• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang (Studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang (Studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR - FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP

TEKNOLOGI ANJURAN BUDIDAYA KENTANG

(Studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH :

LEONARD PURBA 080309001

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISBIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR - FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG

MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP

TEKNOLOGI ANJURAN BUDIDAYA KENTANG

(Studi kasus: Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

OLEH :

LEONARD PURBA 080309001

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr.Ir.Satia Negara Lubis, MEc )

NIP: 196304021997931001NIP: 19721118199022001 ( Emalisa, Sp, Msi )

PROGRAM STUDI AGRIBISBIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Leonard Purba (080309001) dengan judul skripsi “Faktor - Faktor Sosial Ekonomi yang mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Teknologi Anjuran Budidaya Kentang di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo” dibawah bimbingan Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, MEc, sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, Sp, Msi sebagai Anggota Komisi pembimbing Tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui bagaimana teknologi budidaya kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian, bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada budidaya kentang dan mengetahui apakah faktor-faktor sosial ekonomi (Umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani,luas lahan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan usahatani kentang)mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi anjuran pada budidaya kentang didaerah penelitian.

Metode analisis untuk mengetahui teknologi anjuran dingunakan metode analisis deskriftif. Metode analisis untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran di daerah penelitian digunakan skala Likert dan untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani terhadap teknologi anjuran digunakan analisis Regresi Logistik Binary.

Hasil penelitian antara lain: Teknologi budidaya kentang yang dianjurkan PPL yaitu penggunaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan tanaman, pemanenan.Tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran memiliki skor sikap positif atau memiliki tingkat adopsi yang tinggi.

Secara serempak Faktor Sosial Ekonomi petani (umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan tingkat pendapatan.) memberikan pengaruh yang nyata tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran. Secara parsial, variabel umur, tingkat pendidikan, berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi anjuran budidaya kentang, sedangkan variabel pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi anjuran budidaya kentang.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Leonard Purba, lahir di Simamora Nabolakpada tanggal 09 Desember 1989. Anak Ke-7 dari 7 bersaudara dari pasangan Wasinton Purba dan Dorta

Munte.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut. 1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri INPRES Dolok Saribu dan

tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 G Pagaran dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pagaran dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara, melalui jalur PMP

5. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Silau laut, Kecamatan Silau baru, Kabupaten Asahan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Faktor - Faktor Sosial Ekonomi yang mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Teknologi Anjuran Budidaya Kentang

di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, MEc sebagai ketua komisi pembimbing. 2. Ibu Emalisa, Sp, Msi , sebagai anggota komisi pembimbing.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S. selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis khususnya dan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta Wasinton Purba dan Dorta Munte yang telah menjadi sumber motivasi serta memberi dukungan dan do’a bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

(6)

7. Para responden yang telah memberikan waktu dan kesediaan diri dalam membantu penulis selama melakukan penelitian.

8. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, april 2014

(7)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

Metode Pengambilan Sampel... 17

Metode Pengumpulan Data ... 17

Model Analisis Data... 18

Definisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 22

(8)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskriptif Wilayah

Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 24

Keadaan Penduduk ... 25

Perekonomian daerah ... 26

Sarana dan Prasarana ... 27

Karakteristik Petani Sampel ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi Budidaya Kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian ... 30

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Anjuran pada Budidaya Kentang di daerah penelitian ... 35

Pengaruh antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 43

(9)

DAFTAR TABEL

1.Luas lahan, Produksi dan produktivitas tanaman kentang menurut

Kecamatan per ton... 2

No. Judul Halaman. 2. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 18

3. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif ... 19

4. Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Merdeka... 25

5.Distribusi Penduduk Kecamatan Merdeka Berdasarkan Jenis Kelamin.. ... 25

6. Distribusi Penduduk Kecamatan Merdeka Berdasarkan Agama ... 26

7.Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Merdeka tahun 2012...26

8. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Merdeka pada tahun 2012 ... 27

9.Karakteristik petani sampel...28

10. Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Anjuran padaBudidaya Kentang di Kecamatan Merdeka, KabupatenKaro...37

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran ... 15

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Petani Sampel

No. Judul

2.Skor Sikap dan Interpretasinya Skor Sikap dan Interpretasinya Fekuensi Peryataan Positif dan Peryataan Negatif

• Sikap Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap • Frekuensi Jawaban Pernyataan Sikap

3. analisis usahatani kentang • Biaya bibit

• Biaya tenaga kerja • Biaya pupuk • Biaya pestisida • Biaya alat/penyusutan • Produksi kentang

(12)

ABSTRAK

Leonard Purba (080309001) dengan judul skripsi “Faktor - Faktor Sosial Ekonomi yang mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani Teknologi Anjuran Budidaya Kentang di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo” dibawah bimbingan Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, MEc, sebagai Ketua Komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, Sp, Msi sebagai Anggota Komisi pembimbing Tujuan penelitian adalah : Untuk mengetahui bagaimana teknologi budidaya kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian, bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada budidaya kentang dan mengetahui apakah faktor-faktor sosial ekonomi (Umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani,luas lahan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan usahatani kentang)mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi anjuran pada budidaya kentang didaerah penelitian.

Metode analisis untuk mengetahui teknologi anjuran dingunakan metode analisis deskriftif. Metode analisis untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran di daerah penelitian digunakan skala Likert dan untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani terhadap teknologi anjuran digunakan analisis Regresi Logistik Binary.

Hasil penelitian antara lain: Teknologi budidaya kentang yang dianjurkan PPL yaitu penggunaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan tanaman, pemanenan.Tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran memiliki skor sikap positif atau memiliki tingkat adopsi yang tinggi.

Secara serempak Faktor Sosial Ekonomi petani (umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan tingkat pendapatan.) memberikan pengaruh yang nyata tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran. Secara parsial, variabel umur, tingkat pendidikan, berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi anjuran budidaya kentang, sedangkan variabel pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi anjuran budidaya kentang.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi kentang Dunia di masa mendatang, khususnya di Negara-negara berkembang seperti Indonesia diharapkan akan meningkat cukup tinggi. Namun demikian potensi pengembangan kentang yang cukup besar tersebut hingga saat ini belum di mamfaatkan secara optimal, yang tercermin dari jumlah volume ekspor yang masih rendah dengan distribusi yang relatif sama. Selain itu beberapa sentra produksi potensial juga belum dikembangkan secara optimal, sehingga produktivitas maupun kualitas yang dihasilkan masih rendah.

Untuk mengantisipasi permintaan akan produk kentang yang sesuai dengan preferensi pasar, perlu dilakukan upaya pembinaan secara khusus dan intensif sehingga seluruh sentra produksi yang ada dikawasan sentra dapat ditingkatkan produksinya. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dalam Negeri maupun ekspor kentang dengan kualitas dan kuantitas yang cukup tinggi perlu dilakukan penyusunan buku pedoman SPO/ norma budidaya kentang, sehingga diharapkan para petani dan petugas maupun masyarakat umum lainnya dapat melakukan pengembangan usaha kentang dengan hasil yang optimal. Pedoman SPO (standar prosedur operasional) merupakan suatu paket teknologi anjuran budidaya kentang yang telah dianjurkan untuk petani di seluruh Kabupaten Karo. Paket teknologi yang dianjurankan mulai dari pembibitan sampai panen.

(14)

dimana produksi 7.357 ton dengan luas lahan 296 Ha dan produktivitas 24,855ton/Ha daerah ini akan dijadikan lokasi penelitian. Sementara Kecamatan Naman Teran dengan produksi 6.852 ton dengan luas lahan 832 Ha dan produktivitas 8,236 ton/Ha. Disusul oleh Simpang Empat dengan produksi 5.740 ton dengan luas lahan 309 Ha dan produktivitas 18,576 ton/Ha. Dapat dilihat di Tabel 1:

Tabel 1. Luas lahan, Produksi dan produktivitas tanaman kentang menurut kecamatan per ton

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara 2012

Dari survei yang dilakukan peneliti, faktor yang menunjang keberadaan kegiatan teknologi anjuran budidaya kentang di Kecamatan Merdeka sudah cukup memadai dengan keadaan sebagai berikut:

(15)

juga telah tersedia, untuk tenga kerja dalam budidaya kentang tersedia berupa tenaga kerja upahan, untuk keperluan bibit, pupuk dan sarana produksi lainnya tersedia, beberapa kios penyalur tersedia.

2. Sistem budidaya kentang di Kecamatan Merdeka adalah kegiatan yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat petani yaitu. Kegiatan budidaya yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian kepada petani sejak tahun 2004 sampai sekarang. Permasalahannya walaupun di anjuran sudah cukup lama tetapi petani masih ada beberapa orang enggan mengadopsi teknologi anjuran budidaya kentang, penyebabnya karena petani belum percaya dan masih melakukan secara tradisonal. Faktor petani di Kabupaten Karo enggan mengadopsi teknologi anjuran kentang adalah biaya saran produksi yang semakin mahal yang tidak seimbang dari harga jual produksi, kurangnya modal petani dalam usaha tani kentang.

3. Sistem Kelembangaan penunjang di Kecamatan Merdeka cukup lengkap meliputi lembanga penyuluhan, koperasi dan kelompok tani.

Pengembangan agribisnis pertanian di Kecamatan Merdeka, khususnya tanaman kentang, akan menjadi sektor ekonomi utama baik dalam perekonomian secara keseluruhan maupun bagi ekonomi rakyat. Kesempatan berusaha, kesempatan kerja, sumber pendapatan rakyat, maupun sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagian besar disumbang oleh agribisnis kentang.

(16)

budidaya tanaman kentang misalnya dataran tinggi Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara dan Toba Samosir

Karena itu pengembangan komoditas kentang tersebut akan berdampak luas bagi ekonomi rakyat. Pengembangan agribisnis kentang guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor merupakan upaya untuk meningkatkan penggunaan komoditas kentang dari Kabupaten Karo oleh para konsumen.

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana teknologi budidaya kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian?

2. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada budidaya kentang di daerah penelitian?

3. Apakah faktor-faktor sosial ekonomi(Umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani,luas lahan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan usahatani kentang) mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi anjuran pada budidaya kentang didaerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana teknologi budidaya kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada budidaya kentang di daerah penelitian.

(17)

dalam mengadopsi teknologi anjuran pada budidaya kentang didaerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka peningkatan produksi usahatani kentang.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan untuk menjadi seorang peneliti.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Agronomis

Tanaman kentang merupakan komoditas sayuran yang mendapat perioritas utama dalam pengembangannya karena dapat mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi yang membudidayakannya. Kentang (Solanum Tuberosum L) berasal dari Negara beriklim dingin (Belanda, Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia (Pengalengan, Lembang, dan Karo) sejak sebelum perang dunia II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di Negeri Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning-kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. Kelemahan dari kentang ini adalah peka terhadap penyakit busuk daun, virus Y, dan A, dan peka terhadap penyakit layu. (Soelarso, 1997).

(19)

cuman puluhan biji, jumlah ini tergantung dari varietas kentangnya. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar ini bewarna keputih-putihan. Kedalaman daya tembusnya bisa mencapai 45 cm. Namun biasanya akar ini banyak yang mengumpul di kedalaman 20 cm. (Setiadi, 1990/2000).

Bagian batang kentang yang terletak dibawah permukaan tanah tumbuh daun-daun kecil seperti sisik. Pada ketiak daun-daun terdapat tunas ketiak yang dapat tumbuh menjulur secara diageotrofik. Ujung stolon membengkak sebagai tempat terkumpulmnya zat cadangan makanan yang disebut umbi kentang. (Soelarso, 1997).

Tempat yang disenangi tanaman kentang mula-mula yang berhawa dingin. Pada perkembangan selanjutnya kentang disebarluaskan kedaerah lain dan teryata bisa tumbuh dan beradaptasi didaerah-daerah yang beriklim sedang (subtropis). Kemudian meluas kedaerah tropis yang memilki dua musim seperti di indonesia dan daerah-daerah khatulistiwa. Suhu yang ideal antara 15-18°C pada malam hari dan 24-30°C pada siang hari. Kentang dapat tumbuh pada ketinggian 500-3000 m dpl. Tanah yang paling cocok buat kentang tanah gembur atau sedikit ada air dan mengandung humus yang tinggi kelembapan yang cocok untuk kentang adalah 70%. Sedangkan Ph 5,0-6,5. Lama penyinaran yang diperlukan dalam proses fotositesis adalah 9-10 jam. (Nurul E, 2012).

2. Tinjauan Ekonomis

(20)

dipasarkan Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjai, sedangkan untuk pasar internasional dipasarkan Malaysia dan Singapura. Karena itu pengembangan komoditas kentang tersebut akan berdampak luas bagi ekonomi rakyat.(Anonimus, 2013).

Dari segi pemamfaatanya, kentang biasanya dingunakan sayuran, kentang goreng keripik dan tepung. Sementara dari jenis yang dingunakan petani terdiri dari jenis granola dan jenis lokal. Granola dipakai karena bentuknya menarik umbinya bewarna kuning dan bibitnya bisa dingunakan untuk lima generasi. (Nurul E, 2012).

Landasan Teori

Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan pentingnya sektor pertanian dapat di lihat dari kesungguhannya dalam membangun pertanian di Negara ini. Segala sarana dan prasarana pertanian di sediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani, termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi, teknologi memang di perlukan, dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke pengunaan teknologi baru yang lebih maju (Slamet, 2003).

(21)

Adopsi petani terhadap teknologi pertanian sangat ditentukan dengan kebutuhan akan teknologi tersebut dan kesesuaian teknologi dengan kondisi biofisik dan sosial budaya. Oleh karena itu, introduksi suatu inovasi teknologi baru harus disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya kemudian mengukuhkannya.(Suprapto dan Fahrianoor, 2004).

Usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan suatu teknologi baru (inovasi) kepada seseorang, maka sebelum orang tersebut mau menerapkannya, terdapat suatu proses yang disebut proses adopsi. Dalam proses ini terdapat tahapan-tahapan yang meliputi tahapan-tahapan dari yang belum diketahui sesuatu oleh seseorang sampai diterapkannya inovasi tersebut. Dalam penerimaan inovasi terdapat lima(5) tahapan dilalui sebelum seseorang bersedia merepakkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya.

Pada tahapan 1) Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru, produk atau praktek baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemamfaatanya secara khusus. 2)

Tertarik, adalah seseorang tidak hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendeteil: apa itu, apa yang dapat dikerjakan dan cara kerja ide baru tersebut, mendegar dan membaca informasi mengenai ide baru tersebut. Penilaian, adalah seseorang menilai informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru baik untuknya. 4)

(22)

tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurung waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas. 5) Adopsi, adalah tahap dimana dia menyakini akan ebenaran dan keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi diadopsi dengan cepat:

1. Memiliki keuntungan tinggi bagi petani 2. Sesuai dengan nilai-nilai soaial,adat setempat 3. Tidak rumit

4. Dapat dicoba dalam skala kecil 5. Mudah diamati (Ginting, 2002).

Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada mamfaatnya bagi petani dipedesaan jika teknolgi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan stuktur komunikasi informasi dipedesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja (tehnik kerja) pada petani jika pada mereka melakukan komunukasi teknologi yang baik dan tepat (Satia N, 2000).

Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi

Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Tingkat pendidikan petani

(23)

yang lebih modern. petani yang berpendidikan tinggiakan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.

b. Umur Petani

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

c. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

d. Luas Pemilihan Lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan ke efesienan penggunaan sarana produksi.

e. Jumlah Tanggungan

Petani dengan jumlah tanggungan semakin tinggi akan semakin lamban dalam mengadopsi inovasi karena jumlah tanggungan yang besar akan mengharuskan petani untuk memikirkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal, bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan.

(24)
(25)

Kerangka pemikiran

Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi kentang terbesar di Sumatera Utara, dimana dalam hal ini Pemerintah memberikan dukungan berupa penerapan teknologi anjuran yang disampaikan kepada petani kentang melalui program penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya para petani kentang.

Petani kentang dalam melakukan budidaya kentang melakukan tahapan-tahapan seperti : varietas, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan. Penerapan teknologi anjuran budidaya kentang ini sudah berlangsung mulai tahun 2004 sampai sekarang.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, maka petani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan total pendapatan petani.

Petani yang memiliki lahan luas akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi bila dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan sempit hal ini dikarenakan keefisienan sarana produksi.

(26)

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena dengan pengalaman yang lebih banyak sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi (teknologi).

(27)

Keterangan • Pengendalian H &

(28)

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat Adopsi petani terhadap teknologi anjuran budidaya kentang di daerah penelitian tergolong kategori tinggi

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ditentukan secara ‘purposive’ yaitu penentuan secara sengaja di Kecamatan Merdeka , Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan daerah penelitian ini berdasarkan penerapan teknologi anjuran budidaya kentang di Kabupaten Karo sudah berlangsung sejak tahun 2004 sampai sekarang dan didukung dari data dinas pertanian Kabupaten Karo bahwa Kecamatan Merdeka salah satu Kecamatan yang memiliki produksi tanaman kentang terbesar.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah petani kentang yang melakukan usahatani dengan sistem budidaya dengan menerapkan teknologi anjuran budidaya kentang sebanyak 956 KK. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling, dimana sampel diambil secara acak yaitu sebanyak 30 petani sampel sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik ukuran sampel paling minimum 30.

Metode Pengumpulan Data

(30)

Tabel 2: Spesifikasi Pengumpulan Data

NO Jenis Data Sumber Metode

Observasi Wawancara

1 Identitas Petani Petani - 

2 Luas lahan Petani - 

3 Tingkat produktifitas kentang

Petani/kontak tani - 

4 Teknologi budidaya yang dianjurkan

PPL/Petani  

5 Monografi kecamatan Kepala camat  

Metode Analisis Data

Untuk menganalisa masalah Idianalisis dengan menggunakan metode analisa deskriptif yaitu dengan melihat data dari penyuluh pertanian dan petani tentang teknologi sesuai anjuran daerah penelitian.

(31)

Pada Tabel 3: Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif

NO Peryataan positif Peryataan negatif 1 Menggunakan varietas sesuai

anjuran dan mengikuti semua teknologi budidaya

Tidak Menggunakan varietas sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi budidaya

2 Melakukan penyiapan lahan sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi budidaya

Melakukan penyiapan lahan tidak sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi budidaya

3 Melakukan penanaman sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi budidaya

Melakukan penanaman tidak sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi budidaya

4 Melakukan pemupukan sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi budidaya

Melakukan pemupukan tidak sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi budidaya

5 Melakukan pemeliharaan

sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi budidaya

Melakukan pemeliharaan tidak sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi budidaya

6 Melakukan pengendalian HPT sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi budidaya

Melakukan pengendalian HPT tidak sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi budidaya

7 Melakukan panen sesuai anjuran dan mengikuti semua teknologi budidaya

Melakukan panen tidak sesuai anjuran dan tidak mengikuti semua teknologi budidaya

Pemberian skor pada setiap pilihan jawaban yang diberikan sebagai berikut: • Untuk pernyataan positif : Sangat setuju (SS) = 5

: Setuju (S) = 4

(32)

• Untuk pernyataan Negatif : Sangat setuju (SS) = 1

: Setuju (S) = 2

: Ragu-ragu (RR) = 3 : Tidak setuju (TS) = 4 : Sangat tidak setuju (STS) = 5

Pengukuran tingkat adopsi digunakan dengan skala pengukuran skala Likert, dengan rumus:

� = 50 + 10 � x2− x

s �

Dimana: T = skor standart X = skor responden S = deviasi standart kelompok Kriteria uji apabila: T ≥ 50 = sikap positif

T < 50 = sikap negatif (Mueller, 1992).

Untuk mengalisa masalah 3dianalisis dengan menggunakan regresi logistik binary dengan alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah umur, tingkat pendidikan petani, luas lahan, pengalaman bertani, tingkat pendapatan dengan menggunakan rumus:

Ŷ= ��+�+ �+ �+ �+ �++μ

Keterangan:

Ŷ = Tingkat adopsi penggunaan pupuk

�� = Konstanta

β1 = Koefisien regresi

(33)

�2 = Pengalaman bertani (Tahun)

�3 = Tingkat pendapatan (Rp)

�4 = Tingkat pendidikan petani (Tahun)

�5 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

�6 = Luas lahan(Ha)

Untuk melihat variabel bebas (X) berpengaruh secara serempak terhadap variabel terikat (Y) di uji dengan uji G statistika dengan kriteria:

Jika:

�ℎ�����>������, maka tolak H0 ; terima H1 artinya ada pengaruh

�ℎ����� ≤ ������, maka terima H0 ; tolak H1 artinya tidak ada pengaruh

Apabila:

F-hitung > F-tabel, maka H1 diterima, artinya variabel bebas (X) secara

serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

F-hitung ≤ F-tabel, maka H1 ditolak, artinya variabel bebas (X) secara

serempak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

Untuk melihat variabel bebas (X) berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat (Y) di uji dengan uji t statistika dengan Kriteria Jika:

�ℎ�����>������, maka tolak H0 ; terima H1 artinya ada pengaruh

�ℎ����� ≤ ������, maka terima H0 ; tolak H1 artinya tidak ada pengaruh

Apabila:

t-hitung > t-tabel, maka H1 diterima, artinya variabel bebas (X) secara

parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).

t-hitung ≤ t-tabel, maka H1 ditolak, artinya variabel bebas (X) secara

(34)

Defenisi dan Batasan Operasianal

Defenisi

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran hasil penelitian maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

a. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengelolah usahatani pada sebidang tanah dan lahan

b. Adopsi adalah penerapan penggunaan sesuatu ide atau alat teknologi baru yang dapat disampaikan lewat pesan komunikasi (lewat penyuluh)

c. Tingkat adopsi adalah tingkat penerapan teknologi usaha tani kentang melalui skor penilaian (pengukuran dengan skala likert) pada tahapan kegiatan teknologi budidaya kentang.

d. Teknologi budidaya kentang yang dianjurkan PPL meliputi varietas, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian OPT, panen

e. Faktor sosial ekonomi adalah faktor dari diri petani baik dari faktor sosial maupun faktor ekonomi yang dimiliki petani

f. Faktor sosial ekonomi meliputi umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan petani.

g. Umur adalah usia petani sampel pada saat dilaksanakan penelitianyang dinyatakan dengan satuan tahun.

h. Pengalaman bertani adalah waktu sejak seorang petani mulaimelakukan usahatani kentang yang diukur dalam satuantahun.

(35)

j. Tingkat pendidikan adalah lamanya tenaga petani dalam mengikutipendidikan formal diukur berdasarkan pendidikan formal yangpernah ditempuh

k. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan petani (jiwa).

l. Luas lahan adalah areal pertanaman kentang yangdiusahakan petani (Ha).

Batasan Operasional

1. Faktor sosial ekonomi yang diteliti adalah Umur petani, pengalaman bertani, tingkat pendapatan,tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan,luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran budidaya kentang di daerah penelitian.

2. Sampel penelitian yaitu petani kentang di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo.

3. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Merdeka di Kabupaten Karo. 4. Waktu penelitian adalah tahun 2013.

(36)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Wilayah

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Merdeka merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada dikabupaten Karo dengan ibukota Kecamatan di desa Merdeka yang berjarak 14 km dari Kabanjahe dan 67 km dari Medan ibukotaPropinsi.

Kecamatan Merdeka dibentuk atas dasar PERDA 04 TAHUN 2005, dimana Kecamatan Simpang Empat dimekarkan menjadi 3(tiga) Kecamatan yaitu Simpang Empat sebagai Kecamatan induk, Kecamatan Merdeka hasil pemekaran, dan Kecamatan Namanteran hasil pemekaran. Kecamatan Merdeka telah diresmikan sejak tanggal 29 Desember 2007 lalu.Kecamatan Merdeka dengan luas ± 44,7 km² berada pada ketinggian rata-rata 1000-1400 m diatas permukaan laut dengan temperatur 16°C-17°C dengan batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Merdeka • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Namanteran • Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Deliserdang • Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Simpang empat

Kecamatan Merdeka berasal dari Kecamatan Simpang Empat dimana pada sejak pra kemerdekaan yang disebut dengan istilah kerajaan yang dipimpin oleh Raja yang disebut dengan Sibayak Lingga yang kekuasaan meliputi

(37)

Tabel 4: Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Merdeka

No Desa/kelurahan Luas(km²) Rasio terhadap

total luas lahan

Sumber kantor Camat Kecamatan Merdeka 2013

Keadaan Penduduk

Pada tahun 2012 diadakan sensus penduduk di Kecamatan Merdeka sehingga tahun 2013 keadaan penduduk Kecamatan Merdeka sesuai dengan sensus 3 563 rumah tangga dengan jumlah penduduk 13.310 jiwa. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat seperti pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 : Distribusi Penduduk Kecamatan Merdeka Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Distribusi Penduduk Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 6 821 50,1%

2 Perempuan 6786 49,9%

Jumlah 13.607 100

Sumber: Kantor Kecamatan merdeka dalam angka 2013

(38)

Terdapat tiga Agama di Kecamatan Merdeka yaitu: Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik yang distribusinya dapat kita lihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6 : Distribusi Penduduk Kecamatan Merdeka Berdasarkan Agama

No Distribusi Penduduk Penduduk Persentase (%)

1 Islam 3 831 28,1%

2 Kristen Protestan 9 632 70,8%

3 Kristen Katolik 144 1,1%

Jumlah 13607 100%

Sumber: Kantor Kecamatan Merdeka Tahun 2013

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa di Kecamatan Merdeka jumlah pemeluk agama Kristen Protestan lebih banyak daripada pemeluk agam Islam dan pemeluk agama Kristen Katolik

Perekonomian Desa

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kecamatan Merdeka adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk Kecamatan Merdeka dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7: Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Merdeka tahun 2012

NO Mata pencaharian Jumlah

penduduk

Sumber: Kantor Kecamatan Merdeka Tahun 2013

(39)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di Kecamatan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana angkutan, sarana pendididkan dan sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai dengan angkutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 8:

Tabel 8 : Sarana dan Prasarana di Kecamatan Merdeka pada tahun 2012

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Pendidikan SD,SMP dan SMA 6

2 Kesehatan Posyandu, Pustu,poskesdes 27

3 Pasar Kedai dan Kios Saprodi 48

4 Peribadatan Mesjid 11

Gereja protestan 15

Gereja khatolik 2

6 Industri Kilang dan Gilingan Padi 15

7 Sosial Pengaspalan dan Pembangunan 40

Sumber: Kantor Kecamatan Merdeka

(40)

Karakteristik Petani Sampel

Petani yang menjadi sampel penitian adalah petani yang mengadopsi teknologi anjuran budidaya kentang. Adapun karakteristiknya dari 30 sampel petani yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 9 :Karakteristik petani sampel

No Uraian Range Rataan

1 Umur petani 25-57 45,53

2 Tingkat pendidikan 6-16 10,4

3 Pengalaman bertani 2-22 13,6

4 Luas lahan 0,25-1 0,54

Sumber: lampiran 1

(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Budidaya Kentang yang dianjurkan oleh PPL di daerah

penelitian.

Berdasarkan observasi di lapangan, penerapan teknologi budidaya yang dianjurkan PPL sangat tinggi dimana petani dalam usaha kentang melaksanakan teknologi budidaya yang dianjurkan. Dari hasil wawancara dengan petani sampel di Kecamatan Merdeka masih banyak juga petani yang enggan untuk menerima dan menerapkan teknologi yaitu resiko kegagalan karena dalam usaha tani kentang membutuhkan biaya yang cukup besar

Budidaya kentang di daerah penelitian bersifat modren. Kegiatan usahatani dalam setiap pelaksanaanya dilakukan dengan cara-cara baru. Hal ini terlihat dari penerapan teknologi budidaya kentang yang dianjurkan oleh PPL:

a. Penggunaan Benih

Benih yang dingunakan di Kabupaten Karo G0(Granola nol), G1(Granola satu), G2(granola dua), G3(Granola tiga),G4(Granola empat). Benih ini didapatkan dari balai pengembangan benih, benih yang diperoleh G0 baru dikembangkan oleh petani menjadi G1,G2,G3,G4.

b. Penyiapan Lahan

Lahan untuk budidaya kentang didaerah penelitian bentuk guludan atau bedengan.

a. Teknik Gulungan

(42)

cangkul, Mencangkul atau membajak tanah sedalam 30 cm sampai gembur, kemudian dibiarkan selama ± 15 hari untuk memperbaiki keadaan tata udara dan aerasi tanah, tanah dicangkul kembali sampai benar-benar gembur, kemudian diratakan, membuat guludan - guludan dengan ukuran lebar 120 cm - 140 cm, tinggi 30 cm - 40 cm dan jarak antar guludan yang satu dengan yang lain 20 cm – 30 cm, Apabila pH tanah rendah (asam), dilakukan pengapuran sesuai dengan kebutuhan, menebarkan pupuk organik ataun pupuk kandang matang sebanyak 10 ton – 20 ton per hektar ditambah pupuk buatan yaitu : 220 kg – 330 kg Urea, 330 kg – 420 kg SP – 36, 220 kg – 330 kg KCL per hektar (sesuai dengan kebutuhan), mengaduk tanah guludan dan pupuk secara merata sambil merapikan guludan, membuat lubang tanam dengan jarak 35 cm. Alat pembuat lubang tanam dapat digunakan kaleng bekas susu yang diberi gagang.

b. Teknik Bedengan

(43)

1.500 kg per hektar (sesuai dengan dosis yang dianjurkan), tanah bedengan diaduk bersama pupuk sedalam 25 cm sampai merata, membuat lubang tanam dengan jarak 70 cm x 40 cm.

c. Penanaman

Waktu tanam yang tepat sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Di Indonesia dikenal dua musim yaitu musim kemarua dan penghujan. Musim kemarau berlangsung pada bulan April – September dan musim hujan dari Oktober – maret. Inteval penanaman kentang ke kentang kurang lebih 1,5 tahun dan tanaman yang ditanam selama waktu tersebut diluar famili Solanaceae

semisal dengan tanaman kubis, bawang/ bawang daun dan lain – lain.

Varietas yang memiliki tajuk lebar sebaiknya menggunakan jarak tanam 40 cm x 80 cm. untuk varietas lainnya, seperti granola sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 70 cm. untuk mendapatkan jarak tanam yang sama digunakan tali rafia yang diri tanda sesuai dengan jarak tanam yang dikehendaki, lalu dipancang pada kedua ujung di tepi bedengan. Berdasarkan tanda – tanda yang merupakan jarak tanam, dibuat lubang tanam dengan kedalaman antara 8 cm – 10 cm.

(44)

d. Pemupukan

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik dengan hasil tinggi diperlukan suplai unsur hara yang cukup dan berimbang. Pupuk organik (kandang , kompos) dan pupuk anorganik seperti Urea, TSP/SP dan KCL sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang dan pupuk buatan disebar dalam garitan kemudian dicampur dengan tanah. Kebutuhan pupuk kandang untuk 1 Ha sebanyak 20 ton. Pupuk buatan (Urea, TSP/SP 36 dan KCL) diberikan sesuai dengan anjuran, sebagai patokan dapat digunakan dosis anjuran sebagai berikut. Pupuk kandang dan TSP/SP 36 diberikan pada waktu taman sebagai pupuk dasar, sedangkan Urea dan KCL diberikan bertahap sebanyak 3 kali pemberian pemupukan pertama (1/3 bagian) diberikan pada waktu tanam, kedua (1/2 bagian) umur 21 hari setelah tanam (HST) atau pada waktu pengguludan pertama dan 1/3 bagian terakhir diberikan pada umur 45 HST atau pada saat pengguludan.

e. Pengendalian OPT

Untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit pada tanaman kentang dapat dilakukan melalui strategi pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu dengan mengkombinasikan dan memadukan beberapa macam komponen pengendalian untuk menekan populasi hama atau penyakit, memperkecil kerusakan tenaman maupun kehilangan hasial. Untuk semua jenis pestisida, baik insektisida, fungisida, nematisida maupun herbisida pengaplikasiannya harus mengacu pada lima tepat, yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat waktu. Untuk pengaplikasian pestisida dengan cara penyemprotan dengan menggunakan sprayer maupun power sprayer.

(45)

Penyulaman dimaksudkan untk mengganti tanaman yang mati atau yang lambat tumbuhnya. Penyulaman paling lambat dilakukan 2 – 3 minggu setelah tanam, Pengendalian gulma secara mekanis dikenal dengan penyiangan. Pengendalian secara kimiawi adalah pemberantasan gulma dengan menggunakan bahan kimiawi. Bersamaan dengan pengendalian gulma sebaiknya dilakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan. Penyiangan dan pembumbunan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu, dan selanjutnya pada saat berumur 5 – 6 minggu. Pada varietas kentang yang berbunga, sebaiknya bunga dipangkas. Pemangkasan bunga bertujuan untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi.. Umunya tanaman akan berbunga pada umur 25-30 hari setelah tanam. Pemangkasan bunga hendaknya dilakukan selagi bunga masih kuncup.

g. Pemanenan

Penanganan panen yang benar dan dapat berhasil baik pada dasarnya harus memperhatikan dua hal pokok, yaitu umur tanaman dan teknik mamanen.Umur panen pada kentang berkisar antara 90 – 180 hari,

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Anjuran pada Budidaya Kentang

di daerah penelitian

(46)

Setuju diberi nilai 5, Setuju diberi nilai 4. Ragu-ragu diberi nilai 3, Tidak Setuju diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju diberi nilai 1. Untuk peryataan Negatif, jawaban Sangat Setuju diberi nilai 1, Setuju diberi nilai 2, Ragu-ragu diberi nilai 3, Tidak Setuju diberi nilai 4, dan Sangat Tidak Setuju diberi nilai 5. Dari jawaban petani terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal sehingga, diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing jawaban).

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang mana dalam hal ini digunakan Model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala tingkat adopsi menjadi skor T, menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasi S = 56,3377sehingga apabila skor standar ≥ 50, berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standar < 50, berarti mempunyai sikap negatif. Hasil skoring tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran pada budidaya kentang didaerah penelitian di dapat dilihat pada Tabel 10 :

Tabel 10:Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Anjuran pada BudidayaKentang di Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo

No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Positif 21 70

2. Negatif 9 30

Jumlah 30 100

Sumber: Lampiran 2

(47)

yang tinggi adalah sebanyak 21 orang (70%) dan yang memiliki skor sikap negatif atau tingkat adopsi rendah yaitu sebanyak 9 orang (30%).

Dari 21 orang petani yang mengadopsi teknologi anjuran budidaya kentang, Alasan petani mengadopsi sangat tinggi yaitu:

a. Dari segi teknis budidaya kentang (pembibitan sampai panen) yang dianjurkan oleh penyuluh tidak begitu sulit dipahami oleh petani, karena teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh tidak jauh beda yang dilakukan oleh petani sebelum mereka mengadopsi teknologi yang dianjurkan penyuluh.

b. Dari segi produksi kentang, teknologi budidaya yang dianjurkan lebih tinggi produksinya daripada budidaya kentang yang selama ini yang diusahakan petani. Sehingga motivasi dan kepercayaan petani untuk mengadopsi teknologi tinggi.

c. Ketersediaan modal petani diperoleh dari agen kentang (toke kentang), agen kentang mendanai petani dalam usahatani kentang, Sehingga petani dalam mengadopsi teknologi anjuran yang terkendala dengan modal tinggi tidak dipersoalkan lagi atau secara tidak langsung petani tidak punya beban saat melakukan usaha tani kentang. Sehingga petani hanya fokus mengusahakan sampai kentang memproduksi.

(48)

a. Dari segi teknis budidaya yang dianjurkan, Petani tidak memperdulikan waktu penanaman, jarak tanam padahal waktu penanaman dan jarak tanam sangat mempegaruhi produksi dan kualitas kentang itu sendiri. Untuk pemupukan: petani kurang dalam penggunaan pupuk sesuai dalam standart yang dianjurkan. Untuk pemeliharaan petani kurang dalam memelihara karena kebanyakan petani kurang waktu untuk memelihara disebabkan karena petani bukan itu saja yang di usahakan oleh petani, petani bisa mengusahakan lebih dari 2 jenis usaha tani yang diusahakan contohnya kentang, jeruk, cabai, wortel dalam satu musim tanam yang bersamaan. b. Kurangnya modal petani (untuk sebagian petani yang tidak bekerjasama

dengan agen (toke)) sehingga enggan untuk megeluarkan modal besar untuk proses budidaya yang dianjurkan oleh penyuluh akibatnya penyediaan jenis pupuk, pestisida, dan berbagai jenis lain untuk budidaya kurang dari standart yang dianjurkan.

Pada keterangan diatas tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran budidaya kentang baik, karena berdampak positif bagi petani dalam mengelola usahataninya. Selain itu juga petani menilai kegiatan atau program yang diterapkan oleh penyuluh dapat menambah pengetahuan serta memberikan kepercayaan diri dan kemudahan bagi petani dalam berusahatani kentang.

(49)

Pengaruh antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat

Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang.

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat adopsi petani, maka dianalisis dengan menggunakan analisis model logit sebagai berikut:

Tabel 11. Analisis Regresi Faktor Sosial Ekonomi Petani yang

Mempengaruhi Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi

Anjuran Budidaya Kentang.

Variables in the Equation

Keterangan : * = tidak berpengaruh nyata : **= berpengaruh nyata

Persamaan yang diperoleh dari hasil analisis Tabel 11 adalah: L = -32,004 + 0,701 X1+1,069 X2-0,564 X3-1,.115 X4-.0,482X5+X6

(50)

secara serempak terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak.

Dari Tabel 11 diperoleh nilai R² (R Square) sebesar 0,752. Koefisien (indeks) determinasi tersebut menunjukkan bahwa 75,2% Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang dapat dijelaskan oleh variabel umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani atau dengan kata lain sebesar 75,2 % keempat variabel tersebut mempengaruhi Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sedangkan sisanya sebesar 24,8 % di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model.

Umur

Koefisien regresi untuk umur petani diperoleh 0,701dan nilai Exp (B) sebesar2,015menunjukkan bahwa odds ratio sebesar e 0,701 = 2.015 artinya apabila umur petani naik sebesar 1 tahun pada level tertentu maka akan menaikkan odds ratio sebesar 2,015 persen atau petani yang mempunyai umur lebih tinggi mempunyai peluang tingkat adopsi 2,015 kali dari petani berumur rendah.

Tingkat signifikansi sebesar 0,048< 0,05 (α 5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas umur berpengaruh secara nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima.

(51)

Tingkat pendidikan

Koefisien regresi untuk tingkat pendidikan diperoleh 1.069dan nilai Exp (B) sebesar2.912menunjukkan bahwa odds ratio sebesar e 1.069 = 2.912 artinya apabila tingkat pendidikan petani naik sebesar 1 tahun pada level tertentu maka akan menaikkan odds ratio sebesar 2,912 persen atau petani yang mempunyai pendidikan lebih tinggi mempunyai peluang tingkat adopsi 2,912 kali dari petani berpendidikan rendah.

Tingkat signifikansi sebesar 0,043< 0,05 (α 5%). Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas tingkat pendidikan berpengaruh secara nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 diterima.

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksakan adopsi. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi pendidikan petani maka semakin tinggi juga tingkat adopsinya.

Pengalaman bertani

Variabel bebas pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang dengan nilai koefisien regresi -0,564dan tingkat signifikansi 0,230> 0 , 05 (α 5 %). Hal in i berati variabel pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga disimpulkan H1 di tolak.

(52)

Berdasarkan hasil regresi variabel luas lahan tidak berpengaruh Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang, dengan nilai koefisien regresi -12.115dan tingkat signifikansi 0,188> 0 , 0 5 (α 5 %). Hal in i b erarti variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang, Sehingga dapat disimpulkan H1 di tolak.

Jumlah tanggungan

Berdasarkan hasil regresi variabel luas lahan tidak berpengaruh terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang, dengan nilai koefisien regresi -.0,482dan tingkat signifikansi 0,635> 0 ,0 5 (α 5 %). Hal in i berarti variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 di tolak.

Tingkat pendapatan

Secara parsial variabel bebas tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Koefisien regresi sebesar 0,00 dan nilai signifikansi 0,099> 0,05 (α 5%). Hal ini berarti tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Kentang. Sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak.

(53)
(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN:

1. Budidaya Kentang di daerah penelitian tergolong maju. Kegiatan usahatani dalam setiap pelaksanaanya dilakukan dengan mengikuti hal-hal baru dalam budidaya kentang, dan dalam setiap kegiatan dilakukan dengan cara modern. Teknologi budidaya kentang yang dianjurkan PPL yaitu penggunaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan tanaman, panen

2. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi anjuran memiliki skor sikap positif atau memiliki tingkat adopsi yang tinggi

(55)

SARAN :

Kepada Pemerintah:

1. Pemerintah diharapkan mensosialisasikan melalui penyuluh tentang pertanian organik baik itu kentang organik maupun lainya karena dari segi biaya, biaya pertanian organik lebih rendah dari pertanian non organik.

2. Pemerintah diharapkan memperhatikan jalur tataniga kentang, karena petani banyak kurang puas dengan harga jual kentang.

3. Pemerintah merperhatikan ketersediaan jenis pupuk dan pestisida, karena petani banyak mengeluh untuk mendapatkan jenis pupuk dan pestisida, disamping itu juga jenis pupuk dan pestisida ada yang palsu yang telah beredar dipasaran.

Kepada Petugas Penyuluh:

1. Penyuluh pertanian secepatnya menginformasikan kepada pemerintah maupun kepada masyarakat petani, tentang beredarnya pupuk palsu.

2. Penyuluh pertanian diharapkan lebih aktif dalam sosialisasi pertanian Kepada Petani:

1. Agar lebih berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan atau program penyuluhan baik dari petugas penyuluhan ataupun dari dinas-dinas pertanian

2. Petani lebih baik berusahatani kentang organik karena dari segi biaya, biaya pertanian organik lebih rendah dari pertanian non organik.

(56)
(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2013. Potensi Kabupaten Karo Sektor Sertanian. Diakses pada tanggal 09 april 2013

Chrisma. 1969-1994. Perkembangan Ekonomi Pertanian Nasional. Perhepi, Jakarta

Dinas Pertanian Kabupaten Karo. 2011. Pertanian Kabupaten Karo. Pemerintah Kabupaten Karo.

Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2004. Buku Panduan Standar Prosedur Operasional(SPO) Budidaya Kentang. Jakarta

Ginting. M, 2002. Strategi komunikasi penyuluhan pembangunan, DEP SEP FP-USU-MEDAN

Lermansius. H dan MA. Girsang.Kajian Pengembangan agribisnis kentang di kabupaten karo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara ISBN 979-3137-05-03

Levis LR, 1996. Komunukasi penyuluhan pedesaan. Cipta Ditya Bakti, Bandung Mubyarta,1994. Pengantar Ilmu Ekonomi. LP3ES. Jakarta

Novari. E. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Jakarta: Penebar Swadaya

Setiadi dan Surya fitrini N. 1990/2000. Kentang: varietas dan pembudidayaan. jakarta: Penebar Swadaya.

Setia. N. L,2000. Adopsi Teknologi dan Faktor yang Mempengaruhi, USU-Press, Medan

Slamet,M.2003.Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan.IPB Press.Bogor

Soelarso B. 1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Jakarta: Kansius

Soekartawi. 1986.Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Pertanian Kecil.Rajawali Press, Jakarta

(58)
(59)

6 40 12 13 0,6 2 17.352.400 50,6

Lampiran 2: Total Skor Positif dan Negatif

NO

X/S T Interpretasi

(60)

8 17,405 16,609 34,014 1.156,929 9,667 56,3377 0,171584 1,715843 51,71584 POSITIF

n(n−1) Keterangan : T = skor standar, S=deviasi standar

X=skor tingkat adopsi responden X = rata-rata skor tingkat adopsi

T ≥ 50 = positif T < 50 = negatif

T = 50 + 10�X−X

(61)
(62)
(63)
(64)

Lampiran 3: Analisis Usahatani Kentang a:Biaya bibit

Jumlah Harga/Kg Total

(65)
(66)

Biaya Alat

No. Sampel Cangkul Garpu Sprayer Goni

Jumlah harga Umur penyusutan jumlah harga umur penyusutan Jumlah Harga umur Penyusutan Jumlah harga Umur penyusutan Jumlah

(67)

Biaya Tenaga Kerja

NO

PENGOLAHAN PENANAMAN PEMUPUKAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN HPT PANEN

(68)

sambungan

No BIAYA PRODUKSI

Total Biaya

produksi(Rp) Produksi (Kg)

Harga

(69)

Lampiran 4: Analisis Regresi Faktor Sosial Ekonomi Petani yang

Mempengaruhi Tingkat Adopsi petani terhadap Teknologi Anjuran

(70)

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES Y /METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4 X5 X6 /CLASSPLOT

/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

[DataSet1] D:\sikripsi bab1 - lampiran\TERBARU DATA TANGGAL 29 MARET.sav

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 30 96.8

Missing Cases 1 3.2

Total 31 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 31 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable

Encoding

Original

Value Internal Value

0 0

1 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 38.196 .667

2 38.191 .693

(71)

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 38,191

c. Estimation terminated at iteration number 3 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea,b

Overall Percentage 66.7

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .693 .387 3.203 1 .074 2.000

Variables not in the Equationa

Score df Sig.

a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.

(72)

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 38,191

d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 23.367 6 .001

Block 23.367 6 .001

Model 23.367 6 .001

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 14.823a .541 .752

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter

estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

(73)

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

SKOR TINGKAT ADOPSI = ,00 SKOR TINGKAT ADOPSI = 1,00

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 3 2.982 0 .018 3

2 2 2.769 1 .231 3

3 3 2.140 0 .860 3

4 2 1.304 1 1.696 3

5 0 .401 3 2.599 3

6 0 .186 3 2.814 3

7 0 .107 3 2.893 3

8 0 .062 3 2.938 3

9 0 .044 3 2.956 3

10 0 .006 3 2.994 3

Classification Tablea

Observed

Predicted

SKOR TINGKAT ADOPSI

Percentage

Correct

0 1

Step 1 SKOR TINGKAT ADOPSI 0 9 1 90.0

1 2 18 90.0

Overall Percentage 90.0

(74)

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .701 .354 3.916 1 .048 2.015

X2 1.069 .528 4.104 1 .043 2.912

X3 -.564 .470 1.440 1 .230 .569

X4 -12.115 9.209 1.731 1 .188 .000

X5 -.482 1.015 .226 1 .635 .617

X6 .000 .000 2.724 1 .099 1.000

Constant -32.004 14.202 5.078 1 .024 .000

a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5, X6.

Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6

Step 1 Constant 1.000 -.937 -.843 .767 .465 -.079 -.532

X1 -.937 1.000 .642 -.892 -.424 .085 .480

X2 -.843 .642 1.000 -.389 -.596 -.155 .634

X3 .767 -.892 -.389 1.000 .087 -.282 -.247

X4 .465 -.424 -.596 .087 1.000 .307 -.861

X5 -.079 .085 -.155 -.282 .307 1.000 -.416

Gambar

Tabel 1. Luas lahan, Produksi dan produktivitas tanaman kentang menurut kecamatan per ton
Tabel 2: Spesifikasi Pengumpulan Data
Tabel 4: Luas wilayah menurut desa di Kecamatan Merdeka
Tabel 7: Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Merdeka tahun 2012
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, lama usaha, skala kepemilikan dan penyuluhan dengan tingkat adopsi petani terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi Petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dan bagaimana hubungan faktor

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi Petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dan bagaimana hubungan faktor

1.teknologi budidaya 2.tingkat adopsi petani 3.faktor sosial petani 1.Metode deskriptif, 2.Metode deskriptif dibantu dengan skoring 1.Tahapan teknologi yang dianjurkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 (Studi kasus : Desa Lubuk Rotan dan Melati II Kec.Perbaungan

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Salak (Studi Kasus: Kecamatan Pakkat, Kabupaten

Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung adalah tinggi. Tahap Adopsi

Berdasarkan hasil analisis deskriptif persepsi petani terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi sawah yang diukur