• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Internal

Karakter wirausaha santri pertanian pondok pesantren Darul Fallah terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pada penelitian ini faktor internal ditentukan oleh karakteristik personal yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pekerjaan orang tua, pelatihan sebelum masuk pesantren dan lama tinggal di pesantren.

Umur

Umur dalam penelitian ini adalah usia hidup santri sejak lahir sampai pelaksanaan pengambilan data. Umur responden berada antara umur 15 tahun hingga 19 tahun. Hal ini karena responden memiliki jenjang pendidikan yang sama pada tingkat Aliyah/SMA. Sebanyak 51 responden atau 55.44% dari total responden berada pada umur antara 15 tahun hingga 16 tahun. Kemudian 40.21% berada pada umur antara 17 tahun hingga 18 tahun dan sisanya 4.35% berada pada umur 19 tahun. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Seharusnya umur

18

normal pada tingkat Aliyah/SMA berada pada umur 16 hingga 18 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur tidak menjadi penghambat bagi seseorang yang ingin menjadi santri pondok pesantren Darul Fallah. Pembentukan pribadi dalam membentuk karakter seorang wirausaha pada kondisi umur muda lebih mudah dibandingkan yang sudah dewasa atau tua.

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 15 -16 51 55.44 

2 17 -18 37 40.21 

3 19 4 4.35 

Jenis Kelamin

Pada penelitian ini responden laki-laki berjumlah 51 atau 55.44% dari total responden sedangkan perempuan berjumlah 41 responden atau 44.56% . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini mengindikasikan bahwa pondok pesantren Darul Fallah lebih diminati oleh santri laki-laki. Jumlah santri laki-laki memang relatif lebih banyak dibanding santri perempuan. Menurut hasil penelitian Azzahra (2009), laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk berwirausaha dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarganya, sehingga motivasi untuk menyejahterakan kehidupan keluarganya menjadi salah satu motivasi berwirausaha bagi kaum laki-laki. Sedangkan perempuan memiliki beberapa faktor yang dapat menghambat mereka dalam berwirausaha antara lain persepsi bahwa berwirausaha akan menyita banyak waktu mereka yang harusnya dialokasikan untuk mengurus dan merawat keluarga (Alma 2010).

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 51 55.44 

2 Perempuan 41 44.56 

Tingkat Pendidikan Formal

Variabel yang diduga mempengaruhi karakter wirausaha santri salah satunya adalah tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan merupakan pendidikan yang ditempuh santri di pondok pesantren Darul Falah. Berdasarkan Tabel 6. Tingkat pendidikan formal responden mulai dari kelas X hingga XII. Sebanyak 39 responden atau 42.40% dari total responden merupakan kelas XII, 33 responden kelas XI dan 20 responden merupakan kelas X. Pengambilan responden dengan semua santri Aliyah dikarenakan santri Aliyah mengikuti mata pelajaran kewirausahaan dan melakukan praktek lapang di tiga bidang, baik pertanian, perikanan serta peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah santri di tingkat Aliyah/SMA pondok pesantren Darul Fallah mengalami penurunan.

Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua merupakan salah satu variabel dalam karakteristik santri, yang dikategorikan menjadi dua yaitu wiraswasta dan non-wiraswasta.

19 Maksud wiraswasta di sini adalah pekerjaan untuk memperoleh penghasilan yang relatif mandiri, tidak bergantung pada pola manajerial pihak lain, seperti pedagang, pengusaha, petani dan nelayan. Non-wiraswasta dalam penelitian ini adalah pekerjaan orang tua seperti pegawai baik PNS maupun pegawai swasta. Berdasarkan Tabel 7 sebanyak 48 responden pekerjaan orang tua santri bekerja sebagai non-wiraswasta dan 44 bekerja sebagai wiraswasta. Hal tersebut karena sebagian besar santri berasal dari daerah Jabodetabek yang mayoritas pekerjaan orang tua santri sebagai PNS. Hal ini mengindikasikan bahwa banyaknya orang tua yang bekerja sebagai non-wiraswasta menginginkan anaknya masuk pondok pesantren Darul Fallah untuk mempelajari ilmu keagamaan, pertanian terpadu dan kewirausahaan. Sebagaian besar responden termotivasi masuk pondok pesantren untuk menjadi seorang pengusaha dikarenakan melihat pekerjaan orang tua mereka yang kurang prospektif untuk mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dan motivasi untuk memperbaiki taraf hidup keluarga. Menurut Azzahra (2009), wirausaha memang menjanjikan keuntungan yang besar secara financial dan kebebasan untuk mengelola waktu sendiri dibandingkan dengan menjadi menjadi seorang pegawai negeri. Dengan berwirausaha, selain taraf hidup meningkat, seseorang juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal No Tingkat pendidikan formal Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 X 20 21.73 

2 XI 33 35.87 

3 XII 39 42.40 

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua

No Pekerjaan orang tua Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Wiraswasta 44 47,82 

2 Non- Wiraswasta 48 52,18 

Pelatihan Kewirausahaan Sebelum Masuk Pesantren

Bedasarkan Tabel 8 tingginya jumlah responden yang belum pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren sebesar 78.26% dari total responden, mengindikasikan bahwa santri berminat untuk mempelajari lebih mendalam bidang kewirausahaan yang ada di pondok pesantren Darul Fallah baik pertanian, perikanan maupun peternakan serta mendorong yayasan pondok pesantren untuk menerapkan pendidikan berbasis kewirausahaan baik secara teori maupun secara praktek atau lapang, sehingga lulusan santri Darul Fallah dapat menerapkan prakteknya dan mampu menjadi wirausaha.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pelatihan kewirausahaan sebelum

masuk pesantren

No Pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Belum pernah 72 78,26 

20

Lama Tinggal di Pesantren

Mayoritas responden lama tinggal di pesantren lebih dari dua tahun sebesar 62 responden, 15 responden tinggal di pesantren satu sampai dua tahun dan 15 responden lainnya kurang dari satu tahun. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden kelas XI dan XII mulai tinggal di pesantren sejak tingkat pendidikan Madrasah Tsanawiyah/SMP, sedangkan santri baru di kelas X berasal dari sekolah umum, hanya sebanyak 5 santri saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan Aliyah Darul Fallah.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan lama tinggal di pesantren No Lama tinggal di pesantren Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 <1 Tahun 15 16,30 

2 1-2 Tahun 15 16,30 

3 >2 Tahun 62 67,40 

Faktor Eksternal

Selain faktor internal faktor lain pembentuk karakter wirausaha adalah faktor eksternal. Faktor eksternal pada penelitian meliputi lingkungan belajar di pesantren, materi pembelajaran, tujuan pendidikan, metode pendidikan dan fasilitas pendidikan.

Lingkungan Belajar di Pesantren

Lingkungan belajar pada penelitian ini diukur dari penilaian santri tentang dukungan keberadaan Koran, perpustakaan, media elektronik (televisi), kegiatan olahraga dan akses internet.

Tabel 10 Rataan hitung skor lingkungan belajar di pesantren

No Keterangan Rataan hitung Kategori

1 Akses internet 52.61 Sedang

2 Penggunaan televisi 70.43 Sesuai

3 Perpustakaan 88.04 Sangat sesuai

4 Koran/media cetak 71.09 Sesuai

5 Lapangan olahraga 75.00 Sesuai

Lingkungan belajar di pesantren 71.44 Sesuai Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rataan hitung skor lingkungan belajar di pesantren sebesar 71.44 yang berada dalam kategori sesuai. Lingkungan belajar di pesantren merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi karakter wirausaha, lingkungan belajar di pesantren dapat diukur dari lima variabel diatas, dimana sebesar 52.61 responden menyatakan sedang dalam penggunaan akses internet, 70.43 sesuai dengan penggunaan televisi, 88.04 sangat sesuai dengan penggunaan perpustakaan, 71.09 sesuai dengan keberadaan koran atau media cetak dan 75.44 sesuai dengan lapangan olahraga. Lingkungan belajar dipesantren

21 dapat mendukung semua kegiatan santri dalam belajar dan membentuk proses karakter santri. Menurut Mar’at dan Kartono (2010) pengkondisian lingkungan sekitar merupakan proses belajar yang penting, dimana karakter dan perilaku seseorang dapat terbentuk dari proses belajar dan lingkungan belajar.

Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang diterapkan oleh pondok pesantren Darul Fallah meliputi pelajaran keagamaan, pelajaran umum, kewirausahaan dan pertanian terpadu. Tabel 11 menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren Darul Fallah sesuai dengan skor rataan hitung sebesar 78.74. Sebesar 82.79 responden merasa sesuai dengan materi pembelajaran keagamaan. 87.31 sangat sesuai dengan materi pendidikan umum, 89.67 sangat sesuai dengan materi kewirausahaan, 85.00 sangat sesuai dengan materi pertanian terpadu dan 47.95 tidak sesuai dengan materi mesin dan perbengkelan. Hal ini mengindikasikan bahwa materi pembelajaran di pondok pesantren berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang harapkan para santri. Materi umum, kewirausahaan dan pertanian terpadu didapatkan oleh semua santri baik Tsanawiyah/SMP maupun Aliyah/SMA namun santri Tsanawiyah hanya belajar secara teori sedangkan Aliyah belajar secara teori dan praktek atau lapang. Adapun jadwal pembelajaran di pondok pesantren mulai pada hari senin hingga sabtu pukul 08.00 hingga jam 15.00 WIB sedangkan jadwal lapang kewirausahaan pertanian terpadu pada hari senin hingga sabtu pukul 06.00 hingga 07.00 WIB dan setiap hari Rabu pukul 15.30 hingga 17.30 WIB. Para responden menyatakan bahwa materi kewirausahaan dan pertanian terpadu yang didapat sangat bermanfaat.

Materi pelajaran umum yang diterapkan pondok pesantren Darul Fallah tidak jauh berbeda dengan pelajaran-pelajaran yang diterapkan oleh sekolah lain pada umumnya, sedangkan materi keagamaan yang diterapkan meliputi pelajaran fiqih, hadits, nahwu serta pendalaman bahasa arab.

Tabel 11 Rataan hitung skor materi pembelajaran

No Keterangan Rataan hitung Kategori

1 Keagamaan 82.79 Sesuai

2 Pendidikan umum 87.31 Sangat sesuai

3 Kewirausahaan 89.67 Sangat sesuai

4 Pertanian terpadu 85.00 Sangat sesuai

5 Mesin dan perbengkelan 47.95 Tidak sesuai

Materi pembelajaran 78.74 Sesuai

Tujuan Pendidikan

Pondok pesantren Darul Fallah merupakan pondok pesantren pertanian yang modern, selain pendidikan agama para santri juga belajar ilmu pengetahuan umum serta kewirausahaan pertanian terpadu, yang dilaksanakan secara kontinyu bersama pembina santri. Tabel 12 menunjukkan bahwa rataan hitung skor tujuan pendidikan responden adalah 75.44 yang termasuk dalam kategori sesuai. Tujuan pendidikan dalam mewujudkan pribadi beriman, berilmu dan berakhlak islam termasuk dalam kategori sangat sesuai dengan rataan hitung skor sebesar 90.00,

22

menegakkan agama islam sebesar 67.82 termasuk dalam kategori sedang, membina kehidupan diri pribadi, keluarga dan masyarakat sebesar 77.17 dan memajukan pendidikan dan dakwah islam 69.57 termasuk dalam kategori sesuai dan membangun agama dalam masyarakat 72.60 termasuk dalam kategori sesuai. Tujuan pendidikan yang diterapkan pondok pesantren menunjukkan sesuai dengan harapan, baik tujuan duniawi maupun akhirat. Berdasarkan data alumni bahwa lulusan pondok pesantren mampu menjadi pengusaha, menciptakan lapangan usaha baik dalam skala usaha mikro maupun usaha menengah. Tidak ada paksaan untuk lulusan darul fallah menjadi pengusaha, alumni bebas untuk memilih tujuan setelah lulus dari pesantren apakah akan melanjutkan ke jenjang pendidikan kuliah atau menjadi pengusaha. Adapula alumni yang melakukan pengabdian di pondok pesantren sebagai guru sekolah maupun pendamping atau pembimbing asrama.

Tabel 12 Rataan hitung skor tujuan pendidikan

No Keterangan Rataan hitung Kategori

1 Pribadi beriman, berilmu dan berakhlak islam

90.00 Sangat sesuai

2 Menegakkan agama 67.82 Sedang

3 Membina kehidupan diri pribadi, keluarga dan masyarakat

77.17 Sesuai 4 Memajukan pendidikan dan dakwah

islam

69.57 Sesuai 5 Membangun agama dalam masyarakat 72.60 Sesuai

tujuan pendidikan 75.44 Sesuai

Metode Pendidikan

Metode pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Darul Fallah meliputi metode tanya jawab atau diskusi, pelatihan kewirausahaan dari pihak luar, hafalan surat pendek dan al-quran, pelatihan pertanian terpadu dan magang. Tabel 13 menunjukkan bahwa skor nilai rataan hitung metode pendidikan sebesar 80.39 yang masuk dalam kategori sesuai. Sebesar 85.22 rataan hitung skor responden termasuk dalam kategori sangat sesuai terhadap metode diskusi atau tanya jawab dan sebesar 88.04 terhadap pelatihan kewirausahaan dari pihak luar. 64.78 skor nilai rataan hitung dalam kategori sedang terhadap metode hafalan surat pendek dan alquran, 72.39 terhadap pelatihan dan praktek pertanian terpadu dan 91.52 sangat sesuai terhadap metode magang. Magang menjadi salah satu persyaratan wajib dalam memperoleh ijazah dan syahadah, karena pesantren berbasiskan kewirausahaan sehingga setiap santri wajib mendapatkan metode magang, namun metode ini hanya diperoleh santri ketika duduk di kelas XI.

Fasilitas Pendidikan

Berbagai fasilitas telah tersedia di pondok pesantren Darul Fallah meliputi lahan pertanian, asrama putra-putri, gedung perbengkelan mesin dan perbengkelan, gedung aula dan sarana penunjang (ruang kelas, laboratorium IPA, bahasa dan kultur jaringan). Berdasarkan skor rataan hitung, menunjukkan bahwa sebesar 75.30 fasilitas pendidikan yang ada di pondok pesantren termasuk dalam

23 kategori sesuai. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. Sebesar 72.82 sesuai terhadap fasilitas lahan pertanian, 72.83 sesuai terhadap fasilitas asrama, 81.96 sesuai terhadap fasilitas gedung aula dan 83.91 sesuai terhadap fasilitas sarana penunjang pendidikan dan 65.00 masuk dalam kategori sedang terhadap fasilitas gedung mesin dan perbengkelan. Artinya bahwa penggunaan fasilitas yang ada di pesantren dapat dipergunakan secara leluasa oleh responden. Gedung mesin dan perbengkelan pada awalnya khusus hanya digunakan oleh santri khusus, namun dengan berjalannya waktu santri yang berminat di mesin dan perbengkelan menurun dan akhirnya tidak diterapkan lagi dalam pendidikan pesantren. Oleh karena itu, gedung perbengkelan dijadikan tempat gudang pabrik pakan dan boleh digunakan praktek oleh para santri.

Tabel 13 Rataan hitung skor metode pendidikan

No. Keterangan Rataan Hitung Kategori

1 Tanya jawab/diskusi 85.22 Sangat sesuai

2 Pelatihan dari pihak luar 88.04 Sangat sesuai 3 Hafalan surat pendek dan alquran 64.78 Sedang

4 Pelatihan pertanian 72.39 Sesuai

5 Magang 91.52 Sangat sesuai

Metode pendidikan 80.39 Sesuai

Tabel 14 Rataan hitung skor fasilitas pendidikan

No Keterangan Rataan Hitung Kategori

1 Lahan pertanian 72.82 Sesuai

2 Asrama 72.83 Sesuai

3 Mesin dan perbengkelan 65.00 Sedang

4 Gedung aula 81.96 Sesuai

5 Sarana penunjang pendidikan 83.91 Sesuai

Fasilitas pendidikan 75.30 Sesuai

Hubungan Antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Karakter Wirausaha

Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan karakter wirausha yaitu lama tinggal di pesantren dengan kepemimpinan, jenis kelamin dengan kepemimpinan, pekerjaan orang tua dengan keorisinilan dan berorientasi masa depan, pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren dengan berorientasi masa depan, lingkungan belajar di pesantren dengan berorientasi masa depan, materi pembelajaran dengan kepemimpinan, metode pendidikan dan tujuan pendidikan dengan keberanian terhadap risiko serta fasilitas pendidikan dengan berorientasi masa depan. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan karakter wirausaha adalah uji korelasi Chi Square dan Rank Spearman dengan taraf nyata α = 0.05. Uji Chi Square digunakan untuk data dalam bentuk nominal, variabel tersebut meliputi jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren, sedangkan Rank

24

Spearman digunakan untuk data dalam bentuk ordinal, meliputi umur, tingkat pendidikan formal, lama tinggal di pesantren, lingkungan belajar di pesantren, materi pembelajaran, tujuan pendidikan dan fasilitas pendidikan. Data dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Uji Chi-Square dan korelasi Rank Spearman hubungan faktor internal dan eksternal dengan karakter wirausaha

Faktor internal dan faktor eksternal Karakter wirausaha Kepercayaan

diri

Berorientasi tugas

Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Masan depan Lama tinggal Korelasi 0.020 -0.057 0.045 -0.219* -0.134 -0.067

p-value 0.853 0.591 0.674 0.036 0.202 0.527

Jenis kelamin Chi-square 0.015 0.032 0.095 8.270* 0.149 7.744

p-value 0.887 0.761 0.369 0.009 0.158 0.052

Pekerjaan ortu Chi-square 2.703 5.792 2.366 1.388 9.870* 8.639*

p-value 0.440 0.122 0.500 0.500 0.020 0.034 Pelatihan Chi-square 0.033 0.046 0.010 0.058 0.019 0.240* Kewirausahaan p-value 0.757 0.664 0.927 0.584 0.859 0.021 Lingkungan Korelasi -0.040 -0.006 0.097 0.032 0.137 0.222* Belajar p-value 0.703 0.954 0.358 0.760 0.192 0.034 Materi Korelasi 0.098 -0.060 0.007 0.205* -0.016 0.180 Pembelajaran p-value 0.355 0.571 0.947 0.050 0.882 0.086 Metode pendidikan korelasi 0.100 -0.087 0.211* 0.195 0.181 0.199

p-value 0.344 0.408 0.043 0.063 0.085 0.057

Tujuan pendidikan Korelasi 0.028 -0.033 0.249* 0.119 0.180 0.200

p-value 0.791 0.752 0.017 0.257 0.086 0.055

Fasilitas Korelasi 0.092 -0.110 0.182 0.097 0.050 0.223* Pendidikan p-value 0.381 0.295 0.082 0.356 0.634 0.032

N 92 92 92 92 92 92

Faktor Internal

Berdasarkan nilai p-value pada taraf α = 0.05 bahwa faktor lama tinggal di pesantren dengan kepemimpinan berkorelasi signifikan, kedua variabel berkorelasi lemah dan berkorelasi berlawanan arah (negatif), artinya bahwa semakin lama responden tinggal di pesantren maka karakter kepemimpinan akan cenderung semakin rendah. Penurunan karakter kepemimpinan tersebut terlihat dalam kegiatan organisasi pondok, dimana santri kelas XII sudah tidak diperbolehkan masuk organisasi tersebut. Semua jabatan dialihkan kepada santri kelas XI, begitu pula dalam penentuan ketua kelompok praktek pertanian. Praktek lapang pertanian terpadu dibedakan berdasarkan kelompok dimana setiap kelompok terdapat ketua yang kedepannya ketua tersebut akan membimbing anggotanya dalam pelaksanaan usaha dan biasanya yang menjadi ketua adalah santri yang duduk di kelas XI. Santri kelas XII hanya diperbolehkan ikut praktek saja namun tidak menjadi bagian anggota kelompok, hal tersebut difokuskan kepada santri tingkat akhir untuk belajar mempersiapkan ujian akhir Nasional, ujian akhir Madrasah dan pesantren.

Faktor jenis kelamin dengan karakter kepemimpinan berkorelasi signifikan pada taraf nyata α = 0.05. Karena faktor jenis kelamin memiliki hubungan maka ketika ada pelatihan atau seminar kewirausahaan maka sebaiknya laki-laki dan perempuan dipisahkan, karena akan berhubungan nyata terhadap karakter kepemimpinan. Berdasarkan fakta bahwa pondok pesantren Darul Fallah untuk santri putra dan santri putri dipisah baik dari segi asrama, kegiatan pembelajaran serta kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Setiap asrama memiliki ketua dan struktur organisasi masing-masing, hal tersebut guna melatih sifat kepemimpinan dan belajar mempertanggung jawabkan amanah yang diberikan pembina asrama.

25 Karakter kepemimpinan dapat dimiliki oleh berbagai kalangan santri, baik laki- laki maupun perempuan. Karena saat ini telah banyak perempuan menjadi pemimpin dan sukses dalam berwirausaha menjadi seorang women entrepreneur.

Pekerjaan orang tua dengan karakter keorisinilan berkorelasi signifikan. Artinya pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi karakter wirausaha responden, responden dengan pekerjaan orang tua sebagai wiraswasta mayoritas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih di bidang usaha dibandingkan responden dengan pekerjaan orang tua sebagai non wiraswasta, sehingga ada kecenderungan orang tua akan mengarahkan anaknya dapat bersaing dalam dunia bisnis dan menciptakan inovasi baru. Orang tua sebagai wiraswasta bekerja mandiri, kemandirian dan fleksibilitas yang ditularkan oleh orang tua akan melekat dalam diri anak-anaknya sejak kecil. Keorisinilan responden terbentuk adanya respon yang baik dari orang tua, orang tua memberikan motivasi, pengarahan, serta contoh pengalaman yang pernah dirasakan orang tua.

Pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren berkorelasi signifikan terhadap karakter berorientasi masa depan pada taraf nyata 0.05. Bentuk orientasi masa depan responden sebagian besar ingin menjadi seorang pengusaha, santri memanfaatkan dengan baik peluang pelatihan kewirausahaan yang telah diterapkan oleh pondok pesantren, meskipun mayoritas responden belum pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan. Santri berniat untuk mempelajari pelatihan kewirausahaan secara mendalam, baik segi teori maupun praktek. Responden dilatih bagaimana merencanakan, mengatur serta mengontrol praktek kewirausahaan di praktek pertanian terpadu, baik kegiatan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Faktor Eksternal

Selain faktor internal di atas, faktor eksternal yang berkorelasi signifikan terhadap karakter wirausaha yaitu lingkungan belajar di pesantren berkorelasi dengan karakter berorientasi masa depan, kedua variabel berkorelasi lemah dan berkorelasi searah (positif), berarti semakin tinggi atau baik lingkungan belajar di pesantren maka cenderung semakin tinggi pula karakter berorientasi masa depan. Bentuk orientasi masa depan santri sebagai seorang pengusaha didukung lingkungan belajar di pesanten, mulai dari penggunaan akses internet, keberadaan perpustakaan, media cetak lainnya untuk kegiatan pertanian terpadu dan kewirausahaan meliputi penentuan harga di pasar, teknik bududaya, perkembangan dan pertumbuhan tren komoditas dan informasi terkait pertanian dan kewirausahaan. Nitisusastro (2010) menyebutkan bahwa lingkungan menentukan kebebasan kepada anak-anak untuk memilih dan menentukan masa depan mereka sendiri. Penelitian Arifin (2008) juga menyebutkan bahwa lingkungan adalah sarana untuk mengembangkan fitrah (potensi) manusia. Potensi tersebut merupakan faktor pembawaan sejak manusia lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila lingkungan lebih kondusif untuk mengembangkan fitrah secara maksimal, akan terjadi perkembangan yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan bersifat destruktif, maka akan terjadi perkembangan yang negatif.

Materi pembelajaran berkorelasi signifikan dengan karakter kepemimpinan, keduanya berkorelasi lemah dan searah, berarti semakin tinggi atau baik materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru maka semakin tinggi karakter

26

kepemimpinan. Motivasi dari alumni Darul Fallah yang sukses sebagai pengusaha sesekali disampaikan untuk mendorong keinginan santri untuk berwirausaha, serta mampu menjadi pemimpin dalam merencanakan, mengatur dan mengelola suatu usaha atau bisnis. Seiring pemberian materi pembelajaran yang diterapkan maka pengetahuan dan pengalaman santri akan semakin baik dari segi keagamaan, pendidikan umum, pertanian terpadu dan kewirausahaan.

Metode pendidikan dan tujuan pendidikan berkorelasi signifikan dengan karakter keberanian terhadap risiko pada taraf nyata 0.05, variabel berkorelasi lemah dan searah (positif), yakni bila metode pendidikan dan tujuan pendidikan semakin baik maka karakter keberanian responden terhadap risiko akan cenderung baik pula. Keberanian terhadap risiko terlihat dalam pelaksanaan praktek pertanian terpadu, dimana santri mencoba melakukan teknik budidaya baru, walaupun belum tentu berhasil namun mereka berani mengambil risiko tersebut. Bagi mereka melakukan sesuatu yang baru merupakan suatu tantangan dalam menerapkan pengetahuan yang sudah didapatkan ketika belajar teori. Dugaan kedua variabel tersebut berkorelasi dengan karakter keberanian terhadap risiko karena metode yang diterapkan pesantren mampu mendorong mewujudkan ide dan imajinasi santri dari pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan, teutama pada metode magang, santri akan lebih mengetahui bagaimana teknik atau strategi pengusaha dalam menghadapi suatu peluang usaha, serta didukung oleh tujuan pendidikan pesantren dalam mencetak generasi wirausaha muda.

Fasilitas pendidikan merupakan sarana dan prasarana yang penting dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Pengajaran akan lebih sukses menurut Daulay (2007) apabila peserta didik terlibat secara fisik dan psikis. Fasilitas pendidikan berkorelasi signifikan dengan karakter berorientasi masa depan. Kedua variabel berkorelasi lemah dan searah (positif), bila fasilitas pendidikan pesantren semakin tinggi atau baik maka orientasi santri terhadap masa depan semakin tinggi pula. Adanya fasilitas yang sudah tersedia menjadikan santri lebih tercukupi dalam melakukan segala aktifitas kewirausahaan baik dari segi lahan pertanian, penunjang dan pemasaran sehingga santri mempunyai peluang usaha untuk bersaing di masa depan.

Hubungan Antara Karakter Wirausaha dengan Perilaku Wirausaha Perilaku wirausaha yang dimaksud dalam hal ini adalah penilaian santri dalam melakukan pelatihan kewirausahaan yang diterapkan oleh pondok

Dokumen terkait