• Tidak ada hasil yang ditemukan

Homoseksual merupakan perilaku sesama jenis yang hadir dari gangguan orientasi seksual seseorang. Perilaku seksual ini biasanya dikategorikan antara gay (sesama laki-laki) atau lesbian (sesama wanita).Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seorang homoseksual yang memiliki orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antar sesama jenis.

` Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi.

5.1. Karakteristik Informan

Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 6 informan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat keseluruhan informan berusia produktif dan usia informan ini sudah memasuki usia yang matang dimana usia seperti ini adalah usia dimana seseorang sudah melanjutkan kehidupannya pada sebuah perkawinan. Hal ini adalah sebuah fenomena dan telah terjadi pada persepsi informan dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. seluruh informan berjenis kelamin laki- laki. Gay dimaksudkan sebagai kombinasi antara identitas diri sendiri dan identitas sosial yang mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki perasaan menjadi dari

kelompok sosial yang memiliki label yang sama. Istilah gay biasanya mengacu pada jenis kelamin laki-laki (Hartanto, 2006).

Dari 6 informan terdapat 5 informan yang berpendidikan S1 dan 1 informan berpendidikan SLTA, disini dapat dilihat seluruh informan adalah orang-orang yang berpandangan dan berpola fikir baik dalam menjalani kehidupan. Dilihat dari segi status perkawinan, seluruh informan berstatus belum kawin, hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan informan belum kawin padahal informan sudah memasuki usia yang matang. faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi sedangkan faktor eksternalnya kelompok referensi, keluarga dan kelas social (Nugraheni, 2003).

Sedangkan dari segi pendapatan 2 informan diantaranya berpenghasilan Rp. 2.500.000, 1 informan berpendapatan Rp. 2.000.000, 1 informan berpendapatan Rp. 3.000.000, 1 informan berpendapatan Rp. 3.500.000 dan 1 informan berpendapatan Rp. 5.000.000. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan informan yang begitu tinggi membuat seseorang itu memilih gaya hidup modern. Dewasa ini, gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian besar remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan. Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja, mode yang mereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memfilter mode dari orang barat tersebut, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka sendiri(Siti Nurhasanah, 2009).

Sementara jika dilihat dari karakteristik suku, 3 informan diantaranya bersuku batak dan 3 informan bersuku jawa. Bukan berarti suku-suku yang lain tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti informan yang peneliti dapat akan tetapi dapat dilihat dari penjelasan laporan yang ditulis dalam U.S National Academy Of Science tahun 1995 ini lantas menjadi rujukan sejumlah ilmuwan bahwa perilaku homoseksual memiliki asal usul genetik atau sifat alami (natural), sama seperti warna kulit, rambut, mata dan lain-lain jadi semua suku yang ada didunia ini juga ada yang memiliki orientasi seksual yang menyimpang dan hal ini tidak dapat dikelompokkan. 5.2. Pengetahuan / Kesadaran Diri Informan terhadap Homoseksual (Gay)

Dari hasil wawancara peneliti dengan dengan informan dapat dilihat bahwa 3 dari 6 informan mengakui kalau dirinya adalah seorang homoseksual (gay) yaitu penyuka sesama jenis seperti yang diungkapkan salah satu informan berikut ini :

Mmmmmmhhhh . Gitcu dueecchhh . Hehehehe iya ciiiinnnn . Aku suka sama cowok sejak SMP, pacarannya SMA yang nembak aku duluan ya lekong itu lah . Namanya aku brondong saat itu.. jadi masih malu- malu. Tapi aku sama lekong itu terpaksa, karena aku jumpa di diskotik, sebenarnya aku hanya sekedar suka aja.. tapi yang sebaya ciiinnnn . Aku tepaksa karena mau cari kesenangan aja. .

Homoseksual adalah perasaan tertarik, kasih sayang dan hubungan emosional atau secara erotis terhadap orang yang berjenis kelamin sama, dengan tanpa hubungan fisik. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim atau hubungan seksual diantara orang-orang berjenis kelamin yang sama, sehingga tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai gayatau lesbian.

Hal ini dijelaskan juga kapan dan bagaimana informan menyadari bahwa dirinya adalah seorang yang penyuka sesama jenis, 3 informan ini rata-rata

menyadarinya sejak berada dibangku SMP dan mengekspresikannya ketika duduk dibangku SMA seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Gak tau yaa dari SMP aku sudah suka sama laki-laki, ada debaran kalo orang yang aku sukai didekat aku, terlaksananya ya SMA kelas 3 ciiinnn. Tu gara-gara aku dugem, yaaa dulu emang sering mabok kalo mau dugem mabok dulu, namanya dugem kalo gak mabok mana enak . Heheheh (sambil tersenyum manis) .

Tetapi diantara ke 6 informan yang diwawancarai oleh peneliti, ada 3 informan lainnya yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang biseksual yaitu yang memiliki perasaan suka terhadap 2 jenis kelamin berbeda diantaranya perempuan dan laki-laki, tapi ke 3 informan ini mengatakan bahwa dirinya lebih cenderung labih suka dengan laki-laki daripada perempuan, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan sebagai berikut :

Untuk saat ini abang akui abang biseks, sejak SMP suka dengan sejenis,, abang gak punya pacar dek, dan abang lebih senang TTM an apalagi didunia seperti ini, dunia pesakitan dek (sambil tertawa dan memegang kepala). TTM an lebih seruuuuu hehehe .

Triningsih mengatakan beberapa laki-laki menyadari bahwa dirinya Homoseksual atau Gay. Mereka melakukan hubungan seksual jangka panjang dengan wanita dan kadang-kadang melakukan hubungan seks dengan pria dan sering tanpa diketahui pasangan wanitanya. Dalam kasus ini, hubungan seks mungkin dilakukan antara pria, karena memang hanya pria saja yang tersedia sebagai pasangan seks.

Hal ini terjadi dengan adanya faktor mengapa informan lebih memilih hubungan sesama jenis dari pada berbeda jenis serta pengakuan informan sejak kapan dirinya sadar akan hal itu seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Mmmhh Aku biasanya berbuat seks sama laki-laki dan perempuan, kedua duanya aku yang berperan jadi laki-lakinya tapi aku lebih sering melakukannya sama laki-laki karena resiko lebih kecil untuk MBA alias merried by accident, berarti aku bukan homo tapi aku biseksual, disaat aku tau apa itu homo, bisek dan heteroseks aku sadar sewaktu dibangku kuliah kira-kira umur 19 tahunlah banyak hal yang kurasakan kenapa aku suka sama laki-laki mengalir begitu aja.. tekadang aku nyaman dan senang disayangi laki-laki tapi setelah melakukan seks terkadang aku jijik sendiri .

Kebanyakan individu berfikir bahwa tingkah laku heteroseksual dan homoseksual adalah pola yang berbeda dan dapat mudah didefenisikan. Kenyataannya, kecenderungan akan pasangan seksual dari jenis kelamin yang sama tidaklah selalu merupakan keputusan yang tetap dapat dibuat sekali dan mengikat untuk selamanya. Sebagai contoh, tidaklah jarang bagi seorang individu, terutama laki-laki untuk melakukan eksperimen homoseksual dimasa remaja, namun tidak melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa. Sementara beberapa individu melakukan tingkah laku heteroseksual dimasa remaja, namun kemudian melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa.

5.3. Melakukan Hubungan Sesama Jenis itu merupakan Gaya Hidup (Life Style)

Dari hasil wawancara peneliti dengan 6 orang informan berkaitan dengan apakah melakukan hubungan sesama jenis itu merupakan gaya hidup (life style), 3 informan yang mengatakan bahwa hubungan sesama jenis sama dengan gaya hidup seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Oh yessss of course, gaya hidup (sambil mikir) suatu hal yang selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman, mau gak mau kita harus mengikutinya ., berusaha untuk tidak terlalu mengikuti tapi tidak ketinggalan

Menurut Assael (1984), gaya hidup adalah A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions) . Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.

Peneliti menyimpulkan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh informan dan bagaimana cara mereka mengalokasikan waktu, membelanjakan uangnya merupakan gaya hidup mereka khususnya gaya hidup homoseksual (gay)yang dilihat dari kegiatan-kegiatan yang mereka anggap normal untuk kalangan mereka sendiri sementara bagi kalangan lain itu bukanlah gaya hidup mereka.

Tetapi dari salah satu informan mengatakan bahwa hal itu bukanlah gaya hidup,seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Kalo sekarang iyaaa banyak orang sekarang ikut-ikutan awalnya tapi malah terjerumus karena menurut abg, gay itu adalah trend identik dengan gaul dan modern, makanya menjadi gay itu 30% dan dari faktor lingkungan 70%.

Informan lain mengatakan :

Gak . Emang dari dalam diri sendiri tapi ada yang memang dipengaruhi dari lingkungan , tapi kalo aku sendiri emang dari dalam. Gaya hidup bagian dari kegiatan seseorang, yaaaahhhh perawatan badan, muka, begadang itukan bagian dari hidup, iyaaa.. kan gak harus mahal, penyiar, nge MC,,, yaaa kalo pengeluaran gak nentu.

Dari pernyataan informan diatas yang mengatakan itu bukannlah gaya hidup, peneliti menyimpulkan bahwa informan tidak menyadari apa yang mereka lakukan merupakan sebuah gaya hidup, dilihat dari pengertian gaya hidup itu sendiri.

5.4. Persepsi Informan tentang Perbedaan Gaya Hidup Gay dengan Gaya Hidup Waria

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ke 6 informan mengenai tanggapan informan tentang perbedaan gaya hidup gaydengan gaya hidup waria. Seluruh informan mengatakan ada perbedaan antara gaya hidup gay dengan gaya hidup waria seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Sangat bedalah dek gay itukan orientasi seksualnya aja yang sejenis kalo waria selain orientasi seksualnya sejenis, mereka juga menjadi wanita seutuhnya heheh jadi bisa dibilang waria sudah pasti gay tapi gay belum tentu waria.

Informan yang lainnya juga mengatakan hal yang hampir sama dengan informan sebelumnya sebagai berikut :

Ada tapi mereka sama-sama suka laki-laki bedanya kalau waria kebanyakan hidup dijalanan mencari laki-laki dan uang , kalo gay kebanyakan di cafe dan diskotik untuk mencari kesenangan semata

Sebagian dari kita pasti masih menganggap gay dan waria itu sama, padahal jika kita mau sedikit jeli memperhatikannya ada beberapa perbedaan yang cukup kentara jika dilihat dari sudut pandang kemasan kedua fenomena manusia ini. Lebih tepatnya mereka pada dasarnya serupa tapi tak sama. Hal ini adalah sebuah fenomena karena memang situasi dan gaya hidup serta orientasi seks mereka yang tidak sejalan dengan hakikat penciptaan manusia yang ditakdirkan berpasang-pasangan antara pria dan wanita.

Berbicara tentang gaya hidup seseorang, maka dibahas juga mengenai bagaimana sebenarnya pengeluaran yang paling dominan besar antara gay dengan

waria. 2 informan mengatakan untuk pengeluaran dari gaya hidup gay lebih besar daripada waria, seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Jelas gay cyiinnn karena kebanyakan gay itu nongkrong di café, dugem, shopping, itu semua kan pake uang cyiiinnn, baju-baju mereka juga semua bermerk kayak temen-temen aku kalau aku sich gak harus seperti itu heheh (sambil tertawa).

Hal ini dapat dilihat bahwa ada beberapa informan yang mengatakan untuk pengeluaran gay itu lebih besar daripada waria dikarenakan dari gaya hidup mereka yang sering menghabiskan waktu diluar rumah daripada didalam rumah. Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya. Harus disadari bahwa tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang sama dan cocok yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja, menciptakan berbagai gaya dan kondisi kehidupan lebih menarik, dapat diterapkan dan diterima (Ari, 2010).

Sementara 4 informan lagi mengatakan untuk pengeluaran dari gaya hidup gay dengan waria itu tidak bisa diperkirakan mana yang lebih besar dan semua itu tergantung keadaan, seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Kalo pengeluarannya gak bisa dipastikan, tergantung pemasukannya, bisa jadi waria lebih besar. Kalo duitnya banyak pasti dia rutin ke salon sama juga dengan gay ada yang ngegym dan beli barang-barang yang bermerek.

Hal ini dapat dilihat pengeluaran seseorang itu tidak dapat diperkirakan siapa yang paling dominan besar, karena semua itu tergantung kebutuhan individu masing- masing. Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya.

5.5. Persepsi Informan tentang Hubungan Sesama Jenis (Gay) Memiliki Resiko terhadap Kesehatan

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 6 informan mengenai persepsi informan tentang hubungan sesama jenis (gay) memiliki resiko terhadap kesehatan, keseluruhan informan menanggapi hal ini adalah benar adanya seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Ya pasti dong cyiiinnn itu bisa dibilang virus say karena liat aja sekarang say perkembangannya gay, homo, waria atau penyuka sesama jenislah,,, Apalagi anak zaman sekarang. Kalo waria itu say tidak melahirkan tapi berkembangbiak, kayak komputer kena virus pasti rusak hehehe (sambil tersenyum).

Keseluruhan informan ini juga mengetahui jenis-jenis resiko yang merugikan bagi kesehatan dan keseluruhan informan juga menjelaskan bagaimana cara mereka

sendiri menghindari berbagai resiko tersebut seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Penyakit seks lah kayak raja singa, shifilis, HIV/AIDS, gay dan homo itu biasanya tingkat stress nya tinggi tapi tergantung orangnya juga ada juga yang sampe mau bunuh diri. Yaaa aku sih pake antibiotik biar kuat, trus pake kak dima (kondom) gak mungkinkan aku pake spiral hahahhaha (sambil tertawa). Jujur ya.. aku juga sering ke tempat-tempat pijat disana biasanya disediain kak dima nya tapi aku liat-liat juga tempatnya bersih atau nggak kalo aku liat bersih aku oke-oke aja .. InsyaAllah aku sehat-sehat aja sekarang, setiap 6 bulan sekali aku biasanya periksa (check up), sekalian juga periksa kolesterol, aku juga pernah periksa kejiwaan karena jujur ya.. aku sendiri pernah mencoba bunuh diri, yang ada difikiranku saat itu yaaaa .. orang yang aku sayangi pigi dan aku merasa nggak ada lagi yang sayang sepenuhnya sama aku kecewa beratlah emberrrrrrrr .. hehehhe .

Dari ungkapan informan diatas dapat dilihat gaya hidup mereka melakukan hubungan sesama jenis yang dilakukan melalui anal dapat menimbulakan penyakit menular seperti gonorrhoeae , HIV, hepatitis dan lain sebagainya, walaupun seorang homoseksual tidak melakukan anal seks tapi melakukannya melalui oral juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual sebagaimana yang terjadi jika mereka melakukannya melalui anal.

Salah satu resiko melakukan hubungan seksual adalah kemungkinan untuk terkena PMS. Faktor risiko tersebut meliputi, tanpa penggunaan pengaman dalam berhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan. Menurut Davison (2004) dalam Hartanto (2006) bahwa Perilaku homoseksual atau gay dapat berawal pada masa kanak-kanak, karena gangguan perkembangan seksual seseorang ditambah dengan pengaruh orang tua yang tidak baik.

Dari pernyataan ke 6 informan peneliti menyimpulkan bahwa kaum homoseksual (gay) sudah memperhatikan keamanan terhadap penyakit menular

seksual dalam melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka yang selalu menyediakan alat-alat pengaman seperti kondom, gel dan lain sebagainya untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang dapat beresiko bagi kesehatan mereka.

5.6. Informan Yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual dengan Pasangan Sesama Jenis(Gay)

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 6 informan tentang apakah informan pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangan sesama jenisnya, 5 informan mengatakan pernah melakukan hubungan seksual seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Hahahhaha .. namanya sudah pacaran pasti pernah lah say. 1 tahun aku jalanin sama tubang itu,, pecah perawan aku sama dia say hahah (sambil tertawa) tapi gak langsung hari itu say jalan 3 bulan pacaran baru dia minta keperawananku hahahha.

1 informan lainnya juga pernah melakukan hubungan dengan pasangan sesama jenisnya tetapi informan mengungkapkan hanya sebatas oral seks dan tidak sampai melakukan hubungan seksual melalui anal, seperti yang diungkapkan informan sebagai berikut :

Pernahlah kak . Tapi no anal no masukin cateeetttt, cuma oral, kissing, touching, yaaaaa paling pinggir-pinggir anus.

Hal ini juga dijelaskan oleh informan lainnya yang mengungkapkan bagaimana keseluruhan informan mengekspresikan perilaku mereka dalam berhubungan seksual dengan pasangan sesama jenisnya, seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Gak.. makanya bedarah. Pastilah sakit kayak pecah perawan juga, abis tu aku gak bisa tidur nangis ciiinnn aku kirain ecek-ecek selama seminggu kayak ada yang mengganjal didubur aku.. sudah kepalang basah cerita teruuuussss hahahahha (sambil tertawa lagi).

Informan lainnya juga mengungkapkan sebagai berikut :

kayak dibokep-bokep itu lah cyiinn.. pernahkan nonton bokep.. haahaha . (sambil tertawa) yaaaa seperti itulah,,,, kita kan sebagai manusia pastikan punya nafsu pengen ciuman dengan orang yang kita sayangi eehhh bla-bla lah kadang kalo udah syuurrr aku langsung kasikan pantat aku sama dia hahahha .. cemmanalah,,, setannya udah datang

Homoseksual (gay) melakukan hubungan sesama jenis dengan pasangan itu berdasarkan suka sama suka dan tidak adanya pemaksaan satu sama lain, makanya informan juga mengungkapkan bahwa informan tidak pernah mengambil keuntungan dari keadaan ini, sepeti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

ya iyalah kak suka sama suka kalo gak mana enak, pemerkosaan namanya. gak pernah kak,,, bukannya sok kaya ya kak.. tapi yaaa bapak aku masih mampu hahahah lagian aku dah kerja kak.. soalnya kalo gitu sering di injek-injek kak,,, tapi kalo ada yang suka sama aku dikasih barang ya gak mau ditolak tapi aku gak pernah minta haraaaammmm.. hahahahaha . Makan gratis.. gitu aja dan standar aja

Tetapi tidak semua juga mengatakan hal yang sama, informan lainnya pernah ingin mencoba tetapi tidak terjadi seperti yang diungkapkan informan sebagai berikut

Gak pernahlah . Tapi aku pernah ingin mencoba karena gak ada niat mau becinta ma dia tapi gak jadi kog .

Perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. (Wahyudi, 2000). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Bentuk-bentuk perilaku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan lain sebagainya.

Hal ini juga dapat mempertegas bahwa kaum homoseksual ini adalah orang- orang yang tidak terlepas dari gaya hidup yang bermasalah dimana dapat dilihat bahwa selain rentan terkena penyakit menular seksual kaum gay ini juga cenderung mengalami gangguan kepribadian atau gangguan mental yang dapat membahayakan orang-orang disekelilingnya.

5.7. Tanggapan Informan terhadap Kaum Sesama Jenis (Gay)Dihindari oleh Masyarakat

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti ke 6 informan mengenai tanggapan informan terhadap kaum sesama jenis ini dihindari oleh masyarakat, 2 informan mengungkapkan ketidaksetujuan mereka akan hal itu dan mengungkapkan bagaima informan selama ini dilingkungan sekitarnya, seperti yang diungkapkan salah satu informan sebagai berikut :

Aneh dan tak setuju yang dihindari itu harus orang-orang jahat yang buat salah, tak bisa dipungkiri, kaum G ini terbukti orang-orang yang pintar dan kreatif masalah penyimpangan seksual itu urusan masing-masing dan sudah rahasia umum, gak hanya dikalangan pelajar, orang-orang pekerja yang professional sampai pemerintahan juga banyak yang gay kog .

Dokumen terkait