• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Wirausaha Santri Pertanian Darul Fallah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Wirausaha Santri Pertanian Darul Fallah"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KARAKTER WIRAUSAHA

SANTRI PERTANIAN DARUL FALLAH

ANISATUN FAIZZA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Wirausaha Santri Pertanian Darul Fallah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

ANISATUN FAIZZA. Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Wirausaha Santri Pertanian Darul Fallah. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.

Kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Pondok pesantren Darul Fallah, Ciampea, Bogor merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan kewirausahaan dalam membina santri di bidang pertanian. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor pembentuk karakter wirausaha santri, menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan karakter wirausaha dan hubungan antara karakter wirausaha dengan perilaku wirausaha. Penelitian menggunakan metode sensus. Hasil menunjukkan terdapat dua faktor pembentuk karakter wirausaha santri pertanian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan nilai p-value pada taraf α = 0.05 dengan uji korelasi Chi Square dan Rank Spearman bahwa umur tidak berkorelasi dengan karakter wirausaha dan karakter kepemimpinan memiliki korelasi sangat kuat dengan pengetahuan wirausaha.

Kata kunci: karakter, kewirausahaan, perilaku, pondok pesantren

ABSTRACT

ANISATUN FAIZZA. Entrepreneur character forming factors of Darul Fallah agriculture moslem student.Supervised by BURHANUDDIN.

The entrepreneurship has a very important role towards the welfare of society. Darul Fallah boarding school, Ciampea-Bogor is one of the boarding school in Indonesia that applying the entrepreneurship system to educating and fostering the students in agriculture. This study aims to identify entrepreneurial character forming factors and analys relation between internal and external factors with character of entrepreneur and relation between character of entrepreneur with behavior of entrepreneur.Techniques of reseach is sensus method. The result shows that there are two factors that form the characters of student’s entrepreneur of agriculture which are the internal and external factors. Based on p-value at level α = 0.05 level with correlation Chi Square and Rank Spearman that age not correlate with the character of entrepreneurs and character leadership having very strong correlation with knowledge of entrepreneurs.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KARAKTER WIRAUSAHA

SANTRI PERTANIAN DARUL FALLAH

ANISATUN FAIZZA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Wirausaha Santri Pertanian Darul Fallah

Nama : Anisatun Faizza

NIM : H34100124

Disetujui oleh

Ir Burhanuddin, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Wirausaha Santri Pertanian Darul Fallah. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan suri teladan terbaik bagi umat manusia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Burhanuddin, MM sebagai pembimbing yang telah memberikan banyak ide, arahan, waktu, kesabaran, serta pelajaran berharga selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dr.Ir. Wahyu Budi Priatna, Mi dan Anita Primaswari Widhiani, SP. MSi selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra Yusalina, MSc. yang senantiasa mengarahkan dan membantu dalam menjalani masa-masa perkuliahan sebagai wali akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah dan seluruh keluarga atas dukungan, doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa, penghargaan penulis sampaikan kepada keluarga besar Pondok Pesantren Darul Fallah yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama studi melalui jalur PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) . Penulis mengucapkan terima kasih dan sukses untuk teman-teman Agribisnis 47, teman bimbingan tugas akhir skripsi, tim gladikarya, keluarga besar CSS MoRA IPB 47 serta Rohmad Subhan atas dukungan motivasi, semangat dalam penyelesaian tugas akhir.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii 

DAFTAR GAMBAR xii 

DAFTAR LAMPIRAN xii 

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 3 

Tujuan Penelitian 3 

Manfaat Penelitian 4 

Ruang Lingkup Penelitian 4 

TINJAUAN PUSTAKA 4 

KERANGKA PEMIKIRAN 6 

Kerangka Pemikiran Teoritis 6 

Kerangka Pemikiran Operasional 11 

METODE PENELITIAN 11 

Lokasi dan Waktu Penelitian 11 

Jenis dan Sumber Data 11 

Metode Pengumpulan Data 13 

Metode Penentuan Responden 13 

Metode Analisis Data 13 

Analisis Deskriptif 13 

Analisis Chi Square dan Rank Spearman 14  Instrumen Pengukuran Peubah 15

GAMBARAN UMUM 15 

Sejarah Singkat Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah 15 

Pendidikan Pertanian Terpadu 17

Bidang Kewirausahaan 17 

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 

Faktor Internal 17 

Faktor Eksternal 20 

Hubungan Antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Karakter

Wirausaha 23 

Hubungan Antara Karakter Wirausaha dengan Perilaku Wirausaha 26 

SIMPULAN DAN SARAN 28 

Simpulan 28  Saran 28 

DAFTAR PUSTAKA 29 

(15)

DAFTAR TABEL

 

1 Jumlah santri pondok pesantren Darul Fallaha 2 

2 Kriteria penilaian skor angket 13

3 Indikator karakter peubah 13

4 Sebaran responden berdasarkan umur 18 

5 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 18  6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 19  7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua 19  8 Sebaran responden berdasarkan pelatihan kewirausahaan sebelum 19  9 Sebaran responden berdasarkan lama tinggal di pesantren 20  10 Rataan hitung skor lingkungan belajar di pesantren 20 

11 Rataan hitung skor materi pembelajaran 21 

12 Rataan hitung skor tujuan pendidikan 22 

13 Rataan hitung skor metode pendidikan 23 

14 Rataan hitung skor fasilitas pendidikan 23 

15 Uji Chi-Square dan korelasi Rank Spearman hubungan faktor internal 24 

16 Uji Chi-Square dan korelasi Rank Spearman hubungan karakter wirausaha

dengan perilaku wirausaha 27 

 

DAFTAR GAMBAR

1 Perilaku wirausaha 9 

2 Kerangka pemikiran operasional analisis faktor-faktor pembentuk karakter

wirausaha santri pertanian Darul Fallah 12 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Angket 31 

2 Dokumentasi penelitian 37

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan situasi ketenagakerjaan Indonesia menunjukkan perubahan arah yang lebih baik, diindikasikan dengan adanya penurunan tingkat pengangguran dari 9.26 juta orang pada Februari 2009 menjadi 7.17 juta orang pada Februari 2013. Serta peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja dari 113.74 juta orang pada Februari 2009 menjadi 121.19 juta orang pada Februari 2013 (BPS 2013). Peranan kewirausahaan sangat penting bagi perekonomian Indonesia serta kesejahteraan masyarakat. Menurut Alma (2010) kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kewirausahaan berperan menambah daya tampung tenaga kerja, generator pembangunan, contoh bagi masyarakat lain, membantu orang lain, memberdayakan karyawan, hidup efesien dan menjaga keserasian lingkungan.

Salah satu penggerak dan pelaku utama kewirausahaan adalah para generasi muda. Sebagai generasi muda, peranan ini sangat penting untuk mendorong munculnya para wirausaha muda negeri ini. Pelatihan kewirausahaan sejauh ini telah diterapkan pada pondok pesantren modern. Pondok pesantren menurut Mahduri (2002) bukan hanya sebagai lembaga pendidikan yang bergerak di bidang agama, melainkan sebagai lembaga pendidikan yang responsif akan problematika ekonomi di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari perubahan zaman yang begitu pesat, sehingga pondok pesantren harus melakukan transformasi dalam pendidikannya agar tetap aktif di masyarakat. Pondok pesantren tidak hanya membina para santri dengan bekal ilmu agama, namun keterampilan dan pelatihan wirausaha di pondok pesantren juga sudah mulai diterapkan. Pembinaan keterampilan dan pelatihan wirausaha yang dilakukan pondok pesantren tidak terlepas dari peran santri. Peran santri dalam pembangunan ekonomi sangat besar, berbekal jiwa kemandirian yang telah mereka dapatkan pondok pesantren serta jiwa religi yang tinggi. Kemandirian yang diajarkan pondok pesantren mengarahkan santri-santrinya untuk menjadi seorang yang mandiri dan tangguh ketika lulus dari pesantren. Santri-santri tersebut merupakan harapan masyarakat dalam mengembangkan ekonomi di lingkungan sekitarnya.

Pengembangan keterampilan berwirausaha di pondok pesantren berpotensi menghasilkan lulusan yang mandiri dan berkompeten secara agama maupun materi. Bidang kewirausahaan yang dipilih pondok pesantren banyak bergerak di pertanian. Hal ini terkait potensi pondok pesantren yang lebih banyak berlokasi di daerah pedesaan. Ketersediaan lahan yang luas menjadi salah satu modal dalam pelaksanaan kegiatan kewirausahaan untuk diterapkan kepada santrinya. Selain itu, pemerintah juga mendukung daerah pedesaan untuk dijadikan sasaran pembangunan pertanian karena kokohnya sistem perekonomian pedesaan yang mengunggulkan hasil-hasil pertaniannya (Depag RI 2003). Bidang pertanian ini mencakup makna pertanian secara luas, baik petanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan lainnya.

(17)

2

067 kemudian pada tahun 2008 jumlah pondok pesantren meningkat sebesar 17 082. Jumlah pondok pesantren di Bogor 208 akan tetapi hanya 18% dari total pondok di bogor yang menerapkan pendidikan pertanian dan kewirausahaan. Salah satunya adalah pondok pesantren Darul Fallah, Ciampea, Bogor. Kewirausahaan yang diterapkan pondok pesantren meliputi bidang pertanian, perikanan dan peternakan serta penerapan pendidikan pertanian terpadu. Pondok pesantren Darul Fallah sampai saat ini terkenal dalam bidang kewirausahaannya. Hal ini dibuktikan dari awal berdiri hingga saat ini, Darul Fallah telah mencetak sekitar 260 alumni menjadi wirausaha sukses1. Penerapan pendidikan pertanian terpadu dilaksanakan pada santri tingkat pendidikan Tsanawiyah/SMP maupun Aliyah/SMA, namun untuk tingkat pendidikan Tsanawiyah hanya belajar secara teori sedangkan Aliyah belajar secara teori maupun praktek. Jumlah santri mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 150 santri pada tahun 2010 menjadi 315 santri pada tahun 2014. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah santri pondok pesantren Darul Fallaha

Tahun Jumlah santri

2010 150 2011 195 2012 215 2013 250 2014 315 a

Sumber : Data historis Darul Fallah

Jumlah santri 315 merupakan jumlah secara keseluruhan, baik tingkat madrasah Tsanawiyah maupun Aliyah, sedangkan untuk santri yang mendapatkan mata pelajaran pertanian terpadu dan mengikuti praktek kewirausahaan sebanyak 92 santri. Sistem penerapan kurikulum pertanian dibedakan atas dua hal, untuk santri tingkat Tsanawiyah hanya belajar secara teori sedangkan Aliyah belajar secara teori maupun praktek di lapangan. Penerapan pendidikan pertanian dan kewirausahaan dilakukan di kelas dan secara lapang yang meliputi tiga bidang yaitu pertanian, perikanan dan peternakan, sedangkan kegiatan praktek kewirausahaan meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemanenan dan pemasaran. Jadwal praktek dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 hingga 07.00 serta hari rabu pukul 15.30 hingga 17.30 namun ketika hari minggu semua kegiatan belajar libur, baik formal maupun diniyah. Melalui lembaga pendidikan pertanian terpadu dan kewirausahaan di pondok pesantren ini, menjadikan pondok pesantren berkembang pesat dan dikenal dengan santri pertaniannya. Tujuan dari pondok pesantren berbasiskan kewirausahaan ini adalah menjadi lembaga pendidikan yang mampu mewujudkan jaringan bisnis dengan ditopang para pengusaha yang profesional, mandiri dan berkepribadian Islam. Oleh karena itu peneliti tertarik menganalisis karakter wirausaha dan perilaku wirausaha santri Darul Fallah.

1

(18)

3 Perumusan Masalah

Pondok pesantren Darul Fallah merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan pendidikan pertanian terpadu dan kewirausahaan dalam membina santri. Kewirausahaan yang terdapat di pondok pesantren terdiri atas PT. DaFa Agro Mandiri, peternakan terpadu (sapi dan kambing, pemerahan dan pabrik pakan), perikanan air tawar, Organic Farming, biogas dan pengolahan hasil peternakan (susu dan yogurt). Pondok pesantren Darul Fallah merupakan pondok pesantren modern, jumlah santri yang ada mencapai 300 santri. Perkembangan jumlah santri meningkat setiap tahunnya, hal tersebut mengindikasikan semakin tinggi minat santri dalam mempelajari ilmu pertanian terpadu dan kewirausahaan. Kurikulum pendidikan yang diterapkan berbeda dengan kurikulum pendidikan pesantren lainnya, sesuai dengan namanya maka terdapat kurikulum pertanian terpadu dan kewirausahaan, dimana untuk madrasah Tsanawiyah dan madrasah Aliyah santri dikelompokkan sesuai dengan minat dan kemampuannya dalam kegiatan pertanian secara menyeluruh. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola proyek pertanian. Kegiatan ini meliputi perencanaan, budidaya, pemanenan dan pemasaran. Santri harus mampu memperkirakan biaya dan waktu, luas areal, sarana dan prasarana yang dibutuhkan, teknik budidaya yang akan diterapkan, harga jual dan tingkat keuntungannya. Selain itu, santri juga diikutkan dalam kegiatan ada di lingkungan pesantren sebagai santri karya, dengan harapan program ini dapat menanamkan jiwa wirausaha kepada para santri.

Adanya pelatihan dan keterampilan kewirausahaan menjadikan pondok pesantren ini jauh lebih berkembang. Pada dasarnya pondok pesantren yang menerapkan kewirausahaan akan lebih mandiri, karena semua hasil panen yang diperoleh dari berwirausaha tersebut dapat dinikmati oleh para santrinya sehingga biaya operasional yang dikeluarkan orang tua santri tidak terlalu besar. Penerapan pendidikan pertanian dan kewirausahaan tersebut mampu menumbuhkan karakter kewirausahaan santri yang dibentuk melalui pengetahuan dan pengalaman santri selama mengikuti pelatihan kewirausahaan yang telah diterapkan pesantren. Pondok pesantren Darul Fallah mampu menciptakan alumni yang siap menjadi pengusaha dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan, sejauh ini karakter wirausaha mulai terlihat dari cara santri mengikuti pelatihan kewirausahaan sehingga diharapkan jumlah pengangguran menurun dan jumlah wirausahawan meningkat. Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa faktor-faktor pembentuk karakter wirausaha santri Darul Fallah?

2. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan karakter wirausaha?

3. Bagaimana hubungan antara karakter wirausaha dengan perilaku wirausaha?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(19)

4

2. Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan karakter wirausaha.

3. Menganalisis hubungan antara karakter dengan perilaku wirausaha.

Manfaat Penelitian

Penelitian bermanfaat bagi pondok pesantren lain yang ingin menerapkan sistem pendidikan berbasis pertanian dan kewirausahaan dengan mengacu sistem pendidikan yang talah diterapkan oleh pondok pesantren Darul Fallah mengenai faktor-faktor pembentuk karakter wirausaha santri.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lingkup pondok pesantren Darul Fallah, Ciampea Bogor sehingga memiliki batasan dalam mengidentifikasi dan menganalisis hubungan faktor-faktor pembentuk karakter wirausaha santri pertanian di tiga bidang yaitu pertanian, perikanan dan peternakan. Peneliti menggunakan alat analisis statistik deskriptif, analisis uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman. Populasi dalam penelitian ini adalah santri yang mendapatkan mata pelajaran pertanian terpadu serta melakukan praktek kewirausahaan di pondok pesantren Darul Fallah yaitu sebanyak 92 santri. Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan perilaku seorang santri ketika santri tersebut melaksanakan pelatihan kewirausahaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Karakter Wirausaha

Karakter wirausaha terdiri dari motivasi, orientasi ke depan, memiliki jaringan usaha yang luas, memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggap dan kreatif dalam menghadapi perubahan (Azzahra 2009, Saputro 2009 dan Chalimah 2011). Namun menurut Maman (2008) menyebutkan bahwa karakteristik wirausaha terdiri atas hasrat akan tanggung jawab, lebih menyukai risiko menengah, meyakini kemempuannya untuk sukses, hasrat untuk mendapatkan umpan balik yang sifatnya segera, tingkat energi yang tinggi, orientasi masa depan, keterampilan organisasi, menilai prestasi lebih tinggi dari pada uang, komitmen yang tinggi, toleransi terhadap ambiguitas dan fleksibilitas. Hadiyati (2011) dalam jurnal Managemen dan kewirausahaan Vol 13 No 1 dengan judul Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil, menunjukkan bahwa karakter kreativitas dan inovasi pada usaha kecil memiliki pengaruh signifikan terhadap kewirausahaan, namun tingkat inovasi memiliki pengaruh yang lebih besar. Penelitian Hadiyati menggunakan alat analisis regresi berganda.

(20)

5 terdiri dari dua unsur utama yaitu kepribadian dan kepercayaan diri. Komponen kepribadian mencakup kebebasan, disiplin diri, dorongan dan keinginan dan kemampuan menghadapi risiko. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa semester mahasiswa IPB berkorelasi dengan perilaku dan karakter mahasiswa dalam menghadapi risiko. Ada kecenderungan semakin tinggi semester mahasiswa tindakannya semakin tinggi, semakin memiliki kebebasan dan keberanian menghadapi risikonya semakin berkurang. Faktor yang mempengaruhi perilaku dan karakter wirausaha mahasiswa IPB adalah semester, angkatan, IPK, uang saku dari orang tua, mengikuti pelatihan dan PKM dan pengalaman berwirausaha.

Penelitian Chalimah (2011) yang berjudul Pengaruh Pendidikan Wirausaha Agribisnis Sapi Potong Terhadap Kompetensi Wirausaha Santri menunjukkan hasil penelitian bahwa karakteristik santri meliputi umur, pendidikan formal, pekerjaan orang tua, pelatihan orang tua, pelatihan sebelum masuk pesantren dan motivasi mengikuti pendidikan dapat mempengaruhi kompetensi wirausaha santri, hal tersebut di uji oleh Chalimah (2011) dengan menggunakan uji Korelasi Chi Square dan Rank Spearman. Hasil penelitian Yulia (2011) yang berjudul Analisis Karakteristik Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepemilikan Usaha Mandiri Mahasiswa ITS juga menunjukkan bahwa aspek demografis (umur dan pendidikan) berpengaruh terhadap kewirausahaan. Metode yang digunakan pada penelitian Yulia (2011) adalah analisis regresi logistik biner, sedangkan metode yang digunakan oleh Pambudy et al. (2011) adalah analisis statistik deskriptif, analisis korelasi Chi Square dan Rank Spearman serta analisis Plotter. Penelitian ini memiliki persamaan dalam menganalisis hubungan terhadap karakter wirausaha dengan menggunakan uji Chi-Square dan korelasi Rank Spearman, namun variabel karakter wirausaha yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti teori Marbun (1993) et al. (2000).

Perilaku Wirausaha

(21)

6

dan jumlah karyawan (Fauzah 2013). Perilaku yang digunakan dalam penelitian ini memiliki batasan yaitu perilaku seorang santri ketika melaksanakan pelatihan kewirausahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirausaha dan Kewirausahaan

Menurut Kasmir (2006) pengertian dari wirausaha adalah orang berjiwa besar berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausaha dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Sutanto (2002) juga menyatakan bahwa wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif, kemauan untuk menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan suatu peristiwa dengan cara yang mereka pilih dan keinginan berprestasi yang sangat tinggi, bersikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan.

Wirausaha merupakan pihak yang bebas dan mampu hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha. Niat untuk membangun wirausaha sebetulnya dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

1. Ingin membuka lapangan pekerjaan.

2. Ingin mendapatkan penghasilan yang lebih baik. 3. Ingin mengekspresikan kemampuan diri.

4. Ingin mendapatkan kebebasan.

Longenecker et al. (2001) mengelompokkan wirausaha menjadi tiga kategori yaitu founders (pendiri perusahaaan), general managers dan franchisee. founders atau pendiri perusahaan dipertimbangkan sebagai wirausaha murni. Pendiri perusahaan dapat berupa investor, pekerja atau pelaku usaha sendiri. Ketika bertindak seorang diri atau bagian dari suatu grup, pendiri perusahaan membawa perusahaan menjadi nyata dengan melakukan survei di pasar, mencari dana dan memberikan fasilitas yang diperlukan. General managers yaitu anggota generasi kedua atau wirausaha lain yang bertindak sebagai administrator bisnis yang membeli atau mendanai suatu perusahaan, lain hal dengan franchisee yaitu wirausaha yang memiliki keterbatasan dalam tingkat kebebasannya karena tuntutan yang diberikan dalam hubungan kontrak kerja dengan organisasi yang bergrak di bidang franchiseee.

(22)

7 usaha dan waktu yang diperlukan, menanggung risiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Sunarya (2003) memberikan 6 konsep penting kewirausahaan, yaitu : 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang

dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Sanusi 1994)

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker 1959)

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang memperbaiki kehidupan (Zimmerer 1996)

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha (Prawito 1997)

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat memberi nilai lebih

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengombinasikan sumber-sumber melalui cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.

Perkembangan Karakter

Ma’rat dan Kartono (2010) menggambarkan empat fase tahap perkembangan karakter manusia. Keempat fase tersebut, yaitu :

1. Masa anak-anak 0-15 tahun

Perkembangan pada masa ini terlihat dari bidang biologis maupun psikis, dapat dilihat secara nyata, mula-mula pegamatan tersebut masih samar kemudian menjadi halus dan terlihat jelas. Keberlangsungan hidup masih sangat bergantung kepada orang tua, oleh karena itu praktek pendidikan/pengasuhan sangat penting dalam memberikan suatu pemahaman terhadap objek dan hal lainnya.

2. Masa pubertas 13-18 tahun

Inti dari periode ini adalah pembentukan identitas diri sendiri. Kesadaran seseorang berkembang lambat, namun pasti. Hal ini biasanya bersamaan dengan adanya konflik dalam situasi keluarga karena remaja mencoba melepaskan diri dari kelompok/keluarga guna membangun identitasnya sendiri. Keluarga memiliki peran penting dalam fase ini, setidaknya ada peraturan yang dapat membuat remaja berfikir positif, selain keluarga kelompok teman sebaya juga sangat membantu dalam pembentukan identitas diri seseorang.

3. Masa dewasa diatas 20 tahun

Kedewasaaan dilihat sebagai periode yang stabil. Ukuran stabilitas dalam kedewasaan merupakan pengembangan diri yang optimal. Ia percaya diri, berani memilih. Kemampuan intelektual dalam pencapaian puncak antara 30 dan 40 tahun.

4. Masa tua/usia lanjut diatas 50 tahun

(23)

8

Karakteristik Santri

Santri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah orang yang mendalami agama Islam di pondok pesantren. Santri dalam tradisi pesantren dibedakan menjadi dua yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pondok pesantren, sedangkan santri kalong merupakan santri yang berasal dari sekitar pesantren, yang biasanya tidak menetap di pondok pesantren. Perbedaan pembinaan santri mukim dengan santri kalong hanya terletak pada tempat tinggal dan waktu dalam kegiatan di pondok pesantren. Santri mukim bertempat tinggal di pondok pesantren dan mempunyai waktu di pondok 24 jam. Sedangkan santri kalong berada di pondok ketika terjadi proses pembelajaran.

Karakteristik santri menurut Mahduri (2002) merupakan latar belakang sosial ekonomi serta atribut yang inheren dalam diri santri yang meliputi (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) pekerjaan orang tua, (4) pelatihan keterampilan bisnis sebelum masuk pesantren, (5) motivasi santri dalam belajar dan (6) lama tinggal di pesantren, sedangkan karakteristik santri menurut Susilo (2003) meliputi jenis pesantren, usia, jenis kelamin, latar belakang keluarga, lama pendidikan di pondok, motivasi santri, lingkungan pembelajaran pondok, intensitas hubungan kyai dan santri, intensitas membaca, pendidikan sebelum mondok, asal daerah dan suku bangsa. Faktor eksternal meliputi (1) lingkungan belajar di pesantren, (2) materi pembelajaran, (3) tujuan pendidikan, (4) metode pendidikan dan (5) fasilitas pendidikan.

Karakter Wirausaha

Karakter dalam kamus Poerwadarminta diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter wirausaha dapat digolongkan ke dalam lima golongan besar yaitu motivasi tinggi, orientasi ke depan, memiliki jaringan usaha yang luas, memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggap dan kreatif dalam menghadapi perubahan. Zimmerer dan Scarboroug (2002) menyebutkan bahwa karakteristik wirausaha yaitu hasrat akan tanggung jawab, lebih menyukai risiko menengah, meyakini kemampuannya untuk sukses, hasrat untuk mendapatkan umpan balik yang sifatnya segera, tingkat energi yang tinggi, orientasi masa depan, keterampilan organisasi, menilai prestasi lebih tinggi dari pada uang, komitmen yang tinggi, toleransi terhadap ambiguitas dan fleksibilitas.

Longenecker et al. (2001) menyatakan bahwa wirausaha yang sukses memiliki empat karakteristik utama, yakni kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk mengambil risiko, percaya diri dan keinginan kuat untuk berbisnis. Menurut Lupiyoadi (2007), seorang wirausaha mencakup beberapa unsur penting yang satu sama lainnya saling terikait, bersinergi dan tidak terlepas satu sama lain yaitu unsur daya pikir (kognitif), unsur keterampilan (psikomotorik), unsur sikap mental (afektif) dan unsur kewaspadaan (instituitif). Beberapa karakteristik wirausaha yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas, karakteristik yang dijadikan fokus penelitian berdasarkan pendapat Marbun (1993) (2000), yaitu :

(24)

9 2. Berorientasi tugas dan hasil, memiliki watak kebutuhan atau haus akan prestasi,

berorientasi pada laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik dan penuh inisiatif

3. Keberanian terhadap risiko, memiliki watak mampu mengambil risiko dan menyukai tantangan

4. Kepemimpinan, memiliki watak mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menganggapi saran dan kritik

5. Keorsinilan, memiliki watak inovatif, kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa dan memiliki banyak pengetahuan

6. Berorientasi masa depan, memiliki watak pandangan ke depan dan perspektif. Perilaku Wirausaha

Perilaku adalah sebuah proses kegiatan/aktivifitas seseorang yang dapat dilihat. Rakhmat (2001) menyatakan bahwa perilaku dapat dibedakan ke dalam tiga ranah yaitu (1) ranah kognitif atau pengetahuan; (2) ranah afektif atau sikap mental; dan (3) ranah psikomotorik atau keterampilan atau tindakan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Perilaku wirausaha

Seorang wirausaha tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan praktis, tetapi juga pada gaya hidup dan prinsip-prinsip tertentu yang akan berpengaruh pada bisnis yang dijalankan. Walaupun secara tak langsung tidak ada hubungan antara pendidikan dengan semangat kewirausahaan, tetapi dalam menjalankan usahanya seorang wirausahawan perlu memiliki pengetahuan dasar yang memadai agar usahanya berhasil, sedangkan sikap seorang wirausahawan adalah kemauan, kemauan dan memiliki kesempatan untuk selalu memperhatikan usahanya dan Keterampilan adalah kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang ada pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan berhubungan dengan kerja fisik anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja. pengamatan perilaku wirausaha oleh Alma (2010), dapat dikemukakan tiga tipe wirausaha :

1. Wirausaha yang memiliki inisiatif

2. Wirausaha yang mengorganisir mekanis sosial ekonomi untuk menghasilkan sesuatu

3. Wirausaha yang menerima risiko atau kegagalan. perilaku

(25)

10

Menurut Sutanto (2002) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan wirausaha berkaitan dengan kemampuan menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia mengambil risiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaaan produk, memasarkannya serta mengatur permodalan.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo 2003). Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Rakhmat (2001) mengemukakan lima pengertian sikap yaitu pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Kedua, sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Ketiga, skap lebih menetap. Keempat, sikap mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman.

Tindakan wirausaha, dalam kamus besar Bahasa Indonesia tindakan didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan atau perbuatan seseorang. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Kerangka Pemikiran Operasional

(26)

11 memiliki ciri khas sehingga mampu menciptakan kewirausahaan sukses dalam berwirausaha.

Karakteristik personal dari para santri terdiri atas umur, pekerjaan orang tua, tingkat pendidikan, pengalaman berwirausaha sebelum masuk pesantren dan lama tinggal di pondok pesantren, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan belajar di pondok pesantren, materi pembelajaran, tujuan pendidikan, metode pendidikan dan fasilitas pendidikan. Kedua faktor tersebut menggunakan dasar teori Mahduri (2002) dan Susilo (2003) yang disesuaikan keadaan tempat penelitian, sedangkan karakter wirausaha menggunakan dasar teori Marbun (1993). Dua faktor tersebut akan membentuk karakter dan perilaku wirausaha yang kemudian akan di uji hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal dengan karakter wirausaha, serta hubungan antara karakter wirausaha dengan perilaku wirausaha menggunakan analisis uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman. Oleh karena itu, kerangka pemikiran dalam penelitian lebih jelasnya, dapat dilihat dalam Gambar 2.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pondok pesantren Darul Fallah, berlokasi di Jl.Raya Bogor KM 12, Ciampea 16620, Desa Benteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Tempat penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa Pesantren Darul Fallah merupakan pesantren yang mampu menerapkan pendidikan pertanian terpadu dan kewirausahaan baik di bidang pertanian, perikanan dan peternakan kepada para santri. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2014-Februari 2014.

Jenis dan Sumber Data

(27)

12

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional analisis faktor-faktor pembentuk karakter wirausaha santri pertanian Darul Fallah

Faktor Internal (karakteristik personal)

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Tingkat pendidikan formal 4. Pekerjaan orang tua 5. Pelatihan sebelum masuk

pesantren

6. Lama tinggal di pesantren

Faktor Eksternal

1. Lingkungan belajar di pesantren

2. Materi pembelajaran 3. Tujuan pendidikan 4. Metode pendidikan 5. Fasilitas pendidikan Pondok pesantren Darul Fallah

1. Pondok pesantren dengan kurikulum pendidikan pertanian terpadu dan kewirausahaan (pertanian, perikanan dan peternakan)

2. Maju atau unggul di bidang kewirausahaan

3. Jumlah santri mencapai 300 santri, setiap tahunnya mengalami peningkatan.

4. Alumni : berwirausaha, pengabdian langsung ke masyarakat atau melanjutkan pendidikan sambil berwirausaha.

Karakter Wirausaha 1. Percaya diri

2. Berorientasi tugas dan hasil 3. Keberanian terhadap risiko 4. Kepemimpinan

5. Keorisinilan

6. Berorientasi masa depan

Perilaku Wirausaha 1. Pengetahuan wirausaha 2. Sikap wirausaha

(28)

13

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan observasi tempat penelitian, wawancara mendalam dan pengisian angket. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di tempat penelitian. Waktu observasi dilakukan setiap hari senin hingga sabtu pada pukul 06.00 hingga 07.00 WIB. Wawancara mendalam dilakukan kepada pengurus atau staff pondok pesantren Darul Fallah dan angket dibagikan kepada para santri yang melakukan pelatihan kewirausahaan yang ada di pondok pesantren, baik di bidang pertanian, perikanan dan peternakan. Penyebaran angket dilakukan pada jam istirahat pelajaran.

Metode Penentuan Responden

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh santri pondok pesantren Darul Fallah yang mendapatkan mata pelajaran pertanian terpadu dan mengikuti praktek kewirausahaan. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode sensus dengan mengambil semua populasi. Jumlah responden pada penelitian sebanyak 92 responden.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis statistik deskriptif dan analisis uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman yang diolah menggunakan SPSS 18.0 for windows dan Microsoft Excel.

Analisis Deskriptif

Salah satu analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Penelitian ini, analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan faktor internal dan faktor eksternal. Data dan informasi yang berasal dari angket akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel serta dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama. Karakter dan perilaku wirausaha diklasifikasikan menjadi lima kelas (Tabel 2).

Dalam penelitian ini pemberian tindakan wirausaha dilakukan menggunakan Skala Likert (1, 2, 3, 4 dan 5) dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 0 sedangkan karakter wirausaha, pengetahuan dan sikap wirausaha dilakukan menggunakan Skala

Likert (1, 2, 3, 4 dan 5) dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 20.

Tabel 2 Kriteria penilaian skor angket

NO Range skor sikap dan karakter wirausaha Kategori

1 20-36 Sangat tidak sesuai

2 36-52 Tidak sesuai

3 52-68 Sedang

4 68-84 Sesuai

(29)

14

Pengolahan data penilaian indikator diatas menggunakan metode rating yang dijumlahkan, yaitu dengan menggunakan skala likert. Rumus yang digunakan berdasarkan Slamet (1993) yaitu

Keterangan

n : Batas selang

Max : Nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor Min : Nilai minimum yang diperoleh dari jumlah skor ∑k : Jumlah kategori

Setelah menentukan batas selang kemudian data diolah dan dikonversi ke angka 100, tujuan dari konversi tersebut untuk mempermudah dalam menentukan skala Likert yang digunakan, barulah semua data dimasukkan dalam aplikasi SPSS 18.0 for windows.

Analisis Chi Square dan Rank Spearman

Uji Chi Square digunakan untuk menguji apakah beberapa ukuran nominal berhubungan satu sama lain atau tidak. Uji tersebut berguna untuk menguji apakah dua atau lebih populasi mempunyai distribusi yang sama. Secara umum, uji Chi Square digunakan dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi. Sedangkan Rank Spearman digunakan untuk mengukur tingkat korelasi dua variabel dengan syarat kedua variabel minimal mencapai pengukuran skala ordinal (Firdaus et al. 2011)

Analisis Korelasi Chi Square dan Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik personal dengan karakter wirausaha dan hubungan antara karakteristik personal dengan perilaku wirausaha.

Chi-Square

Pengujian digunakan dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi, dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 18.0 for windows dan Microsoft Excel.

Rumus :

Dimana :

b : banyak kategori variabel X (baris) k : banyak kategori variabel Y (kolom) N: ukuran sampel

n ij : banyak objek di baris ke-i (sel ke-ij) pada data sampel n i : banyak obyek pada baris ke-i

(30)

15

Rank- Spearman

Rank Spearman digunakan jika pengamatan dari dua variabel minimal dalam bentuk skala ordinal. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 18.0 for windows dan Microsoft Excel. Rumus :

Secara deskriptif, nilai Rank Spearman dikategorikan menjadi lima kategori berikut :

1) Bila 0 <|rs|<0.2, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat lemah

2) Bila 0.2 <|rs|<0.4, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi lemah 3) Bila 0.4 <|rs|<0.6, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sedang 4) Bila 0.6 <|rs|<0.8, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi kuat 5) Bila 0.8 <|rs|< 1, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat

kuat

Instrumen Pengukuran Peubah

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur dan memperoleh data terhadap variabel penelitian yang dipermasalahkan. Dalam ilmu sosial instrument penelitian berupa pertanyaan yang disertai jawaban alternatif atau tanpa jawaban alternatif (Tika 2006). Tabel 3 menunjukkan indikator karakter wirausaha.

GAMBARAN UMUM

Sejarah Singkat Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah

Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah merupakan sebuah yayasan yang terletak di Jalan Raya Bogor – Ciampea Km 12, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Yayasan Pesantren Pertanian (YPP) Darul Fallah ini berdiri berdasarkan Akta Notaris J.L.L. Wenas dengan nomor 12 di Bogor, pada tanggal 9 April 1960 oleh KH. Sholeh Iskandar (Alm) dan KH. Ghaffar Ismail (Alm). Perkampungan pesantren ini merupakan tanah wakaf dari R.H.O Djunaedi yang dibangun mulai bulan Juni 1960 dengan luas areal 26.6 Ha, memanjang dari tepi jalan raya, kampung kebun Eurih hingga kampung gunung Leutik. Nama Darul Fallah secara harfiah dapat diartikan sebagai “Rumah Petani” atau “Kampung Pertanian” sehingga pesantren pertanian Darul Fallah ini menjadi lembaga islam yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat agar dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pertanian dan kewirausahaan. Visi dan Misi pondok pesantren Darul Fallah yaitu :

Visi : menjadi lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan kader-kader generasi muda terbaik bagi bangsa dan umat islam Indonesia.

(31)

16

1. mendidik generasi taqwa, cerdas dan mandiri.

2. mengembangkan sistem pendidikan unggul yang senantiasa relevan dengan perkembangan zaman.

3. mendorong pemerataan hak dalam pendidikan bagi seluruh lapisan ekonomi masyarakat.

Table 3 Indikator karakter wirausaha

Karakter Indikator

1. Percaya diri - Kepercayaan (keteguhan)

- Ketidaktergantungan kepada orang lain

- kepribadian mantap - Optimis

2. Berorientasikan tugas dan hasil

- Haus akan prestasi

- Berorientasi laba atau hasil - Tekun dan tabah

- Tekad, kerja keras, motivasi - Energik

- Penuh inisiatif

3. Keberanian terhadap risiko - Mampu mengambil resiko - Suka pada tantangan

4. Kepemimpinan - Mampu memimpin

- Dapat bergaul dengan orang lain - Menanggapi saran dan kritik

5. Keorisinilan - Inovatif

- Kreatif - Fleksibel - Banyak sumber - Serba bias

- Mengetahui banyak 6. Berorientasi ke masa depan - Pandangan ke depan

- Perseptif a

Sumber : Marbun (1993)

Pendidikan Pertanian Terpadu

(32)

17 peternakan meliputi pemerahan sapi perah dan kambing etawa. Penerapan pendidikan pertanian terpadu membagi jumlah santri menjadi beberapa kelompok kecil, dimana satu kelompok terdiri atas 10 santri. Kelompok wajib melaporkan semua kegiatan pertanan terpadu mulai dari perencanaan, budidaya, pemanenan, pemasaran dan laporan keuangan kepada pembina atau guru pembimbing. Lahan dari pondok pesantren pertanian Darul Fallah sebagian besar adalah berbukit dengan jenis tanah pH antara 5-7 serta curah hujan rata-rata per tahun > 3000 mm. Sehingga cocok untuk tanaman hortikultura. Lahan pesantren Darul Fallah juga terdiri dari dua blok yaitu blok Lemah Duhur seluas ± 10 Ha dan blok Bukit Darul Fallah seluas ± 16.5 Ha.

Bidang Kewirausahaan

Pondok pesantren Darul Fallah sampai saat ini terkenal dengan bidang kewirausahaan dan pertaniannya, beberapa bidang kewirausahaan yang dimiliki oleh pesantren yaitu PT. DaFa Agro Mandiri, pengolahan susu dan yogurt, pupuk organik dan pabrik pakan. PT. DaFa Agro Mandiri bergerak di bidang budidaya melalui kultur jaringan, beberapa tanaman yang dibudidayakan meliputi tanaman anggrek, zodiak dan pisang. Hasil dari budidaya tanaman tersebut dipasarkan berbagai daerah Jawa dan Sumatra. Pengolahan susu dan yogurt di Darul Fallah mempunyai peluang pasar baik, saat ini unit pengolahan tersebut telah bekerja sama dengan pihak serambi botani IPB dan pupuk organik dengan PT. PERTOKIMIA GRESIK. Proses produksi bidang usaha yang ada di pesantren dilakukan oleh staff dan pihak luar, santri hanya belajar untuk pelatihan dan menambah pengalaman saja, namun untuk alumni bisa mengabdi sekaligus mengikuti dan melaksanakan kegiatan produksi di bidang kewirausahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor Internal

Karakter wirausaha santri pertanian pondok pesantren Darul Fallah terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pada penelitian ini faktor internal ditentukan oleh karakteristik personal yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pekerjaan orang tua, pelatihan sebelum masuk pesantren dan lama tinggal di pesantren.

Umur

(33)

18

normal pada tingkat Aliyah/SMA berada pada umur 16 hingga 18 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur tidak menjadi penghambat bagi seseorang yang ingin menjadi santri pondok pesantren Darul Fallah. Pembentukan pribadi dalam membentuk karakter seorang wirausaha pada kondisi umur muda lebih mudah dibandingkan yang sudah dewasa atau tua.

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 15 -16 51 55.44 

2 17 -18 37 40.21 

3 19 4 4.35 

Jenis Kelamin

Pada penelitian ini responden laki-laki berjumlah 51 atau 55.44% dari total responden sedangkan perempuan berjumlah 41 responden atau 44.56% . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini mengindikasikan bahwa pondok pesantren Darul Fallah lebih diminati oleh santri laki-laki. Jumlah santri laki-laki memang relatif lebih banyak dibanding santri perempuan. Menurut hasil penelitian Azzahra (2009), laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk berwirausaha dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarganya, sehingga motivasi untuk menyejahterakan kehidupan keluarganya menjadi salah satu motivasi berwirausaha bagi kaum laki-laki. Sedangkan perempuan memiliki beberapa faktor yang dapat menghambat mereka dalam berwirausaha antara lain persepsi bahwa berwirausaha akan menyita banyak waktu mereka yang harusnya dialokasikan untuk mengurus dan merawat keluarga (Alma 2010).

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 51 55.44 

2 Perempuan 41 44.56 

Tingkat Pendidikan Formal

Variabel yang diduga mempengaruhi karakter wirausaha santri salah satunya adalah tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan merupakan pendidikan yang ditempuh santri di pondok pesantren Darul Falah. Berdasarkan Tabel 6. Tingkat pendidikan formal responden mulai dari kelas X hingga XII. Sebanyak 39 responden atau 42.40% dari total responden merupakan kelas XII, 33 responden kelas XI dan 20 responden merupakan kelas X. Pengambilan responden dengan semua santri Aliyah dikarenakan santri Aliyah mengikuti mata pelajaran kewirausahaan dan melakukan praktek lapang di tiga bidang, baik pertanian, perikanan serta peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah santri di tingkat Aliyah/SMA pondok pesantren Darul Fallah mengalami penurunan.

Pekerjaan Orang Tua

(34)

19 Maksud wiraswasta di sini adalah pekerjaan untuk memperoleh penghasilan yang relatif mandiri, tidak bergantung pada pola manajerial pihak lain, seperti pedagang, pengusaha, petani dan nelayan. Non-wiraswasta dalam penelitian ini adalah pekerjaan orang tua seperti pegawai baik PNS maupun pegawai swasta. Berdasarkan Tabel 7 sebanyak 48 responden pekerjaan orang tua santri bekerja sebagai non-wiraswasta dan 44 bekerja sebagai wiraswasta. Hal tersebut karena sebagian besar santri berasal dari daerah Jabodetabek yang mayoritas pekerjaan orang tua santri sebagai PNS. Hal ini mengindikasikan bahwa banyaknya orang tua yang bekerja sebagai non-wiraswasta menginginkan anaknya masuk pondok pesantren Darul Fallah untuk mempelajari ilmu keagamaan, pertanian terpadu dan kewirausahaan. Sebagaian besar responden termotivasi masuk pondok pesantren untuk menjadi seorang pengusaha dikarenakan melihat pekerjaan orang tua mereka yang kurang prospektif untuk mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dan motivasi untuk memperbaiki taraf hidup keluarga. Menurut Azzahra (2009), wirausaha memang menjanjikan keuntungan yang besar secara financial dan kebebasan untuk mengelola waktu sendiri dibandingkan dengan menjadi menjadi seorang pegawai negeri. Dengan berwirausaha, selain taraf hidup meningkat, seseorang juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal No Tingkat pendidikan formal Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 X 20 21.73 

2 XI 33 35.87 

3 XII 39 42.40 

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua

No Pekerjaan orang tua Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Wiraswasta 44 47,82 

2 Non- Wiraswasta 48 52,18 

Pelatihan Kewirausahaan Sebelum Masuk Pesantren

Bedasarkan Tabel 8 tingginya jumlah responden yang belum pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren sebesar 78.26% dari total responden, mengindikasikan bahwa santri berminat untuk mempelajari lebih mendalam bidang kewirausahaan yang ada di pondok pesantren Darul Fallah baik pertanian, perikanan maupun peternakan serta mendorong yayasan pondok pesantren untuk menerapkan pendidikan berbasis kewirausahaan baik secara teori maupun secara praktek atau lapang, sehingga lulusan santri Darul Fallah dapat menerapkan prakteknya dan mampu menjadi wirausaha.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pelatihan kewirausahaan sebelum

masuk pesantren

No Pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Belum pernah 72 78,26 

(35)

20

Lama Tinggal di Pesantren

Mayoritas responden lama tinggal di pesantren lebih dari dua tahun sebesar 62 responden, 15 responden tinggal di pesantren satu sampai dua tahun dan 15 responden lainnya kurang dari satu tahun. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden kelas XI dan XII mulai tinggal di pesantren sejak tingkat pendidikan Madrasah Tsanawiyah/SMP, sedangkan santri baru di kelas X berasal dari sekolah umum, hanya sebanyak 5 santri saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan Aliyah Darul Fallah.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan lama tinggal di pesantren No Lama tinggal di pesantren Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 <1 Tahun 15 16,30 

2 1-2 Tahun 15 16,30 

3 >2 Tahun 62 67,40 

Faktor Eksternal

Selain faktor internal faktor lain pembentuk karakter wirausaha adalah faktor eksternal. Faktor eksternal pada penelitian meliputi lingkungan belajar di pesantren, materi pembelajaran, tujuan pendidikan, metode pendidikan dan fasilitas pendidikan.

Lingkungan Belajar di Pesantren

Lingkungan belajar pada penelitian ini diukur dari penilaian santri tentang dukungan keberadaan Koran, perpustakaan, media elektronik (televisi), kegiatan olahraga dan akses internet.

Tabel 10 Rataan hitung skor lingkungan belajar di pesantren

No Keterangan Rataan hitung Kategori

1 Akses internet 52.61 Sedang

2 Penggunaan televisi 70.43 Sesuai

3 Perpustakaan 88.04 Sangat sesuai

4 Koran/media cetak 71.09 Sesuai

5 Lapangan olahraga 75.00 Sesuai

(36)

21 dapat mendukung semua kegiatan santri dalam belajar dan membentuk proses karakter santri. Menurut Mar’at dan Kartono (2010) pengkondisian lingkungan sekitar merupakan proses belajar yang penting, dimana karakter dan perilaku seseorang dapat terbentuk dari proses belajar dan lingkungan belajar.

Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang diterapkan oleh pondok pesantren Darul Fallah meliputi pelajaran keagamaan, pelajaran umum, kewirausahaan dan pertanian terpadu. Tabel 11 menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren Darul Fallah sesuai dengan skor rataan hitung sebesar 78.74. Sebesar 82.79 responden merasa sesuai dengan materi pembelajaran keagamaan. 87.31 sangat sesuai dengan materi pendidikan umum, 89.67 sangat sesuai dengan materi kewirausahaan, 85.00 sangat sesuai dengan materi pertanian terpadu dan 47.95 tidak sesuai dengan materi mesin dan perbengkelan. Hal ini mengindikasikan bahwa materi pembelajaran di pondok pesantren berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang harapkan para santri. Materi umum, kewirausahaan dan pertanian terpadu didapatkan oleh semua santri baik Tsanawiyah/SMP maupun Aliyah/SMA namun santri Tsanawiyah hanya belajar secara teori sedangkan Aliyah belajar secara teori dan praktek atau lapang. Adapun jadwal pembelajaran di pondok pesantren mulai pada hari senin hingga sabtu pukul 08.00 hingga jam 15.00 WIB sedangkan jadwal lapang kewirausahaan pertanian terpadu pada hari senin hingga sabtu pukul 06.00 hingga 07.00 WIB dan setiap hari Rabu pukul 15.30 hingga 17.30 WIB. Para responden menyatakan bahwa materi kewirausahaan dan pertanian terpadu yang didapat sangat bermanfaat.

Materi pelajaran umum yang diterapkan pondok pesantren Darul Fallah tidak jauh berbeda dengan pelajaran-pelajaran yang diterapkan oleh sekolah lain pada umumnya, sedangkan materi keagamaan yang diterapkan meliputi pelajaran fiqih, hadits, nahwu serta pendalaman bahasa arab.

Tabel 11 Rataan hitung skor materi pembelajaran

No Keterangan Rataan hitung Kategori

1 Keagamaan 82.79 Sesuai

2 Pendidikan umum 87.31 Sangat sesuai

3 Kewirausahaan 89.67 Sangat sesuai

4 Pertanian terpadu 85.00 Sangat sesuai

5 Mesin dan perbengkelan 47.95 Tidak sesuai

Materi pembelajaran 78.74 Sesuai

Tujuan Pendidikan

(37)

22

menegakkan agama islam sebesar 67.82 termasuk dalam kategori sedang, membina kehidupan diri pribadi, keluarga dan masyarakat sebesar 77.17 dan memajukan pendidikan dan dakwah islam 69.57 termasuk dalam kategori sesuai dan membangun agama dalam masyarakat 72.60 termasuk dalam kategori sesuai. Tujuan pendidikan yang diterapkan pondok pesantren menunjukkan sesuai dengan harapan, baik tujuan duniawi maupun akhirat. Berdasarkan data alumni bahwa lulusan pondok pesantren mampu menjadi pengusaha, menciptakan lapangan usaha baik dalam skala usaha mikro maupun usaha menengah. Tidak ada paksaan untuk lulusan darul fallah menjadi pengusaha, alumni bebas untuk memilih tujuan setelah lulus dari pesantren apakah akan melanjutkan ke jenjang pendidikan kuliah atau menjadi pengusaha. Adapula alumni yang melakukan pengabdian di pondok pesantren sebagai guru sekolah maupun pendamping atau pembimbing asrama.

Tabel 12 Rataan hitung skor tujuan pendidikan

No Keterangan Rataan hitung Kategori

1 Pribadi beriman, berilmu dan berakhlak islam

90.00 Sangat sesuai

2 Menegakkan agama 67.82 Sedang

3 Membina kehidupan diri pribadi, keluarga dan masyarakat

77.17 Sesuai 4 Memajukan pendidikan dan dakwah

islam

69.57 Sesuai 5 Membangun agama dalam masyarakat 72.60 Sesuai

tujuan pendidikan 75.44 Sesuai

Metode Pendidikan

Metode pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Darul Fallah meliputi metode tanya jawab atau diskusi, pelatihan kewirausahaan dari pihak luar, hafalan surat pendek dan al-quran, pelatihan pertanian terpadu dan magang. Tabel 13 menunjukkan bahwa skor nilai rataan hitung metode pendidikan sebesar 80.39 yang masuk dalam kategori sesuai. Sebesar 85.22 rataan hitung skor responden termasuk dalam kategori sangat sesuai terhadap metode diskusi atau tanya jawab dan sebesar 88.04 terhadap pelatihan kewirausahaan dari pihak luar. 64.78 skor nilai rataan hitung dalam kategori sedang terhadap metode hafalan surat pendek dan alquran, 72.39 terhadap pelatihan dan praktek pertanian terpadu dan 91.52 sangat sesuai terhadap metode magang. Magang menjadi salah satu persyaratan wajib dalam memperoleh ijazah dan syahadah, karena pesantren berbasiskan kewirausahaan sehingga setiap santri wajib mendapatkan metode magang, namun metode ini hanya diperoleh santri ketika duduk di kelas XI.

Fasilitas Pendidikan

(38)

23 kategori sesuai. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. Sebesar 72.82 sesuai terhadap fasilitas lahan pertanian, 72.83 sesuai terhadap fasilitas asrama, 81.96 sesuai terhadap fasilitas gedung aula dan 83.91 sesuai terhadap fasilitas sarana penunjang pendidikan dan 65.00 masuk dalam kategori sedang terhadap fasilitas gedung mesin dan perbengkelan. Artinya bahwa penggunaan fasilitas yang ada di pesantren dapat dipergunakan secara leluasa oleh responden. Gedung mesin dan perbengkelan pada awalnya khusus hanya digunakan oleh santri khusus, namun dengan berjalannya waktu santri yang berminat di mesin dan perbengkelan menurun dan akhirnya tidak diterapkan lagi dalam pendidikan pesantren. Oleh karena itu, gedung perbengkelan dijadikan tempat gudang pabrik pakan dan boleh digunakan praktek oleh para santri.

Tabel 13 Rataan hitung skor metode pendidikan

No. Keterangan Rataan Hitung Kategori

1 Tanya jawab/diskusi 85.22 Sangat sesuai

2 Pelatihan dari pihak luar 88.04 Sangat sesuai 3 Hafalan surat pendek dan alquran 64.78 Sedang

4 Pelatihan pertanian 72.39 Sesuai

5 Magang 91.52 Sangat sesuai

Metode pendidikan 80.39 Sesuai

Tabel 14 Rataan hitung skor fasilitas pendidikan

No Keterangan Rataan Hitung Kategori

1 Lahan pertanian 72.82 Sesuai

2 Asrama 72.83 Sesuai

3 Mesin dan perbengkelan 65.00 Sedang

4 Gedung aula 81.96 Sesuai

5 Sarana penunjang pendidikan 83.91 Sesuai

Fasilitas pendidikan 75.30 Sesuai

Hubungan Antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Karakter Wirausaha

(39)

24

Spearman digunakan untuk data dalam bentuk ordinal, meliputi umur, tingkat pendidikan formal, lama tinggal di pesantren, lingkungan belajar di pesantren, materi pembelajaran, tujuan pendidikan dan fasilitas pendidikan. Data dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Uji Chi-Square dan korelasi Rank Spearman hubungan faktor internal dan eksternal dengan karakter wirausaha

Faktor internal dan faktor eksternal Karakter wirausaha

Kepercayaan diri

Berorientasi tugas

Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Masan depan Kewirausahaan p-value 0.757 0.664 0.927 0.584 0.859 0.021 Lingkungan Korelasi -0.040 -0.006 0.097 0.032 0.137 0.222*

Belajar p-value 0.703 0.954 0.358 0.760 0.192 0.034

Materi Korelasi 0.098 -0.060 0.007 0.205* -0.016 0.180

Pembelajaran p-value 0.355 0.571 0.947 0.050 0.882 0.086 Metode pendidikan korelasi 0.100 -0.087 0.211* 0.195 0.181 0.199

p-value 0.344 0.408 0.043 0.063 0.085 0.057

Tujuan pendidikan Korelasi 0.028 -0.033 0.249* 0.119 0.180 0.200

p-value 0.791 0.752 0.017 0.257 0.086 0.055

Fasilitas Korelasi 0.092 -0.110 0.182 0.097 0.050 0.223* Pendidikan p-value 0.381 0.295 0.082 0.356 0.634 0.032

N 92 92 92 92 92 92

Faktor Internal

Berdasarkan nilai p-value pada taraf α = 0.05 bahwa faktor lama tinggal di pesantren dengan kepemimpinan berkorelasi signifikan, kedua variabel berkorelasi lemah dan berkorelasi berlawanan arah (negatif), artinya bahwa semakin lama responden tinggal di pesantren maka karakter kepemimpinan akan cenderung semakin rendah. Penurunan karakter kepemimpinan tersebut terlihat dalam kegiatan organisasi pondok, dimana santri kelas XII sudah tidak diperbolehkan masuk organisasi tersebut. Semua jabatan dialihkan kepada santri kelas XI, begitu pula dalam penentuan ketua kelompok praktek pertanian. Praktek lapang pertanian terpadu dibedakan berdasarkan kelompok dimana setiap kelompok terdapat ketua yang kedepannya ketua tersebut akan membimbing anggotanya dalam pelaksanaan usaha dan biasanya yang menjadi ketua adalah santri yang duduk di kelas XI. Santri kelas XII hanya diperbolehkan ikut praktek saja namun tidak menjadi bagian anggota kelompok, hal tersebut difokuskan kepada santri tingkat akhir untuk belajar mempersiapkan ujian akhir Nasional, ujian akhir Madrasah dan pesantren.

(40)

25 Karakter kepemimpinan dapat dimiliki oleh berbagai kalangan santri, baik laki-laki maupun perempuan. Karena saat ini telah banyak perempuan menjadi pemimpin dan sukses dalam berwirausaha menjadi seorang women entrepreneur.

Pekerjaan orang tua dengan karakter keorisinilan berkorelasi signifikan. Artinya pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi karakter wirausaha responden, responden dengan pekerjaan orang tua sebagai wiraswasta mayoritas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih di bidang usaha dibandingkan responden dengan pekerjaan orang tua sebagai non wiraswasta, sehingga ada kecenderungan orang tua akan mengarahkan anaknya dapat bersaing dalam dunia bisnis dan menciptakan inovasi baru. Orang tua sebagai wiraswasta bekerja mandiri, kemandirian dan fleksibilitas yang ditularkan oleh orang tua akan melekat dalam diri anak-anaknya sejak kecil. Keorisinilan responden terbentuk adanya respon yang baik dari orang tua, orang tua memberikan motivasi, pengarahan, serta contoh pengalaman yang pernah dirasakan orang tua.

Pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren berkorelasi signifikan terhadap karakter berorientasi masa depan pada taraf nyata 0.05. Bentuk orientasi masa depan responden sebagian besar ingin menjadi seorang pengusaha, santri memanfaatkan dengan baik peluang pelatihan kewirausahaan yang telah diterapkan oleh pondok pesantren, meskipun mayoritas responden belum pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan. Santri berniat untuk mempelajari pelatihan kewirausahaan secara mendalam, baik segi teori maupun praktek. Responden dilatih bagaimana merencanakan, mengatur serta mengontrol praktek kewirausahaan di praktek pertanian terpadu, baik kegiatan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Faktor Eksternal

Selain faktor internal di atas, faktor eksternal yang berkorelasi signifikan terhadap karakter wirausaha yaitu lingkungan belajar di pesantren berkorelasi dengan karakter berorientasi masa depan, kedua variabel berkorelasi lemah dan berkorelasi searah (positif), berarti semakin tinggi atau baik lingkungan belajar di pesantren maka cenderung semakin tinggi pula karakter berorientasi masa depan. Bentuk orientasi masa depan santri sebagai seorang pengusaha didukung lingkungan belajar di pesanten, mulai dari penggunaan akses internet, keberadaan perpustakaan, media cetak lainnya untuk kegiatan pertanian terpadu dan kewirausahaan meliputi penentuan harga di pasar, teknik bududaya, perkembangan dan pertumbuhan tren komoditas dan informasi terkait pertanian dan kewirausahaan. Nitisusastro (2010) menyebutkan bahwa lingkungan menentukan kebebasan kepada anak-anak untuk memilih dan menentukan masa depan mereka sendiri. Penelitian Arifin (2008) juga menyebutkan bahwa lingkungan adalah sarana untuk mengembangkan fitrah (potensi) manusia. Potensi tersebut merupakan faktor pembawaan sejak manusia lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Apabila lingkungan lebih kondusif untuk mengembangkan fitrah secara maksimal, akan terjadi perkembangan yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan bersifat destruktif, maka akan terjadi perkembangan yang negatif.

(41)

26

kepemimpinan. Motivasi dari alumni Darul Fallah yang sukses sebagai pengusaha sesekali disampaikan untuk mendorong keinginan santri untuk berwirausaha, serta mampu menjadi pemimpin dalam merencanakan, mengatur dan mengelola suatu usaha atau bisnis. Seiring pemberian materi pembelajaran yang diterapkan maka pengetahuan dan pengalaman santri akan semakin baik dari segi keagamaan, pendidikan umum, pertanian terpadu dan kewirausahaan.

Metode pendidikan dan tujuan pendidikan berkorelasi signifikan dengan karakter keberanian terhadap risiko pada taraf nyata 0.05, variabel berkorelasi lemah dan searah (positif), yakni bila metode pendidikan dan tujuan pendidikan semakin baik maka karakter keberanian responden terhadap risiko akan cenderung baik pula. Keberanian terhadap risiko terlihat dalam pelaksanaan praktek pertanian terpadu, dimana santri mencoba melakukan teknik budidaya baru, walaupun belum tentu berhasil namun mereka berani mengambil risiko tersebut. Bagi mereka melakukan sesuatu yang baru merupakan suatu tantangan dalam menerapkan pengetahuan yang sudah didapatkan ketika belajar teori. Dugaan kedua variabel tersebut berkorelasi dengan karakter keberanian terhadap risiko karena metode yang diterapkan pesantren mampu mendorong mewujudkan ide dan imajinasi santri dari pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan, teutama pada metode magang, santri akan lebih mengetahui bagaimana teknik atau strategi pengusaha dalam menghadapi suatu peluang usaha, serta didukung oleh tujuan pendidikan pesantren dalam mencetak generasi wirausaha muda.

Fasilitas pendidikan merupakan sarana dan prasarana yang penting dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Pengajaran akan lebih sukses menurut Daulay (2007) apabila peserta didik terlibat secara fisik dan psikis. Fasilitas pendidikan berkorelasi signifikan dengan karakter berorientasi masa depan. Kedua variabel berkorelasi lemah dan searah (positif), bila fasilitas pendidikan pesantren semakin tinggi atau baik maka orientasi santri terhadap masa depan semakin tinggi pula. Adanya fasilitas yang sudah tersedia menjadikan santri lebih tercukupi dalam melakukan segala aktifitas kewirausahaan baik dari segi lahan pertanian, penunjang dan pemasaran sehingga santri mempunyai peluang usaha untuk bersaing di masa depan.

Hubungan Antara Karakter Wirausaha dengan Perilaku Wirausaha

(42)

27

Tabel 16 Uji Chi-Square dan korelasi Rank Spearman hubungan karakter wirausaha dengan perilaku wirausaha

Sikap

Berorientasi tugas Korelasi 0.223* 0.212* Chi-square 0.006

dan hasil p-value 0.033 0.042 p-value 0.954

Keberanian Korelasi 0.154 0.239* Chi-square 0.033

terhadap risiko p-value 0.142 0.022 p-value 0.757

Kepemimpinan Korelasi 0.178 1.000* Chi-square 0.065

p-value 0.090 0.000 p-value 0.536

Keorisinilan Korelasi 0.239* 0.066 Chi-square 0.262*

p-value 0.022 0.532 p-value 0.012

Berorientasi Korelasi 0.274* 0.174* Chi-square 0.235*

masa depan p-value 0.008 0.097 p-value 0.024

N 92 92 92

Karakter berorientasi tugas dan hasil berkorelasi signifikan dengan sikap dan pengetahuan wirausaha, hubungan korelasi lemah dan searah (positif). Artinya, semakin tinggi orientasi responden terhadap tugas dan hasil maka semakin tinggi sikap dan pengetahuan wirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan dari berbagai tugas atau pengalaman ketika melakukan praktek kewirausahaan akan berpengaruh terhadap sikap wirausaha responden baik dalam menemukan peluang usaha, menerima tantangan, mempengaruhi orang lain dan pemecahan masalah. Pengetahuan responden juga bertambah dengan adanya informasi yang diperlukan ketika proses perencanaan berlangsung.

Keberanian terhadap risiko berkorelasi signifikan dengan pengetahuan wirausaha pada taraf nyata 0.05, kedua variabel berkorelasi lemah dan searah, yakni bila keberanian responden terhadap risiko semakin tinggi maka tindakan responden semakin tinggi pula. Santri yang menyukai tantangan atau berani menghadapi risiko akan bertindak seolah menjadi seorang pengusaha. Berani mengatur dan merencanakan praktek pertanian terpadu dan kewirausahaan, suka mengunjungi pameran tentang kewirausahaan dan berdiskusi dengan alumni yang sukses berwirausaha. Dugaan adanya korelasi kedua variabel, bahwa responden yang berani terhadap risiko dan tantangan mampu menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dari berbagai kegiatan yang dilakukan.

Karakter kepemimpinan dengan pengetahuan wirausaha berkorelasi signifikan. Kedua variabel berkorelasi sangat kuat dan searah, berarti semakin tinggi karakter kepemimpinan maka pengetahuan responden semakin tinggi pula. Hal tersebut dikarenakan seringnya responden menjadi pemimpin dalam berbagai kegiatan di pondok pesantren, dimana responden mengetahui kondisi serta bagaimana sikap yang harus dilakukan ketika ada suatu masalah, sehingga dari karakter kepemimpinan tersebut dapat menambah pengetahuan dan pengalaman.

(43)

28

tindakan wirausaha pada taraf nyata 0.05. berorientasi masa depan dengan pengetahuan memiliki korelasi sangat lemah, sedangkan dengan sikap dan tindakan berkorelasi lemah dan searah (positif), bila semakin tinggi orientasi masa depan responden maka semakin tinggi pula sikap, pengetahuan dan tindakan wirausaha. Orientasi masa depan responden sebagai pengusaha mendorong bakat dan kemauan dalam bersikap, bertindak dan pengetahuannya terkait bidang usaha yang diterapkan pondok pesantren. Sikap wirausaha meliputi rasa ingin tahu responden terkait kewirausahaan, mencoba hal baru, membuat inovasi baru, suka menerima tantangan dan ingin tampil beda dengan yang lain, adanya kecenderungan berpresepsi dan berpikir dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ngingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala dan sebagainya, sedangkan tindakan merupakan sesuatu yang dilakukan atau perbuatan seseorang yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Karakter wirausaha santri Darul Fallah dibentuk oleh dua faktor yaitu faktor internal (karakteristik personal) dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur, tingkat pendidikan formal, lama tinggal di pesantren, jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan pelatihan kewirausahaan sebelum masuk pesantren sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan belajar di pesantren, materi pembelajaran, tujuan pendidikan, metode pendidikan dan fasilitas pendidikan. 2. Variabel umur pada faktor internal tidak berkorelasi signifikan dengan karakter

wirausaha berdasarkan nilai p-value pada taraf α = 0.05, sedangkan variabel lain dan faktor eksternal berkorelasi signifikan, namun dari variabel lama tinggal di pesantren memiliki korelasi berlawanan arah (negatif).

3. Karakter wirausaha pada variabel berorientasi masa depan berkorelasi signifikan dengan perilaku wirausaha, baik komponen sikap, pengetahuan dan tindakan wirausaha, serta karakter kepemimpinan memiliki korelasi sangat kuat terhadap komponen pengetahuan wirausaha.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat disampaikan yaitu :

1. Pondok pesantren dapat membentuk karakter wirausaha santri dengan mendorong dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan, karakter kepemimpinan akan memiliki hubungan sangat kuat terhadap pengetahuan wirausaha.

Gambar

Gambar 1  Perilaku wirausaha
Gambar 2  Kerangka pemikiran operasional analisis faktor-faktor pembentuk
Table 3  Indikator karakter wirausaha
Tabel 5  Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh biaya administrasi, bonus lebaran, dan layanan jemput bola terhadap minat nasabah memilih produk Si

7,8 Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa pemakaian antibiotik bukan merupakan faktor risiko kandidemia, karena berdasarkan data dari catatan medik didapatkan bahwa subjek

Berdasarkan data yang di ambil dari teknik wawancara Mahasiswa Maluku angkatan 2013 yang menempuh kuliah di kota Malang memiliki jumlah 60 mahasiswa yang

Menggunakan analisis kekeringan dengan metode flow duration curve (FDC) di DAS Keduang.Yang kemudian kriteria kekeringan berdasarkan pada kriteria bulan kering

Mata kuliah ini mengajak mahasiswa untuk secara lebih cermat dan kritis mengkaji hukum dan pengembanan hukum dalam perspektif HAM, disamping juga menyajikan hasil

Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI,2008:170), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah cadangan yang wajib dibentuk bank jika terdapat bukti obyektif