• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan.

(2)

Lampiran 2. Skor Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Desa Percut

Keterangan Skor Tingkat Adopsi : 1 - 4 : Rendah (≤ 50 %)

(3)

Lampiran 3. Perhitungan Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap

Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingkat adopsi * umur petani 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

tingkat adopsi * umur petani Crosstabulation

umur petani

Total rendah sedang tinggi

(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 1.106a 4 .893 Likelihood Ratio 1.482 4 .830 Linear-by-Linear Association .003 1 .960 a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .189 .893

(5)

Lampiran 4. Perhitungan Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi

Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent TINGKAT ADOPSI * LAMA

PENDIDIKAN 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

TINGKAT ADOPSI * LAMA PENDIDIKAN Crosstabulation

LAMA PENDIDIKAN

Total RENDAH SEDANG TINGGI

TINGKAT ADOPSI RENDAH Count 1 1 1 3

% within TINGKAT ADOPSI 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

SEDANG Count 0 6 0 6

% within TINGKAT ADOPSI .0% 100.0% .0% 100.0%

TINGGI Count 1 0 20 21

% within TINGKAT ADOPSI 4.8% .0% 95.2% 100.0%

Total Count 2 7 21 30

% within TINGKAT ADOPSI 6.7% 23.3% 70.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 30.544a 4 .000 Likelihood Ratio 31.554 4 .000 Linear-by-Linear Association 11.571 1 .001 N of Valid Cases 30

(6)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .710 .000

N of Valid Cases 30

Lampiran 5. Perhitungan Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi

Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingkat adopsi petani * lama

bertani petani 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

tingkat adopsi petani * lama bertani petani Crosstabulation

lama bertani petani

Total rendah sedang tinggi

tingkat adopsi petani rendah Count 2 2 0 4

Expected Count 1.9 1.5 .7 4.0

% within tingkat adopsi

petani 50.0% 50.0% .0% 100.0%

sedang Count 1 4 1 6

Expected Count 2.8 2.2 1.0 6.0

% within tingkat adopsi

petani 16.7% 66.7% 16.7% 100.0%

tinggi Count 11 5 4 20

Expected Count 9.3 7.3 3.3 20.0 % within tingkat adopsi

petani 55.0% 25.0% 20.0% 100.0%

Total Count 14 11 5 30

Expected Count 14.0 11.0 5.0 30.0 % within tingkat adopsi

(7)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .367 .322

N of Valid Cases 30

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 4.673a 4 .322 Likelihood Ratio 5.483 4 .241 Linear-by-Linear Association .005 1 .946 N of Valid Cases 30

(8)

Lampiran 6. Perhitungan Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani

Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent TINGKAT ADOPSI * LUAS

LAHAN 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

TINGKAT ADOPSI * LUAS LAHAN Crosstabulation

LUAS LAHAN

Total RENDAH SEDANG TINGGI

TINGKAT ADOPSI RENDAH Count 2 0 1 3

Expected Count .4 .8 1.8 3.0

% within TINGKAT ADOPSI 66.7% .0% 33.3% 100.0%

SEDANG Count 0 6 0 6

Expected Count .8 1.6 3.6 6.0

% within TINGKAT ADOPSI .0% 100.0% .0% 100.0%

TINGGI Count 2 2 17 21

Expected Count 2.8 5.6 12.6 21.0 % within TINGKAT ADOPSI 9.5% 9.5% 81.0% 100.0%

Total Count 4 8 18 30

(9)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 28.135a 4 .000 Likelihood Ratio 25.842 4 .000 Linear-by-Linear Association 8.205 1 .004 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .696 .000

(10)

Lampiran 7. Perhitungan Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat

Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingkat adopsi petani *

jumlah tanggungan petani 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

tingkat adopsi petani * jumlah tanggungan petani Crosstabulation

jumlah tanggungan petani

Total rendah sedang tinggi

tingkat adopsi petani rendah Count 0 3 1 4

% within tingkat adopsi

petani .0% 75.0% 25.0% 100.0%

sedang Count 3 1 2 6

% within tingkat adopsi

petani 50.0% 16.7% 33.3% 100.0%

tinggi Count 12 6 2 20

% within tingkat adopsi

petani 60.0% 30.0% 10.0% 100.0%

Total Count 15 10 5 30

% within tingkat adopsi

(11)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.750a 4 .150 Likelihood Ratio 8.131 4 .087 Linear-by-Linear Association 3.612 1 .057 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .429 .150

(12)

KUESIONER PENELITIAN

Sentra ProduksiPadiSawahStudiKasusDesaSeiPercutKecamatan Sei Tuan,

Kabupaten Deli Serdang

A. IdentitasPetani

1. Nama KepalaKeluarga :

2. Umur : Tahun

3. JenisKelamin (L/P) :

4. Pendidikan formal : SD/SMP/SMA/S1/Lain-lain……

5. Agama :

6. Suku :

7. Mata Pencaharian

- Utama :

- Sampingan :

8. Lama Berusahatani : 9. Jumlah Tanggungan Keluarga : 10.Luas Lahan Padi Sawah :

11.Status Lahan : Milik Pribadi/Sewa/Bagi Hasil 12.Luas Lahan Tanaman Lain :

13.Total Luas Lahan :

14.Sumber Modal Usahatani : Sendiri/Pinjaman 15.Partisipasi dalam Kegiatatan : Aktif/tidak aktif

(13)

B. AdopsiPetaniTerhadapTeknologiBudidayaPadiSawah

1. PetunjukPengisianKuesioner

(14)

Tingkat AdopsiPetaniTerhadapTeknologiBudidayaPadiSawahSesuaiAnjuran

No Uraian Komponen

Anjuran

Diterapkan Tidak Diterapkan

1. Persiapan

lahan

c. Penggunaan UPTS ( Unit Pelaksanaan Tanah Sawah) d. Tanah dibajak dengan alsintan traktor/bajak

2. Pembibitan c. Pengunaan Varietas Unggul (Invari 13 dan Serang)

d. Bibit Umur 15-25 Hari

3. Penanaman c. Sistem tanam jajar legowo 4:1

(20cmx10cm) d. Jumlah

Bibit/lubang tanam 2-3 bibit

4. Pemupukan c. Penggunaan pupuk organik

d. Penggunaan pupuk kimia 5. Pemeliharaan c. Pengendalian hama

terpadu (2x dalam 1 musim tanam) d. Pemakaian BWD

(15)

Jumlah komponen teknologi yang dianjurkan adalah sebanyak 11 komponen. Adapun kriteria tingkat adopsinya adalah sebagai berikut :

d. < 50 % adalah kategori rendah e. 51%-79 % adalah kategori sedang f. >80 % adalah kategori tinggi

(16)

C. Kriteria Tingkat Kosmopolitan

1. Menonton TV meliputi siaran pertanian?

a) Tidak pernah 0

b) 1-2 kali / minggu 1

c) 3-4 kali / minggu 2

d) 5-6 kali / minggu 3

e) > 6 kali / minggu 4

2. Mendengarkan siaran radio meliputi siaran pertanian / pedesaan?

a) Tidak pernah 0

b) 1-2 kali / minggu 1

c) 3-4 kali / minggu 2

d) 5-6 kali / minggu 3

e) > 6 kali / minggu 4

3. Membaca koran yang berhubungan dengan bidang pertanian?

a) Tidak pernah 0

b) 1-2 kali / minggu 1

c) 3-4 kali / minggu 2

d) 5-6 kali / minggu 3

e) > 6 kali / minggu 4

4. Membaca artikel pertanian ?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / bulan 1

c) 2 kali / bulan 2

d) 3 kali / bulan 3

e) 4 kali / bulan 4

5. Membaca brosur, folder pertanian tersebut ?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / bulan 1

c) 2 kali / bulan 2

d) 3 kali / bulan 3

e) 4 kali / bulan 4

6. Membaca majalah dan tabloid pertanian?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / bulan 1

c) 2 kali / bulan 2

d) 3 kali / bulan 3

e) 4 kali / bulan 4

(17)

8. Melakukan perjalanan ke ibukota kecamatan sehubungan dengan usahatani saudara?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali /2 bulan 1

c) 2 kali /2 bulan 2

d) 3 kali /2 bulan 3

e) > 4 kali /2 bulan 4

9. Melakukan perjalanan ke ibukota kabupaten sehubungan dengan kegiatan usahatani saudara?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / 3 bulan 1

c) 2 kali / 3 bulan 2

d) 3 kali / 3 bulan 3

e) > 4 kali / 3 bulan 4

10.Melakukan perjalanan ke ibukota provinsi sehubungan dengan usahatani saudara?

a) Tidak pernah 0

b) 1 kali / 4 bulan 1

c) 2 kali / 4 bulan 2

d) 3 kali / 4 bulan 3

e) > 4 kali / 4 bulan 4

Keterangan penilaian skoring Tingkat Kosmopolitan adalah sebagai berikut : • Skor 0 – 13 : Rendah

(18)

Berikutadalahrangkaiankegiatanpenyuluhanuntukmengetahuipartisipasipetanidalamke giatanpenyuluhan(aktif/tidakaktif).

Nama Kegiatan Partisipasi

(aktif/t idakak tif)

Sosialisasibibitbersubsidi. SosialisasiPupukbersubsidi.

Rapatdenganperusahaanswastatentangkemitraanbudidaya padiVarietasunggul.

Sosialisasipaketteknologitentangpestisidaatauherbisida yang sesuaidengankebutuhantanamanpadi.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Aninonimus, 2014. Pengembangan Penelitian dan Pertanian.Departemen pertanian, Jakarta

Anonimusa.2012.ProposalPraktekSosekAgribisni

Bunch, R. 1991. Dua Tongkol Jagung : Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Dinas Pertanian Pangan, 2002

hhtp:www.deptan.go.id.http://deptan.go.id. 17 September 2009.visi/visi misi. Htm http://www.ntt.academia.co.id

http:// ichanmomolog27.blogspot.com/2012/11/perencanaan-tindakan-kelas-ptk. html#ixzz3E6zcri3y.

Gultom , Lampos, 2008. Tingkat Adopsi Petani terhadpabudidaya Jagung dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. DEP SEP FP USU, Medan.

Gultom, H.L.T, 2004. Penyuluhan Pertanian. Usu Press, Medan

Ginting. M, 2002. Strategi Komunikasi Bagi Penyuluh Pembangunan. DEP SEP FP USU Medan

Hariyadi, P., et al. 2000. Pertanian : Motor Penggerak Pembangunan Nasional. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor

Hasyim, Hasman, 2006. AnalisisHubungan Karasteristik Petani Kopi Terhadap Pendapatan (Studi Kasus Desa Saribu Dolok Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Husodo, S , 2004. Pertanian Mandri. Penebar Swadaya, Jakarta

Juperson, Hendri, 2015. Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa). Fa. Pertanian, USU, Medan.

Kartaspoetra, A.G, 1994. Teknologi Penyuluhan pertanian, Jakarta: Bumi Aksara. Kuuh, 2009. Beras Untuk Keluarga Miskin, Membahas Bagaimana tentang

Kriteria-kriteria Penerima Beras Miskin (Raskin), UMS, Solo.

(20)

Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mardikanto, Totok. 1994. Mengukur Tingkat Adopsi dengan Tiga Tolok Ukur. Nabilussalam.2011. Budidaya Tanaman Padi. Diakses dari Nabilussalam

Wordpress.com.

Negara, S. 2000. Tingkat Adopsi dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, FISIP USU Medan.

Nurdin, Ahmad. 2011. Hubungan Karasteristik sosial Ekonomi dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur dan Disertifikasi Desa Batangkuis, Kabupaten Deli Serdang. Fak. Pertanian, USU, Medan.

Putra, Erwinsyah. 2012. Hubungan Karasteristik Sosial EkonomiPetani dengan Penggunaan Pupuk Anorganik dan Campuran pada Usahatani Padi Sawah. Fak. Pertanian, USU, Medan.

Sastraatmadja, E, 1993. Penyuluhan Pertanian. Alumni, Bandung

Supriana, Tavi, 2010. Statistik Non Parametrik Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian, USU Press. Medan.

Supriana, Tavi. 2010. Statistik Non Parametrik. USU Press, Medan.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Manajemen Hasil Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.

Soekartawi, 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiono 2010. Metode Penelitian Kualitaif dan Kuantitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

Sidauruk, Voldo. 2014. Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung dan Hubungannya dengan Faktor Sosial ekonomi. Fak. Pertanian, USU, Medan.

Van Den Ban A.W. dan H.S . Hawskins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisus, Yogyakarta.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

(22)

Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013. No Desa/ Kelurahan Luas Panen

(23)

3.2.Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan di teliti dan yang di anggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan padi di Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan. Adapun penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling dimana cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan

menggunakan acak tanpa ada tingkatan dalam anggota populasi tersebut.

Jumlah sampel yang diambil sebesar 30 sampel. Roescoe dalam buku Research Methods for Business, dalam Sugiono (2010) memberikan saran tentang

penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai 500 sampel.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(24)

3.4. Metode Analisis Data

Berdasarkan identifikasi masalah pada bagian sebelumnya, adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian 1 dianalisis dengan analisis deskriptif, yaitu dengan

cara menjelaskan teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani sesuai dengan anjuran yang disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian menjumlahkan dan men skor data yang telah diperoleh (scoring).

Adapun tabel pengukuran paket teknologi budidaya padi sesuai anjuran sebagai berikut:

Tabel 3.2. Pengukuran Paket Teknologi Budidaya Padi Sesuai Anjuran.

No Uraian Komponen Anjuran Diterapkan Tidak Diterapkan 1. Persiapan

lahan

a. Penggunaan UPTS ( Unit Pelaksanaan Tanah Sawah) b. Tanah dibajak dengan

alsintan traktor/bajak

2. Pembibitan a. Pengunaan Varietas Unggul (Invari 13 dan Serang) b. Bibit Umur 15-25 Hari 3. Penanaman a. Sistem tanam jajar legowo

4:1 (20cmx10cm) b. Jumlah Bibit/lubang

tanam 2-3 bibit 4. Pemupukan a. Penggunaan pupuk

organik

b. Penggunaan pupuk kimia a. Urea = 250Kg/Ha b. TSP = 100Kg/Ha c. KCL = 75Kg/Ha 5. Pemeliharaan a. Pengendalian hama

terpadu (2x dalam 1 musim tanam)

(25)

Jumlah komponen teknologi yang dianjurkan adalah sebanyak 10 komponen. Adapun kriteria tingkat adopsinya adalah sebagai berikut :

a. ≤ 50 % adalah kategori rendah (1-5) b. 51 % - 79 % adalah kategori sedang (6-8) c. ≥ 80 % adalah kategori tinggi(9-10)

Rumus % tingkat adopsi adalah : x 100 %.

2. Tujuan Penelitian 2 dianalisis dengan menggunakan metode Chi-Square

(Supriana, 2010) untuk masing-masing faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi budidaya padi. Uji ini merupakan data indepensi,yaitu menguji suatu variabel berhubungan atau tidak dengan variabel lain.Uji Chi-Square bukanlah merupakan ukuran derajat hubungan.Uji ini hanya digunakan untuk menduga barangkali beberapa faktor, di samping faktor chance (sampling error),menyebabkan adanya hubungan. Uji ini dilakukan dengan melihat perbedaan antara jumlah pengamatan suatu objek atau respon tertentu pada tiap klasifikasinya terhadap nilai harapannya (expected value).

Syarat dalam melakukan uji Chi-Square adalah tidak ada nilai nol dalam semua sel dan nilai expected value > 5. Jika ada nilai expected value yang > 5,maka tidak boleh lebih dari 10%.

Secara manual, langkah-langkah dalam menghitung nilai Chi-Square adalah sebagai berikut:

X2 = ∑

Keterangan :

(26)

Fti : Nilai harapan (expected value) pada setiap kategori faktor

b∑ : Jumlah kategori yang diamati. Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : Proporsi seluruh kategori bernilai sama atau tidak ada hubungan antara faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi budidaya padi sawah.

H1 : Proporsi seluruh kategori tidak bernilai sama atau ada hubungan antara faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah. Uji Chi-Square dapat dihitung dengan menggunakan Software SPSS. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α

b. H1 diterima jika nilai signifikansi < α (Supriana, 2010).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Adapun definisi-defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Adopsi adalah penyerapan ide atau teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi biasanya lewat penyuluhan diukur lewat satuanya yaitu skoring.

(27)

3. Penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan/dikehendaki yakni orang semakin modern. Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri. Menurut A.W. Van den Ban dan Hawkins (1999) disebutkan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

4. Pengertian adopsi sering rancu dengan "adaptasi" yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

5. Paket Teknologi budidaya padi sawah adalah sistem atau tahapan yang diharapkan dalam bercocok tanam sesuai anjuran PPL.

6. Umur adalah usia petani sampel saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun.

7. Tingkat pendidikan adalah lamanya petani dalam mengikuti pendidikan formal diukur dalam satuan tahun.

Klasifikasinya adalah sebagai berikut: a. Rendah (0-6 tahun)

(28)

c. Tinggi (12-17 tahun)

8. Lamanya berusahatani adalah lamanya waktu sejak seorang petani melakukan usahatani yang diukur dalam satuan tahun.

9. Luas lahan padi adalah banyaknya lahan yang ditanami dengan tanaman padi dalam satuan hektar (Ha).

10. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan petani padi sawah.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

2. Populasi Penelitian adalah para petani yang melakukan kegiatan usahatani padi sawah di daerah penelitian.

(29)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Percut merupakan desa yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Desa Percut berada pada ketinggian 2 meter diatas permukaan laut. Desa ini memiliki luas lahan sebesar 1.063 Ha dan topografi dataran rendah. Keadaan suhu rata-rata 20°-30°C dan banyaknya curah hujan sebesar 0278 mm/tahun. Jumlah penduduk sebesar 12.882 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebesar 3088 KK.

Desa Percut secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Rakyat. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo.

(30)

4.2. Keadaan Penduduk

4.2.1.Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Percut Tahun 2014

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 7056 50,95

2 Perempuan 6793 49,05

Total 13848 100

Sumber : Percut Sei Tuan dalam Angka, 2013

(31)

4.2.2. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Keadaan peduduk menurut umur dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Percut Tahun 2014

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

1 ≤ 5 2238 16,16

2 6-12 1424 10,29

3 13-15 1035 7,47

4 16-18 1322 9,54

5 19-25 1639 11,84

6 26-35 1280 9,24

7 36-45 1269 9,17

8 46-50 1084 7,83

9 51-64 906 6,54

10 65 1650 11,92

Total 13848 100

Sumber : Monografi Desa, 2013

(32)

4.2.3.Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel: Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Percut Tahun

2014

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 PNS 127 3,88

2 ABRI 8 0,23

3 KaryaSwasta 126 3,85

4 Pedagang 764 23,41

5 Petani 639 19,67

6 Kontruksi 382 11,71

7 Buruh Tani 404 12,37

8 Pensiunan 43 1.30

9 Nelayan 747 22,90

10 Jasa 22 0,67

Total 3262 100

Sumber : Percut Sei Tuan dalam Angka, 2013

(33)

4.2.5. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Percut Tahun 2014

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 TK 170 1,65

2 SD 2597 25,18

3 SMP 2232 21,64

4 SMA 5220 50,60

5 Akademi (D1-D3) 35 0,33

6 Sarjana ((S1) 61 0,60

Total 10315 100

Sumber : Monografi Desa, 2014

(34)

4.3. Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Percut adalah 1.063 Ha. Penggunaan lahan terbesar di Desa Percut adalah daratan. Penggunaan lebih jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Penggunaan Lahan di Desa Percut Tahun 2014

No. Penggunaan Lahan Luas(Ha) Persentase(%)

1 Daratan 546 51,36

2 Persawahan 500 47,03

3 Perkebunan 5 0,47

4 Pekuburan 5 0,47

5 Perkantoran 4 0,37

6 Dan lain-lain 3 0,3

Total 1063 100,00

Sumber : Monografi Desa, 2014

(35)

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Percut ini cukup baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana Desa Sei Percut

No. Uraian Jumlah (Unit)

1 Pendidikan

a. Taman Kanak-kanak b. Sekolah Dasar c. SLTP b. Dokter Praktek c. Bidan Praktek d. Balai Pengobatan e. Polindes

Sumber : Monografi Desa, 2014

(36)

4.5. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik petani yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, dan sumber modal usahatani petani padi sawah sampel dapat dlihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.7. Karakteristik Petani Sampel Kuantitatif Desa Percut

No Karakteristik Sampel Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 26-63 46

2 Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 9,6

3 Lama Bertani Tahun 4-35 17,3

4 Luas Lahan Hektar 0,2-3 1,9565

5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jiwa 1-5 2, 7333

Sumber: Lampiran1, diolah 2016

Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa umur petani sampel mempunyai range antara 26-63 tahun dengan rataan sebesar 46 tahun. Data ini menjelaskan bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif, sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani didalam mengelola usahataninya.

(37)

Pengalaman bertani petani sampel mempunyai range antara 4-35 tahun dengan rataan 17,3 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih baik dan hati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usahatani padi sawahnya.

Status lahan di daerah penelitian dibagi menjadi 2 yaitu lahan milik sendiri dan lahan sewa. Terdapat 18 orang (60%) petani sampel yang memiliki lahan sendiri/pribadi dan 12 orang (40 %) petani sampel yang menyewa lahan.

(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Pada Budidaya Pasi Sawah

Tingkat adopsi merupakan banyaknya komponen paket teknologi anjuran oleh PPL yang diterapkan atau tidak diterapkan oleh petani dalam teknologi budidaya jagung.

Tabel 5.1. Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi di Desa Percut

Uraian Skor Tingkat Adopsi Jumlah

Rendah Sedang Tinggi

Jumlah Sampel

3 6 21 30

Persentase (%)

10 20 70 100

Sumber : Lampiran 2, diolah 2016

(39)

5.2. Hubungan Faktor–Faktor Sosial Ekonomi Petani Pada Tingkat Adopsi Petani dalam Teknologi Budidaya Padi Sawah

Tingkat adopsi petani terhadap suatu teknologi selalu dihubungkan dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani itu sendiri, yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama bertani, luas lahan,jumlah tanggungan keluarga dan sumber modal usahatani. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan masing-masing faktor sosial ekonomi petani terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya padi sawah maka digunakan pengujian dengan analisis korelasi Chi – Square secara parsial.

5.2.1 Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

(40)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.106a 4 .893 Likelihood Ratio 1.482 4 .830 Linear-by-Linear Association .003 1 .960 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

(41)

5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan memperlihatkan tingkat pengetahuan serta wawasan petani itu sendiri, dimana pada akhirnya akan mempengaruhi para petani dalam mengadopsi teknologi yang tepat dalam kegiatan usahatani mereka nantinya. Hubungan antara tingkat pendidikan dapat dilihat pada hasil SPSS berikut :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 30.544a 4 .000 Likelihood Ratio 31.554 4 .000 Linear-by-Linear Association 11.571 1 .001 N of Valid Cases 30

a. 8 cells (88,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.

(42)

menerapkan apa yang diperolehnya umtuk peningkatan usahataninya (Hasyim 2006) dan ada hubungan nyata anatara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya (Sidauruk 2015)

5.2.3. Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Pengalaman petani dalam mengelola usahatani berbeda-beda. Oleh karena itu pengalaman dalam berusahatani umumnya juga dapat berhubungan dengan tingkat adopsi petani terhadap penerapan teknologi budidaya padi sawah. Hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat dari hasil SPSS berikut :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.673a 4 .322 Likelihood Ratio 5.483 4 .241 Linear-by-Linear Association .005 1 .946 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

(43)

demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak : artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bertani terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Berdasarkan penelitian Voldo Sidauruk (2015) lama bertani ternyata tidak menjamin seorang petani untuk mengadopsi suatu teknologi.

5.2.4. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Luas lahan yang dikelola oleh petani mempunyai hubungan terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Hubungan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat pada pengujian SPSS berikut :

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 28.135a 4 .000 Likelihood Ratio 25.842 4 .000 Linear-by-Linear Association 8.205 1 .004 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

(44)

signifikan antara luas lahan dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah. Luas lahan secara parsial mempunyai hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya (Sidauruk 2015)

5.2.5. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah

Jumlah tanggungan keluarga seringkali dihubungkan dengan tingkat adopsi petani terhadap suatu teknologi. Hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah dapat dilihat dari hasil pengujian SPSS berikut:

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.750a 4 .150 Likelihood Ratio 8.131 4 .087 Linear-by-Linear Association 3.612 1 .057 N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

Dari output diperoleh nilai Chi-square sebesar 6,750 dengan signifikansi 0,

150. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,05. Dengan demikian dapat

(45)
(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Faktor-faktor sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan, luas lahan, memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah, sedangkan umur, lama bertani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah.

6.2 Saran

Kepada Pemerintah

1. Pemerintah melalui Penyuluh Pertanian (PPL) sebaiknya lebih intensif mengadakan sosialisasi dan penyuluhan tentang teknologi budidaya padi sawah agar dapat diadopsi petani secara komprehensif.

2. Membantu petani dengan menyediakan lembaga keuangan untuk membantu petani dalam penyediaan modal.

Kepada Petani

(47)

Kepada Peneliti Selanjutnya

(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi Sawah

Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Bila di dataran tinggi kita mengenal padi gogo, maka didataran rendah kita mengenalnya dengan padi sawah. Umumnya padi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian 1.200 m dpl. (Nabilussalam, 2011).

Di Indonesia dikenal lebih dari 1000 jenis padi. Jumlah yang banyak itu disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka peningkatan hasil. Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam 2 jenis sebagai berikut:

1. Padi beras, yaitu tanaman padi yg dijadikanan beras. Beras dapat ditanak menjadi nasi dan sebagai makanan pokok.

2. Padi ketan, setelah dijadikan beras tidak digunakan sebagai makanan pokok, tetapi diolah menjadi bermacam-macam makanan ringan, misal jadah, jenang, tape ketan.

Menurut cara bertanamnya, padi beras dapat dibedakan atas 2 macam sebagaiberikut:

a. Padi sawah, yaitu padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air. Padi ini ditanam di tanah persawahan.

(49)

2.2. Tingkat Adopsi

Pengertian adopsi sering rancu dengan "adaptasi" yang berarti penyesuaian. Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

Tingkat adopsi dapat diartikan sebagai tingkat penerapan atau penggunaan suatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi umumnya adalah penyuluhan. Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai sampai menerapkan inovasi yang diterima (Levis, 1996).

Terdapat 5 tahapan proses penerimaan inovasi yang dilalui sebelum bersedia menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya, yaitu :

1. Sadar adalah seseorang belajar tentang ide baru. Dia hanya mempunyai pengetahuan umum mengenai ide tersebut, tidak mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus akan ide yang akan diterapkannya tersebut. 2. Tertarik adalah tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin

mendapatkan informasi yang lebih banyakdan lebih detail.

(50)

4. Mencoba, apabila seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut, dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu yang lama atau dalam skala yang terbatas.

5. Adopsi adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga mendorong penerapan oleh orang lain, dan inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena:

a. Memiliki keuntungan bagi petani

b. Sesuai dengan nilai-nilai sosial atau adat di daerah setempat c. Tidak sulit dan rumit

d. Dapat di coba dalam skala kecil e. Mudah diamati (Ginting, 2002).

Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menerima inovasi tidaklah sama, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman pribadi, tekanan dalam kelompoknya serta sikap dan kondisi petani pada saat inovasi terssebut diperkenalkan. Menurut para pakar sosiologi menurut kerangka waktu penerimaannya, maka penerimaan inovasi dapat digolongkan menjadi 5 macam yaitu :

1. Inovator adalah orang yang berpikir menerapkan inovasi dalam berusahataninya.

2. Penerap Dini (early adopters) adalah sejumlah petani yang mengikuti inovator. 3. Penerap mayoritas awal (early majority) adalah petani lebih cepat menerima

inovasi

(51)

5. Kelompok Penentang (laggard) adalah sekelompok petani yang tidak mau menerima inovasi/teknologi atau praktek-praktek yang baru (Suhardiyono, 1992).

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental itu sendiri. Hal ini pada umumnya karena tingkat kesejahteraan hidupnya dan keadaan lingkungan dimana mereka tinggal, dapat dikatakan masih menyedihkan sehingga menyebabkan pengetahuan dan kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui penarikan minat, mudah dan dapat dipercaya, peragaan disertai dengan sarana, serta saat dan tempatnya harus tepat (Sastraadmadja, 1993).

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberhasilan agen pembahuruan mempengaruhi petani dalam menerima inovasi dengan kerja usaha yang akan ia lakukan dalam memperkenalkan suatu inovasi baru. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi maka proses adopsinya juga akan semakin cepat (Sastria Negara, 2000).

(52)

2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah

Teknologi merupakan sumber daya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Husodo, 2004).

Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi petani di perdesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan pada masyarakat perdesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan struktur komunikasi informasi di perdesaan menjadi sangat kompleks sehingga dapat dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam cara kerja (teknik kerja) pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan tepat (Gultom, 2004).

Adapun teknologi budidaya padi sawah masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air.

Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian disuatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

(53)

menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu:

a. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

b. Sinergis: PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi. c. Spesifik lokasi: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan

fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

d. Partisipatif: berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.

(54)

Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu:

1. Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau

bernilai ekonomi tinggi. 2. Benih bermutu dan berlabel.

3. Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah

(spesifik lokasi).

4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).

Komponen teknologi pilihan dalam PTT yaitu:

1. Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit

per lubang.

2. Peningkatan populasi tanaman.

3. Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan

pembenah tanah.

4. Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,

5. Pengendalian gulma

6. Panen tepat waktu,

7. Perontokan gabah sesegera mungkin.

2.4. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Adopsi Teknolologi

Budidaya

(55)

yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut misalnya pendidikan, pengalaman, umur dan sebagainya.

Faktor intern yaitu yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dating dari luar. Sehubungan dengan golongan masyarakat yang ditinjau dari kecepatan mengadopsi inovasi, beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi antara lain:

2.4.1. Umur Petani

Makin tua petani, biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat mengetahui dan melaksanakan inovasi tersebut walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman.Umur produktif seorang petani adalah antara 22-55 tahun.

Menurut Hasyim(2006), umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melakukan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meliha aktvitas seseorang bekerja bilamana kondisi umur masih prokduktif maka kemungkinan seseorang dapat bekerja secara maksimal.

(56)

2.4.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju pengguna praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Menurut Mardikanto (1994), bahwa di dalam proses adopsi teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan karena adopsi teknologi akan dapat berkembang dengan cepat bila petani mempunyai dasar pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Pendidikan formal petani dapat diperoleh melalui sekolah-sekolah

formal yang pernah dialami petani.

(57)

2.4.3. Lama Berusahatani

Pengalaman bertani juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan berinovasi. Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan yang masih pemula dalam berusahatani.

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh, demikian pula penerapan teknologi.

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang lebih baik di waktu mendatang (Hasyim, 2006).

2.4.4. Luas Lahan

(58)

2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin sulit dalam menerapkan teknologi karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga relatif juga akan tinggi. Mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi yang diterapkan tersebut tidak berhasil.

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya (Hasyim, 2006). Aktivitas yang dimaksud adalah perubahan cara berusahatani yaitu dengan mengadopsi teknologi yang dianjurkan dan meninggalkan kebiasaan sebelumnya.

(59)

2.5. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

N

Rumusan Masalah Variabel Pengamatan adopsi di daerah penelitian.

Tingkat adopsi di daerah penelitian dikategorikan tinggi, dan tidak ada pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap tingkat adopsi petani dalam teknologi budidaya usaha tani padi sawah (oryza

1. Seberapa besar peranan kelompok tani dalam usahatani padi sawah di Desa Percut,Kecamatan, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang? 2. Berapa besar

pendapatan usaha tani padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang? kelompok tani di daerah penelitian yaitu desa Percut, Kecamatan Percut

(60)

o Peneliti Penelitian Masalah Pengamatan Analisis

padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli

1.Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung yang dianjurkan di daerah penelitian?

2.Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur jagung di daerah penelitian?

1.Tingkat adopsi petani terhadap bertani, luas lahan, dan jumlah

(61)

4 sosial ekonomi petani dengan

1. Bagaimana tingkat pengunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah. pupuk anoganik dan pupuk campuran pada usaha tani padi sawah.

3.Bagaimana hubungan faktor pribadi dan fakto lingkungan petani terhadap

pengggunaan pupuk anorganik dan pupuk campuran pada usahatani padi sawah. nyata antara lama bertani, luas lahan, dan produksi terhadap

penggunaan pupuk anorganik dan campuran pada usaha tani padi swah.

(62)

diserfikasi Desa Batangkuis, kabupaten Deli Serdang.

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian?

petani dapat membandingkan secara langsung usaha apa yang cocok untuk diterapkan.

2.6. Kerangka Pemikiran

(63)

Secara ringkas kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi

Keterangan :

: Hubungan

Petani

Penyuluh

Faktor sosial ekonomi :

1. Umur 2. Tingkat

pendidikan 3. Lama bertani 4. Luas lahan 5. Jumlah

tanggungan keluarga Paket Teknologi:

1. Persiapan lahan 2. Pembibitan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pemeliharaan 6. Pasca panen

Usahatani padi

Tingkat Adopsi

Sedang

(64)

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Skema Kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi di daerah penelitian tinggi.

(65)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu daerah yang berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50 % dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi dilapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa khususnya petani kecil.

(66)

Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa, yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Indonesia masih merupakan negara yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Salah satu komoditas tanaman pangan di Indonesia adalah padi yang hasil produksinya masih menjadi bahan makanan pokok. Padi merupakan tanaman pertanian dan merupakan tanaman utama dunia.

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya dalam perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut bisa dilihat dengan jelas dari peranan sektor pertanian didalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan kerja kepada penduduk. Pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian yang lebih baik, sekalipun prioritas pada kebijaksanaan industrialisasi sudah dijatuhkan, namun sektor pertanian dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan surplus. Hal ini terjadi bila produktivitas diperbesar sehingga menghasilkan pendapatan petani yang lebih tinggi dan memungkinkan untuk menabung dan mengakumulasikan modal. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatanya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi petani melaksanakan berbagai kegiatan dengan mengembangkan berbagai kemungkinan komoditi pertanian lain (diversifikasi usahatani) yang secara ekonomis menguntungkan jika lahan pertaniannya memungkinkan. Pengembangan pendapatan di luar usahatani (off farm income) juga akan sangat membantu peningkatan kesejahteraan karena

(67)

peningkatan pendapatan sektor pertanian akan mampu menurunkan angka kemiskinan petani .

Salah satu langkah pemerintah untuk mengembangkan pertanian adalah dengan membentuk kelompok sosial pada masyarakat petani, seperti kelompok tani. Tingkat dinamika kelompok tani berpengarauh terhadap keberhasilan langkah pemerintah tersebut. Dinamis yang dimaksud adalah selalu siap untuk maju dan menyongsong pembaharuan pertanian yang digalakkan dewasa ini ( Kukuh, 2009 ).

Pembangunan pertanian bukanlah hanya sekedar bertujuan menaikkan produksi pertanian tetapi lebih luas daripada itu, pembangunan pertanian haruslah membangun masyarakat seutuhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan pertanian tidak hanya mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi para petani sebagai individu tetapi juga kesejahteraan masyarakat desa pada umumnya. Perubahan teknologi dari ani-ani ke sabit telah menyebabkan tersingkirnya buruh tani wanita untuk berpartisipasi dalam proses panen padi. Demikian pula institusi tebasan menggusur buruh tani dari proses panen di daerah pedesaan. Dengan kata lain pembangunan pertanian yang hanya mampu menaikkan produktivitas sektor pertanian tetapi tidak mampu menegakkan keadilan dan solidaritas sosial di kalangan masyarakat perdesaan akan mengurangi makna pembangunan pertanian sebagai wahana emansipasi dan transformasi manusia perdesaan (Bunch, 1991).

(68)

keseluruhan produksi dunia harus meningkat lebih cepat dari tingkat yang telah dihasilkan negara manapun sepanjang sejarah. Tetapi pembangunan pertanian tampaknya sama sulitnya dengan tingkat kepentingannya.

Dewasa ini pertanian sudah tidak sepenuhnya diserahkan kepada alam, tetapi memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang lebih lanjut. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam untuk menjadi tulang punggung perekonomian negara dapat dicapai melalui aplikasi teknologi dalam bidang pertanian dan sektor-sektor pendukungnya. Pentingnya aplikasi teknologi yang dikuasai dikarenakan keberadaan teknologi yang sudah sedemikian besar pengaruhnya terhadap kesuksesan sebuah pertanian dilihat dari segi kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkannya. Bahkan dengan turut berpengaruhnya sektor pertanian terhadap besarnya peluang/ kesempatan kerja maka secara tidak langsung teknologi juga berperan menambah kesempatan kerja kepada seluruh komponen masyarakat. Besarnya kapasitas produksi berarti pula besarnya jumlah kesempatan kerja (Hariyadi, 2000).

Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang makmur berdasarkan pertanian (newly agricultural based industry country) maka penerapan teknologi harus dilakukan kepada seluruh subsektor pertanian di Indonesia (Mangunwidjaja dan Sailah, 2009).

(69)

Indonesia harus berani merubah teknologi sebelumnya yang sudah usang dan menerapkan teknologi baru yang ditawarkan. Dalam mengubah persepsi petani tidak bisa kita hindari faktor sosial ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap persepsi dan pemikiran petani dalam mengubah kebiasaan bertani sesuai kemajuan teknologi. Desa Sei Percut merupakan salah satu daerah penghasil padi yang menyuplai produksi padi Indonesia dimana petani-petaninya sudah sadar akan manfaat penerapan teknologi dalam berusaha tani.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan di daerah penelitian ?

2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah yang dianjurkan di daerah penelitian

2. Untuk menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian

1.4. Kegunaan Penelitian

(70)

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi petani dan penyuluh untuk mengetahui tingkat adopsi terhadap teknologi anjuran di Desa Percut, Kecamatan Percuy Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

2. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait khususnya pemerintah pertanian Kabubaten Deli Serdang, dalam membuat kebijakan-kebijakan baru dengan pertimbangan faktor sosial ekonomi untuk meningkatkan produksi pangan lokal khususnya tanaman padi.

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan bagi para akademisi maupun non akademis.

1.5. Keaslian Penelitian

Perbedaan penelitian terletak pada:

1. Model penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan Chi - Square.

2. Variabel penelitian: umur petani, tingkat pendidikan, lama bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga.

3. Jumlah observasi sampel sebanyak 30 sampel.

4. Waktu penelitian di lakukan bulan Februari sampai Maret pada tahun 2016 5. Lokasi penelitian: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli

(71)

ABSTRAK

Boiperiandi R (100304106) dengan judul Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan). Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S.P, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi Petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dan bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Analisis Deskriptif dan metode Analisis Korelasi Chi – Square. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan pengambilan data dilakukan secara primer dan sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dikategorikan tinggi. Tingkat pendidikan dan luas lahan memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah, sedangkan umur, lama berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah.

(72)

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI

BUDIDAYA PADI SAWAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR

SOSIAL EKONOMI

(Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

SKRIPSI

BOIPERIANDI R

100304106

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(73)
(74)
(75)

ABSTRAK

Boiperiandi R (100304106) dengan judul Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan). Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si, dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S.P, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat adopsi Petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dan bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Analisis Deskriptif dan metode Analisis Korelasi Chi – Square. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan pengambilan data dilakukan secara primer dan sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah di daerah penelitian dikategorikan tinggi. Tingkat pendidikan dan luas lahan memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya padi sawah, sedangkan umur, lama berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya padi sawah.

(76)

RIWAYAT HIDUP

Boiperiandi Rajagukguk lahir di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten

Tapanuli Utara pada 1 Desember 1990, anak keempat dari lima bersaudara, ayah R.

Rajagukguk (alm) dan Ibu N Oppusunggu.

Pendidkan yang pernah ditempuh sebagai berikut:

1. Tahun 1996, masuk Sekolah Dasar dan lulus pada tahun 2002 dari SDN 173345

Desa Aritonang.

2. Tahun 2002, masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus pada tahun 2005 dari

SMPN 2 Muara.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas dan Lulus pada tahun 2008 dari

SMAN 1 Muara.

4. Tahun 2010, diterima di Universitas Sumatera Utara, Program Studi Agribisnis

melalui jalur SNMPTN.

5. Tahun 2010 mengikuti Pendidikan Dasar Militer Resimen Mahasiswa angkatan

XXII Garuda Sakti di Rindam 1 Bukit Barisan.

6. Bulan Juli hingga Agustus 2014, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Desa Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.

7. Bulan Februari melakukan penelitian skripsi di Desa Percut, Kecamatan Sei

(77)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat meneyesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini adalah Analisis Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan).

Skripsi ini dibuat dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si dan Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S.P, M.Si.

Oleh karena itu secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah membantu,mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Siti Khadijah H. Nasution, S.P, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu,mengarahkan dan membimbing penulis selama dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis dan sekaligus sebagai ketua komisi penguji.

4. Bapak Ir. M. Jupri M.Si selaku anggota komisi penguji.

5. Kepada seluruh dosen Program Studi Agribisnis yang telah mengajar penulis. 6. Ayahanda R. Rajagukguk (Alm) dan Ibunda N. Oppusunggu yang telah

(78)

7. Abang-abang dan adik terkasih Ali Samsir Rajagukguk, Rikardo Rajagukguk, Junno Rajagukguk, dan Martha Korry Rajagukguk yang memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat terkasih Pretty Arios yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan Voldo Sidauruk SP,Esron Lubis S.P, Ezra

Panggabean S.P, Nusantry Sirait, Johannes Munthe S.P, Irwan Siregar S.P, Jona Perangin S.P, Roy Sianturi S.P, Melky, Dela, Edberg Partogi, Harry, Andy Sabda, Andi Kusuma, Timotius, Esron Lubis SP, Humicca, Era Purba, Gosyen H, Andrew Silaban, Limbong, Praja Sembiring, Syahrial, Putra P Tarigan, Putra Sagala, Rani C. Siregar, Hendri Juperson dan teman seangkatan AGB’10 yang tidak disebutkan satu per satu.

10.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penulisan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

(79)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian .. ... 5

1.5. Keaslian Penelitian ... .. ...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi Sawah .. ... 7

2.2.Tingkat Adopsi ... . ...8

2.3. Teknologi Budidaya Padi Sawah ... 11

2.4. Hubungan Faktor Sosial Enomi terhadap Tingkat Adopsi Teknologi Budida. ... .13

2.4.1. Umur Petani ... ... ...14

2.4.2. Tingkat Pendidikan ... .... ...14

2.4.3. Lama Berusahatani ... .. ... 15

2.4.4. Luas Lahan ... ... ...16

2.4.5. Jumlah Tanggungan Keluarga ... ... ...16

2.5. Penelitian Terdahulu ... ...17

2.6. Kerangka Pemikiran ... ... ...20

2.7. Hipotesis Penelitian ... ... ...22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 25

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4. Metode Analisis Data ... 26

(80)

3.5.1. Definisi ... 28

3.5.2. Batasan Operasional ... 30

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... ... 31

4.2. Keadaan Penduduk . ... 32

4.2.1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... ..32

4.2.2. Keadaan Penduduk Menurut Umur .. .32

4.2.3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian … ... 33

4.2.4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan . ... ..34

4.3. Penggunaan Lahan ... 35

4.4. Sarana dan Prasarana ... .. ...36

4.5. Karasteristik Petani Sampel ... . ...37

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Padi Sawah ... 39

5.2. Hubungan Faktor-faktor Sosial Ekonomi Dalam Teknologi Budidaya Padi Sawah ... 40

5.2.1. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah .... ... . 40

5.2.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani Pada Teknologi Budidaya Padi Sawah... ... ...41

5.2.3. Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah ... ...43

5.2.4. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani pada Teknologi Budidaya Padi Sawah... 44

5.2.5. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Adopsi Petani Pada Teknologi Budidaya Padi Sawah ... .... ...45

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

(81)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

1 Penelitian Terdahulu 17

2 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi di Kecamatan Percut sei Tuan, Tahun 2012 24 3 Pengukuran Paket Teknologi Budidaya Padi Sawah Sesuai

Anjuran

26

4 Keadaan Penduduk Jenis Kelamin Desa Sei Percut, Tahun 2014

32

5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur Desa Sei Percut Tahun 2014

32

7 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharaian Desa Percut Tahun 2014

33

8 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Percut Tahun 2014

34

9 Penggunaan Lahan di Desa Percut 2014 35

10 Sarana dan Prasarana di Desa Percut Tahun 2014 36 11 Karakteristik Petani Sampel Kuantitatif Desa Percut 37 12

Uji Chi-Square Umur dengan Tingkat adopsi Petani

Uji Chi-Square Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uji Chi-Square Lama Berusahatani dengan Tingkat Adopsi Petani

(82)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

(83)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Karakteristik Petani 1

2 Skor Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah di Desa Sei Percut 2 3 Perhitungan Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani

Terhadap Teknologi Padi Sawah

3 4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat adopsi Petani

Terhadap Teknologi Padi Sawah

4 5 Perhitungan Hubungan Lama Berusahatani dengan Tingkat

Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah

5 6 Perhitungan Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi

Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah

6 7 Perhitungan Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan

Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah

7

Gambar

Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Padi di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2012
Tabel  3.2. Pengukuran Paket Teknologi Budidaya Padi Sesuai Anjuran.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penduduk Desa Percut yang paling banyak
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Percut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 dapat diketahui pada upaya pencegahan HIV/ADIS menunjukkan bahwa upaya pencegahan kategori tinggi yaitu 7 responden (14%),

Logika yang berhubungan dengan kuun waktu merupakan anggapan yang dapat berubah sesuai dengan kemajuan zaman.Logika berdasarkan ilmu pengetahuan logika merupakan

Dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan temperatur/suhu aspal pada pencampuran yang mempengaruhi mutu perkerasan aspal panas AC-WC ( Asphal Concrete - Wearing Course

Demikian pengumuman ini untuk diketahui, selanjutnya kepada peserta Pemilihan Langsung yang merasa tidak berkenan atas pengumuman ini, diberi kesempatan untuk

Pada hari ini, Kamis tanggal tiga belas bulan September tahun dua ribu dua belas, bertempat di Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII Banjarmasin, Panitia

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA SRAGEN.. PANITIA

Uji Adaptasi Klon Karet IRR Seri 100 Pada Agroklimat Kering di Kebun Sungei Baleh Kabupaten Asahan Sumatera Utara ( Adaptation Test of IRR 100 Series Rubber Clones at

Pada hasil penelitian ini akan di bahasApa Saja Hambatan Komunikasi Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dalam menanggulangi penyalahgunaan Narkoba di Desa Kilangan