• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Gaya Hidup (Life Style) di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Gaya Hidup (Life Style) di Kalangan Kaum Homoseksual (Gay) Tahun 2015"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Hidup (Life Style)

Gaya hidup menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pola

tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup

menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pibadinya, kehidupan

masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari

orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup oleh berbagai ahli sering

di sebut merupakan ciri sebuah dunia modern atau modernitas. Artinya, siapa pun

yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya

hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya

hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain

(Siti Nurhasana, 2009).

Menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan

bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana

mengalokasikan waktu. Gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001) adalah

pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari dinyatakan dalam

kegiatan, minat, dan pendapat yang bersangkutan. Istilah gaya hidup baik dari

sudut pandang individual maupun kolektif, mengandung pengertian bahwa gaya

hidup sebagai cara hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan

pola-pola respons terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup. Cara

sendiri bukan sesuatu yang alamiah, melainkan hal yang di temukan, diadopsi

(2)

mencapai tujuan tertentu. Untuk dapat dikuasai, cara harus diketahui, digunakan

dan dibiasakan (Puji Septriyaningsih, 2012).

Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi

konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan

terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama

menjalani siklus kehidupan

Gaya hidup (Life Style) awalnya diciptakan oleh psikolog Austria Alfred

Adler tahun 1929. Dalam sosiologi, gaya hidup adalah cara seseorang hidup.

Sebuah gaya hidup bundel merupakan karakteristik perilaku yang masuk akal

untuk kedua orang lain dan diri sendiri dalam suatu waktu dan tempat, termasuk

hubungan sosial, konsumsi, hiburan, dan berpakaian. Gaya hidup merupakan

gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya danmenggambarkan seberapa

besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakatdisekitarnya. atau juga, gaya

hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiaporang. Gaya hidup juga

sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman danteknologi. Semakin

bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, makasemakin

berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam

kehidupansehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh

positif ataunegatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang

tersebutmenjalaninya. Dewasa ini, gaya hidup sering disalah gunakan oleh

sebagian besarremaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan.

Merekacenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu saja,

mode yangmereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat memfilter

(3)

jika tidak pintardalam memfilter mode dari orang barat tersebut, maka akan

berpengaruh negatif bagimereka sendiri (Siti Nurhasanah, 2009).

Gaya hidup homoseksual adalah pola hidup seseorang yang memiliki

orientasi seksual menyimpang yaitu saling berinteraksi seksual antar sesama jenis,

bahkan sampai melakukan hubungan seksual, seperti kaum homoseksual biasanya

memiliki perkumpulan di tempat-tempat tertentu yang sudah di disepakati mereka,

perkumpulan ini biasa disebut arisan kaum homoseksual. Sedangkan kegiatan lain

yang dilakukakan kaum homoseksual adalah pergi ke tempat olahraga untuk

membentuk tubuh karena homoseksual ini sangat peduli dengan penampilan.

Kaum homoseksual ini juga sangat dekat dengan kegiatan hura-hura dimana

mereka berpesta dengan sesama kaum homoseks, hura-hura ini di sertai dengan

minuman keras sehingga hal ini akhirnya membawa mereka melakukan hubungan

seksual melalui anus, dan hal ini sering mereka lakukan dengan memakai alat

pelumas untuk menghindari pelukaan di daerah anus. Selain memakai pelumas

kaum homoseksual juga selalu memakai kondom untuk menghindari Penyakit

Menular Seksual (PMS) diantaranya HIV, AIDS, Hepatitis, Sifilis, Gonorhae,

Herpes, dan masih banyak lagi penyakit lainnya (Arsanti, 2000).

Teori Homo Juditth Butler mengemukakan pandangannya yang sangat

kuat mengenai identitas sebagai sesuatu yang di konstruksikan dan di jalankan dan

teori yang di kemukakan memberikan dampak besar dalam pemikiran mengenai

identitas dalam disiplin ilmu komunikasi. Teori ini mempertanyakan dan

menentang identifikasi gender dengan mengemukakan argumen bahwa tidak

hanya gender (maskulin dan feminim), tetapi juga jenis kelamin (pria atau wanita)

merupakan konstruksi sosial. Menurut Butler gender tidak mesti harus di pahami

(4)

merupakan dari semua perbuatan, namun gender adalah identitas yang terbentuk

oleh waktu dan di lembagakan melalui tindakan yang berulang-ulang (Morissan,

2009).

Teori homo secara sengaja menentang segala hal yang bersifat

berpasangan (binary) dalam segala bentuknya, misalnya pria atau wanita,

maskulin atau feminim, gay atau lesbian, dan lain-lain, dengan menawarkan

gagasan bahwa identitas adalah lebih dari sekedar kategori kaku yang bersifat

dikotomis (Morissan, 2009).

Sebagian dari kita pasti masih menganggap dan Waria itu sama, padahal

jika kita mau sedikit jeli memperhatikannya ada beberapa perbedaan yang cukup

kentara jika dilihat dari sudut pandang kemasan kedua fenomena manusia ini.

Dari sudut penampilan seorang gay tidak mencolok seperti waria bisa kita lihat

sendiri bahwa waria cenderung meniru wanita contohnya pakaian, gerak-gerik

intonasi berkomunikasi, dan banyak dari mereka yang sangat obsesif secara paten

merubah organ-organ tubuhnya menyerupai seorang wanita. Sedangkan seorang

gay cenderung tetap mempertahankan kondisi phisiknya, mampu menyamarkan

intonasi suara walaupun secara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang jeli

melihat dan mendengarkan intonasinya. Dan sebagian besar waria lebih sering

bergonta-ganti pasangan sedangkan pria gay lebih memilih hubungan tetap

dengan sejenisnya (Morissan, 2009).

2.2.Perbedaan Gaya Hidup Gay dengan Gaya Hidup Waria

Sebagian dari kita pasti masih menganggap dan Waria itu sama, padahal

jika kita mau sedikit jeli memperhatikannya ada beberapa perbedaan yang cukup

kentara jika dilihat dari sudut pandang kemasan kedua fenomena manusia ini.

(5)

sendiri bahwa waria cenderung meniru wanita contohnya pakaian, gerak-gerik

intonasi berkomunikasi, dan banyak dari mereka yang sangat obsesif secara paten

merubah organ-organ tubuhnya menyerupai seorang wanita. Sedangkan seorang

gay cenderung tetap mempertahankan kondisi phisiknya, mampu menyamarkan

intonasi suara walaupun secara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang jeli

melihat dan mendengarkan intonasinya. Dan sebagian besar waria lebih sering

bergonta-ganti pasangan sedangkan pria gay lebih memilih hubungan tetap

dengan sejenisnya.

2.2.1 Ciri-ciri seorang Gay

1. Sebagian besar para gay secara phisik merupakan sosok-sosok pria

dengan ketampanan diatas rata-rata pria pada umumnya, bahkan tampilan

cenderung macho dan gagah.

2. Sebagian besar gay menandai dirinya dengan tindik pada bagian kuping

“biasanya” yang sebelah kanan, namun sebagian lagi bahkan ada yang

menindik kedua bagian kupingnya, oleh karena itu baiknya bagi pria yang

berminat untuk melakukan tindik sebaiknya dipertimbangkan kembali

agar jangan sampai salah memberikan simbol.

3. Sebagian dari mereka cenderung menyukai memakai perhiasan seperti

kalung (biasanya kalung emas baik kuning maupun emas putih) layaknya

seorang lelaki metrosexual.

4. Sebagian besar gay, secara sifat adalah jenis lelaki yang sopan santun,

terkesan sangat rapi namun tetap menampilkan kesan feminisme dalam

(6)

5. Sebagian besar gay, termasuk jenis pria-pria yang sensitif dan dalam

kehidupan sehari-hari cukup supel dalam pergaulan, namun mereka

sangat perfeksionis dalam bidangnya.

6. Sebagian besar pria gay biasanya berkarier dibidang seperti artis,

penyanyi, desainer, penata rambut bahkan para model, namun secara garis

besarnya mereka pada umumnya bergiat dibidang yang membutuhkan

detil dengan perasaan dengan tingkat perfeksionisme yang tinggi

(Hartono, 2006).

2.2.2 Ciri-ciri Seorang Waria dan Bedanya dengan Seorang Pria Gay

a. Dari sudut penampilan hampir semua waria cenderung bergaya layaknya

seorangwanita baik dari sisi pakaian maupun aksesoris serta pernak -

pernik yangdikenakannya, penampilan inilah perbedaan yang paling

mencolok antaraseorang waria dengan seorang pria gay.

b. Sebagian besar waria tidak hanya dari segi penampilannya saja yang

menirusecara pakem seorang wanita, bahkan banyak dari mereka yang

sangat obsesifmerubah secara paten organ-organ tubuhnya menyerupai

seorang wanita. Lihatsaja berapa banyak waria yang operasi payudara

bahkan kelaminnya untukmerubah diri menjadi seorang wanita sejati,

sedang para pria gay cenderung tetapmempertahankan kondisi fisiknya.

c. Gerak-gerik dan intonasi dialeknya ketika berkomunikasi pun sangat

kentarawalau terdengar aneh dan menggelikan dengan getaran volume

antara wanita danpria. Sedang para pria gay mampu agak menyamarkan

intonasi ini walaupunsecara halus masih tetap dapat dibedakan bagi yang

(7)

d. Sebagian para waria, cenderung lebih sensitif dan posesif dari para wanita

padaumumnya. Sehingga banyak kasus para waria bahkan rela membunuh

pasanganwarianya yang ketahuan berselingkuh.

e. Sebagian besar waria berkarir dibidang hiburan, penata rambut, perias,

penataartistik bahkan sebagian lagi jika malam hari ada yang bergiat

dibidang jasalayanan seks bagi pria-pria gay yang tidak memiliki pasangan

tetap. Ini salah satu yang membedakan gay dengan waria karena biasanya

gay lebih memilihmenjalin hubungan tetap dengan sejenisnya (Hartono,

2006).

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup (Life Style)

Menurut pendapat Amstrong (2003) dalam Ramadhani (2011) gaya hidup

seseorangdapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan

–kegiatanuntuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa,

termasukdidalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan

kegiatantersebut. Lebih lanjut Amstrong menyatakan bahwa faktor -faktor yang

mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yangberasal dari

dalam diri individu (internal)dan faktor yang berasal dari luar(eksternal). Faktor

internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,konsep diri, motif,

dan persepsi dengan penjelasannya sebagai berikut

a. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan

untukmemberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi

melaluipengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.

Keadaan jiwatersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,

(8)

b. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah

laku,pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan

dapatdipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman.

Hasil daripengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap

suatu objek.

c. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku

yangmenentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

d. Konsep diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.

Konsep dirisudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk

menggambarkanhubungan antara konsep diri konsumen dengan image

merek. Bagaimana individumemandang dirinya akan mempengaruhi minat

terhadap suatu objek. Konsep dirisebagai inti dari pola kepribadian akan

menentukan perilaku individu dalammenghadapi permasalahan hidupnya,

karena konsep diri merupakan frame ofreference yang menjadi awal

perilaku.

e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa

aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang

motif. Jika motifseseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar

maka akan membentuk gayahidup yang cenderung mengarah kepada gaya

(9)

f. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur,

danmenginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang

berartimengenai dunia. Adapun faktor eksternal dijelaskan sebagai berikut:

1. Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh

langsung atautidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok

yangmemberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu

tersebutmenjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang

memberipengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak

menjadianggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut

akanmenghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

2. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan

sikap danperilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk

kebiasan yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

3. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan

lamadalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan

paranggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku

yangsama.Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam

masyarakat,yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya

tempat seseorangdalam lingkungan pergaulan, prestise hak- haknya serta

kewajibannya. Kedudukansosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha

(10)

dinamis dari kedudukan. Apabilaindividu melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya maka iamenjalankan suatu peranan dalam

kebudayaan. Kebudayaan yang meliputipengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan -kebiasaan yang diperoleh individu

sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiridari segala sesuatu yang

dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputiciri-ciri pola pikir,

merasakan dan bertindak.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yangmempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan

dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan,

kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi

kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

2.4 Teori Gaya Hidup (Life Style Theor)

Teori Gaya Hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur

di bandingkan kepribadian. Definisi gaya hidup di kembangkan oleh ( Engel,

Blackwell dan Miniard,1995) sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan

uang dan waktunya. Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang

menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia menggunakan waktu dan uang

(Siti Nurhasana, 2009).

Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang

memilih untuk menggunakan waktu, uang, energi dan merefleksikan nilai-nilai ,

rasa, dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana sesorang menjalankan apa yang

menjadi konsep dirinya yang di tentukan oleh karakteristik individu yang

terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi

(11)

mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya demografi, kepribadian, kelas

sosial, daur hidup dalam rumah tangga (Siti Nurhasana, 2009).

Kasali (1998) dalam Ramadhani (2011) menyampaikan beberapa

perubahan demografi Indonesia di masa depan, yaitu penduduk demografi akan

lebih terkonsentrasi di perkotaan, usia akan semakin tua, melemahnya

pertumbuhan penduduk, berkurangnya orang muda, jumlah anggota keluarga

berkurang, pria akan lebih banyak,semakin banyak wanita yang bekerja,

penghasilan keluarga meningkat, orang kaya bertambah banyak, dan pulau Jawa

tetap terpadat.

2.5 Sejarah Homoseksual

Homoseksual ada di semua budaya dan lapisan masyarakat serta di

sepanjang sejarah. Homoseksual merupakan istilah yang diciptakan pada tahun

1869 oleh bidang ilmu psikiatri di Eropa untuk mengacu pada suatu fenomena

yang berkonotasi klinis. Pengertian homoseksual kemudian terbagi dalam dua

istilah yaitu Gay dan Lesbi. Hawkin pada tahun 1997 menuliskan bahwa istilah

Gay atau Lesbi dimaksudkan sebagai kombinasi antara identitas diri sendiri dan

identitas sosial yang mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki perasaan

menjadi dari kelompok sosial memiliki label yang sama. Istilah Gay biasanya

mengacu pada jenis kelamin laki-laki dan istilah Lesbi mengacu kepada jenis

kelamin perempuan. Kinsey pada tahun 1948 menemukan bahwa 10% laki-laki

adalah homoseksual, sedangkan wanita sebesar 5% (Hartono, 2006).

Komunitas gay di pandang rentan terhadap penularan PMS dan

HIV/AIDS. Mengingat perilaku seksual komunitas gay yang cenderung bebas dan

berganti-ganti pasangan serta rendahnya informasi tentang kesehatan reproduksi.

(12)

seluruh cakupan dunia. PMS juga dapat menyebar dengan mudah dari satu orang

ke orang lain. PMS yang dapat menularkan pada komunitas homoseksual adalah

Sipilis, Gonorhoe, Harpes kelamin. Tetapi yang paling besar di antaranya adalah

HIV/AIDS, karena mengakibatkan kematian pada penderitanya, karena AIDS

tidak bisa di obati dengan antibiotik (Iswati Erna, 2010).

Perilaku homoseksual sudah di kenal sejak zaman Nabi Luth as, yaitu

kaum sodom dan Gomorah. Hingga kini keberadaannya masih tetap ada, bahkan

Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa seperti Belanda dan Denmark

justru telah mensahkan perkawinan sejenis. Temuan menggemparkan terjadi

dalam riset yang telah di kemukakan Ward dari N.I.H dalam eksperimennya

mereka menggunakan sejumlah lalat yang telah di transplantasi gen tunggal.

Kemudian kumpulan lalat tersebut di masukkan ke dalam botol. Hasilnya

menunjukkan, lalat betina cenderung berada pada bagian atas dan bawah botol.

Sedangkan lalat jantan hanya berada pada bagian tengah dan membentuk ikatan

rantai (bergrombol). Yang menakjubkan, bahwa lalat jantan berperilaku gay,

sedangkan lalat betina tetap normal (Ramadhani, 2011).

Pengertian LGBT adalah singkatan dari Lesbi, Gay, Biseksual,

Transgender. LGBT singkatan yang secara kolektif mengacu pada komunitas

khusus kaum “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. Istilah LGBT marak

sejak tahun 1990-an dan keberadaan kaum LGBT sendiri kerap memicu banyak

perdebatan. Tidak sedikit yang menganggap mereka sejajar dengan kaum

heteroseksual. Namun, banyak yang menduga kaum ini melanggar kodrat alamiah

mereka. Gerakan LGBT di dunia telah merajalela. Mereka berlindung atas nama

“hak asasi” sebagai “tameng” identitasnya. Kemudian, mereka memperjuangkan

(13)

embel-embel propaganda “kemanusiaan”, gerakan LGBT berhasil memperoleh simpati

dari masyarkat di berbagai belahan dunia. Beberapa negara di dunia. Seperti

negara-negara di Eropa dan Amerika, melegalkan LGBT. Di Belanda, pernikahan

sesama jenis diakui oleh negara sehingga para LGBT bebas mengekspresikan

dirinya layaknya makhluk yang bebas. Begitu juga pengakuan LGBT di beberapa

negara lain, seperti Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, dan lain-lain (Wilcox,

2003).

Dari sisi kesehatan, tentu legalisasi LGBT akan berdampak buruk di

indonesia. Penganut LGBT berpotensi besar mengalami gangguan kesehatan

seksual. Jelas sekali hal itu bisa terjadi. Pasalnya, penganut LGBT pasti

melakukan kegiatan seks yang menyimpang. Sebut saja kaum homoseksual.

Kaum gay yang melakukan aktivitas seksual tidak akan sama seperti kaum

heteroseksual yang normal. Walau terkadang, banyak juga kaum heteroseksual

yang melakukan aktivitas menyimpang. Banyak dari kaum LGBT terkena

penyakit seks, seperti sifilis, gonore dan bahkan HIV/AIDS (Wilcox, 2003).

2.6 Pengertian Homoseksual

Homoseksual adalah rasa ketertarikan romantis dan seksual atau perilaku

antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi

seksual, homoseksual mengacu kepada pola berkelanjutan atau disposisi untuk

pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis terutama atau secara

ekskliusif pada orang dari jenis kelamin sama. Istilah umum dalam Homoseksual

yang sering di gunakan adalah (Gay) untuk pria pecinta sesama jenis (Adesla,

2009).

Menurut Kartono (1989) Homoseksual adalah relasi seks dalam jenis

(14)

Banyak teori-teori yang menjelaskan sebab-sebab homoseksualitas di antaranya

adalah :

a. Faktor herediter berupa tidak seimbangnya hormon-hormon seks

b. Pengaruh lingkungan yang tidak baik atau tidak menguntungkan bagi

perkembangan kematangan seksual yang normal

c. Seseorang yang mencari kepuasan relasi homoseks, karena pengalaman

homoseks pada remaja

d. Pengalaman traumatis pada ibunya sehingga timbul kebencian atau

antisipasi terhadap ibunya dan semua wanita.

2.7 Sikap dan Tingkah Laku Homoseksual

Kebanyakan individu berfikir bahwa tingkah laku heteroseksual dan

homoseksual adalah pola yang berbeda dan dapat mudah didefenisikan.

Kenyataannya, kecenderungan akan pasangan seksual dari jenis kelamin yang

sama tidaklah selalu merupakan keputusan yang tetap dapat dibuat sekali dan

mengikat untuk selamanya. Sebagai contoh, tidaklah jarang bagi seorang individu,

terutama laki-laki untuk melakukan eksperimen homoseksual dimasa remaja,

namun tidak melakukan tingkah laku homoseksual dimasa dewasa. Sementara

beberapa individu melakukan tingkah laku heteroseksual dimasa remaja, namun

kemudian melakukan tingkah laku homoseksual di masa dewasa. Sementara,

beberapa individu tingkah laku heteroseksual di masa remaja, namun kemudian

melakukan tingkah laku homoseksual di masa dewasa (Halonen dan

Santrock,1996) dalam (Ramadhani, 2011).

Selama dekade terakhir ini, sikap terhadap homoseksual ini menjadi

(15)

penyakit AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome). Peningkatan jalur keras

terhadap homoseksual ini mungkin saja bersifat sementara. Jejak pendapat tahun

1989 Gallop sekali lagi menunjukkan adanya peningkatan toleransi terhadap

hak-hak kaum gay. Individu yang memiliki sifat negatif terhadap homoseksual juga

cenderung menyetujui pengawasan AIDS secara ketat, misalnya dengan

mengeluarkan penderita AIDS dalam tempat kerja (Ramadhani, 2011).

Perasaan yang tidak rasional dan negatif terhadap homoseksual disebut

homophobia. Dalam bentuk yang lebih ekstrem, homophobia dapat menyebabkan

munculnya tingkah laku mengolok-olok, memukul atau bahkan membunuh.

Umumnya homophobia berhubungan dengan tingkah laku menghindari

homoseksual. Walaupun identitas gay telah dipelajari secara meluas peneliti yang

melakukan penelitian terhadap identitas gay ini sering diartikan sebagai proses

pemunculan yang terdiri dari tiga tahap yaitu sensitisasi (kesadaran yang disertai

dengan rasa bingung),penyangkalan, rasa bersalah, malu dan penerimaan

(Hartono, 2006).

Salah satu aspek berbahaya dari ternodanya homoseksualitas adalah

devaluasi diri yang sering dilakukan oleh individu gay. Salah satu bentuk yang

umum dari devaluasi diri disebut dengan passing, proses menyembunyikan

identitas sosial seseorang yang sebenarnya. Yang termasuk dalam strategi passing

antara lain memberikan informasi yang menyembunyikan identitas homoseksual

seseorang atau menghindari identitas seksual seseorang yang sebenarnya.

Pertahanan terhadap pengenalan diri seperti ini sangat berakar dimasyarakat,

tanpa dukungan yang memadai dan rasa takut menjadi tercela, banyak gay yang

menutup diri mereka dan kemudian muncul kembali pada suatu saat yang lebih

(16)

2.8 Jenis Homoseksual

Menurut Coleman, dkk (1980) dalam Ramadhani (2011) menggolongkan

homoseksualitas ke dalam beberapa jenis yakni :

a. Homoseksual tulen yaitu gambaran streotiptik popular tentang laki -laki

yang keperempuan-perempuanan atau sebaliknya perempuan yang

kelelaki-lakian.

b. Homoseksual malu-malu yaitu kaum lelaki yang suka mendatangi kamar

mandi yang tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan antarpersonal.

c. Homoseksual tersembunyi yaitu kelompok ini biasanya berasal dari kelas

menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dengan

menyembunyikan homoseksualitas mereka.

d. Homoseksual situasional yaitu kelompok yang dapat mendorong

orangmempraktikkan homoseksualitasnya tanpa disertai komitmen yang

mendalam.

e. Biseksual yaitu orang yang mempraktikkan baik homoseksualitas maupun

heteroseksualitas sekaligus.

f. Homoseksual mapan yaitu kaum homoseksual yang menerima

homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara

bertanggung jawab dan mengikatkan diri dengan komunitas homoseksual

setempat.

2.9 Perilaku Seksual

Menurut Simkins (1984) dalam Ramadhani (2010), perilaku seksual

adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan

jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk – bentuk tingkah laku ini bisa

(17)

tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek

seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri

(Ramadhani, 2011).

Sedangkan menurut Mohammad (1998) dalam Ramadhani (2011),

perilaku seksual dapat di definisikan sebagai „interaksi antara perilaku prokreaktif dengan situasi fisik serta sosial yang melingkunginya‟. Perilaku seksual meliputi 4

tahap (Kinsey 1965) dalam Ramadhani (2011) yaitu :

a. Bersentuhan (touching), mulai dari berpegangan tangan sampai

berpelukan.

b. Berciuman (kissing), mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir

dengan mempermainkan lidah (deep kissing)

c. Bercumbuan (petting), menyentuh bagian-bagian yang sensitif dari tubuh

pasangannya dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual.

d. Berhubungan kelamin (sexual intercouse)

2.10 Perilaku Seksual Beresiko

Perilaku seksual pada manusia dapat diartikan sebagai aktivitas yang

kompleks dan tidak hanya terbatas pada melepaskan ketegangan melalui orgasme.

Secara garis besar perilaku seks dapat dikelompokkan menjadi perilaku yang

normal dan perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang normal

memiliki makna perilaku yang tidak merugikan diri sendiri dan dilakukan kepada

lawan jenis dan diakui masyarakat. Perilaku seksual yang menyimpang menurut

Hawkins (1997) dalam Ramadhani (2011) memiliki makna sebagai perilaku

seksual yang cenderung destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain

(18)

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual pada gay dapat dibedakan

menjadi 3 kategori yaitu:

1. Perilaku oral genital, memeluk, dan mencium.

2. Seks anal

3. Tindakan alternative seperti fisting (berupa tangan tapi bukan

mengepal, dimasukkan ke dalam rektum ).

2.11 Penyakit Menular Seksual (PMS) yang Beresiko terhadap Kaum Gay Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah suatu gangguan atau

penyakit-penyakit yang di tularakan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau

hubungan seksual. Pengertian lain, Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah

penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan

seksual, seks oral, dan seks anal. Beberapa PMS yang sering mrnjangkiti orang,

terutama sering melakukan penyimpangan seksual (Dianawati, 2003).

Beberapa PMS itu sebagai berikut :

1. Sifillis

Sifillis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun

walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tetapi masih merupakan

penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh

termasuk sistem peredaran darah, syaraf, dan dapat ditularkan oleh ibu

hamil kepada bayi yang dikandungnya sehingga menyebabkan kelainan

(19)

2. Gonore (GO)

Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah

ditegakkan diagnosisnya. Penyakit ini menyerang organ selaput lendir,

mucus, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Sebutan lain

penyakit ini adalah „kencing nanah‟.

3. AIDS

Sebuah singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndrome artinya suatu

gejala menurunnya sistem kekbalan tubuh seseorang. Pada dasarnya setiap

orang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang dapat melindunginya dari

berbagai serangan seperti virus,kuman,dan penyakit lainnya.

4. HIV

Singkatan dari Human Immuno Deviciency Virus, yaitu sejenis virus yang

menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh

sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan

sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.

Salah satu resiko melakukan hubungan sesksual adalah kemungkinan

untuk terkena PMS. Faktor resiko tersebut meliputi, tanpa pengguna pengaman

dalam berhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti

pasangan. Menurut Davison (2004) dalam Hartanto (2006) bahwa perilaku

homoseksual atau gay dapat berawal pada masa kanak-kanak, karena gangguan

perkembangan seksual seseorang di tambah dengan pengaruh orang tua yang tidak

(20)

2.12 Faktor Perilaku Seksual Beresiko

Menurut Kalina (2009) dalam (Ramadhani, 2011) menyatakan bahwa

perilaku seksual yang beresiko mempunyai 2 faktor yaitu :

1. Faktor psikologi

Keadaan kejiwaan seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan

perilaku seksual sehingga sebagai variasi dalam berhubungan seksual

misalnya bermabuk-mabukan, merokok yang merupakan suatu bentuk

variasi sebelum melakukan hubungan seksual.

2. Faktor perilaku

Suatu bentuk tindakan yang dipengaruhi oleh faktor psikologi seseorang

yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan

keadaan kesehatan. Misalnya melakukan hubungan seksual tanpa

menggunakan kondom/pil kontrasepsi. Beberapa penelitian tentang

perilaku seksual yang beresiko terhadap PMS antara lain :

a. Menurut hasil penelitian Kalina (2009) dalam Ramadhani (2011)

menyatakan bahwa sebanyak 62% dari siswa Slovak mempunyai

pengalaman dalam berhubungan seksual, selain itu sebanyak 81% dari

wanita dan 71% pada laki-laki tidak menggunakan kondom dalam

berhubungan seksual. Perilaku tersebut sangat berisiko terhadap penularan

penyakit seksual dan tidak ada faktor lain yang berhubungan dalam

penggunaan kondom.

b. Menurut Daili (2003) dalam Ramadhani (2011), menyatakan bahwa

perilaku berisiko tinggi dalam penyebaran PMS ialah perilaku yang

menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang penyakit.

(21)

risiko tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang terkena sifilis

melakukan hubungan seks rata-rata sebanyak 5 pasangan seksual yang

tidak diketahui asal-usulnya, sedangkan orang yang terkena gonorhoe

melakukan hubungan seks dengan rata-rata 4 pasangan seksual

c. Menurut hasil penelitian Suswardana (2007) dalam Ramadhani (2011)

menyatakan bahwa sebanyak 24,5% pada komunitas waria di Yogyakarta

positif HIV, 16, 3% menderita Sifilis dan 6,12% menderita Kondiloma

Akuminata. Faktor risiko terhadap prevalensi HIV pada komunitas waria

di Yogyakarta dipengaruhi lebih dari 5 pasangan seks tiap minggu,

rendahnya konsistensi dalam pemakaian kondom serta rata-rata telah

menjadi waria lebih dari 10 tahun.

d. Menurut hasil penelitian Hirshfield (2003) dalam Ramadhani (2011)

menyatakan bahwa komunitas gay pada kelompok umur 18-39 tahun

memiliki resiko 2 kali lipat terkena kelompok umur lebih dari 40 tahun

serta perilaku anal seks lebih berpengaruh terhadap PMS dibanding

dengan penggunaan obat sebelum atau selama berhubungan seksual.

2.13 Teori Perilaku

2.13.1 Teori Laurence Green

Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior

causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

(22)

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,

dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) juga mengemukakan bahwa

perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Ia

membedakan dengan dua bentuk yaitu:

a. Perilaku tertutup (Covert Behaviour)

Perilaku ini adalah respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang

lain. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka (Overt Behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar`

Dari penjelasan dapat disebutkan bahwa perilaku tersebut terbentuk di

dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor eksternal yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri

seseorang, faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik dalam bentuk social,

(23)

b. Faktor internal yaitu respon yang merupakan dari diri seseorang. Faktor

internal yang menentukan merespon stimulus dari luar dapat berupa

perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan lainnya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor

yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku

manusia karena dipengaruhi oleh factor social dan budaya dimana mereka

berada (Notoatmodjo, 2010).

2.14 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini di gambarkan sebagai berikut :

Kerangka pikir yang tertera diatas menggambarkan bahwa karakteristik

informan (umur, pendidikan, status perkawinan dan pendapatan) dan kelompok

beresiko (lingkungan, keluarga dan teman sebaya) yang mempengaruhi

Karakteristik : - Umur

- Pendidikan

- Status

perkawinan

- Pendapatan

GAYA HIDUP BERESIKO HOMOSEKSUAL

(GAY) Kelompok Beresiko :

- Lingkungan

- Keluarga

(24)

timbulnya yaitu gaya hidup (life style) beresiko di kalangan kaum homoseksual

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian tersebut juga mewajibkan Perusahaan memperoleh persetujuan tertulis dari wali amanat sebelum melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain mengizinkan anak perusahaan

Menurut (Kozier, 2004) perencanaan pada pasien dengan distres spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dengan: 1) membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya,

Analisis dan perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab selisih tarif upah dan selish efisiensi upah, mencari analisis selish tarif upah dan selisih efisiensi upah,

Dari perhitungan yang dilakukan, ternyata pada deposito mudharabah sangat berpengaruh pada pendapatan bank muamalat, pendapatan bagi hasil berfluktuasi setiap bulannya tergantung

[r]

Candi Kedaton adalah kompleks yang terluas dan diperkirakan sebagai pusat aktivitas dari seluruh kawasan percandian ini, dengan areanya yang lebih luas dibanding candi-candi lain

KEPUASAN MENGAKSES FITUR INSTAGRAM STORIES (Studi Korelasi antara Pengaruh Motif, Pola Penggunaan dan Kepuasan Mengakses Fitur Instagram Stories dalam Pemenuhan

Salah satu bentuk konsumsi oleh masyarakat modern adalah sebuah tren, tren yang dikonsumsi yaitu tren adventure yang telah menjadi sebuah fenomena unik yang sedang