• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Pengaruh Fumigan CH3Br terhadap Kematian Tikus

Keberhasilan pelaksanaan fumigasi kapal untuk pemberantasan tikus sangat tergantung dari fumigan yang dibutuhkan, lamanya waktu yang diperlukan dan sasaran/target dari pemberantasan. Sehingga dalam penelitian tersebut sangat diperhatikan, salah satunya adalah dosis yang sesuai.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 2 kali uji coba, masing-masing dengan 3 kali ulangan yang dilakukan menggunakan sistim manual dan sistim penguapan, fumigan yang dipakai yaitu, CH3Br pada dosis 2 gram/m³ dan 4 gram/m³ dengan waktu 8 jam, sehingga diperoleh dosis yang tepat terhadap kematian tikus di kapal.

Kelebihan dosis fumigan khususnya CH3Br, akan merusak sel tubuh seperti kongesti hati, ginjal, otak dan paru dengan perubahan degeneratif dalam sel. Selain efek tersebut dapat juga mengakibatkan menembus kulit, mata dan saluran pernafasan. Jika kulit bersinggungan dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan kelebihan fumigan yang ada dapat menyebabkan dermatitis akut. Selain itu kelebihan dosis fumigan juga dapat berdampak pada sistim peredaran darah dalam tubuh, karena CH3Br bersifat komulatif (Sartono, 2002).

Selain kelebihan fumigan efek negatif terhadap manusia, kelebihan fumigan juga dapat membawa dampak pada lingkungan, karena CH3Br adalah gas yang komulatif lebih berat dari udara dengan titik didih 3,6 ºC, mempunyai penetrasi yang cukup besar dan sangat mudah menguap. Bila di lepas ke udara akan bereaksi dengan ozon (O3) sehingga dapat mengakibatkan penipisan lapisan ozon, karena lapisan ozon

berfungsi melindungi kehidupan di bumi dari radiasi sinar ultra violet.

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwa efektifitas CH3Br pada dosis 2 gram/m³ dengan menggunakan sistim manual, rata-rata hanya 10,3 ekor tikus yang mati atau 51,5 % dari jumlah tikus yang ada. Sedangkan pada Tabel 4.15 dengan menggunakan sistim penguapan dapat dilihat juga bahwa efektifitas CH3Br pada dosis 2 gram/m³ ternyata sama hasilnya dengan sistim manual yaitu tidak efektif terhadap pemberantasan tikus di kapal.

Semakin bertambahnya dosis fumigan CH3Br yang digunakan pada sistim manual yaitu 4 gram/m³ tingkat kematian tikus mencapai 100 %, karena kandungan zat toksik pada bahan kimia CH3Br semakin tinggi di dalam ruangan kapal, hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian pada Tabel 4.2.

Sedangkan pada sistim penguapan, kurang berpengaruh pada tambahan dosis fumigan CH3Br yaitu dosis 4 gram/m³, hal ini disebabkan fumigan CH3Br dari tabung tidak langsung disemprotkan ke ruangan kapal tetapi dilakukan pencampuran dan proses penguapan terlebih dahulu dengan air yang ada pada boiler evaporation.

Tidak efektifnya fumigasi dengan sistim penguapan pada dosis rendah karena toksisitas CH3Br sudah berkurang terhadap daya bunuh tikus akibat dilakukan pencampuran dan penguapan sebelum dilakukan fumigasi sehingga sifat gas CH3Br yang lebih berat dari udara dan mempunyai tekanan yang cukup besar ketika pelepasan gas pada saat dilakukan fumigasi kapal tidak tampak dan gas tidak langsung menekan kesasaran (Depkes RI, 1990).

Bila dilihat dari penetrasi CH3Br dengan menggunakan sistim penguapan, sistim ini sangat cocok digunakan pada fumigasi lokal yaitu pada gedung atau pabrik karena fumigan yang tersebut merupakan senyawa campuran yang menguap secara lambat dan tidak terdifusi cepat dari ruang yang digas keruang bangunan utama (Depkes RI, 1990).

Pada Tabel 4.2 dengan menggunakan sistim manual pada dosis 4 gram/m³ selama waktu 6 jam, rata-rata tikus yang mati adalah 100 % dari jumlah tikus yang ada. Hal ini disebabkan adanya penambahan dosis dan waktu, sehingga fumigan lebih cepat bereaksi dan mempunyai tekanan yang cukup besar untuk membunuh tikus dengan sasaran yang lebih cepat pada kematian tikus karena langsung bereaksi terhadap gangguan paru-paru, sistim peredaran darah dan pernafasan pada tikus.

Efektifitas CH3Br dengan menggunakan sistim manual pada dosis 4 gram/m³ selama waktu 6 jam adalah dosis yang sesuai untuk pemberantasan tikus kapal karena dosis yang tepat dapat terhindar dari bahaya keracunan fumigator, kerusakan lingkungan, kerusakan barang/peralatan di kapal seperti terjadinya korosif pada

kontainer, ruangan yang terkontaminasi, menimbulkan kerusakan pada barang-barang komoditi.

Untuk lebih aman bagi fumigator dan lingkungan, penelitian ini sampai dengan jam ke 8, hal ini dikarenakan pada jam ke 6 gas CH3Br masih tinggi yaitu 15 ppm, yang mana pada nilai 15 ppm belum aman bagi fumigator dan lingkungan. Sehingga penelitian ini ditunggu sampai jam ke 8 dengan nilai gas CH3Br berkisar dibawah 10 ppm, sesuai dengan anjuran Depkes RI Nomor 716 Tahun 1990 untuk titik aman pembebasan gas.

Tinggi rendahnya jumlah gas CH3Br pada ruangan kapal dapat dideteksi menggunakan alat gas dektektor. Bila gas diruangan kapal masih ada dan jumlah yang tinggi, dapat dilihat angka pada gas detektor dan alat tersebut mengeluarkan bunyi sinyal sebagai tanda masih adanya gas di ruangan kapal tersebut. Untuk lebih cepat gas bebas dalam ruangan, diperlukan blower isap dari dalam ruangan.

Berdasarkan Tabel 4.5 sampai dengan Tabel 4.8 diketahui bahwa dari hasil uji statistik analisis sidik ragam ternyata F hitung < dari F tabel sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah kematian tikus tetapi pada dosis 4 gram/m³ dengan sistim manual pada waktu 6 jam yaitu, pada F tabel 1,73 ada peningkatan dalam jumlah kematian tikus dibandingkan dengan percobaan lainnya. Secara umum hasilnya bahwa Ftabel < dari F hitung maka tidak perlu dilakukan uji DNMRT (Duncan New Multiple Range Test) atau Uji Beda Jarak Nyata Duncan.

Hasil penelitian dengan penghitungan secara statistik tidak dapat dibuktikan, tetapi secara faktual dengan penghitungan secara matematik dapat dibuktikan dengan

adanya jumlah kematian tikus yang mencapai 100 % pada dosis 4 gram/m³ dengan waktu 6 jam dan 8 jam dengan sistim manual.

5.2. Suhu dan Kelembaban Ruangan Penelitian

Pada saat penelitian dilakukan, temperatur udara di dalam ruangan kapal diukur dengan menggunakan alat Thermometer dengan hasil pengukuran berkisar 29ºC sampai dengan 30,4 ºC, sedangkan kelembaban udara di dalam ruangan kapal diukur dengan menggunakan alat Hygrometer dengan hasil pengukuran berkisar 63 % sampai dengan 65 %. Suhu udara dan kelembaban tersebut tidak mempengaruhi dalam penelitian, karena pada suhu dan kelembaban tersebut adalah suhu dan kelembaban yang optimal pada saat melakukan fumigasi (Depkes RI, 1990).

5.3. Waktu Fumigasi

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian dalam uji coba adalah 8 jam sampai dengan titik aman. Waktu sangat mempengaruhi dalam penelitian, hal ini disebabkan efektifitas dan zat toksik pada fumigan sangat tergantung dengan lamanya waktu pemaparan suatu objek penelitian.

Dokumen terkait