• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Gaya Hidup (Life Style) Beresiko Di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) Di Kota Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Gaya Hidup (Life Style) Beresiko Di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) Di Kota Medan Tahun 2011"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN GAYA HIDUP(LIFE STYLE)BERESIKO DI KALANGAN KAUM HOMOSEKSUAL(GAY)DI KOTA MEDAN

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

AFNIDAR RAMADHANI NIM : 061000250

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN GAYA HIDUP(LIFE STYLE)BERESIKO DI KALANGAN KAUM HOMOSEKSUAL(GAY)DI KOTA MEDAN

TAHUN 2011

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

AFNIDAR RAMADHANI NIM : 061000250

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

GAMBARAN GAYA HIDUP(LIFE STYLE)BERESIKO DI KALANGAN KAUM HOMOSEKSUAL(GAY)DI KOTA MEDAN

TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : AFNIDAR RAMADHANI

NIM : 061000250

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Maret 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM Drs. Alam Bakti Keloko, MKes NIP. 19671219 199303 1 003 NIP. 19620604 199203 1 001

Penguji II Penguji III

Drs. Eddy Syahrial, MS Drs. Tukiman, MKM

NIP. 19590713 198703 1 001 NIP. 19611024 199003 1 003

Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

GAMBARAN GAYA HIDUP(LIFE STYLE)BERESIKO DI KALANGAN KAUM HOMOSEKSUAL(GAY)DI KOTA MEDAN

TAHUN 2011

Gaya hidup (life style) adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uang dan bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seorang homoseksual yang memiliki orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antar sesama jenis, bahkan sampai melakukan hubungan seksual. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti mengadakan penelitian dengan studi kualitatif untuk mengetahui gambaran gaya hidup(life style)beresiko di kalangan kaum homoseksual (gay)di kota Medan tahun 2011, karena gaya hidup dari kaum homoseksual (gay)ini berpengaruh dari segi kesehatan yaitu kesehatan fisik, psikis, social, ekonomi dan bagaimana kaum homoseksual mengalokasikan waktunya dan kegiatan sehari-hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan yang berjumlah enam orang.

Hasil penelitian menunjukkan 3 informan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang homoseksual(gay)dan 3 informan lainnya mengatakan bahwa dirinya adalah biseksual (penyuka dua jenis kelamin) tetapi 3 informan ini cenderung memiliki orientasi seksual lebih dominan kepada pasangan sesama jenisnya. Seluruh informan juga mengetahui defenisi dari gaya hidup (life style) dan seluruh informan memiliki gaya hidup hampir sama yaitu melakukan kegiatan sehari-hari atau melakukan rutinitas yang sama dengan orang-orang normal pada umumnya, serta bagaimana informan mengalokasikan uang dan waktu.Yang membedakan kegiatan informan adalah tentang orientasi seksualnya yang mengarah kepada hubungan sesama jenis.

Oleh karena itu peneliti menyarankan agar seluruh informan lebih memperhatikan pola hidup yang sehat baik dalam melakukan kegiatan, minat atau opini, membelanjakan uang dan mengalokasikan waktu dalam kehidupan sehari-hari, dimana pola hidup ini tidak terlepas dari kegiatan yang memiliki resiko bagi kesehatan terutama kesehatan fisik, psikis dan sosial dan peneliti menyarankan kepada seluruh informan agar lebih memperhatikan dalam berhubungan seks dengan pasangan baik sesama jenis maupun lawan jenis agar selalu memakai kondom untuk menghindari segala jenis resiko penyakit yang akan berdampak bagi kesehatan.

(5)

ABSTRACT

The Reflectionof the Risk Life Style of the Homosexual Society In Medan 2011

Life Style is pattern of life of someone which is described in activity, proclivity and their opinion for how to spend the money and how to allocate their time. Life Style of Homosexual who have deviation in sexual orientation, that is interact with the same gender even have a sexual intercourse. This is the main reason of the researcher to do a research use the qualitative method of research to know reflection of the risk life style from the homosexual society in Medan 2011. Because it depends on the physical health, psychological, socioeconomic and how the homosexual society allocate their time in daily activity.

The method of this research use qualitative approach and use indepth interview toward six people as informant.

The result of this research, consludenthat three informants declared that they are homosex and three other informants declared that they are bisex, but the three informants that declared they are bisex, disposed dominantly have sexual orientation to the same gender. All of the informant know about the definition of life style and all of the informant have a similar life style that is similar dayly activity or doing routinity among the normal people generally, and also how they allocated their money and time. The difference is about the sexual orientation which is resemble to the same gender relationship.

Based on the fact, researcher suggest for all informant to the more pay attention. To their life style the have risk life style for health, aspecially physical health, psychological intercourse with the same gender or the opposite gender to be always use condom to avoid all of the risk of disease which can inflict a loss of health.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : AFNIDAR RAMADHANI

Tempat / Tgl Lahir : Kampung Mesjid, 01 Juni 1984

Agama : Islam

Jumlah Saudara : 5 Orang

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Tanjung Pasir Pekan Kabupaten LABURA Nama Orang Tua : - Ayah : H. Darkin Tanjung, SPdi

- Ibu : Hj. Aflah Simatupang, SAg Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1989-1990 : TK Bushtanul Athfal Aek Kanopan 2. Tahun 1990-1996 : SD Negeri 112287 Desa Tanjung Pasir 3. Tahun 1996-1999 : SMP Negeri 1 Aek Kanopan

4. Tahun 1999-2002 : SMU Al-Azhar Medan

5. Tahun 2002-2005 : D3 Kebidanan Prima Husada Medan 6. Tahun 2006-2011 : FKM USU Medan

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 2007-2008 : CV. Indako Trading CO Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Alhamdulillah Wasyukurillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Gambaran Gaya Hidup (Life Style) di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) Tahun 2011 .

Selama penyusunan skripsi ini, telah banyak do a, dorongan, bantuan, nasehat dan bimbingan yang penulis terima di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan Ilmu dan Perilaku serta selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang banyak memberikan waktu dan pemikirannya dengan ikhlas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko Sembiring, MKes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang banyak memberikan waktu dan pemikirannya dengan ikhlas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penguji I yang banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dalam pendidikan ini.

(8)

8. Kepala Balitbang Kota Medan beserta staff, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Teristimewa untuk Ayahanda H. Darkin Tanjung, SPdi dan Ibunda Hj. Aflah Simatupang, SAg serta Adik-adikku tersayang Adli Hudaya Tanjung, Anshori Hudaya Tanjung, Azra i Hudaya Tanjung, Abdi Hudaya Tanjung, adik iparku Efdayensi Pohan dan Kiki Yohana Tanjung yang selalu menjadi penyemangat kepada penulis untuk lebih tegar dalam menghadapi kehidupan ini.

10. Teristimewa untuk Dr. Aidil Ananda yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu menjadi penyemangat kepada penulis untuk lebih tegar dalam menghadapi kehidupan ini.

11. Abang anda Hendro Lukito selaku staff Departemen PKIP yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teristimewa juga untuk teman-temanku Dewi, Rika Moy, Rika Mot, Dolie, Don, Reza, Mas Ai, Rony, Baba, Edo terima kasih atas dukungannya selama ini.

13. Sahabat-sahabatku mahasiswa PKIP, Wina, Mukhlis, Jondri, Umi, Imel, Silvi, Liza, Dila, Ulfa, Pak Sukardi, Santi, Dwi, Lina, Neni, Icha, Andre, Tia, Fida, Nova, Nabila, Nelly, Betta, Day, Eka, Dina Adlin, Putra, Mansyur, Darly, Fitra, Kiki, Ipak, Konel, dan lain-lain yang tidak dapat saya sebut satu persatu namanya, atas saran dan dukungannya sehingga dapat menyeleseikan skripsi ini.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunianya kepada kita semua, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin Ya Rabbal alamin.

Medan, Maret 2011

(9)

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1. Tujuan Umum... 12

1.3.2. Tujuan Khusus ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gaya Hidup(Life Style) ... 14

2.2. Perbedaan Gaya Hidupgaydengan Gaya Hidup Waria ... 17

2.2.1. Ciri-ciri Seoranggay ... 18

2.2.2. Ciri-ciri Seorang Waria dan Bedanya dengan Seorang Pria Gay ... 19

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup(Life Style) ... 20

2.4. Teori Gaya Hidup(Life Style Theory) ... 23

2.5. Sejarah Perilaku Homoseksual(Gay) ... 24

2.6. Pengertian Homoseksual(Gay) ... 28

2.7. Sikap dan Tingkah Laku Homoseksual(Gay) ... 29

2.8. Jenis Homoseksual(Gay) ... 31

2.9. Perilaku Seksual... 31

2.10. Perilaku Seksual Beresiko ... 33

2.11. Penyakit Menular Seksual (PMS) yang Beresiko... 34

2.12. Faktor Perilaku Seksual Beresiko ... 35

2.13. Kerangka Pikir Penelitian ... 38

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1. Lokasi... 40

(10)

3.3. Pemilihan Informan ... 40

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.5. Defenisi Istilah ... 42

3.6. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

4.1.1. Letak Geografis ... 44

4.1.2. Gambaran Demografis ... 44

4.1.3. Gambaran Umum Karakteristik Informan ... 44

4.3. Gambaran Gaya Hidup(Life Style)di Kalangan Kaum Homosek sual ... 45

4.3.1. Pengetahuan / Kesadaran Diri Informan terhadap Homosek sual ... 45

4.3.2. Melakukan Hubungan Sesama Jenis itu Merupakan Gaya Hidup(Life Style) ... 48

4.3.3. Persepsi Informan tentang Perbedaan Gaya HidupGayde ngan Gaya Hidup Waria ... 50

4.3.4. Persepsi Informan tentang Hubungan Sesama Jenis(Gay) Memiliki Resiko terhadap Kesehatan ... 52

4.3.5. Informan Yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual de ngan Pasangan Sesama Jenis (Gay)... 54

4.3.6. Tanggapan Informan tentang Kaum Sesama Jenis (Gay)Di hindari oleh Masyarakat ... 56

4.3.7. Persepsi Informan tentang Hubungan Sesama Jenis(Gay) itu Hubungan Yang Normal ... 58

4.3.8. Informan Pernah Merasa Bersalah dengan KeadaanGay (Penyuka Sesama Jenis) ... 60

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Informan ... 62

5.2. Pengetahuan / Kesadaran Diri Informan terhadap Homosek sual ... 63

5.3. Melakukan Hubungan Sesama Jenis itu Merupakan Gaya Hidup(Life Style) ... 65

5.4. Persepsi Informan tentang Perbedaan Gaya HidupGayde ngan Gaya Hidup Waria ... 69

(11)

5.6. Informan Yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual de

ngan Pasangan Sesama Jenis(Gay)... 72 5.7. Tanggapan Informan tentang Kaum Sesama Jenis(Gay)Di

hindari oleh Masyarakat ... 75 5.8. Persepsi Informan tentang Hubungan Sesama Jenis(Gay)

itu Hubungan Yang Normal ... 77 5.9. Informan Pernah Merasa Bersalah dengan KeadaanGay

(Penyuka Sesama Jenis) ... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 80 6.2. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Print out Komputer Program EZ-Text versi 3.06 Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari FKM USU Tahun 2010

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan / Kesadaran Diri Informan terhadap Homoseksual(Gay)

Tabel 4.3 Distribusi Melakukan Hubungan Sesama Jenis itu Merupakan Gaya Hidup(Life Style)

Tabel 4.4 Distribusi Persepsi Informan tentang Perbedaan Gaya Hidup Gay dengan Gaya Hidup Waria

Tabel 4.5 Distribusi Persepsi Informan tentang Hubungan Sesama Jenis (Gay) Memiliki Resiko terhadap Kesehatan

Tabel 4.6 Distribusi Informan Yang Pernah Melakukan Hubungan Seksual dengan Pasangan Sesama Jenis(Gay)

Tabel 4.7 Distribusi Tanggapan Informan terhadap Kaum Sesama Jenis (Gay) Dihindari oleh Masyarakat

Tabel 4.8 Distribusi Informan Persepsi Informan tentang Hubungan Sesama Jenis(Gay)itu Hubungan Yang Normal

(13)

ABSTRAK

GAMBARAN GAYA HIDUP(LIFE STYLE)BERESIKO DI KALANGAN KAUM HOMOSEKSUAL(GAY)DI KOTA MEDAN

TAHUN 2011

Gaya hidup (life style) adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uang dan bagaimana mengalokasikan waktu. Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seorang homoseksual yang memiliki orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antar sesama jenis, bahkan sampai melakukan hubungan seksual. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti mengadakan penelitian dengan studi kualitatif untuk mengetahui gambaran gaya hidup(life style)beresiko di kalangan kaum homoseksual (gay)di kota Medan tahun 2011, karena gaya hidup dari kaum homoseksual (gay)ini berpengaruh dari segi kesehatan yaitu kesehatan fisik, psikis, social, ekonomi dan bagaimana kaum homoseksual mengalokasikan waktunya dan kegiatan sehari-hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan yang berjumlah enam orang.

Hasil penelitian menunjukkan 3 informan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang homoseksual(gay)dan 3 informan lainnya mengatakan bahwa dirinya adalah biseksual (penyuka dua jenis kelamin) tetapi 3 informan ini cenderung memiliki orientasi seksual lebih dominan kepada pasangan sesama jenisnya. Seluruh informan juga mengetahui defenisi dari gaya hidup (life style) dan seluruh informan memiliki gaya hidup hampir sama yaitu melakukan kegiatan sehari-hari atau melakukan rutinitas yang sama dengan orang-orang normal pada umumnya, serta bagaimana informan mengalokasikan uang dan waktu.Yang membedakan kegiatan informan adalah tentang orientasi seksualnya yang mengarah kepada hubungan sesama jenis.

Oleh karena itu peneliti menyarankan agar seluruh informan lebih memperhatikan pola hidup yang sehat baik dalam melakukan kegiatan, minat atau opini, membelanjakan uang dan mengalokasikan waktu dalam kehidupan sehari-hari, dimana pola hidup ini tidak terlepas dari kegiatan yang memiliki resiko bagi kesehatan terutama kesehatan fisik, psikis dan sosial dan peneliti menyarankan kepada seluruh informan agar lebih memperhatikan dalam berhubungan seks dengan pasangan baik sesama jenis maupun lawan jenis agar selalu memakai kondom untuk menghindari segala jenis resiko penyakit yang akan berdampak bagi kesehatan.

(14)

ABSTRACT

The Reflectionof the Risk Life Style of the Homosexual Society In Medan 2011

Life Style is pattern of life of someone which is described in activity, proclivity and their opinion for how to spend the money and how to allocate their time. Life Style of Homosexual who have deviation in sexual orientation, that is interact with the same gender even have a sexual intercourse. This is the main reason of the researcher to do a research use the qualitative method of research to know reflection of the risk life style from the homosexual society in Medan 2011. Because it depends on the physical health, psychological, socioeconomic and how the homosexual society allocate their time in daily activity.

The method of this research use qualitative approach and use indepth interview toward six people as informant.

The result of this research, consludenthat three informants declared that they are homosex and three other informants declared that they are bisex, but the three informants that declared they are bisex, disposed dominantly have sexual orientation to the same gender. All of the informant know about the definition of life style and all of the informant have a similar life style that is similar dayly activity or doing routinity among the normal people generally, and also how they allocated their money and time. The difference is about the sexual orientation which is resemble to the same gender relationship.

Based on the fact, researcher suggest for all informant to the more pay attention. To their life style the have risk life style for health, aspecially physical health, psychological intercourse with the same gender or the opposite gender to be always use condom to avoid all of the risk of disease which can inflict a loss of health.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Homoseksual pertama diciptakan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas dan homoseksualitas telah dimulai sejak zaman Yunani kuno pada diskusi filosofis Symposium Plato dengan teori queer kontemporer. Yang timbul dari sejarah ini setidaknya di Barat adalah ide hukum alam dan beberapa interpretasi hukum yang melarang homoseksual. Referensi hukum alam masih berperan penting dalam perdebatan tentang homoseksual baik dalam agama, politik dan sebagainya. Perubahan sosial yang paling signifikan melibatkan homoseksualitas adalah munculnya gerakan pembebasan gay di Barat. Sebuah isu sentral yang diangkat dari teori queer adalah apakah homoseksualitas, heteroseksualitas ataupun biseksualitas secara sosial muncul semata-mata didorong oleh kekuatan biologis (Stanford, 2006).

(16)

dalam serangkaian karyanya untuk menganalisis sejarah seksualitas dari Yunani kuno sampai era modern ( 1980, 1985, 1986). Tetapi karya ini terhenti oleh kematiannya pada tahun 1984, Michel Foucault mendapatkan pengertian tentang seksualitas dapat berbeda dalam ruang dan waktu serta argumennya ini terbukti sangat berpengaruh dalam teori gay dan lesbian pada umumnya dan teori queer pada khususnya. Salah satu alasan dalam melakukan penelitiannya untuk memberikan bantuan pemahaman yang menyatakan bahwa seksualitas itu terbentuk dari dasar sosial yang terbentuk secara alami (Stanford, 2006).

Pada zaman yunani kuno jenis kelamin seorang pasangan itu tidaklah penting tapi lebih berat kepada peran aktif atau pasif. Sedangkan pada abad pertengahan sodomi adalah orang yang menyerah pada godaan dalam beberapa tindakan seks. Dengan munculnya seksualitas di era modern seseorang ditempatkan dalam kategori tertentu yaitu kedua pasangan tidak bertindak atas kecenderungan baik yang aktif maupun yang pasif. Maka dari itu pemahaman seksualitas tidak dapat ditinjau dari segi natural, semua pemahaman seksualitas dibangun dan dimediasi oleh pemahaman budaya. Akibatnya kaum homoseksual gay ataupun lesbian pada saat ini menganggap diri mereka itu normal dikarenakan mereka menganggap apa yang terjadi pada diri mereka merupakan perkembangan sosial semata (Stanford, 2006).

(17)

homoseksual hingga saat ini masih menjadi kontroversi. Sebagian menganggap homoseksual sebagai kelainan sedangkan ada yang menganggap sebagai trend atau gaya hidup. Ada dua istilah terdapat pada orang yang mempunyai kecenderungan homoseksual yaitu lesbian dan gay dan sangat terkenal di lingkungan masyarakat. Lesbian merupakan istilah yang menggambarkan seorang perempuan yang secara emosi dan fisik tertarik dengan sesama perempuan, sedangkan gay merupakan suatu suatu istilah yang menggambarkan laki-laki ataupun perempuan yang secara fisik dan emosi tertarik pada orang yang berjenis kelamin sama. Untuk istilah gay biasanya ditujukan pada kaum laki-laki saja (Hastaning, 2008).

Pertemanan menuju perbuatan dan permainan seksual sebenarnya merupakan hal yang wajar pada usia remaja. Kematangan seksual tidak selalu sejajar dengan pertambahan usia. Faktor hormonal termasuk yang mempengaruhi seseorang berperilaku seksual sebagai lesbian maupun gay.. kondisi hormon ini tidak dapat dilihat secara kasat mata, hanya kaum mereka yang tahu dan dapat merasakannya. Lesbian dan gay ini terjadi karena ada hormon yang mempengaruhi yaitu feromon, dan mereka tahu ciri khusus mana seorang lesbi atau gay, hal ini dapat terlihat dari jalannya, bibirnya atau yang lainnya. Ada yang berpendapat bahwa homoseksualitas adalah suatu pilihan hidup yang dibuat-buat sementara sebagian kalangan menganggap salah satu penyebab seseorang menjadi gay atau lesbi karena masalah psikis. Tapi kebanyakan faktor lingkungan mempengaruhi seseorang untuk menjadi gayatau lesbi (Hastaning, 2008).

(18)

membuat seseorang dapat menjadi homoseksual serta faktor lingkungan (konstruksi sosial) sangat mempengaruhi perkembangan seorang anak, termasuk pembentukan atau pemilihan orientasi seksualnya, misalnya bagaimana orang tua mengasuh anak, hubungan antar keluarga, lingkungan pergaulan dan pertemanan. Namun faktor-faktor ini masih perlu dipertanyakan kembali karena ada banyak bukti anak-anak dari keluarga harmonis dan bahagia yang tumbuh secara normal tanpa trauma seksualitas ternyata juga menjadi penyuka sesama jenis. Faktor coba-coba melakukan hubungan dengan sesama jenis, penasaran, mendapatkan attachment dari si sesama jenis dan merasa nyaman dengannya. Atau bisa saja karena interaksi berbagai faktor yaitu faktor lingkungan (sosiokultural), biologis, dan faktor pribadi/personal (psikologis). Jadi banyak faktor penyebab, dan harus ditelaah dulu lebih lanjut, apa yang menyebabkan individu tersebut menjadi homoseksual (Clara, 2008).

(19)

menunjukkan seorang pria yang mempunyai perilaku menyimpang dan bersikap seperti perempuan (Amelia, 2010).

Ditahun yang sama berlangsung huru-hara Stonewall ketika kaum waria dan gay melawan represi polisi yang khususnya terjadi pada sebuah bar. Perlawanan ini merupakan langkah awal dari waria dan gay dalam mempublikasikan keberadaan mereka. Munculnya gejala penyakit baru yang kemudian dinamakan AIDS. Penyakit ini pertama kali ditemukan di kalangan gay di kota kota besar Amerika Serikat, Kemudian ternyata diketahui bahwa HIV adalah virus penyebab AIDS. Penularan HIV / AIDS pertama kali ditularkan melalui hubungan seks anal antara laki laki. Pada tahun 1982 muncullah Organisasi gay terbuka, yang merupakan organisasi Gay terbuka yang pertama di Indonesia, setelah itu diikuti dengan organisasi lainnya seperti Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) (Indonesian Gay Society (IGS)), dan GAYA NUSANTARA (GN) (Surabaya). Setelah banyaknya kemunculan-kemunculan tersebut, organisasi gaymulai menjamur diberbagai kota besar seperti di Jakarta, Pekanbaru, Bandung dan Denpasar, Malang dan Ujung padang. Tentunya hal ini cukup meresahkan dan mengkhawatirkan masyarakat terutama organisasi-organisasi Islam di Indonesia (Amelia, 2010).

(20)

yang timbul dari pola asuh orang tua dalam keluarga, namun lebih kepada faktor lingkungan yang mendorong seseorang untuk berperilaku homoseksual. Dalam lima tahun belakangan ini faktor lingkungan sosial lebih mempengaruhi perilaku homoseksual mulai dari karir atau pekerjaan, komunitas orang yang bergabung dalam klub-klub tertentu serta dengan diikuti kejadian-kejadian yang membuat traumatik seseorang (Chaerunnisa, 2008).

Pengalaman-pengalaman traumatis seperti ini kerap kali gagal dalam berhubungan dengan lawan jenis atau gangguan psikodinamika yaitu gangguan psikoseksual pada masa anak-anak (kerap disodomi) dapat memicu seseorang untuk disorientasi seksual. Jika pada tahun 1980-an, perilaku homoseksual itu masih masuk pada perilaku penyimpangan seksual. Namun dari tahun 2000-an, homoseksual telah masuk pada gaya hidup (lifestyle). Hal ini sudah banyak terdapat di kota-kota besar di Indonesia kaum homoseksual itu sudah terang-terangan memunculkan identitasnya dan melakukan kegiatan-kegiatan rutin.

(21)

adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu (Anonim, 2010).

Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seorang homoseksual yang memiliki orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antar sesama jenis, bahkan sampai melakukan hubungan seksual. Kaum homoseksual biasanya memiliki perkumpulan di tempat-tempat tertentu yang sudah disepakati mereka, perkumpulan ini biasa disebut arisan kaum homoseksual, sedangkan kegiatan lain yang dilakukan kaum homoseksual adalah pergi ketempat olah raga untuk membentuk tubuh, karena homoseksual ini sangat peduli dengan penampilan. Kaum homoseksual ini juga sangat dekat dengan kegiatan hura-hura dimana mereka berpesta dengan sesama kaum homoseks, hura-hura ini juga disertai dengan minuman keras sehingga hal ini akhirnya membawa mereka melakukan hubungan seksual melalui anus, dan hal ini sering mereka lakukan dengan memakai alat pelumas untuk menghindari perlukaan didaerah anus. Selain alat pelumas kaum homoseksual juga selalu memakai kondom untuk menghindari Penyakit Menular Seksual (PMS) diataranya HIV, AIDS, Hepatitis, Sifilis, Gonorheae, Herpes dan masih banyak lagi jenis penyakit menular lainnya (Anonim, 2010).

(22)

New England Journal of Medicine menemukan hubungan yang kuat antara kanker dubur dan homoseksual laki-laki. Hubungan melalui dubur ini dapat merusak anus sehingga membuka pembuluh darah dimana akan menjadi tempat masuknya virus HIV. Studi lain menemukan 80% dari penderita sifilis adalah homoseksual dan sepertiga dari homoseksual tersebut terinfeksi dengan herpes simpleks aktif. Klamidia menginfeksi 15% kaum homoseksual, sejumlah parasit, bakteri, virus dan protozoa juga menyerang kaum homoseksual. Untuk penyakit parasit sebanyak 32% menimpa kaum homoseksual sedangkan giardiasis sebanyak 14%. Sementara itu sebanyak 14% kaum homoseksual terserang gonorheae. Pada tahun 1997 di New York menemukan 50% homoseksual kemungkinan terkena HIV pada usia pertengahan dimana banyak homoseksual telah meninggal diakibatkan melakukan hubungan seksual tanpa kondom dan homoseksual yang terkena penyakit gonorheae meningkat menjadi 74% (Anonim, 2010).

(23)

Dengan meningkatnya pola hidup menyimpang yang biasa disebut dengan perilaku seks beresiko di Indonesia, tidak hanya terbatas pada kelompok heteroseksual, tetapi juga pada kelompok lelaki yang suka dengan lelaki, diantaranya waria penjaja seks, lelaki penjaja seks dan gay. Perilaku seks kaum lelaki jauh lebih kompleks daripada wanita, dimana dapat dilihat bahwa lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki, dengan perempuan, atau dengan waria. Di kota-kota besar di Indonesia tumbuh jasa seks yang dilakukan oleh kaum waria dan juga kaum lelaki yang sama-sama melayani pelanggan lelaki. Untuk kelompok waria saja telah mengalami peningkatan yang cukup tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu dari 6% (1997) meningkat menjadi (21,7%). Peningkatan tajam tersebut dapat juga terjadi pada kelompok lain yang sering melakukan seks anal tanpa pelindung. Diperkirakan saat ini ada sekitar 1,2 juta (600 ribu 1,7 juta) kelompok gay, sekitar 8-15 ribu waria dan sekitar 2500 lelaki penjaja seks (Depkes, 2002).

Dari hasil studi perilaku dan survey serologis pada kelompok-kelompok lelaki suka seks lelaki menunjukkan perilaku seks berisiko, yaitu seks anal tanpa menggunakan kondom dan pelumas. Pelumas digunakan pada seks anal agar menghindari perlukaan yang memudahkan terjadi penularan penyakit. Sementara dampak yang timbul dari perilaku seks beresiko itu sendiri dapat dilihat dari kejadian HIV dan riwayat infeksi menular seksual (IMS) yang cukup tinggi. Seperti halnya diketahui bahwa adanya IMS dapat mempermudah penularan HIV (Depkes, 2002).

(24)

data perilaku dari LSL di enam kota (Medan, Batam, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Malang) dan data biologis di tiga kota yaitu Jakarta, Bandung dan Surabaya. Diperkirakan terdapat antara 384.320 dan 1.149.270 LSL (rata-rata 776.800) di Indonesia pada tahun 2006. Angka IMS sangat tinggi pada LSL di Jakarta, Bandung dan Surabaya terutama pada yang aktif dalam melakukan tindakan seks komersil. Diperkirakan antara 29% - 34% LSL. Sementara itu prevalensi IMS rektal dijumpai cukup tinggi dan merupakan indikasi frekuensi seks anal tanpa kondom. Prevalensi ureteral dijumpai lebih rendah, berkisar dari 5% - 8%. Untuk angka prevalensi HIV pada LSL berkisar dari 8,1% dan 2% (Anonim, 2010).

Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sendiri sudah dikatakan kota metropolitan dimana dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak tidak jauh dari gaya hidup menyimpang dan perilaku seksual yang menyimpang atau beresiko. Berdasarkan data yang didapat, diperkirakan jumlah gay di kota Medan berjumlah 2.721 orang, di Serdang Bedagai berjumlah 360 orang gay dan di Deli Serdang berjumlah 512 orang gay. Sementara itu untuk jumlah waria di kota Medan didapat sebanyak 1.113 orang, dan waria tersebut dalam proses edukasi serta penyadaran akan bahaya virus HIV/AIDS.

(25)

kondom yang masih sangat rendah, yaitu 19.2% pada seks reseptif dan 22.4% pada seks insertif. (Surveilans Perilaku Beresiko Tertular HIV Wilayah Medan dan NAD 2008)

Kenyataan ini menunjukkan bahwa gaya hidup homoseksual (gay) dengan perilaku berisiko pada kelompok gay, selama ini belum banyak terjangkau oleh program perubahan perilaku dan pelayanan kesehatan lainnya agar penularan HIV diharapkan tidak meluas seperti pada kelompok lainnya. Hal inilah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup (life style) beresiko di kalangan kaum homoseksual (gay) dan belum adanya data yang mengeksplorasi tentang kehidupan seksual kaum homoseksual (gay)yang ada di kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gaya hidup (life style) beresiko di kalangan kaum homoseksual(gay)di kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran gaya hidup (life style) beresiko di kalangan kaum homoseksual(gay)di kota Medan tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

(26)

2. Untuk mengetahui gambaran minat dan pendapat dalam membelanjakan uang dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam kehidupan sehari-hari yang beresiko terhadap kesehatan di kalangan kaum homoseksual (gay)di kota Medan tahun 2011.

3. Untuk mengetahui gambaran orientasi seksual yang beresiko terhadap kesehatan dikalangan kaum homoseksual(gay)di kota Medan tahun 2011. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada lembaga-lembaga terkait yang membutuhkan informasi tentang gambaran gaya hidup (life style)beresiko di kalangan kaum homoseksual(gay).

2. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Hidup(Life Style)

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya Sedangkan menurut Assael (1984), gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2002). Sedangkan menurut Assael (1984), gaya hidup adalah A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions) . Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.

(28)

Pola pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi pola perilakunya. Harus disadari bahwa tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang sama dan cocok yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja, menciptakan berbagai gaya dan kondisi kehidupan lebih menarik, dapat diterapkan dan diterima (Ari, 2010).

(29)

mereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memfilter mode dari orang barat tersebut, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka sendiri(Siti Nurhasanah, 2009).

Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seorang homoseksual yang memiliki orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antar sesama jenis, bahkan sampai melakukan hubungan seksual, seperti kaum homoseksual biasanya memiliki perkumpulan di tempat-tempat tertentu yang sudah disepakati mereka, perkumpulan ini biasa disebut arisan kaum homoseksual, sedangkan kegiatan lain yang dilakukan kaum homoseksual adalah pergi ketempat olah raga untuk membentuk tubuh, karena homoseksual ini sangat peduli dengan penampilan. Kaum homoseksual ini juga sangat dekat dengan kegiatan hura-hura dimana mereka berpesta dengan sesama kaum homoseks, hura-hura ini juga disertai dengan minuman keras sehingga hal ini akhirnya membawa mereka melakukan hubungan seksual melalui anus, dan hal ini sering mereka lakukan dengan memakai alat pelumas untuk menghindari perlukaan didaerah anus. Selain alat pelumas kaum homoseksual juga selalu memakai kondom untuk menghindari Penyakit Menular Seksual (PMS) diataranya HIV, AIDS, Hepatitis, Sifilis, Gonorheae, Herpes dan masih banyak lagi jenis penyakit menular lainnya.

2.2 Perbedaan Gaya HidupGaydengan Gaya Hidup Waria

(30)

tepatnya mereka pada dasarnya serupa tapi tak sama. Diatas saya sebutkan hal ini fenomena karena memang situasi dan gaya hidup serta orientasi seks mereka yang tidak sejalan dengan hakikat penciptaan manusia yang ditakdirkan berpasang-pasangan antara Pria dan Wanita.

Homoseksual sebagai orientasi seksual antar sejenis ini pada dasarnya tidak luput juga dari nilai hakiki manusia yang saling berpasangan, karena dalam homoseksual pun golongan ini terbagi menjadi 2 (dua) peran walaupun sejenis. Dalam pasangan homoseksual ada pihak yang berlaku sebagai seorang wanita dan ada yang berlaku sebagai lelakinya juga, hal ini ditandai dengan tampilan fisik dan gerak-gerik yang agak mencolok diantara keduanya. Itulah sebabnya kita melihat ada waria besarta pernak-perniknya dan para pria gay yang sangat sulit untuk ditebak orientasi seksnya, karena tampilannya nyaris sebagaimana pria pada umumnya, namun ada beberapa ciri yang menyimbolkan dirinya, sebagaimana dibawah ini, namun tanpa bermaksud menggeneralisir, secara umum tampilan-tampilan fisik inilah yang kadang menggambarkan diri mereka, sebagai berikut :

2.2.1 Ciri-ciri seorangGay

a. Sebagian besar para gay secara fisik merupakan sosok-sosok pria dengan ketampanan diatas rata-rata pria pada umumnya, bahkan tampil cenderung macho dan gagah.

(31)

melakukan tindik sebaiknya dipertimbangkan kembali agar jangan sampai salah memberikan simbol.

c. Sebagian dari mereka cenderung menyukai memakai perhiasan seperti kalung (biasanya kalung emas baik kuning maupun emas putih) layaknya seorang lelaki metroseksual.

d. Sebagian besar gay, secara sifat adalah jenis lelaki yang sopan santun, terkesan sangat rapi namun tetap menampilkan kesan feminisme dalam gerak-geriknya, tapi sebagian lagi sangat tidak kentara ketika berinteraksi.

e. Sebagian besar gay, termasuk jenis pria-pria yang sensitif dan dalam kehidupan sehari-hari cukup supel dalam pergaulan, namun mereka sangat perfeksionis dalam bidangnya.

f. Sebagian besar pria gay biasanya berkarier dibidang-bidang seperti artis, penyanyi, desainer, penata rambut bahkan para model, namun secara garis besarnya mereka pada umumnya bergiat dibidang yang membutuhkan detil dengan perasaaan dengan tingkat perfeksionisme yang tinggi.

2.2.2 Ciri-ciri Seorang Waria dan Bedanya dengan Seorang PriaGay

a. Dari sudut penampilan hampir semua waria cenderung bergaya layaknya seorang wanita baik dari sisi pakaian maupun aksesoris serta pernak - pernik yang dikenakannya, penampilan inilah perbedaan yang paling mencolok antara seorang waria dengan seorang priagay.

(32)

saja berapa banyak waria yang operasi payudara bahkan kelaminnya untuk merubah diri menjadi seorang wanita sejati, sedang para priagaycenderung tetap mempertahankan kondisi fisiknya.

c. Gerak-gerik dan intonasi dialeknya ketika berkomunikasi pun sangat kentara walau terdengar aneh dan menggelikan dengan getaran volume antara wanita dan pria. Sedang para pria gay mampu agak menyamarkan intonasi ini walaupun secara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang jeli melihat dan mendengarkan intonasinya.

d. Sebagian para waria, cenderung lebih sensitif dan posesif dari para wanita pada umumnya. Sehingga banyak kasus para waria bahkan rela membunuh pasangan warianya yang ketahuan berselingkuh.

e. Sebagian besar waria berkarir dibidang hiburan, penata rambut, perias, penata artistik bahkan sebagian lagi jika malam hari ada yang bergiat dibidang jasa layanan seks bagi pria-priagayyang tidak memiliki pasangan tetap. Ini salah satu yang membedakan gay dengan waria karena biasanya gay lebih memilih menjalin hubungan tetap dengan sejenisnya.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup(Life Style)

(33)

berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :

a. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

b. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

c. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

d. Konsep diri

(34)

sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of referenceyang menjadi awal perilaku.

e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestisemerupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestiseitu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

f. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :

1. Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

(35)

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

3. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama.

Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak- haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan dalam kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

(36)

motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

2.4 Teori Gaya Hidup(Life Style Theory)

Teori gaya hidup adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda diantara beberapa gaya hidup itu telah memaparkan bahwa banyak orang yang memiliki resiko daripada gaya hidup lainnya. Teori gaya hidup ini dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson dan Garafalo yang berarti berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan terhadap resiko-resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu.

(37)

2.5 Sejarah Homoseksual(Gay)

Seksualitas mengandung makna yang sangat luas karena menyangkut aspek kehidupan yang menyeluruh, terkait dengan jenis kelamin biologis maupun sosial (gender), orientasi seksual, identitas gender dan perilaku seksual. Seksualitas adalah sebuah proses sosial yang menciptakan dan mengarahkan hasrat atau birahi manusia (the socially constructed expression of erotic desire), dan dalam realitas sosial, seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik, agama dan spiritual (Siti Musdah Mulia dalam www.nusantara-online.com). Seksualitas sejatinya merupakan hal yang positif, selalu berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya. Sayangnya, masyarakat umumnya masih melihat seksualitas sebagai hal yang negatif, sehingga tidak pantas atau tabu dibicarakan. Studi tentang seksualitas memperkenalkan tiga terminologi penting menyangkut seksualitas manusia, yaitu : identitas gender, orientasi seksual dan perilaku seksual.

(38)

kelamin laki-laki dan istilah lesbian mengacu pada jenis kelamin perempuan (Hartanto, 2006).

Komunitas gay dipandang rentan terhadap penularan PMS dan HIV/AIDS. Mengingat perilaku seksual komunitas gay yang cenderung bebas dan berganti ganti pasangan serta rendahnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur 18-29 tahun sebanyak 45% telah menjadi mitra seksual dan ditemukan 9% diantaranya positif HIV/AIDS (Hirshfield dkk, 2003). PMS menjadi sangat serius, karena dapat menyerang dalam cakupan luas ke seluruh penjuru dunia. PMS juga dapat dengan mudah menyebar dari satu orang kepada orang lain. PMS yang dapat menularkan pada komunitas homoseksual adalah Gonorhoe, Sipilis, dan Harpes kelamin. Tetapi yang paling besar diantaranya adalah HIV/AIDS, karena mengakibatkan kematian pada penderitanya, karena AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik (Zohra dan Raharjo, 1999).

(39)

menunjukkan bahwa hubungan anak laki-laki dan laki-laki lain di negara Peru dengan angka 10 - 60%, di Brazil 5 - 13%, di Amerika 10 - 14%, di Botzwana 15%, dan di Thailand 6-16%. Beberapa laki-laki menyadari bahwa dirinya Homoseksual atau Gay. Mereka melakukan hubungan seksual jangka panjang dengan wanita dan kadang-kadang melakukan hubungan seks dengan pria dan sering tanpa diketahui pasangan wanitanya. Dalam kasus ini, hubungan seks mungkin dilakukan antara pria, karena memang hanya pria saja yang tersedia sebagai pasangan seks (Triningsih, 2006).

Perilaku homoseksual sudah dikenal manusia sejak zaman Nabi Luth as, yaitu kaum Sodom dan Gomorah. Hingga kini keberadaannya tetap ada, bahkan Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa (seperti: Belanda dan Denmark) justru telah mensahkan perkawinan sejenis. Homoseksual terdiri dari: pertama, gay yaitu laki-laki yang menyukai laki-laki. Kedua, lesbian, yaitu wanita yang menyukai wanita. Ketiga, waria, yaitu laki-laki yang merasa dirinya wanita dan tertarik hanya kepada laki-laki. Adapun pola hubungan seksnya antara lain:fellatio, cunillingus dan anal.

Upaya ilmuwan menguak tabir homoseksual pernah dilakukan. Pada tahun 1991, ilmuwan dari California melaporkan hasil CT scaning (penyinaran) terhadap otak pria gay dan pria normal. Yang ternyata berbeda. Kemudian tahun 1993, ilmuwan dari National Institut of Health (N,I,H) di Marylnd Amerika menemukan adanya unsur DNA pada kromosom X yang menentukan orientasi seksual seseorang.

(40)

dalam botol. Hasilnya menunjukkan, lalat betina cenderung berada pada bagian atas dan bawah botol. Sedangkan lalat jantan hanya berada pada bagian tengah dan membentuk ikatan rantai (bergerombol). Yang menakjubkan, lalat jantan ternyata berperilakugay, sedangkan lalat betina tetap normal.

Laporan yang ditulis dalam U.S National Academy Of Science tahun 1995 ini lantas menjadi rujukan sejumlah ilmuwan bahwa perilaku homoseksual memiliki asal usul genetik atau sifat alami (natural), sama seperti warna kulit, rambut, mata dan lain-lain. Namun demikian, hasil riset itu masih menyisakan pertanyaan, mengapa lalat jantan itu berperilaku gay, sedangkan lalat betina tetap normal. Dalam eksperimen berikutnya malah menunjukan bahwa lalat jantan mampu membuahi lalat betina.

2.6 Pengertian Homoseksual(Gay)

Homoseksual adalah perasaan tertarik, kasih sayang dan hubungan emosional atau secara erotis terhadap orang yang berjenis kelamin sama, dengan tanpa hubungan fisik. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim atau hubungan seksual diantara orang-orang berjenis kelamin yang sama, sehingga tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai gayatau lesbian.

(41)

Menurut Kartono (1989), Homoseksualitas adalah relasi seks dengan jenis kelamin yang sama atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama. Banyak teori-teori yang menjelaskan sebab-sebab homoseksualitas diantaranya adalah : a. Faktor herediter berupa tidak seimbangnya hormon-hormon seks

b. Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual yang normal

c. Seseorang yang mencari kepuasan relasi homoseks, karena pengalaman homoseksual pada remaja

d. Pengalaman traumatis dengan ibunya sehingga timbul kebencian atau antisipasi terhadap ibunya dan semua wanita.

2.7 Sikap dan Tingkah Laku Homoseksual(Gay)

Kebanyakan individu berfikir bahwa tingkah laku heteroseksual dan homoseksual adalah pola yang berbeda dan dapat mudah didefenisikan. Kenyataannya, kecenderungan akan pasangan seksual dari jenis kelamin yang sama tidaklah selalu merupakan keputusan yang tetap dapat dibuat sekali dan mengikat untuk selamanya. Sebagai contoh, tidaklah jarang bagi seorang individu, terutama laki-laki untuk melakukan eksperimen homoseksual dimasa remaja, namun tidak melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa. Sementara beberapa individu melakukan tingkah laku heteroseksual dimasa remaja, namun kemudian melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa (Halonen dan Santrock, 1996).

(42)

Selama beberapa dekade terakhir ini, sikap terhadap homoseksual ini menjadi lebih permisif. Sejak tahun 1986, sebuah jejak pendapat yang dilakukan oleh Gallup mulai mengenali adanya pergeseran konservatif dan oleh kesadaran publik akan penyakit AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome). Peningkatan jalur keras terhadap homoseksual ini mungkin saja bersifat sementara. Jejak pendapat tahun 1989 Gallop sekali lagi menunjukkan adanya peningkatan toleransi terhadap hak-hak bagi kaum gay. Individu yang memiliki sifat negatif terhadap homoseksual juga cenderung menyetujui pengawasan AIDS secara ketat, misalnya dengan mengeluarkan penderita AIDS dari tempat kerja.

(43)

pengenalan diri seperti ini sangat berakar dimasyarakat, tanpa dukungan yang memadai dan rasa takut menjadi tercela, banyak gay yang menutup diri mereka dan kemudian muncul kembali pada suatu saat yang lebih aman biasanya ketika mereka kuliah (Gruskin, 1994).

2.8 Jenis Homoseksual(Gay)

Menurut Coleman, dkk (1980) dalam Supraptiknya (1990) menggolongkan homoseksualitas ke dalam beberapa jenis yakni :

a. Homoseksual tulen yaitu gambaran streotiptik popular tentang laki-laki yang keperempuan-perempuanan atau sebaliknya perempuan yang kelelaki-lakian. b. Homoseksual malu-malu yaitu kaum lelaki yang suka mendatangi kamar mandi

yang tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan antarpersonal.

c. Homoseksual tersembunyi yaitu kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dengan menyembunyikan homoseksualitas mereka.

d. Homoseksual situasional yaitu kelompok yang dapat mendorong orang mempraktikkan homoseksualitasnya tanpa disertai komitmen yang mendalam. e. Biseksual yaitu orang yang mempraktikkan baik homoseksualitas maupun

heteroseksualitas sekaligus.

(44)

2.9 Perilaku Seksual

Perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. (Wahyudi, 2000). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan lain sebagainya.

Perilaku seksual terdiri atas dua yakni hubungan seksual (intercourse) dan selain hubungan seksual (non intercourse).Perilaku seksual selain hubungan seksual (non intercourse)diantaranya seperti berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dan masturbasi. Sedangkan yang termasuk hubungan seksual (intercourse)yakni :

1. Orogenital

Merupakan hubungan seksual dengan melakukan rangsangan melalui mulut pada organ seks pasangannya. Orogenitaldisebut juga oral seks yang berarti hubungan seksual secara oral (mulut) dengan alat kelamin. Jika yang melakukan oral seks adalah laki-laki, sebutannya cunnilingus. Sedangkan jika yang melakukan oral seks adalah perempuan maka sebutannyafellatio.

2. Anogenital

(45)

seksual seperti ini sangat berbahaya karena anus mengandung banyak bakteri sumber penyakit.

3. Genitogenital

Merupakan hubungan seksual yang dilakukan antara kelamin dengan kelamin yaitu hubungan seksual yang memasukkan penis ke dalam vagina atau hubungan seksual secara vaginal. Hubungan seksual ini tidak akan menimbulkan rasa ketakutan terhadap penyakit menular seksual, resiko hamil diluar nikah, ataupun berdosa bila dilakukan dengan benar menurut etika, moral dan agama yaitu jika dilakukan melalui sebuah ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi dengan rasa cinta.

2.10 Perilaku Seksual Beresiko

Perilaku seksual pada manusia dapat diartikan sebagai aktivitas yang kompleks dan tidak hanya terbatas pada melepaskan ketegangan melalui orgasme. Secara garis besar perilaku seks dapat dikelompokkan menjadi perilaku yang normal dan perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang normal memiliki makna perilaku yang tidak merugikan diri sendiri dan dilakukan kepada lawan jenis dan diakui masyarakat. Perilaku seksual yang menyimpang menurut Hawkins dalam Kaplan (1997) memiliki makna sebagai perilaku seksual yang cenderung destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain (Hartanto, 2006).

(46)

sperma. Hubungan seks tanpa menggunakan kondom merupakan perilaku seks tidak aman dari penularan penyakit menular seksual.

Penelitian menunjukkan (Dalam Triningsih, 2006) bahwa perilaku seksual padagaydapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:

1. Perilaku oral genital, memeluk, dan mencium. 2. Seks anal.

3. Tindakan alternative seperti fisting (berupa tangan tapi bukan mengepal, dimasukkan kedalam rektum).

2.11 Penyakit Menular Seksual (PMS) yang Beresiko terhadap KaumGay PMS atauSeksually Transmitted Diseaseadalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. PMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Harpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS, karena dapat mengakibatkan kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik (Zohra dan Raharjo, 1999).

Dianawati (2003) menyatakan bahwa masalah-masalah PMS yang sering timbul adalah:

1. Gonorhoe

(47)

2. Sifilis

Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (Misalnya: baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut.

3. AIDS

Sebuah singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndrom artinya suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada dasarnya setiap orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari berbagai serangan seperti virus, kuman, dan penyakit lainnya.

4. HIV

Singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.

Salah satu resiko melakukan hubungan seksual adalah kemungkinan untuk terkena PMS. Faktor risiko tersebut meliputi, tanpa penggunaan pengaman dalam berhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan. Menurut Davison (2004) dalam Hartanto (2006) bahwa Perilaku homoseksual atau gay dapat berawal pada masa kanak-kanak, karena gangguan perkembangan seksual seseorang ditambah dengan pengaruh orang tua yang tidak baik.

(48)

Menurut Kalina dkk (2009) menyatakan bahwa perilaku seksual yang beresiko mempunyai 2 faktor yaitu:

1. Faktor Psikologi

Keadaan kejiwaan seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan perilaku seksual sehingga sebagai variasi dalam berhubungan seksual misalnya bermabuk-mabukan, merokok yang merupakan suatu bentuk variasi sebelum melakukan hubungan seksual.

2. Faktor Perilaku

Suatu bentuk tindakan yang dipengaruhi oleh faktor psikologi seseorang yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan keadaan kesehatan. Misalnya melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom/pil kontrasepsi.

Beberapa penelitian tentang perilaku seksual yang berisiko terhadap PMS antara lain:

a. Menurut hasil penelitian Kalian dkk (2009) menyatakan bahwa sebanyak 62% dari siswa Slovak mempunyai pengalaman dalam berhubungan seksual, selain itu sebanyak 81% dari wanita dan 71% pada laki-laki tidak menggunakan kondom dalam berhubungan seksual. Perilaku tersebut sangat berisiko terhadap penularan penyakit seksual dan tidak ada faktor lain yang berhubungan dalam penggunaan kondom.

(49)

PMS tidak terlepas dari kaitannya dengan perilaku risiko tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang terkenasifilismelakukan hubungan seks rata-rata sebanyak 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal-usulnya, sedangkan orang yang terkena gonorhoe melakukan hubungan seks dengan rata-rata 4 pasangan seksual.

c. Menurut hasil penelitian Suswardana dkk (2007) menyatakan bahwa sebanyak 24,5% pada komunitas waria di Yogyakarta positif HIV, 16, 3% menderita Sifilis dan 6,12% menderita Kondiloma Akuminata. Faktor risiko terhadap prevalensi HIV pada komunitas waria di Yogyakarta dipengaruhi lebih dari 5 pasangan seks tiap minggu, rendahnya konsistensi dalam pemakaian kondom serta rata-rata telah menjadi waria lebih dari 10 tahun.

(50)

2.13 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Kerangka pikir yang tertera diatas sesuai dengan teori gaya hidup yang dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson, Garafalo dan Kennedy, Forde (1990) serta Sampson dan Wooldredge (1987) terlihat bahwa karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan dan ras) akan mempengaruhi rutinitas atau pola hidup. Kelompok beresiko (lingkungan) dan rutinitas atau pola hidup ini akan mempengaruhi pertahanan diri yang lemah sehingga pertahanan diri yang lemah akan mempengaruhi timbulnya yaitu gaya hidup homoseksual (gay) yang sejalan dengan perilaku menyimpang.

Alasan penggunaan teori gaya hidup yang dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson, Garafalo dan Kennedy, Forde (1990) serta Sampson dan Wooldredge (1987) karena :

Karakteristik : - Umur

- Jenis Kelamin - Pendidikan

- Status Perkawinan - Pendapatan - Ras

Kelompok Beresiko : - Lingkungan

Rutinitas atau Pola Hidup

Pertahanan Diri yang

Lemah

GAYA HIDUP BERESIKO HOMOSEKSUAL

(51)

1. Teori ini memang berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview). 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan, dengan alasan :

1. Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sendiri sudah dikatakan kota metropolitan dimana dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak dan tidak jauh dari gaya hidup yang sejalan dengan perilaku seksual yang menyimpang atau beresiko

2. Berdasarkan data regional dan data dari suveilans perilaku seksual beresiko di Sumatera Utara dan NAD, di kota Medan banyak terdapat homoseksual (gay) yang memiliki gaya hidup yang menyimpang

3. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena informan yang didapat adalah homoseksual(gay)yang ada di kota Medan.

3.2.2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011. 3.3. Pemilihan Informan

(53)

yang diambil peneliti adalah seorang homoseksual (gay) yang sudah dikenal oleh peneliti, kemudian dari informan ini peneliti meminta rekomendasi untuk diperkenalkan dengan homoseksual (gay)yang lainnya.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah disusun, seluruh informan diwawancarai pada tempat dan waktu yang terpisah. Peneliti menggunakan alat bantu tulis dan tape recorder. Seluruh wawancara dilakukan di rumah masing-masing informan dengan terlebih dahulu menyesuaikan waktu dengan informan agar tidak menganggu aktivitas informan.

Hari pertama penelitian dilakukan pada hari Rabu tanggal 26 Januari 2011. peneliti memulai penelitian dengan menyelesaikan terlebih dahulu segala administrasi demi kelancaran penelitian, dimulai dengan surat izin melakukan penelitian di kota Medan. Setelah mengurus administrasi yang diperlukan, peneliti langsung menghubungi informan pertama, peneliti meminta izin untuk melakukan wawancara yang sebenarnya sudah disepakati pada saat melakukan survey pendahuluan. Wawancara berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.

(54)

yang belum selesai, maka wawancara diganti pada hari yang sama yaitu malam hari dan wawancara berlangsung dengan lancar. Selanjutnya, peneliti menghubungi informan yang kelima untuk diwawancarai dan informan bersedia karena kegiatannya tidak terlalu padat dan wawancara berjalan dengan lancar. Kemuadian peneliti menghubungi informan selanjutnya dan informan bersedia untuk diwawancarai. Setelah mewawancarai informan yang keenam, peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian karena informasi yang didapat sudah mencukupi dan tidak ada informasi yang baru lagi didapatkan.

Defenisi Istilah

1. Karakteristik informan :

a. Umur adalah lama hidup informan yang dihitung melalui ulang tahun terakhir informan dalam tahun pada saat penelitian dilakukan

b. Jenis Kelamin adalah kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan

c. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh informan

d. Status Perkawinan adalah tanda dari informan apakah sudah memiliki ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri e. Pendapatan adalah besarnya penghasilan atau masukan informan secara rutin

tiap bulannya dari hasil bekerja

f. Ras adalah suatu kelompok informan (masyarakat) yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama.

(55)

3. Pertahanan diri yang lemah adalah informan yang mudah terpengaruh oleh lingkungan yang menyimpang

4. Kelompok Beresiko :

a. Lingkungan adalah tempat dimana informan tinggal dan tempat dimana informan melakukan rutinitas sehari-hari

5. Gaya Hidup adalah pola hidup informan yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uang dan bagaimana mengalokasikan waktu.

3.6. Metode Analisa Data

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara yang merupakan salah satu pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan. Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 Km² secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.

4.1.2. Gambaran Demografis

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2010 berdasarkan data kantor statistik Kota Medan adalah : 2.121.053 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 8.001/Km². Daerah terpadat penduduknya adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu 25.844 jiwa/Km² dengan luas wilayah 4,09 Km². Sedangkan Kecamatan Medan Labuhan merupakan daerah yang renggang penduduknya yaitu 2.916 jiwa/Km² dengan luas wilayah 36,67 Km².

4.2. Gambaran Umum Karakteristik Informan

(57)

jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan dan ras (suku) sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1

Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik No Informan Umur

(Thn) KelaminJenis Pendidikan PerkawinanStatus Pendapatan(Rp) SukuRas

1. 1 28 Lk S1 Belum kawin 2.500.000 Jawa

2. 2 33 Lk S1 Belum kawin 2.500.000 Batak

3. 3 25 Lk S1 Belum kawin 3.000.000 Jawa

4. 4 29 Lk S1 Belum kawin 3.500.000 Batak

5. 5 28 Lk S1 Belum kawin 2.000.000 Batak

6. 6 26 Lk SLTA Belum kawin 5.000.000 Jawa

Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa informan berjumlah 6 orang. Informan keseluruhannya berusia produktif dan seluruh informan berjenis kelamin laki-laki. Dari 6 informan terdapat 5 informan yang berpendidikan S1 dan 1 informan berpendidikan SLTA. Dilihat dari segi status perkawinan, seluruh informan berstatus belum kawin sedangkan dari segi pendapatan 2 informan diantaranya berpendapatan Rp. 2.500.000, 1 informan berpendapatan Rp. 2.000.000, 1 informan berpendapatan Rp. 3.000.000, 1 informan berpendapatan Rp. 3.500.000 dan 1 informan berpendapatan Rp. 5.000.000. Sementara jika dilihat dari ras, 4 informan diantaranya bersuku batak dan 2 informan bersuku jawa.

4.3. Gambaran Gaya Hidup (Life Style) di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) di Kota Medan

(58)

(gay), didapatlah hasil pada tabel distribusi pengetahuan / kesadaran diri informan terhadap homoseksual(gay)sebagai berikut :

Tabel 4.2

Distribusi Pengetahuan / Kesadaran Diri Informan terhadap Homoseksual (Gay)

Informan 1 Sebenarnya Aku biseks sadar sejak umur 17 tahun karena pengaruh lingkungan buuukkk,,, ini jujur loch jawabnya yang duluan suka sama aku tu orang lain (sambil mengerutkan kening dan membodoh), jelas dooonnnggg aku yang jadi ceweknya (sambil bergaya sok centil). Dia nembak aku pake peluru cintaaa (sambil tertawa). Aku sech gak gitu kaget waktu dia nembak aku, orang emang dah ada bibit. Aku langsung terimalah. Tapi sekarang aku gak punya pacar (sambil membeyot), macam tak taulah adek awak neeee hhehehe. Ya aku gak tw juga ya yaaaa udah ada bibit donggg makanya bisa terpengaruh lingkungan, kenapa langsung mau, kalo lingkungan nggak mendukung gak mungkin juga kaaaaannnn ..

Informan 2 Mmmmmmhhhh . Gitcu dueecchhh . Hehehehe iya ciiiinnnn . Aku suka sama cowok sejak SMP, pacarannya SMA yang nembak aku duluan ya lekong itu lah . Namanya aku brondong saat itu.. jadi masih malu-malu. Tapi aku sama lekong itu terpaksa, karena aku jumpa di diskotik, sebenarnya aku hanya sekedar suka aja.. tapi yang sebaya ciiinnnn . Aku tepaksa karena mau cari kesenangan aja. Gak tau yaa dari SMP aku sudah

Referensi

Dokumen terkait

gaya hidup lansia yang menderita penyakit hipertensi di Puskesmas Pasar

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara self esteem dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada kaum gay , artinya semakin tinggi self

Temuan penelitian ini menggambarkan bahwa pola atau gaya hidup berkelanjutan masyarakat perkotaan merupakan integralitas antar beberapa aspek yakni Gaya hidup

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan ini dapat disimpulkan bahwa edukasi yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan generasi milenial tentang gaya hidup halal dan

Melihat pengertian diatas mengenai gaya hidup maka dapat dikatakan bahwa gaya hidup yang ditunjukan oleh para vlogger diatas adalah gaya hidup yang hedonis dimana kebiasaan

Mengenai gaya hidup dugem dikalangan mahasiswa kota bandung adalah bagaimana seorang mahasiswa dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dilihat dari pola-pola tidakan

Di era modern ini, fashion menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di minati. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan muda

Aplikasi Freeletics yang didasari kampanye gaya hidup sehat untuk berolahraga selama 45 menit ini, dapat digunakan pada smartphone dengan sistem operasi iOS