• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Budidaya Kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah

penelitian.

Berdasarkan observasi di lapangan, penerapan teknologi budidaya yang dianjurkan PPL sangat tinggi dimana petani dalam usaha kentang melaksanakan teknologi budidaya yang dianjurkan. Dari hasil wawancara dengan petani sampel di Kecamatan Merdeka masih banyak juga petani yang enggan untuk menerima dan menerapkan teknologi yaitu resiko kegagalan karena dalam usaha tani kentang membutuhkan biaya yang cukup besar

Budidaya kentang di daerah penelitian bersifat modren. Kegiatan usahatani dalam setiap pelaksanaanya dilakukan dengan cara-cara baru. Hal ini terlihat dari penerapan teknologi budidaya kentang yang dianjurkan oleh PPL:

a. Penggunaan Benih

Benih yang dingunakan di Kabupaten Karo G0(Granola nol), G1(Granola satu), G2(granola dua), G3(Granola tiga),G4(Granola empat). Benih ini didapatkan dari balai pengembangan benih, benih yang diperoleh G0 baru dikembangkan oleh petani menjadi G1,G2,G3,G4.

b. Penyiapan Lahan

Lahan untuk budidaya kentang didaerah penelitian bentuk guludan atau bedengan.

a. Teknik Gulungan

cangkul, Mencangkul atau membajak tanah sedalam 30 cm sampai gembur, kemudian dibiarkan selama ± 15 hari untuk memperbaiki keadaan tata udara dan aerasi tanah, tanah dicangkul kembali sampai benar-benar gembur, kemudian diratakan, membuat guludan - guludan dengan ukuran lebar 120 cm - 140 cm, tinggi 30 cm - 40 cm dan jarak antar guludan yang satu dengan yang lain 20 cm – 30 cm, Apabila pH tanah rendah (asam), dilakukan pengapuran sesuai dengan kebutuhan, menebarkan pupuk organik ataun pupuk kandang matang sebanyak 10 ton – 20 ton per hektar ditambah pupuk buatan yaitu : 220 kg – 330 kg Urea, 330 kg – 420 kg SP – 36, 220 kg – 330 kg KCL per hektar (sesuai dengan kebutuhan), mengaduk tanah guludan dan pupuk secara merata sambil merapikan guludan, membuat lubang tanam dengan jarak 35 cm. Alat pembuat lubang tanam dapat digunakan kaleng bekas susu yang diberi gagang.

b. Teknik Bedengan

Penyiapan lahan dengan teknik bedengan mempunyai kelebihan yaitu lahan dapat ditanami bibit kentang sebanyak 2 baris atau membentuk diagonal. Tahapan penyiapan lahan dengan teknik bedengan adalah sbb: membersihkan kebun dari rumput-rumput liar atau sisa-sisa tanaman lama dengan menggunakan garpu atau cangkul, Tanah diolah sedalam 30 cm dengan cangkul atau traktor, kemudian didiamkan selama ± 15 hari, Tanah diolah kembali hingga benar-benar gembur, membuat bedengan-bedengan dengan uukuran lebar 110 cm, tinggi 40 cm dan jarak antar bedengan 30 cm, Menaburkan kapur pertanian sesuai dosis anjuran, menebarkan pupuk kandang sebanyak 10 – 20 ton/ha (sesuuai kebutuhan) di tambah 330 kg – 450 kg Urea, 260 kg – 390 kg TSP, 100 kg – 200 kg KCL per hektar atau dapat diganti dengan pupuk NPK ( 16 ;16;16 ) sebanyak 1.000 kg –

1.500 kg per hektar (sesuai dengan dosis yang dianjurkan), tanah bedengan diaduk bersama pupuk sedalam 25 cm sampai merata, membuat lubang tanam dengan jarak 70 cm x 40 cm.

c. Penanaman

Waktu tanam yang tepat sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Di Indonesia dikenal dua musim yaitu musim kemarua dan penghujan. Musim kemarau berlangsung pada bulan April – September dan musim hujan dari Oktober – maret. Inteval penanaman kentang ke kentang kurang lebih 1,5 tahun dan tanaman yang ditanam selama waktu tersebut diluar famili Solanaceae

semisal dengan tanaman kubis, bawang/ bawang daun dan lain – lain.

Varietas yang memiliki tajuk lebar sebaiknya menggunakan jarak tanam 40 cm x 80 cm. untuk varietas lainnya, seperti granola sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 70 cm. untuk mendapatkan jarak tanam yang sama digunakan tali rafia yang diri tanda sesuai dengan jarak tanam yang dikehendaki, lalu dipancang pada kedua ujung di tepi bedengan. Berdasarkan tanda – tanda yang merupakan jarak tanam, dibuat lubang tanam dengan kedalaman antara 8 cm – 10 cm.

Penanaman bibit kentang sangat sederhana, yakni umbi diletakkan mendatar dengan tunas menghadap keatas. Dengan kedalamn tanam sekitar 8 cm – 10 cm, segera diitutup dengan tanah dari sebelah kanan dan kiri lubang tanam. Umbi jangan ditam terlalu dalam karena hasilnya rendah.. Selain itu pada saat penanaman benih harus tidak bersinggungan dengan pupuk terutama pupuk anorganik karena umbi akan rusak atau busuk. Bila pupuk yang diberikan telah campur dengan tanah pada saat olah tanah maka umbi harus dialasi dengan tanah yang belum tercampur pupuk.

d. Pemupukan

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik dengan hasil tinggi diperlukan suplai unsur hara yang cukup dan berimbang. Pupuk organik (kandang , kompos) dan pupuk anorganik seperti Urea, TSP/SP dan KCL sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang dan pupuk buatan disebar dalam garitan kemudian dicampur dengan tanah. Kebutuhan pupuk kandang untuk 1 Ha sebanyak 20 ton. Pupuk buatan (Urea, TSP/SP 36 dan KCL) diberikan sesuai dengan anjuran, sebagai patokan dapat digunakan dosis anjuran sebagai berikut. Pupuk kandang dan TSP/SP 36 diberikan pada waktu taman sebagai pupuk dasar, sedangkan Urea dan KCL diberikan bertahap sebanyak 3 kali pemberian pemupukan pertama (1/3 bagian) diberikan pada waktu tanam, kedua (1/2 bagian) umur 21 hari setelah tanam (HST) atau pada waktu pengguludan pertama dan 1/3 bagian terakhir diberikan pada umur 45 HST atau pada saat pengguludan.

e. Pengendalian OPT

Untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit pada tanaman kentang dapat dilakukan melalui strategi pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu dengan mengkombinasikan dan memadukan beberapa macam komponen pengendalian untuk menekan populasi hama atau penyakit, memperkecil kerusakan tenaman maupun kehilangan hasial. Untuk semua jenis pestisida, baik insektisida, fungisida, nematisida maupun herbisida pengaplikasiannya harus mengacu pada lima tepat, yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat waktu. Untuk pengaplikasian pestisida dengan cara penyemprotan dengan menggunakan sprayer maupun power sprayer.

Penyulaman dimaksudkan untk mengganti tanaman yang mati atau yang lambat tumbuhnya. Penyulaman paling lambat dilakukan 2 – 3 minggu setelah tanam, Pengendalian gulma secara mekanis dikenal dengan penyiangan. Pengendalian secara kimiawi adalah pemberantasan gulma dengan menggunakan bahan kimiawi. Bersamaan dengan pengendalian gulma sebaiknya dilakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan. Penyiangan dan pembumbunan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu, dan selanjutnya pada saat berumur 5 – 6 minggu. Pada varietas kentang yang berbunga, sebaiknya bunga dipangkas. Pemangkasan bunga bertujuan untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi.. Umunya tanaman akan berbunga pada umur 25-30 hari setelah tanam. Pemangkasan bunga hendaknya dilakukan selagi bunga masih kuncup.

g. Pemanenan

Penanganan panen yang benar dan dapat berhasil baik pada dasarnya harus memperhatikan dua hal pokok, yaitu umur tanaman dan teknik mamanen.Umur panen pada kentang berkisar antara 90 – 180 hari,

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Anjuran pada Budidaya Kentang

di daerah penelitian

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Anjuran pada Budidaya Kentang di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo diperlihatkan oleh jawaban petani terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan. Peryataan ini dibagi kedalam 15 peryataan Positif dan 15 peryataan Negatif. Untuk peryataan Positif jawaban untuk Sangat

Setuju diberi nilai 5, Setuju diberi nilai 4. Ragu-ragu diberi nilai 3, Tidak Setuju diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju diberi nilai 1. Untuk peryataan Negatif, jawaban Sangat Setuju diberi nilai 1, Setuju diberi nilai 2, Ragu-ragu diberi nilai 3, Tidak Setuju diberi nilai 4, dan Sangat Tidak Setuju diberi nilai 5. Dari jawaban petani terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal sehingga, diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing jawaban).

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang mana dalam hal ini digunakan Model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala tingkat adopsi menjadi skor T, menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasi S = 56,3377sehingga apabila skor standar ≥ 50, berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standar < 50, berarti mempunyai sikap negatif. Hasil skoring tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada budidaya kentang didaerah penelitian di dapat dilihat pada Tabel 10 :

Tabel 10:Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Anjuran pada BudidayaKentang di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo

No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Positif 21 70

2. Negatif 9 30

Jumlah 30 100

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan data pada dapat diketahui bahwa dari 30 orang petani sampel, jumlah petani kentang yang memiliki skor sikap positif atau memiliki tingkat adopsi

yang tinggi adalah sebanyak 21 orang (70%) dan yang memiliki skor sikap negatif atau tingkat adopsi rendah yaitu sebanyak 9 orang (30%).

Dari 21 orang petani yang mengadopsi teknologi anjuran budidaya kentang, Alasan petani mengadopsi sangat tinggi yaitu:

a. Dari segi teknis budidaya kentang (pembibitan sampai panen) yang dianjurkan oleh penyuluh tidak begitu sulit dipahami oleh petani, karena teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh tidak jauh beda yang dilakukan oleh petani sebelum mereka mengadopsi teknologi yang dianjurkan penyuluh.

b. Dari segi produksi kentang, teknologi budidaya yang dianjurkan lebih tinggi produksinya daripada budidaya kentang yang selama ini yang diusahakan petani. Sehingga motivasi dan kepercayaan petani untuk mengadopsi teknologi tinggi.

c. Ketersediaan modal petani diperoleh dari agen kentang (toke kentang), agen kentang mendanai petani dalam usahatani kentang, Sehingga petani dalam mengadopsi teknologi anjuran yang terkendala dengan modal tinggi tidak dipersoalkan lagi atau secara tidak langsung petani tidak punya beban saat melakukan usaha tani kentang. Sehingga petani hanya fokus mengusahakan sampai kentang memproduksi.

Dari 9 orang petani alasan petani kurang mengadopsi teknologi anjuran budidaya kentang yaitu:

a. Dari segi teknis budidaya yang dianjurkan, Petani tidak memperdulikan waktu penanaman, jarak tanam padahal waktu penanaman dan jarak tanam sangat mempegaruhi produksi dan kualitas kentang itu sendiri. Untuk pemupukan: petani kurang dalam penggunaan pupuk sesuai dalam standart yang dianjurkan. Untuk pemeliharaan petani kurang dalam memelihara karena kebanyakan petani kurang waktu untuk memelihara disebabkan karena petani bukan itu saja yang di usahakan oleh petani, petani bisa mengusahakan lebih dari 2 jenis usaha tani yang diusahakan contohnya kentang, jeruk, cabai, wortel dalam satu musim tanam yang bersamaan. b. Kurangnya modal petani (untuk sebagian petani yang tidak bekerjasama

dengan agen (toke)) sehingga enggan untuk megeluarkan modal besar untuk proses budidaya yang dianjurkan oleh penyuluh akibatnya penyediaan jenis pupuk, pestisida, dan berbagai jenis lain untuk budidaya kurang dari standart yang dianjurkan.

Pada keterangan diatas tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran budidaya kentang baik, karena berdampak positif bagi petani dalam mengelola usahataninya. Selain itu juga petani menilai kegiatan atau program yang diterapkan oleh penyuluh dapat menambah pengetahuan serta memberikan kepercayaan diri dan kemudahan bagi petani dalam berusahatani kentang.

Dari Tabel 10 diatas dapat disimpulkan bahwa sikap petani terhadap adopsi teknologi anjuran budidaya kentang adalah positif didaerah penelitian. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran di daerah penelitian dapat diterima.

Pengaruh antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat

Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang.

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani, maka dianalisis dengan menggunakan analisis model logit sebagai berikut:

Tabel 11. Analisis Regresi Faktor Sosial Ekonomi Petani yang

Mempengaruhi Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi

Anjuran Budidaya Kentang.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .701 .354 3.916 1 .048** 2.015 X2 1.069 .528 4.104 1 .043** 2.912 X3 -.564 .470 1.440 1 .230* .569 X4 -12.115 9.209 1.731 1 .188* .000 X5 -.482 1.015 .226 1 .635* .617 X6 .000 .000 2.724 1 .099* 1.000 Constant -32.004 14.202 5.078 1 .024 .000 R-square = 0,752 .001**

a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6.

Sumber : lampiran 4.

Keterangan : * = tidak berpengaruh nyata : **= berpengaruh nyata

Persamaan yang diperoleh dari hasil analisis Tabel 11 adalah: L = -32,004 + 0,701 X1+1,069 X2-0,564 X3-1,.115 X4-.0,482X5+X6

Dari tabel diatas diperoleh signifikansi model sebesar 0,001. Nilai signifikansi 0,001< 0,05 (α 5%), artinya variabel bebas umur, tingkat pendidikan, pengalaman

secara serempak terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak.

Dari Tabel 11 diperoleh nilai R² (R Square) sebesar 0,752. Koefisien (indeks) determinasi tersebut menunjukkan bahwa 75,2% Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang dapat dijelaskan oleh variabel umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani atau dengan kata lain sebesar 75,2 % keempat variabel tersebut mempengaruhi Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sedangkan sisanya sebesar 24,8 % di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model.

Umur

Koefisien regresi untuk umur petani diperoleh 0,701dan nilai Exp (B) sebesar2,015menunjukkan bahwa odds ratio sebesar e 0,701 = 2.015 artinya apabila umur petani naik sebesar 1 tahun pada level tertentu maka akan menaikkan odds ratio sebesar 2,015 persen atau petani yang mempunyai umur lebih tinggi mempunyai peluang tingkat adopsi 2,015 kali dari petani berumur rendah.

Tingkat signifikansi sebesar 0,048< 0,05 (α 5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas umur berpengaruh secara nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima.

Faktor umur petani dalam mengadopsi teknologi anjuran sesuai anjuran dipengaruhi dalam berusahatani kentang lebih banyak ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan melakukan budidaya kentang,

Tingkat pendidikan

Koefisien regresi untuk tingkat pendidikan diperoleh 1.069dan nilai Exp (B) sebesar2.912menunjukkan bahwa odds ratio sebesar e 1.069 = 2.912 artinya apabila tingkat pendidikan petani naik sebesar 1 tahun pada level tertentu maka akan menaikkan odds ratio sebesar 2,912 persen atau petani yang mempunyai pendidikan lebih tinggi mempunyai peluang tingkat adopsi 2,912 kali dari petani berpendidikan rendah.

Tingkat signifikansi sebesar 0,043< 0,05 (α 5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas tingkat pendidikan berpengaruh secara nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima.

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksakan adopsi. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi pendidikan petani maka semakin tinggi juga tingkat adopsinya.

Pengalaman bertani

Variabel bebas pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang dengan nilai koefisien regresi -0,564dan tingkat signifikansi 0,230> 0 , 05 (α 5 %). Hal in i berati variabel pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga disimpulkan H1 di tolak.

Berdasarkan hasil regresi variabel luas lahan tidak berpengaruh Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang, dengan nilai koefisien regresi -12.115dan tingkat signifikansi 0,188> 0 , 0 5 (α 5 %). Hal in i b erarti variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang, Sehingga dapat disimpulkan H1 di tolak.

Jumlah tanggungan

Berdasarkan hasil regresi variabel luas lahan tidak berpengaruh terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang, dengan nilai koefisien regresi -.0,482dan tingkat signifikansi 0,635> 0 ,0 5 (α 5 %). Hal in i berarti variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 di tolak.

Tingkat pendapatan

Secara parsial variabel bebas tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Koefisien regresi sebesar 0,00 dan nilai signifikansi 0,099> 0,05 (α 5%). Hal ini berarti tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak.

Berdasarkan hasil regresi dapat disimpulkan secara serempak variabel bebas (umur, tingkat pendidikan,pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Secara parsial umur, variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani

terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang sedangkan variabel pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang.

BAB VI

Dokumen terkait