BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluh Pertanian dan Usahatani Jagung
2.1.1 Penyuluh Pertanian
Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik
penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh
adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah
pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup
pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan
penyuluhan.Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha
dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.
Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga
masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi
penyuluh (Undang-Undang No.16, 2006).
Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut
penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
Tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan pertanian adalah terjadinya
perubahan perilaku sasarannya. Tujuan yang ingin dicapai penyuluhan pertanian
adalah mengembangkan kemampuan petani secara bertahap agar memiliki tingkat
pengetahuan yang semakin meningkat, perbendaharaan informasi yang memadai
dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan sehingga akhirnya
mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang terbaik untuk
usahataninya (Syahyuti, 1999).
Tugas Pokok Penyuluh Pertanian adalah melakukan kegiatan Persiapan
Penyuluhan Pertanian, Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Evaluasi dan Pelaporan
Penyuluhan Pertanian. Kegiatan Persiapan Penyuluhan Pertanian, meliputi:
a) Membuat data potensi wilayah,
b) Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK;
c) Penyusunan programa penyuluhan pertanian
d) Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP).
Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, meliputi:
a) Penyusunan materi,
b) Perancanaan penerapan metoda penyuluhan pertanian
c) Menumbuhkan / mengembangkan kelembagaan petani
Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian, meliputi:
a) Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pertanian dan dampaknya
( Permenpan nomor: per/02/menpan/2/2008).
Menurut Badan Penyuluhan dan pengembangan Sumber Daya Manusia
penyuluh PNS, 20.479 THL (Tenaga Harian Lepas)-TB (Tenaga Bantu) dan
13.169 penyuluh swadaya di Indonesia. Untuk Provinsi Sumatera Utara terdapat
3.056 orang penyuluh. Di Kabupaten Karo sendiri terdapat 126 orang penyuluh,
33 penyuluh PNS dan 93 orang THL-TB.
2.1.2 Usahatani Jagung
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola
input atau faktor-faktor produksi ( tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
benih, dan pestisida ) dengan efektif,efisien, dan kontinu untuk menghasilkan
produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat
(Rahim dan Diah 2008).
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung.
Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5 -
7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pH
6,8 (Rukmana, 2008).
Pengembangan usahatani jagung dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan nonpangan di
Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu
dengan perbaikan varietas. Varietas jagung yang unggul dapat berupa varietas
hibrida. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi
yang lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan antara lain harga benih
yang mahal, hanya dapat digunakan maksimal dua kali turunan, dan tersedia
dalam jumlah terbatas (Purwono dan Hartono, 2011).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Peran Penyuluh Pertanian
Ibrahim (2003) menyatakan bahwa seorang penyuluh pertanian
mempunyai beberapa tugas antara lain: membantu para petani di dalam usaha
meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan
kesejahteraannya. Peran penyuluh tersebut adalah penyuluh sebagai fasilitator.
Penyuluh sebagai fasilitator senantiasa memfasilitasi dalam kegiatan
usahatani. Disamping itu juga memberikan jalan keluar atau
kemudahan-kemudahan baik dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan penyuluhan sangat
berkaitan dengan kegiatan fasilitasi, terutama dalam memfasilitasi petani terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan usahatani yang ditekuni terutama dalam
perencanaan usahatani. Penyuluh sebagai fasilitator senantiasa memfasilitasi
dalam hal kemitraan usaha, berakses ke pasar, dan sebagainya.
Kartasapoetra (1994) menjelaskan peran penyuluh yang sangat penting
bagi terwujudnya pembangunan pertanian modern yaitu pembangunan pertanian
berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah Penyuluh sebagai Edukator.
Penyuluh sebagai edukator (pendidik) guna meningkatkan pengetahuan atau
kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih
efektif, efisien, dan ekonomis.
2.2.2 Adopsi Petani
Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide
atau alat teknologi baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi (lewat
penyuluhan ). Adopsi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
seserorang terhadap sesuatu inovasi sejak mengenal, menaruh minat, menilai
sampai menerapkan atau dengan kata lain suatu inovasi yang diterima
(Levis, 1992).
Adopsi adalah tahap dimana dia menyakini akan kebenaran atau
keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga
mendorong penerapan oleh orang lain (Ginting, 2002).
Dalam penerimaan teknologi baru yang dianjurkan oleh penyuluh
lapangan, maka kecepatan penerimaan petani terhadap teknologi tidaklah sama
tergantung pada sikap dan kondisi masing-masing petani pada saat teknologi
tersebut diperkenalkan kepada mereka (Suhardiyono, 1992).
Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum masyarakat mau
menerima/menerapkan inovasi yang diterimanya dengan keyakinannya sendiri.
Selang waktu antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya tidak selalu
sama pada diri tiap-tiap orang sehingga sangat dipengaruhi oleh sifat inovasi,
karakteristik sasaran penerima, keadaan lingkungan fisik dan sosial, serta
aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh pemberi inovasi. Tahapan-tahapan tersebut
1.Awareness atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya
inovasi yang ditawarkan oleh seseorang
2.Interest atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai dengan adanya
keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan tersebut.
3.Evaluation atau penilaian terhadap baik buruknya atau manfaat inovasi
yang telah diketahui tersebut dalam kehidupan pertaniannya. Pada tahap ini,
masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya
saja, tetapi juga aspek ekonomi, sosial budaya, bahkan seringkali juga pada
tinjauan aspek politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan
regional dan nasioanal.
4.Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih menyakinkan
penilaiannya, sebelum dilakukan penerapan pada skala yang lebih luas
5.Adaption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan
berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan sendiri (Hanafie,2010).
2.2.3 Teori Pendapatan
Menurut Soekartawi ( 1995 ), penerimaan dalam usahatani merupakan
perkalian antara poduksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = Q x P
Keterangan:
TR = Total Penerimaan ( Rp)
P = Harga(Rp)
Pendapatan petani adalah hasil pengurangan total penerimaan dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali masa tanam. Untuk
menghitung jumlah pendapatan petani digunakan rumus:
Π= TR – TC
Keterangan:
Π = Pendapatan petani
TR = Total Penerimaan
TC = Total biaya
Untuk menghitung seluruh biaya digunakan rumus:
TC=FC+VC
Keterangan:
TC = Total biaya
FC = Biaya tetap
2.3 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dapat mendukung tujuan penelitian ini
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul
Kesimpulan
1 Saadah, Anwar Sulili, dan R.Binindra Petani Yang Menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo
1.Bagaimana
petani yang menerapkan
sistem tanam jajar legowo? an analisis statistik sistem tanam jajar legowo
2 Wisnu Raharja
Meningkatkan Kinerja Usaha tani Padi di Kabupaten Kudus
1.Bagaimana peran penyuluh pertanian
pertanian di daerah dengan baik
3 Amril Hanapi Petani di Desa Bangun Panei Kecamatan adopsi teknologi yangditerapkan oleh para petani di daerah penelitian? 2. Bagaimana perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah adopsi teknologi di daerah penelitian?
1.adopsi 2.perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah adopsi
5 Lampos Gultom (2008)
Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jagung dan Faktor-faktor budidaya jagung yang dianjurkan PPL ?
2.Bagaimana tingkat adopsi petani?
3.Bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi petani terhadap tingkat adopsi petani? penanaman, pemeliharaa ,pasca panen 2.Tingkat adopsi sedang 3.Tidak ada pengaruh faktor sosial ekonomi
Metode SRI terhadap
Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang
2.4 Kerangka Pemikiran
Usahatani jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang
mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena
merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak.
Teknologi Budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) tidak terlepas dari peran Penyuluh baik itu sebagai edukator
maupun fasilitator. Teknologi ini tentunya akan mengandung respon atau
tanggapan yang berbeda-beda dari petani, respon yang dimaksudkan adalah
kemauan petani dalam mengadopsi metode tersebut. Sebelum petani bersedia
mengadopsi metode yang diperkenalkan kepadanya, ada tahapan yang harus
dilalui yaitu: tahap sadar, minat, menilai, mencoba dan menerapkan.
Teknologi Budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) diharapkan produktivitas jagung dan pendapatan petani
meningkat. Seberapa besar pendapatan petani meningkat dapat dilihat dari
sebelum dan sesudah petani mengadopsi teknologi budidaya PTT.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat digambarkan skema kerangka
Keterangan:
: Menyatakan Pengaruh
: Menyatakan Hubungan
Gambar 1.Skema Kerangka Pemikiran Hubungan antara Peran Penyuluh Pertanian dan adopsi Terhadap Pendapatan Petani Jagung di Desa Sukanalu, Kec.Barusjahe, Kab.Karo
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Terdapat perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah mengadopsi
teknologi budidaya Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
2. Terdapat hubungan antara peran penyuluh pertanian dengan pendapatan petani
jagung
Peran Penyuluh: 1.Edukator 2.Fasilitator
Sebelum Sesudah
Pendapatan Pendapatan
Usahatani jagung
Teknologi budidaya PTT
Petani Jagung