuhkan untuk mencapai pH 7. Setiap minuman memiliki kapasitas buffer yang berbeda-beda yang memberikan efek erosif yang nyata apabila berkontak dengan permukaan gigi, semakin tinggi kapasitas buffer minuman atau makanan akan meningkatkan proses melunaknya permukaan gigi yang kemudian akan terlarut karena banyak ion-ion dari mineral gigi diperlukan untuk menginaktifkan asam. Pada kondisi seperti ini, jumlah minuman yang masuk ke dalam rongga mulut berhubungan dengan jumlah saliva yang ada untuk mengatasi proses kelarutan tersebut tetapi semakin tinggi kapasitas buffer suatu minuman, semakin lama waktu saliva untuk menetralisasikan asam di rongga mulut.3 Penelitian Bamise dkk. pada tahun 2007 melaporkan bahwa jus buah memiliki efek erosif atau merusak gigi lebih tinggi dibandingkan dengan minuman ringan berkarbonat, karena jus buah memiliki kapasitas buffer yang tinggi (sukar dibuffer sampai pada tahap netral).21

(64)

dibandingkan hidroksiapatit. Tanpa adanya saliva, efek minuman ringan terhadap permukaan enamel akan lebih merusak.9

Gigi hanya larut di dalam saliva atau cairan plak apabila pH lebih rendah dari pH kritikal saliva, dimana pH saliva adalah 5,5 – 6,5. Pada individu yang mempunyai konsentrasi saliva yang rendah, pH kritikal mungkin sekitar 6,5. Apabila individu mempunyain konsentrasi saliva tinggi pH kritikal sekitar 5,5. pH kritikal tidak tetap karena kandungan kalsium dan fosfat di dalam cairan plak berbeda antara satu individu dengan individu lainya. Lebih banyak kalsium dan fosfat di dalam suatu larutan, semakin rendah pH kritikal larutan tersebut.20

Perbedaan yang dapat dilihat dari proses demineralisasi didalam rongga mulut dan di luar rongga mulut membuat adanya keuntungan dan kerugian penelitian yang dilakukan secara eksperimental. Keuntungan penelitian secara eksperimental adalah dapat dilakukan pengukuran kekerasan enamel dengan alat Micro Vickers Hardness

Tester, sedangkan secara in vivo tidak memungkinkan dilakukan dalam rongga

mulut. Kerugian penelitianya yang mengunakan gigi yang sudah dicabut, di mana minuman ringan berkontak langsung dengan enamel gigi tanpa adanya buffer oleh saliva.20

(65)

usahakan minum air putih setelah mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung asam.2

Peneliti berharap agar dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan berbagai jenis minuman lainnya di pasaran. Semakin banyaknya jenis minuman yang ditawarkan oleh produsen-produsen minuman ringan dengan tingkat pH yang bervariasi dan kandungannya yang dapat merusak gigi. Seperti penelitian-penelitian terdahulu mengatakan bahwa adanya pengaruh mineral-mineral yang terkandung dalam minuman dapat mempengaruhi kelarutan enamel maka bukan hanya pH minuman itu saja yang harus diteliti tetapi juga mineral-mineral yang terdapat pada minuman tersebut seperti kalsium, fosfat dan fluor, agar diketahui seberapa besar pengaruh minuman tersebut terdapap erosi maupun kekerasan gigi.

(66)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga jenis minuman (Teh botol, Kopi dan Bir) mempunyai pH yang berbeda dimana teh botol mempunyai pH lebih tinggi yaitu 6,7 dan minuman bir memiliki pH yang terendah dari kedua jenis minuman tersebut yaitu 2,9.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa minuman teh botol tidak mempengaruhi penurunan kekerasan gigi selama perendaman 30, 60 dan 120 menit, sedangkan perendaman dalam minuman kopi dan bir berpengaruh pada penurunan kekerasan gigi setelah perendaman 120 menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin rendah pH minuman dan lama perendaman maka akan semakin menurunkan kekerasan gigi.

7.2 Saran

Saran Penulis dalam penelitian ini :

1. Penelitian lanjutan terhadap berbagai jenis minuman lainnya yang dikonsumsi oleh masyarakat yang bersifat asam agar diketahui efeknya terhadap kekerasan gigi dan juga erosi gigi.

(67)
(68)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gandara BK, Truelove EL. Diagnosis and management of dental erosion. J Contemporary Dent Practice 1999; 1: 1-17.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan

pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 21-4.

3. Lussi A, Schaffner M, Bern TJ, Switzerland. Dental erosion-diagnosis and

prevention in chidren and adults. Int Dent J 2007; 57: 385-398.

4. Ginting R. Pengaruh uap sulfur dioksida yang dihasilkan oleh pabrik

pembuatan asam sulfat terhadap terjadinya erosi gigi pada masyarakat desa

pujimulyo dan sekitarnya, kecamatan Sunggal, Medan. Tesis. Medan: FKG

USU. 1999: ii.

5. Bamise CT, Kolawol KA, Oloyede. The determinants and control of soft

drink-incited dental erosion. Rev Clin Pesq Odontol 2009; 5 : 141-154.

6. Lussi A, Jaeggi T. Erosion-diagnosis and risk factors. Clin Oral Invest 2008; 12 : S5-S13.

7. Al-Dlaigan YH, Shaw L, Smith A. Tooth surface loss: dental erosion in a

group of british 14- year-old school chidren part II: influence of dietary

intake. British Dental J 2001; 190 : 258-261.

8. Sluder T.B. Clinical dental anatomy, histology, physiology and occlusion. Sturdevant C.M., Barton R.E., Sockwell C.L., Strickland W.D. The Art and science of Operative Dentistry. New Delhi : Mosby, 2001: 7-18.

(69)

gigi. Den J. 2005; 38: 60-63.

10. Dawes C. What is the critical pH and why does a tooth dissolve in acid. J Can Dent Assoc 2003; 69: 722-24.

11. Lussi A, Jaeggi T, Zero D. The role of diet in the aetology dental erosion. Caries Res 2004; 38: 34-44.

12. Rahardjo TBW. Kelarutan email gigi dalam larutan buffer asetat pH 4

dengan dasar air PDAM Palembang serta kuah pempek`: suatu studi

laboratorik dengan pendekatan kimiawi dan mikroskop elektron. Jakarta:

ECG, 1993 :1-8, 55.

13. Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 1995 : 9-11.

14. Reyes-Gasga J, Gutierrez-Salazar MP. Microhardness and chemical

composition of human tooth. Mat. Res 2003; 6: 1-10.

15. Schuuar AHB. Patologi gigi-geligi. Ahli Bahasa. Sutatmi S. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press, 1992; 163-75.

16. Meurman JH, Cate JM. Pathogenesis and modifying factors of dental

erosion.Eur J Oral Sci 1996.(Abstract )

17. Fathilah AR, Rahim ZHA. The effect of beverages on the release of calcium

from the enamel surface. Annal Dent Univ Malaya 2008;15: 1-4.

18. Deshpande SD, Hugar SM. Dental erosion in chlidren : an increasing clinical

problem. J Indian Soc Ped Prev Dent 2004; 22 : 118-127.

19. Dugmore CR, Rock WP. A multifactorial analysis of factors associated with

dental erosion. Br Dent J 2004;196 : 283-286.

(70)

Jul-Aug:308-312.

21. Bamise CT, Ogunbodede EO, Olusile AO, Esan TA. Erosif potential of soft

drinks in negeria. World J Med Sci. 2007; 2: 115-119

22. Milosevic A. Dietary acid-a risk to dental health?. British Food Journal 2004;457-464.

23. Ilyas M. Perbedaan kadar kalsium dalam saliva sebelum dan setelah

mengkonsumsi minuman ringan yang mengandung asam sitrat. JITEKGI

2006; 3 : 96-99.

24. Anwar DA, Supartinah Al, Handajani J. Efek kumur ekstrak teh hijau

(Camelia sinensis) terhadap derajat keasaman dan volume saliva penderita

gingivitis. Indonesian Journal of dentistry 2007;14: 22-26.

25. Najiyati S, Danarti. Kopi budidaya dan pascapanen. Jakarta: Penebar Swadaya, 2006 : 158-9.

26. Weier, Anthony J. Beverage filter for reducing coffee acidity. US Patent 2000 :1-20.

(71)

31. Manappallil JJ. Basic dental material.New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers 1998 17-19

32. Hanafiah KA. Rancangan percobaan aplikatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005 : 12.

33. Seow WK, Thong KM. Erosif effects of common beverages on extracted

premolar teeth. Aust Dent J. 2005; 50(3): 173-8.

34. Wongkhantee S, Patanapiradej V, Maneenut C, Tantbirojn D. Effect of

acidic food and drinks on surface hardness of enamel, dentine, and

tooth-coloured filling materials. Journal of Dentistry 2005; 20 : 1–7.

.

(72)

Lampiran 1. Skema Alur Penelitian

Pengukuran pH minuman

Penyediaan sampel gigi. Gigi dipotong bagian mahkota dari akarnya. Sampel dibagi dalam 3 kelompok, kemudian ditanam dalam balok gyps dengan ukuran 3 ҳ 3 cm

Pengukuran kekerasan awal sebelum dilakukan perlakuan perendaman

Dilakukan perlakuan perendaman

Kelompok 1 : Teh botol Kelompok 2 :LarutanKopi Kelompok 3 : Bir

selama 30, 60,120 menit selama 30, 60,120 menit selama 30,60 120 menit

Pengukuran kekerasan

Gambar

Gambar                                                                                                              Halaman
Tabel 1.  Perbedaan komposisi kimiawi antara enamel, dentin dan sementum.8
Gambar 1.  pH Meter Hanna 98107
Gambar 3.  Micro Vickers Hardness Tester
+7

Referensi

Dokumen terkait

asam dapat mengakibatkan pelepasan kalsium dari permukaan enamel gigi. Kebiasaan orang dewasa ini selain minum minuman ringan yang dingin dibarengi. dengan memakan makanan yang

Hasil penelitian tersebut menunjukan terjadi penurunan kekerasan permukaan gigi setelah perendaman pada minuman bersoda. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Leslie

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kekerasan email gigi desidui antara sebelum dan sesudah dilakukan perendaman dengan beberapa jenis minuman yang diteliti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kekerasan email gigi setelah perendaman minuman jus lemon kemasan pada durasi waktu 5, 10 dan 15

Demikian juga pada perendaman gigi dalam minuman kopi selama 60 jam terdapat nilai perubahan warna gigi yang lebih tinggi bermakna terjadi pada kelompok suhu

Selanjutnya gigi diukur kekerasan enamel awal dengan micro vickers , lalu direndam dalam jus jeruk kemasan untuk demineralisasi selama 5 menit kemudian diacak dan dibagi menjadi

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jumlah dan perbedaan ion kalsium yang terlepas dari permukaan enamel gigi setelah perendaman selama 5 menit dengan larutan teh, kopi,

Apakah terdapat perbedaan ion kalsium yang terlepas dari permukaan enamel gigi pada perendaman selama 5 menit antara larutan teh, kopi, dan kopi susu.. Universitas